thewayitcouldbe.com Matius 11:28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu |
Pernahkan anda tenang? Adakah saat-saat dalam kehidupanmu ketika anda benar-benar
beristirahat—secara jasmani, secara
mental, secara emosional? Saya tahu diriku tidak terlalu sering menjadi
tenang. Saya hidup dalam sebuah masyarakat
yang penuh dengan hiruk-pikuk, dan saya telah terbawa kedalam
tekanannya. Beberapa hari kelihatannya
setiap menitku telah terjadwal. Saya makan
seraya berpergian, mencoba untuk bangun lebih dini agar lebih siap.
Tetap terbangun di malam yang kian larut untuk
mendapatkan sedikit hal yang sepertinya merilekskan dan mendapatkan angin. Menyusun
rencana bersama dengan teman-teman, saya
telah menjadwalkannya satu bulan didepan. Urusan-urusan yang tak terduga
atau jadwal-jadwal pertemuan berarti
pergeseran seluruh jadwal. Tidak ada lagi ruang dimanapun yang dapat ditemukan.
Apakah hal yang sama ini juga terjadi pada anda?
Setiap orang
berupaya untuk melakukan hal yang lebih banyak dengan sedikit upaya namun kenyataannya
menenggelamkan diri mereka sendiri ditengah-tengah
semua aktivitas. Tidak ada lagi kata “baik”
yang diterima untuk menjawab sapan “ Apa kabar anda?” Sekarang kita mengatakan, “Sibuk!” dan hal ini selalu
merupakan kebenaran. Jika saya sedang sibuk, maka saya pastilah penting atau
mampu atau popular atau dibutuhkan. Tetapi apakah ini adalah sebuah cara yang saleh untuk dihidupi?
Bagaimana dengan peristirahatan Sabat? Dimanakah peristirahatan yang dijanjikan
oleh Kristus (Matius 11:28)?
Matius 11:28
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu
Pernahkah
anda mendengar Mazmur 46:10, “"Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!
(dalam
bahasa Inggris versi NIV misalnya “diamlah “ merujuk pada “tenanglah”
: He says, “Be still, and know that I am God) Tahukah anda
apakah situasi yang melatari ayat tersebut? Ayat ini merupakan gambaran
kekacauan!
Mazmur 46
dimulai seperti ini :” Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan,
sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan
takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; sekalipun
ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya. Sela
(Mazmur 46:1-3). Apkah anda sedang bercanda? Gunung-gunung goyang, air
laut goncang hingga berbuih, bumi
berguncang—dan Pemazmur berkata “kita tidak akan takut” karena Tuhan kita? Ini
pasti Tuhan yang perkasa!
“Ada sebuah
sungai yang aliran-alirannya membuat kota Tuhan senang,” Pemazmur
melanjutkan,” Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah
akan menolongnya menjelang pagi. Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan
goncang, Ia memperdengarkan suara-Nya, dan bumipun hancur. TUHAN semesta alam
menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub (Mazmur 46:4-7).
Peperangan, bangsa-bangsa rebut, kerajaan-kerajaan sedang menuju kesudahannya—namun Tuhan tetap
kuat. Kota dimana Dia berdiam tidak akan runtuh. Orang-orang percaya adalah tempat kediaman Roh Kudus ( 1 Korintus 6:19).
Tuhan ada didalam kita. Seperti kota tersebut, kita tidak akan jatuh.
“Pergilah,
pandanglah pekerjaan TUHAN, yang mengadakan pemusnahan di bumi, yang
menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi, yang mematahkan busur panah,
menumpulkan tombak, membakar kereta-kereta perang dengan api (Mazmur 46:8-9)!”
Tuhan memegang kendali; Dia melangkah masuk dan
memegang kendali.
Dan kemudian, dalam suasana kacau balau, apa yang
kita dengar? “Mari masuk ikut berperang!”
Tidak.” Bertelutlah diatas lututmu dalam takut pada Tuhan yang sangat berkuasa
ini! Tidak. “ Mulai kerjakan membangun kembali apa yang telah Tuhan selamatkan!”
Tidak. Kita mendengar : “Jadilah
tenang.” Dalam hadirat Tuhan yang perkasa ini, yang melindungi kita ketika
ciptaan dalam kekacauan yang sangat
hebat, yang menyelamatkan kita dari peperangan-peperangan, yang memelihara kita
ditengah-tengah setiap hal yang akan dunia lemparkan kepada kita, kita hanya
diperintahkan jadilah tenang. Betapa
menakjubkannya hal itu?
Tuhan mampu.
Dia “akan ditinggikan diantara bangsa-bangsa” dan “ditinggikan di bumi.” Ini
tepat sekali karena Tuhan kita mampu dan karena Dia adalah sebuah benteng sehingga kita dapat menjadi tenang. Kita
tidak perlu berupaya keras untuk
menyelamatkan diri kita sendiri atau tergesa-gesa membendung
penganiayaan. Jika kita bersedia menurunkan upaya penjagaan diri sendiri dan
percaya kepada-Nya, kita dapat menjadi tenang sekalipun dalam kekacauan.
Peristirahatan
adalah sebuah karunia dari Tuhan. Ketika kita beristirahat didalam Dia. Kita
sedang memproklamasikan kuasa-Nya dan kendali-Nya. Jangan salah paham atas apa
yang saya katakan, kita semua dipanggil untuk bekerja. Kita semua
dipanggil untuk bertekun dan untuk
mengorbankan hasrat-hasrat kita bagi kehendak Tuhan (Lukas 9:23; Kolose
3:23; Filipi 3:12-14). Tetapi kita tidak dipanggil untuk menyusahkan diri sendiri (Lukas 10:41-42)!
Tuhan tidak tertarik dengan pengikut-pengikut yang sibuk; Dia tertarik dengan
para pengikut sejati . Dia menginginkan kita untuk menjadi cukup
tenang untuk mendengarkan suara-Nya. Hentikan mental raket. Keluar dari perlombaan treadmill non
stop disepanjang hidupmu. Ambilah waktu
untuk mengenal Tuhan dan percaya kepada-Nya. Kemudian kembalilah menghadapi kehidupan ini,
hanya melakukan hal-hal yang Tuhan minta untuk anda lakukan.
Bagi saya,
ini akan menjadi sedikit menakutkan. Bagaimana jika Tuhan menyingkirkan
beberapa usaha saya? Bagaimana jika saya tidak mampu memulainya? Bagaimana jika
jika berbagai hal runtuh selagi saya
tidak disana? Bagaimana jika orang-orang lain tidak memahaminya?Jadilah tenang.
Be Still in
the Chaos, by Gwenn Sellers |
diterjemahkan oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment