F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Dosa. Show all posts
Showing posts with label Dosa. Show all posts

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(6)



Oleh: Martin Simamora

Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(6)


Bacalah lebih dulu bagian 5

Seorang ahli Taurat berdiri  untuk mencobai Yesus dengan sebuah pertanyaan: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"-Lukas 10:25. Ini adalah pertanyaan yang serupa dengan yang ditanyakan oleh orang  kaya yang telah lebih dulu kita pelajari, memiliki sebuah kemiripan identik: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Kedua-duanya mendasarkan pertanyaan tersebut pada kebenaran yang  memang terdapat di dalam hukum Taurat, baik si orang kaya: Markus 10:19-20 dan si ahli Taurat, sebagaimana yang diindikasikan oleh Yesus:

Lukas 10:26 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?"

Setiap kali  berbicara mengenai “hidup kekal” maka pasti akan bertaut dengan apa yang harus kuperbuat agar mendapatkannya sebab demikianlah keadaan setiap orang yang hidup dibawah Taurat, selalu terpenjara oleh apa yang  harus dilakukan agar memilikinya. Pada si orang kaya, sekalipun Yesus telah memberikan jawabnya-apa yang harus dilakukan - telah  terbukti bahwa dia tak dapat melakukannya. Bagaimana dengan ahli Taurat satu ini, apakah dia akan berbeda daripada yang lainnya? Dapatkah ia memenuhi tuntutan hukum Taurat sebagaimana yang Yesus akan kemukakan. Saya ingin mengatakan bahwa  baik pada peristiwa dialog antara orang kaya dengan Yesus, dan dengan seorang ahli Taurat, adalah berbicara tentang mengasihi atau mengikut Tuhan dalam sebuah totalitas,  seperti “apa yang tertulis dalam hukum Taurat. Anda atau siapapun yang mengandalkan kehidupan kekal atau keselamatan berdasarkan perbuatan maka pasti tak terpisahkan dengan hukum Taurat dan kesempurnaan untuk memenuhinya. 

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(5)



Oleh: Martin Simamora

Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(5)


Bacalah lebih dulu bagian  4

Dan Yesus  tak terhindarkan memang telah menjadi gravitasi  utama  bagi kehidupan rohani dan keagamaan bangsa Yahudi kala itu, yang menciptakan sebuah daya tarik teramat kuat, menciptakan titik-titik daya tarik yang kian membesar  entah dalam bentuk oposisi atau dalam bentuk penerimaan  bangsa Yahudi yang mendasarkan kehidupan rohaninya pada hukum Taurat-kitab Musa, kitab para nabi, dan Mazmur. Kitab-kitab sejenis yang juga  diterima sangat baik oleh Yesus Kristus (Baca Lukas 24:24-27, Lukas 24:44; bandingkan dengan Lukas). Tentu saja Yesus memiliki pandangan yang amat berbeda dalam memandang semua kitab tersebut. Inilah yang menyebabkan kesenjangan dan konflik tajam dalam berbagai dialog atau interaksi antara Yesus dengan ahli-ahli Taurat. Sehingga kerap, tak aneh mencobai atau mencari kesalahan  Yesus  adalah motivasi yang amat mendominasi jiwa mereka.


Yesus bukan saja memiliki cara pandang yang berbeda terhadap Kitab suci, namun dia sendiri telah menyatakan  bahwa dirinya adalah penggenap apa yang telah dituliskan di dalam Kitab suci itu. Yesus pada dasarnya adalah penggenap ‘global’ Kitab suci, kita tak bisa mengatakan bahwa dia penggenap hukum Taurat belaka, membatasinya hanya pada penggenap atas perintah-perintah,atuaran-aturan dan nubuat-nubuat, namun dia pada dasarnya penggenap atau penentu dalam makna totalitas terhadap perjalanan alam semesta ini (bandingkan dengan Markus 13:1-31, “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.”). Yesus  bukan sekedar Penggenap namun Dia Yang Berfirman bagaimana perjalanan alam semesta dan kesudahannya.

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(4)



Oleh: Martin Simamora

Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(4)



Bacalah lebih dulu bagian 3


Para murid baru saja ditakjubkan oleh jawaban atau paparan Yesus (Markus 10:26) dalam sebuah  repon yang diliputi sebuah kepanikan (exeplēssonto) pada segenap pemahaman mereka akan kebenaran yang telah mereka miliki atas kitab suci mereka- atas hukum Taurat yang selama ini  telah mereka terima dan yakini, hingga pada momentum ini. Dapat dipahami jika pertanyaan yang segera menyeruak dari dalam diri mereka adalah sebuah pertanyaan cerminan ketakberdayaan:"Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Siapakah yang dapat dilepaskan dari bahaya dan kuasa dosasōthēnai. Ketika Yesus berkata “Hanya satu lagi kekuranganmu.” Maka yang sedang  Yesus maksudkan bukanlah hal apapun yang dapat dilakukan oleh manusia tetapi sebuah kemustahilan  yang digambarkan dengan sebuah komparasi “Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum.” Sehingga “satu lagi kekuranganmu” lebih menunjukan kepada ketakberdayaan manusia untuk pada  akhirnya dapat meraih hidup kekal olehapa yang dapat kuperbuat.”


Sukar untuk menerima jawaban demikian, sebab tuntutan hukum Taurat adalah melakukan untuk mendapatkan kehidupan kekal (bandingkan dengan Lukas 10:25-26). Sukar juga untuk memahami bagaimana bisa seorang yang memenuhi hukum Taurat pun tak juga mungkin sukses untuk memiliki hidup kekal, seperti pada kisah orang kaya. Yesus menunjukan bahwa problem manusia adalah perbudakan dunia yang meliliti mereka atau tak pernah manusia-manusia itu selagi tubuh mereka melakukan perbuatan baik atau hukum Taurat juga sekaligus segenap jiwa, segenap kekuatan, segenap pikiran (Lukas 10:27) mereka bagi dan dimiliki oleh Tuhan.


Perhatikan, sekalipun orang kaya tersebut diapresiasi oleh Yesus karena memenuhi tuntutan perintah-perintah Allah, namun Yesus juga membuktikan sekalipun demikian itu hanyalah tubuhnya-lahiriahnya dan bukan jiwanya.

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(3)



Oleh: Martin Simamora

Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(3)


Bacalah lebih dulu bagian 2

Kemerdekaan di dalam Kristus. Mengapa judul ini memberikan makna bahwa kemerdekaan yang sedang dimaksud adalah sebuah kemerdekaan yang membebaskan namun sekaligus menarik atau memasukanmu ke dalam sebuah dunia yang  baru. Teks yang telah kita lihat dan pelajari sebelumnya, telah menunjukan perihal ini:

Yohanes 8:10-11 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."

Dari seorang dibawah ketentuan hukum dan sanksinya yang seharusnya membunuhnya, oleh Yesus Kristus dibebaskan sehingga memiliki hidup sebagai sebuah pemberian oleh sebab vonis Hakim Yesus yang membebaskan dan melepaskannya sebagai orang merdeka dengan perintah jangan berbuat dosa lagi. Jangan kembali lagi!  Ini bukan syarat kebebasan, tetapi buah kebebasan yang diberikan oleh Sang Pembebas. Sehingga seorang Kristen yang menilai ini sebagai semacam syarat, sungguh keliru. Anda dibebaskan bukan untuk melayani dosa tetapi hidup oleh vonisnya yang memerdekakanmu, perintahnya atau firmannya!

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(2)



Oleh: Martin Simamora

Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(2)

 Bacalah lebih dulu Bagian 1

Sekarang, apakah penghakiman oleh seorang hakim bernama Yesus Kristus itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya? Benarkah vonisnya yang membebaskan perempuan itu dari hukuman mati adalah sebuah kebenaran yang tak akan menyalahi Hukum Taurat tersebut?  Yesus memberikan sebuah jawaban atau penjelasan  yang sangat definitif:
Yohanes 8:15-16

“Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, Aku tidak menghakimi seorangpun, dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar,...”


Tindakan penghakiman oleh Hakim Yesus sebagaimana yang telah kita lihat pada Yohanes 8:11 dengan demikian adalah sebuah penghakiman yang benar; bahwa Sang Hakim memutuskan  bersalah namun memberikan vonis membebaskannya dari hukuman yang sepatutnya ditimpakan padanya adalah keputusan  hakim yang benar.

Yesus sebetulnya baru saja menyatakan bahwa dirinya adalah seorang Hakim yang secara pasti memberikan penghakiman yang benar, Dia adalah hakim yang benar. Dan Yesus pun dalam hal ini memenuhi tuntutan hukum Taurat tentang keabsahan deklarasinya atau kesaksiannya  bahwa Ia adalah Hakim Yang Benar ( tak mungkin salah!):

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus



Oleh: Martin Simamora

Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus




Ketika Yesus berkata “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu (Yohanes 8:31-32)." Maka kata ‘merdeka’ atau eleutherōsei (membebaskan dari hutang atau kewajiban) menjadi sebuah daya tarik tertinggi sehingga mengaburkan  kecemerlangan setara pada “tetap dalam (meinēte – tinggal dalam) firman-Ku.” Hal semacam ini telah menimbulkan pandangan dan kemudian pengajaran kemerdekaan yang sangat menekankankan kemerdekaan sehingga menjadi mahkota kebanggaan seorang yang telah ditebus oleh Kristus, tanpa perlu terikat pada perintah- perintah atau firman Kristus. Jika seorang yang dikatakan merdeka masih harus melakukan apa-apa yang Yesus titahkan maka dipandang tidak merdeka sepenuhnya atau tidak hidup didalam anugerah sepenuhnya. Padahal, pada teks Yohanes 8:31-32 sekalipun dimerdekakan oleh Kristus mengakibatkan anda tak lagi berkewajiban untuk senantiasa memenuhi tuntutan hukum (bandingkan dengan Yohanes 8:1-10), jika tidak maka anda berhutang; pun demikian tak berarti anda merdeka dalam sebuah nilai yang bebas dari “nilai-nilai” Pembebasmu, Kristus.


Tindakan Yesus yang memerdekakan telah menciptakan sebuah kondisi yang mengikat anda yaitu “tetap dalam firman-Ku.” Tanpa kondisi itu terjadi pada dirimu maka kemerdekaan tak akan terjadi secara aktual. Saya akan menyajikan bahwa kemerdekaan orang Kristen di dalam Kristus secara pasti bertemali erat dengan “tetap dalam firman-Ku.” Mari kita menjelajahinya:

0 “Banyak Kejahatan Yang Dinilai Dunia Bukan Dosa & Banyak Dosa Yang Dinilai Dunia Bukan Kejahatan”



Oleh: Martin Simamora

“Banyak Kejahatan Yang Dinilai Dunia Bukan Dosa & Banyak Dosa Yang Dinilai Dunia Bukan Kejahatan

Di “hariku” ini, saya ingin menuliskan sesuatu yang amat personal namun tidak eksklusif, ini adalah refleksi yang begerak ke luar dari pengalaman-pengalaman pribadiku, yang sayangnya tidak bisa saya utarakan di sini. Namun, apa yang menjadi poin besarnya adalah: semua manusia bahkan orang-orang Kristen sekalipun bisa terjebak di dalam situasi yang digambarkan sebagaimana judul di atas. Saya akan sajikan sebuah situasi yang dihadapi seorang politisi dan birokrat Kerajaan Persia, yang  beriman dan setia kepada Tuhan, di dalam Alkitab, untuk membantu para pembacaku apakah sesungguhnya yang sedang saya bicarakan kali ini. Tentu saya harus berkata bahwa Daniel adalah salah satu subyek paling menarik  bagi saya sejak kala saya mengecap sekolah politik di Universitas Parahyangan, Bandung. Ini adalah sosok seorang politisi yang tak menyayangkan nyawanya, masa depan, atau apapun juga. Daniel, jika dia hidup saat ini, saya pastikan akan digunjingkan oleh publik sebagai seorang politisi yang terlampau idealis. Hal yang amat  janggal untuk dikatakan sekedar idealis sebetulnya sebab bagaimanapun tak ada kebenaran didalam mencuri kecil-kecilan uang atau kekayaan kerajaan. Mari segera kita  melihat Daniel:

0 Janganlah Gentar Terhadap Mereka !



Oleh: Martin Simamora

Janganlah Gentar Terhadap Mereka !




Kita telah melihat Yesaya yang dibangkitkan oleh Allah untuk berdiri tegak menyatakan kebenaran dan penghakiman terhadap pemerintahan dan bangsanya sendiri, karena keadilan dan penegakan hukum lenyap, bahkan para pemimpinya suka menerima suap dan mengejar sogok, pun para hakim yang berpihak kepada keadilan telah disingkirkan. Tuhan memang meminta kita untuk tunduk dan mematuhi pemerintahan yang memimpin kita, anda dapat menemukannnya di dalam Titus 3:1-2, 1 Petrus 2: 13-15 dan Roma 13:1-7, namun demikian, ketika pemerintahan sebuah bangsa atau negara tidak lagi berjalan sesuai dengan kehendak-Nya maka Tuhanlah yang menjadi hakimnya. Dia bahkan dapat membangkitkan sebuah perlawanan yang  teramat keras terhadap pemerintahan yang korup atau jahat. Kita kembali akan melihat bagaimana Tuhan membangkitkan seorang lawan di tengah-tengah bangsa yang sama sekali  sudah terbiasa dengan kejahatan:

Yeremia 1:2,17-18
Inilah perkataan-perkataan Yeremia bin Hilkia, dari keturunan imam yang ada di Anatot di tanah Benyamin. Dalam zaman Yosia bin Amon, raja Yehuda, dalam tahun yang ketiga belas dari pemerintahannya datanglah firman TUHAN kepada Yeremia....(17)Tetapi engkau ini, baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan sampaikanlah kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadamu. Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka! (18) Mengenai Aku, sesungguhnya pada hari ini Aku membuat engkau menjadi kota yang berkubu, menjadi tiang besi dan menjadi tembok tembaga melawan seluruh negeri ini, menentang raja-raja Yehuda dan pemuka-pemukanya, menentang para imamnya dan rakyat negeri ini.


Untuk sebuah alasan yang sangat kuat (bacalah Yeremia  2:1-35), Tuhan memilih seseorang pada sebuah masa untuk melawan segala kejahatan dan kekejian yang telah tumbuh bagaikan sebuah imperium teramat kokoh, mustahil  untuk dilawan. Melawannya sebagai sebuah misi manusiawi adalah mustahil, sampai Tuhan bangkit dengan kuasanya di tengah-tengah kegelapan pekat sebuah bangsa dan negara. Ini, teks Yeremia 1:2,17-18 akan menjadi kacamata pandang  atas situasi bangsa dan negara kita kini.

0 Ketika Para Pemimpin Negerimu Bersekongkol Dengan Pencuri



Oleh: Martin Simamora

Ketika Para Pemimpin  Negerimu Bersekongkol Dengan Pencuri


Para pemimpinmu adalah pemberontak dan bersekongkol dengan pencuri. Semuanya suka menerima suap dan mengejar sogok. Mereka tidak membela hak anak-anak yatim, dan perkara janda-janda tidak sampai kepada mereka.- Yesaya 1:23


Tentu tidak ada yang mendambakan bahwa pemerintahan baru yang  merupakan hasil pesta demokrasi yang telah kita jalani secara baik segera mengalami rangkaian hambatan-hambatan yang mempengaruhi performa kerja pemerintahan nasional pilihan dan dambaan rakyat, untuk membawa perubahan atau revolusi mental yang akan menghasilkan pembangunan manusia dan ekonomi  yang bermartabat. Apa yang saya maksud di sini tentu kekisruhan di sektor penegakan hukum dan perang melawan korupsi, mulai dari KPK versus Polri hingga Gubernur DKI Jakarta versus DPRD DKI Jakarta. Pada kedua medan masalah, baik yang nasional dan lokal (sebetulnya tidak sepenuhnya lokal sebab Jakarta adalah Ibu kota Republik Indonesia), kita semua belum dapat mengetahui kebenaran sejatinya. Semua masih berproses. Apa yang pasti diketahui adalah: ada masalah teramat serius terkait penegakan hukum dan perang melawan korupsi. Saya tak akan berbicara hal-hal ini, namun pasti saya akan membicarakan realita yang sedang bergejolak ditengah-tengah negeri kita ini melalui “kacamata” serangkai ayat-ayat di dalam Alkitab yang mengisahkan peristiwa-peristiwa yang sama, sebuah keadaan hukum yang rapuh dan korupsi yang membelit baik kota dan negara.


Yesaya 1:23 adalah keadaan yang melanda sebuah kota  yang sangat penting di Timur Tengah: Yerusalem purba. Namun situasi pemerintahannya dapat menjadi teropong yang selaras untuk memandang kota dan bahkan negara kita saat ini.

0 Yunus 4:1-11



Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div

Yunus 4:1-11


Bacalah lebih dulu bagian 5


Yunus 4:1-11 - “(1) Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia. (2) Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkanNya. (3) Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup.’ (4) Tetapi firman TUHAN: ‘Layakkah engkau marah?’ (5) Yunus telah keluar meninggalkan kota itu dan tinggal di sebelah timurnya. Ia mendirikan di situ sebuah pondok dan ia duduk di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu. (6) Lalu atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu. (7) Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu. (8) Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: ‘Lebih baiklah aku mati dari pada hidup.’ (9) Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: ‘Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?’ Jawabnya: ‘Selayaknyalah aku marah sampai mati.’ (10) Lalu Allah berfirman: ‘Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. (11) Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?’”.

I) Kemarahan Yunus.


1)Yunus marah (ay 1).
a)Kemarahan belum tentu merupakan suatu dosa.
Pulpit Commentary: “Anger is in itself an emotion which may be either good or evil. ... a righteous anger or indignation with wrong-doers is now and again in the Scripture narrative mentioned with approval. Indeed, a nature to which anger is foreign cannot but be lacking in moral fibre. On the other hand, into how many sins have men been led by giving way to foolish anger? ... An angry man can seldom decide with justice or act with consideration” (= Kemarahan itu sendiri merupakan suatu perasaan yang bisa baik atau jahat. ... kemarahan yang benar terhadap orang-orang yang berbuat jahat berulang kali disebutkan dalam cerita Kitab Suci dan direstui. Memang, seseorang bagi siapa kemarahan merupakan sesuatu yang asing adalah orang yang tidak mempunyai kwalitet moral yang baik. Di sisi yang lain, orang-orang telah dibawa ke dalam banyak dosa karena menyerah pada kemarahan yang bodoh. ... Seorang yang marah jarang bisa memutuskan dengan keadilan atau bertindak dengan pertimbangan) - hal 82-83.

0 YUNUS 3:1-10



Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div

YUNUS 3:1-10





Bacalah lebih dulu bagian 4


Yunus 3:1-10 - “(1) Datanglah firman TUHAN kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian: (2) ‘Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu.’ (3) Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya. (4) Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: ‘Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.’ (5) Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung. (6) Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. (7) Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian: ‘Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. (8) Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. (9) Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murkaNya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa.’ (10) Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkanNya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya”.

 

I) Pengutusan kedua terhadap Yunus (ay 1-2).


Ay 1-2: “(1) Datanglah firman TUHAN kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian: (2) ‘Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu.’”.

1)   Dimana Yunus berada pada saat itu?
Barnes menganggap bahwa kata-kata dalam ay 2 - ‘Bangunlah, pergilah ke Niniwe’ - tidak mungkin diberikan kepada Yunus yang sedang dalam perjalanan ke Niniwe. Ia mengatakan bahwa Yunus pergi ke Yerusalem untuk membayar nazarnya dan bersyukur kepada Allah di sana, dan lalu pulang ke rumahnya. Setelah beberapa saat maka datanglah Firman Tuhan kepadanya yang menyuruhnya pergi ke Niniwe (ay 1-2). Dengan demikian ada suatu jangka waktu yang memungkinkan kabar tentang dirinya yang ditelan ikan dsb untuk bisa tersebar dan sampai ke telinga orang-orang Niniwe.

0 Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 20

Oleh : Martin Simamora


Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?


Bacalah lebih dulu bagian19
Sebuah episode terdahulu  menjadi penting dikemukakan kembali, untuk   menjaga alur perjalanan artikel serial ini, secara khusus pada bagaimana semua malapetaka yang aktual dan alami itu sekaligus merupakan sebuah peristiwa dalam bingkai  penetapan atau penentuan sebelumnya” oleh Allah untuk sebuah peristiwa yang akan datang, atau dikenal sebagai pre-destinasi (coba baca misal : Efesus 1:1-5,11, Roma 8:28-29 dan 9:11,16 sebagai sebuah navigasi sederhana untuk mengenali keberadaan predestinasi didalam Alkitab). Ketika saya menuliskan “aktual” dan “alami,” berdampingan dengan “pre-destinasi,” maka diharapkan, sekali lagi, dapat menangkap kenyataan predestinasi sesungguhnya; sebagaimana telah kerap coba dikemukakan dalam  sejumlah ruang peristiwa yang penting. Penetapan  atau penentuan sebelumnya bukanlah sebuah perobotan apalagi penakdiran hidup yang melucuti kodrat manusia yang memiliki kemampuan berprestasi dan bercita-cita, untuk  mewujudkan hal yang lebih baik dalam segenap pemahaman dan dayanya.  Saya akan memperlihatkan juga pada kesempat ini, mengapa “penetapan atau penentuan sebelumya” bukanlah sesuatu yang menggelinding kemanapun dia hendak menggelinding, tanpa sebuah tujuan dan maksud spesifik. Sekarang, inilah episode terdahulu yang saya maksudkan; ini adalah sebuah alur peristiwa yang penting, bernuansa  penentuan sebelumnya” yang sangat kental namun sekaligus “aktual” dan “alami”:

Lukas 22:14-23 “(14) Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya.(15) Kata-Nya kepada mereka: "Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita.(16) Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah."(17) Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu.(18) Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang."(19) Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."(20) Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. (21) Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini.(22) Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!"(23) Lalu mulailah mereka mempersoalkan, siapa di antara mereka yang akan berbuat demikian.

0 Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 19

Oleh : Martin Simamora


Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat? 



Bacalah lebih dulu Bagian 18

Sekarang, mari kita kembali ke kisah Yesus sebagaimana  Injil mencatat dan menuturkannya. Yesus Kristus yang sedang menghadapi pengadilan yang dipimpin PontiusPilatus – Gubernur dan sekaligus Hakim bagi Yesus, akan menghasilkan keputusan penting atas dirinya.

Yohanes 19: “(1)Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia...(4) Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."(5) Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!"(6) Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."(7) Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah."(8) Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia,(9) lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus: "Dari manakah asal-Mu?" Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya.(10) Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"(11) Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."

(12) Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar."...(14) Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: "Inilah rajamu!"(15) Maka berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!"    



Kita akan meninggalkan sejenak rangkaian  pertanyaan Bung Andy Wicaksono yang masih akan mewarnai sajian saya. Jawaban  saya atas pertanyaannya akan “melebur” di seluruh badan penjelasan pada bagian ini. Baiklah, apa yang menarik dari adegan diatas ini?

0 Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 18

Oleh : Martin Simamora



Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?



Bacalah lebih dulu bagian17

Memang sungguh sulit untuk dibantah bagaimana Yesus secara ketat mengaitkan dirinya dengan Perjanjian Lama; tudingan kelompok  ateis bahwa Yesus tidak lebih baik daripada Tuhan Perjanjian Lama atau setidak-tidaknya Yesus memangmengafirmasi semua kitab Perjanjian Lama dengan demikian dimanipulasi untuk justru mengontradiksikan Yesus dengan nubuat-nubuat Perjanjian Lama atau bahkan dikatakan bahwa Yesus terkait dengan PL semata-mata adalah rekayasa semua penulis Injil!


Namun bagi orang percaya sejati, Injil Markus. Misalnya, justru akan memberikan sebuah sudut pandang yang sangat keras terkait relasi kokoh antara Yesus dan Perjanjian Lama :

Markus 9:2-7  “Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka,(3) dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus.(5) Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."(6) Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan.(7) Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia."


Injil Matius memberikan juga sebuah perspektif yang sangat ketat terkait relasi antara Yesus dengan Perjanjian Lama, khususnya Musa:


Matius 19:6-8 “(6) Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."(7) Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?"(8)Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.”

0 Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 17

Oleh : Martin Simamora



Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?


Bacalah lebih dulu bagian16
Apakah sedemikian pentingnya perihal “Allah telah  menetapkan sebelumnya,” untuk dibicarakan sebagai salah satu fondasi iman Kristen? Atau terlampau dibesar-besarkan sebagai teramat penting? Jika ya, apakah yang menjadi dasar terkokoh? Mengulangi kembali apa yang telah saya nyatakan sebelumnya: baik Allah dan Yesus Kristus sendiri melontarkannya. Bahkan Yesus Kristus berkata bahwa  Perjanjian Lama pada dasarnya berbicara tentang dirinya yang  belum dan akan digenapi secara pasti. Mari kita lihat salah satu pernyataan Yesus tentang hal ini, dalam sebuah cara yang keras terhadap ketakpercayaan para pendengar “istimewanya” :

Lukas 24:25-27 “Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya  segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia  dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. [Yohanes 5:39-40, 1 Korintus 15:3, Matius 26:54, Markus 9:12, Lukas 24:46,]


Yesus  secara terus terang, tegas dan keras menyatakan betapa segala sesuatu terkait dirinya telah dituliskan jauh sebelumnya didalam kitab suci sebagaimana telah dikatakan para nabi. Yesus mengklaim bahwa segala sesuatu yang dia telah, sedang dan akan lakukan telah  dikatakan para nabi. Yesus mengatakan sebuah fakta “Allah telah menetapkan sebelumnya” dalam sebuah cara yang teramat keras bagi manusia bahwa dia harus menderita untuk kemuliaan-Nya? (saya sudah mengulas perihal ini pada seri sebelumnya). Kepada mereka yang TIDAK PERCAYA akan hal ini, Yesus mengatakan : “hai kamu orang bodoh.” Inilah sebuah jawaban dari Yesus terkait dirinya dalam bingkai “Allah telah menetapkan sebelumnya.” Coba juga bandingkan dengan PENJELASAN YESUS bagaimana tanggung jawab manusia dan  betapa manusia dalam hal ini TIDAK terberangus KEHENDAK BEBASNYA [bacalah bagian 11 dari serial ini] dalam injil Matius 18:7; 26:24; 26:31-35; 26:56; Injil Markus 14:21.

0 Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 16

Oleh : Martin Simamora


Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?


Bacalah lebih dulu bagian15
Saya sekilas telah mendeklarasikan bahwa ateisme dalam dosis ringan namun mematikan telah menyusup kedalam gereja; saya  menunjukan bahwa kala gereja berkata “Tuhan tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat,” maka racun ateisme yang digambarkan si orang gila ala Nietzchse sudah menyebar ke seluruh organ orang percaya, penginjil bahkan si hamba Tuhan/pendeta. Pada kesempatan ini, saya ingin mengutip seorang tokoh ateisme kaliber internasional yang disegani reputasinya dalam upayanya “membasmi” Tuhan dan atau agama, almarhum Christopher Hitchens. Kutipan berikut ini saya ambil dari karyanya tersohor berjudul “GOD IS NOT GREAT : How Religion Poisons Everything,” pada bab ke 8 “The “New” Testament Exceeds the Evil of the “Old” One :

The "New" Testament Exceeds the Evil of the "Old" One
The work of rereading the Old Testament is sometimes tiring but always necessary, because as one proceeds there begin to occur some sinister premonitions. Abraham—another ancestor of all monotheism—is ready to make a human sacrifice of his own firstborn. And a rumor comes that "a virgin shall conceive, and bear a son." Gradually, these two myths begin to converge. It's needful to bear this in mind when coming to the New Testament, because if you pick up any of the four Gospels and read them at random, it will not be long before you learn that such and such an action or saying, attributed to Jesus, was done so that an ancient prophecy should come true. (Speaking of the arrival of Jesus in Jerusalem, riding astride a donkey, Matthew says in his chapter 21, verse 4, "All of this was done, that it might be fulfilled which was spoken by the prophet." The reference is probably to Zechariah 9:9, where it is said that when the Messiah comes he will be riding on an ass. The Jews are still awaiting this arrival and the Christians claim it has already taken place!) If it should seem odd that an action should be deliberately performed in order that a foretelling be vindicated, that is because it is odd. And it is necessarily odd because, just like the Old Testament, the "New" one is also a work of crude carpentry, hammered together long after its purported events, and full of improvised attempts to make things come out right.

[Perjanjian “Baru” Jauh Melampaui Jahatnya Perjanjian “Lama”: Melakukan pembacaan berulang pada Perjanjian Lama terkadang membosankan tetapi selalu perlu, karena manakala seseorang melakukannya, ada mulai muncul/ditemukan beberapa keyakinan atau kepercayaan akan peristiwa-peristiwa teramat buruk yang akan terjadi di masa mendatang. Abraham—moyang lainnya bagi semua monoteisme—sedang bersiap untuk mengadakan sebuah kurban manusia, anak kandung pertamanya. Dan sebuah rumor tampil bahwa “seorang perawan akan mengandung, dan melahirkan seorang putera.” 


Secara bertahap, dua mitos ini mulai bergerak menuju satu titik pertemuan. Adalah  perlu untuk mengingat hal ini dalam benak ketika beralih ke Perjanjian Baru, karena jika anda memilih injil manapun dari empat injil dan membacanya secara acak, tidak akan berlama-lama sebelum anda mempelajari berbagai macam tindakan dan perkataan yang diatributkan pada yesus, telah dilakukan sehingga sebuah nubuat kuno menjadi terwujud. (Berbicara kedatangan Yesus  ke Yerusalem dengan menunggangi seekor keledai, Matius berkata dalam bab 21, ayat 4,” Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi.” Rujukannya berangkali pada Zakaria 9:9, dimana dikatakan bahwa ketika Mesias datang dia akan menunggangi seekor keledai. Orang-orang Yahudi masih menantikan kedatangan ini dan orang-orang Kristen mengklaim bahwa peristiwa  ini telah terjadi!). 


Jika hal ini sedemikian janggal dimana sebuah aksi harus secara sengaja dilaksanakan agar supaya sebuah ramalan terbukti benar, hal itu karena memang janggal adanya. Dan memang sewajarnyalah janggal karena, tepat seperti Perjanjian Lama, Perjanjian “Baru” juga merupakan sebuah karya konstruksi yang keji, dan penuh dengan upaya-upaya yang diimprovisasi untuk membuat hal-hal bergulir secara benar.]

0 Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 15

Oleh : Martin Simamora




Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?
Bacalah lebih dulu  bagian 14
Ketika anda berpendapat dan percaya bahwa Tuhan tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat, mengacu pada kebanyakan fakta betapa manusia-manusia jahat dapat secara bebas melakukan kejahatannya dan Tuhan tidak mencegahnya; bahkan tidak terlihat bertindak sebagaimana Polisi  akan segera bertindak mencegahnya bilamana dia berada di lokasi kejadian. Ini sebetulnya lebih dari sekedar benih-benih meragukan  Tuhan; ini pada puncaknya akan meragukan  keselamatan adalah tindakan kedaulatan Allah terhadap manusia, bahkan Allah sendiri melakukan penjaminan atas apa yang diberikanNya.( bandingkan dengan Efesus 1:3-6; Ibrani 6:17-18;Efesus 1:11, Yoh 1:12-13, KPR 4:12;Roma 8:28-29)

Pemikiran bahwa Tuhan tidaklah seandal atau sehebat yang dikemukakan oleh Kitab Suci, pun  telah sejak lama berkembang menjadi sebuah pandangan umum yang normal-normal saja dalam dunia yang tidak selalu membahagiakan ini. Hanya untuk sebuah contoh, pada bagian “parable of the madman,” (perumpamaan orang gila) yang  dapat ditemukan dalam karya Friedrich Nietzcshe  berjudul “The Gay Science,” halaman 119 [Nietzcshe sendiri  dikenal sebagai filsuf yang menantang fondasi-fondasi Kristen], perhatikan kalimat-kalimat ini:

Have you not heard of that madman who lit a lantern in the bright morning  hours, ran to the market-place, and cried incessantly: "I am looking for God! I am looking for God!" As many of those who did not believe in God were standing together there, he excited considerable laughter. [“Tidakkah kamu ada mendengar orang  dengan tingkah yang gila menyalakan sebuah lentera pada saat pagi yang  cerah, berlari ke pusat bisnis, dan berteriak tanpa henti :”Aku mencari Tuhan! Aku mencari Tuhan!” Banyak dari mereka yang tidak percaya kepada Tuhan sedang  berkerumun di sana, dia tertawa terbahak-bahak penuh makna.]

‘Have you lost him, then?’ said one.  [‘Apakah kamu kehilangan dia, saat ini?’ ujar salah satu dari kerumumunan.]
‘Did he lose his way like a child?’ said another. [‘Apakah Tuhan telah kesasar seperti seorang anak?’ kata yang lainnya]
‘Or is he hiding? Is he afraid of us? Has he gone on a voyage? or emigrated?’ [“Atau apakah Tuhan sedang bersembunyi? Apakah dia takut  dengan kita? Telah lenyapkah dia dalam sebuah perjalanan panjang? Atau telah pergikah dia meninggalkan dunia ini?’]

Thus they shouted and laughed. The madman sprang in to their midst and pierced them with his glances.[mendengarkannya,mereka berteriak dan tertawa-tawa. Orang  yang bertingkah gila itu menyeruak ke tengah-tengah kerumunan tersebut dan memaku mereka dengan tatapan matanya]

‘Where has God gone?’ he cried. [‘Kemanakah Tuhan telah pergi?’]
‘I shall tell you.  [ Aku akan  beritahu anda]
We have killed him - you and I.[ Kita telah  membunuhnya-kamu dan aku]
We are his murderers. [Kita asdalah pembunuh-pembunuhnya]


Kita tidak akan mengulas Nietzcshe sama sekali. Tidak sama sekali! Selain hanya hendak menunjukan bahwa meragukan Tuhan hingga derajat yang merendahkan serendah-rendahnya adalah hal yang sangat mudah menyerang kemanusiaan kita yang fana kala kita melihat sekeliling kita; kala kita membaca koran; kala kita menyaksikan berita-berita di TV; kala kita menyaksikan keadilan dapat diserongkan. Dan apakah menurutmu Allah benar-benar ada? Jika ada, mengapa Dia membiarkan kejahatan beranak pinak? Tetapi yang paling menakutkan jika peraguan terhadap Tuhan ini bersifat LATEN seperti “Tuhan tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat,”maka gereja sebetulnya sudah disusupi “ateisme” dalam dosis “ringan,” namun ini sudah memiliki daya rusak permanen pada optik-optik mata orang-orang percaya. Ketika matanya melihat realita suram dunia ini maka akan dipersepsikan sebagai Tuhan telah kehilangan kebesaran dan kedaulatannya atau Tuhan tidak lagi Tuhan.

0 Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 14

Oleh : Martin Simamora



Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?
Ilustrasi dari " I’ve Loved You So Long" deep-focus.com


Bacalah  lebih dulu bagian13
Kita sudah melihat dari jarak yang amat dekat, dari Yesus sendiri bagaimana dia menyatakan apa-apa saja yang  HARUS terjadi; kita baru  saja melihat sebuah penggenapan atas apa yang telah ditetapkan untuk harus terjadi :

Matius 26:31 “Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai.”

Sebuah indikator teramat vital bahwa apa yang baru saja terjadi, para murid yang   meninggalkan dia bahkan melarikan diri, bukanlah sebuah indikasi bahwa Yesus takluk kepada sejarah manusia! Sebaliknya sejarah manusia telah menjadi OBYEK KEDAULATAN ALLAH yang berdiam didalam manusia Yesus melalui “ketetapan Allah yang telah ditetapkan jauh sebelum semua pelaku bahkan ada di dunia ini”. SEJARAH MANUSIA TIDAK PERNAH  MENETAPKAN APA YANG HARUS DIALAMI OLEH YESUS, sebaliknya: KEDAULATAN ALLAH YANG BERDIAM DIDALAM YESUS TELAH MENETAPKAN BAGAIMANA SEJARAH MANUSIA BERLANGSUNG. Kita melihat betapa Allah sepenuhnya berdaulat, tidak ada satupun peristiwa KEJUTAN yang dihadapi Yesus; tidak ada satu peristiwa boleh terjadi di dunia ini tanpa dia menghendaki. Termasuk boleh tidaknya telinga seseorang terputus oleh pedang:

Lukas 22: 49  : “Ketika mereka, yang bersama-sama dengan Yesus, melihat apa yang akan terjadi, berkatalah mereka: "Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?" Dan seorang dari mereka menyerang hamba Imam Besar sehingga putus telinga kanannya. Tetapi Yesus berkata: "Sudahlah itu." Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya.”
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9