Bacalah terlebih dahulu bagian pertama di sini
oleh : Greg Herrick, Ph.D
Kesempurnaan (Ketakbercelaan-Tidak Dapat Melakukan Dosa) Kristus
Dengan pemahaman keilahian yang sejati dan kemanusiaan yang sesungguh-sungguhnya pada Kristus, pertanyaan yang mengemuka terkait apakah godaan-godaan yang dialaminya merupakan godaan yang memang aktual dan mungkinkah godaan-godaan itu benar-benar membuatnya mungkin untuk berbuat dosa. Apakah Kristus mampu untuk tidak berdosa atau tidak mampu untuk berdosa? Beberapa orang berkata kemanusiaannya yang sejati meliputi ide bahwa dia dapat saja berbuat dosa. Sementara yang lainnya mengklaim bahwa keilahiannya membuat hal ini tidak mungkin bagi dia untuk berbuat dosa. Semua sarjana evangelikal mengakui realita godaan-godaan dan fakta bahwa dia tidak berbuat dosa, tetapi lebih jauh dari ini tidak tersedia kesepakatan yang cukup besar.
oleh : Greg Herrick, Ph.D
Kesempurnaan (Ketakbercelaan-Tidak Dapat Melakukan Dosa) Kristus
Dengan pemahaman keilahian yang sejati dan kemanusiaan yang sesungguh-sungguhnya pada Kristus, pertanyaan yang mengemuka terkait apakah godaan-godaan yang dialaminya merupakan godaan yang memang aktual dan mungkinkah godaan-godaan itu benar-benar membuatnya mungkin untuk berbuat dosa. Apakah Kristus mampu untuk tidak berdosa atau tidak mampu untuk berdosa? Beberapa orang berkata kemanusiaannya yang sejati meliputi ide bahwa dia dapat saja berbuat dosa. Sementara yang lainnya mengklaim bahwa keilahiannya membuat hal ini tidak mungkin bagi dia untuk berbuat dosa. Semua sarjana evangelikal mengakui realita godaan-godaan dan fakta bahwa dia tidak berbuat dosa, tetapi lebih jauh dari ini tidak tersedia kesepakatan yang cukup besar.
Analogi yang sering dikutip mengenai dua
anak laki-laki menyerang sebuah pesawat
terbang pengangkut dengan wajah penuh kebencian (menggunakan tongkat-tongkat
dan batu-batu), dimana tongkat-tongkat
dan batu-batu menggambarkan godaan dan
kapal terbang pengangkut adalah Yesus, mungkin saja ini sesuai dengan tekanan pada keilahian dan ketakbercelaan Yesus, tetapi
penggambaran ini sama sekali gagal untuk menangkap kenyataan dan intensitas
serangan-serangan yang dihujamkan Setan kepadanya (Bandingkan dengan Matius 4:1-11).
Akan tetapi, hal mendasar dalam
kaitannya dengan debat ini, adalah, bahwa Yesus adalah Tuhan dan manusia,
mengalami godaan secara berkemenangan ( Ibrani 4:15), dan oleh karena itu dapat
mendekat untuk menolong kita kala dalam kelemahan (Ibrani 2:18); godaan-godaan
yang dialaminya telah memberikan kepada kita keyakinan pada hati Yesus yang
turut merasakan apa yang kita alami.
Lebih dari ini, kita tidak banyak mengetahuinya sama sekali. Kita dapat mengatakan bahwa tak ada manusia
yang pernah memahami kekuatan,keganasan, dan tipuan godaan lebih baik
daripada Yesus dan ini tepat karena dia
tidak pernah takluk terhadap
godaan-godaan.
Kematian Kristus
Semua empat
injil mencatat bahwa kematian Kristus (dibawah pemerintahan Pontius Pilatus)
yang diinterpretasi jauh dimuka oleh
Kristus sendiri sebagai sebuah kematian untuk pengampunan atas dosa-dosa, dan
penegakan kovenan baru,dan kalahnya Setan ( Lukas 22:15-20; Yohanes 12:31;
16:11). Jantung pengajaran Kristus pada
hal ini telah menjadi pengajaran resmi
para rasul (Sesuai dengan pernyataan Perjanjian Lama untuk hal yang sama) .
Kita akan berbicara lebih lanjut mengenai interpretasi kematian Kristus yang
tepat ketika kita mendiskusikan doktrin keselamatan. Saat ini cukup untuk
menyadari bahwa bukti kematiannya melalui penyaliban sangatlah kuat.
Kebangkitan Kristus
Semua empat injil mencatat kubur kosong dan kebangkitan Yesus Kristus dari kematian (Mat 28; Markus 16;Lukas 24; Yohanes 20). Dia menampakan diri kepada Maria Magdalena (Yohanes 20:11-18), menampakan diri kepada Maria yang lain (Mat 28:1-2), menampakan dirinya kepada Kefas ( 1 Korintus 15:5), menampakan diri kepada dua murid dalam perjalanan menuju Emaus ( Lukas 24:13-35), kepada Yakobus ( 1 Korintus 15:7). Kepada 10 murid (Lukas 24:36-43), kepada Tomas dan 10 murid lainnya (Yohanes 20:26-29), kepada tujuh murid di danau Tiberias ( Yohanes 21:1-14), kepada lebih dari 500 orang ( 1 Korintus 15:6), kepada 11 orang saat kenaikannya ( Matius 28:16-20; Kisah Para Rasul 1:1-11), dan akhirnya kepada Paulus ( 1 Korintus 15:8). Dia menampakan dirinya kepada para murdi-murid dalam waktu 40 hari ( Kisah Para Rasul 1:3).
Semua empat injil mencatat kubur kosong dan kebangkitan Yesus Kristus dari kematian (Mat 28; Markus 16;Lukas 24; Yohanes 20). Dia menampakan diri kepada Maria Magdalena (Yohanes 20:11-18), menampakan diri kepada Maria yang lain (Mat 28:1-2), menampakan dirinya kepada Kefas ( 1 Korintus 15:5), menampakan diri kepada dua murid dalam perjalanan menuju Emaus ( Lukas 24:13-35), kepada Yakobus ( 1 Korintus 15:7). Kepada 10 murid (Lukas 24:36-43), kepada Tomas dan 10 murid lainnya (Yohanes 20:26-29), kepada tujuh murid di danau Tiberias ( Yohanes 21:1-14), kepada lebih dari 500 orang ( 1 Korintus 15:6), kepada 11 orang saat kenaikannya ( Matius 28:16-20; Kisah Para Rasul 1:1-11), dan akhirnya kepada Paulus ( 1 Korintus 15:8). Dia menampakan dirinya kepada para murdi-murid dalam waktu 40 hari ( Kisah Para Rasul 1:3).
Belakangan
ini para ahli telah menghilangkan prasangka teori-teori yang paling naturalistik ( misal
pingsan, halusinasi) yang diajukan terhadap kisah kebangkitan dan data yang ada. Pada dasarnya setiap ahli setuju
bahwa “sesuatu telah terjadi,” dan kebanyakan akan setuju bahwa kebangkitan
merupakan isu yang krusial dalam mendefinisikan kekristenan secara biblikal.
Pertanyaan yang paling akut,menurut Gary Habermas
[Lihat Garry Habermas, “Resurrection of Christ,” in Evangelical
Dictionary of Theology, ed. Walter A. Elwell (Grand Rapids: Baker, 1984),
938-41.,] adalah : apakah Kerygma (pesan kebangkitan Kristus yang
dikhotbahkan) itu sendiri memadai untuk menjelaskan data atau apakah sebuah
kebangkitan literal plus kerygma
diperlukan untuk menjelaskan data. Habermas menguraikan jawaban-jawaban kritis berdasarkan empat skenario, yang
menunjukan bahwa ini adalah sebuah debat yang terjadi tidak hanya antara para evangelikal dan kritik-kritik yang lebih tinggi, tetapi juga
antar kritik-kritik lebih tinggi itu sendiri. Pertama, ada mereka seperti
Rudolph Bultman yang berpendapat bahwa penyebab pengalaman para murid tidak
dapat dipastikan; penyebabnya terkubur didalam teks Perjanjian Baru. Kedua, para ilmuwan seperti Karl Barth dan Sren
Kierkegaard berpendapat bahwa
kebangkitan adalah hurufiah,
tetapi hal ini bukan subyek untuk
dipelajari karena peristiwa kebangkitan merupakan peristiwa diluar pengalaman
sejarah kita. Kebangkitan harus diterima oleh iman saja. Kelompok ilmuwan ketiga,
termasuk Jürgen Moltmann,berpendapat kubur kosong dalam makna hurufiah dan sebuah
penjelasan historis untuk perubahan yang dialami para murid dari duka menjadi
sukacita, tetapi kembali bahwa kebangkitan adalah sebuah peristiwa yang
pada akhirnya hanya akan dibenarkan/diverifikasi pada masa
mendatang. Keempat, ada ilmuwan-ilmuwan
yang menyatakan bahwa bukti sejarah yang tersedia menunjukan bahwa Yesus memang benar-benar bangkit dari kematian.
Wolfhart Pannenberg dapat menjadi sebuah contoh pemikiran semacam ini, walaupun
dia menentang pendapat tubuh jasmani yang sebenarnya dan menyatakan
tubuh spiritual yang dikenali sebagai Yesus yang telah berbicara kepada
murid-murid sebelum kembali ke surga.
Akan tetapi
tidak ada yang valid terhadap pendapat sebelumnya untuk menolak kebangkitan
sebagaimana yang direkam dalam Kitab suci. Biasanya teologi sejarah seseorang yang menghalangi
apakah kebangkitan terjadi atau tidak, Dalam kasus manapun, kubur kosong,
kesaksian para saksi mata, kehidupan para lawan Kristus seperti Yakobus dan Paulus yang telah
diubahkan , keberadaan gereja, ketidakmampuan para pemimpin Yahudi untuk membantah kebangkitan dan klaim-klaim para rasul, permulaan
tanggal dan karakter yang kokoh pada klaim kebangkitan ( 1 Korintus
15:3-4), demikian juga karakter kokoh yang melingkupi bukti
seperti keberadaan Yesus, pelayanan, kematian melalui penyaliban, dan
penguburan. Penjelasan yang memiliki kekuatan penjalasan yang terbesar, yang paling
masuk akal (bukan ad hoc-sementara), dan
menegakkan peluang terbesar untuk tidak dipatahkan pada akhirnya adalah : bahwa Yesus dari Nazareth sesungguhnya
telah dibangkitkan dari kematian dan telah memperlihatkan dirinya kepada
banyak orang. Tubuhnya adalah tubuh jasmani yang sesuai untuk keberadaan secara
spiritual dan tidak lagi tunduk kepada kematian dan keterbatasan-keterbatasan.
Interpretasi
kebangkitan tubuh jasmani Kristus membuat doktrin ini sentral bagi kehidupan dan pengharapan
Kristen ( 1 Korintus 15), bahwa kebangkitan
Kristus mendemonstrasikan bahwa
dia adalah Anak Allah ( Roma 1:4) dan bahwa dia suatu hari kelak akan kembali untuk menghakimi seluruh dunia
(Kisah Para Rasul 17:31). Dalam area soteriology (doktrin keselamatan),
kebangkitan adalah dasar bagi kelahiran baru kita dan kehidupan rohani/etika
(Roma 6:4-5; 1 Petrus 1:2), pembenaran kita ( Roma 4:25; Efesus 2:6), pelayanan
dan karya kita saat ini bagi Tuhan ( 1
Korintus 15:58), pengharapan kita akan pemuliaan dan persekutuan kita yang
kekal bersama Bapa, Anak dan Roh ( 1 Korintus 15:12-28).
Selanjutnya : Kenaikan danPeninggian Kristus
Christology: Jesus Christ | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
Selanjutnya : Kenaikan danPeninggian Kristus
Christology: Jesus Christ | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment