Relief Niniwe : Pasukan Asyria/Asyur yang terkenal kekejamannya sedang menusuk musuhnya dengan sebuah tiang dan dipancangkan [sumber :Grisly Assyrian Record of Torture and Death By Erika Belibtreu] |
Oleh :Robin Schumacher, Ph.D.
Pada bagian pertama :Dalam bukunya “The God Delusion”, seorang ateis Richard Dawkins menuliskan sebuah kritik tajam penggambaran Tuhan sebagaimana dia melihat Tuhan dalam Perjanjian Lama. Dawkins berkata : “Tuhan Perjanjian Lama sangat-sangat nyata merupakan karakter yang sangat tidak menyenangkan dalam semua kisah fiksi : .......
Bagian kedua : Orang-orang Amalek khususnya melancarkan serangan-serangan mereka sebagai pengecut kepada Israel dan dengan sengaja membunuh orang yang lemah dan tua yang terkadang tercecer di belakang kelompok inti yang melakukan perjalanan mereka ke tanah yang dijanjikan Tuhan ( bandingkan dengan Ulangan 25:17-19). Kitab Hakim-Hakim (6:3-5) merekam bahwa orang-orang Amalek secara konsisten beraliansi dengan bangsa-bangsa lain untuk melakukan pembasmian bangsa Israel. Ajaibnya , Tuhan memilih untuk tidak menghancurkan orang-orang Amalek sampai setidaknya 400 tahun berlalu dari tindakan dosa mereka yang pertama terhadap umat-Nya. Waktu yang demikian panjangnya seperti ini memperlihatkan kesabaran Tuhan dan mengenyahkan tuduhan apapun bahwa Tuhan cepat marah dan tergesa-gesa melakukan penghukuman terhadap mereka yang berdosa dihadapan-Nya.
Sebuah Pola yang dapat dipahami
Berdasarkan
contoh-contoh yang telah diutarakan sebelumnya, kita dapat melihat sebuah pola unik/khas
yang mengemuka dari penghukuman-penghukuman yang didatangkan oleh Tuhan
terhadap beragam orang :
- Tuhan mendeklarasikan
sebuah pemusnahan sebagai bentuk penghukuman untuk membasmi sebuah “kanker”
- Penghukuman-penghukuman
untuk dosa ekstrim yang diketahui secara luas oleh masyarakat umum
- Penghukuman
didahului oleh peringatan dan/atau
masa-masa panjang pengungkapan kebenaran dan waktu untuk bertobat
- Setiap dan
semua orang dewasa yang “tidak berdosa”
diberikan sebuah jalan meloloskan diri beserta keluarga-keluarga mereka;
terkadang diberikan sebuah jalan untuk meluputkan diri dari penghukuman melalui
pertobatan atau meninggalkan sebuah kawasan tertentu. Perlu dicatat juga
bahwa pengusiran dari sebuah daerah
merupakan penghukuman yang paling umum, bukan pemusnahan. Pola ini semacam terjadi mulai dari pengusiran Adam dan Hawa dari Taman Eden (bandingkan dengan Kejadian 3:24)
- Seseorang
hampir selalu selamat (ditebus) dari
budaya jahat
- Penghukuman dari Tuhan berlangsung atau terjadi
Pola semacam
ini kembali ditemukan dalam Perjanjian Lama.
Jauh dari keadaan yang disebutkan oleh para pengeritik sebagai keadaan tanpa dosa, obyek-obyek penghukuman Tuhan
tersebut telah terlibat dalam dosa yang menyolok mata dan melakukan
tindakan-tindakan biadab yang dahsyat seperti membakar anak-anak mereka sendiri
hingga mati dalam kaitan ritual tertentu sebagai persembahan kepada tuhan-tuhan
palsu mereka.
Ajaibnya, ketimbang dengan segera memusnahkan orang-orang yang terlibat dalam perbuatan-perbuatan semacam ini, hal yang benar-benar berlawanan ditemukan : Kitab suci menyampaikan bahwa Tuhan memiliki kesabaran yang luar biasa dan menanti hingga perbuatan-perbuatan mereka sudah sepenuhnya sampai pada puncaknya. Sebagai contoh, sementara berbicara kepada Abraham mengenai masa depan keluarnya Israel dari Mesir, Tuhan mengatakan hal berikut ini mengenai orang-orang Amorit : ” Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap" (Kejadian 15:16).
Orang harus bertanya jika umat manusia akan
mengalami penderitaan sepanjang itu
dengan perbuatan-perbuatan yang mengerikan? Akankah perbuatan-perbuatan seperti
yang dikisahkan dalam Perjanjian Lama
diandaikan terjadi pada abad ke-21 dan secara global diberitakan melalui CNN,
maka tidak diragukan lagi akan menjadi teriakan dunia dengan aksi militer
menjadi tindakan yang diambil jika kebiadaban tersebut tidak segera
dihentikan. Mengapa kemudian para pengeritik Tuhan merasa berhak untuk mencap Pencipta sebagai
tidak adil secara moral bahkan ketika
Tuhan menanti dalam beberapa kasus
selama berabad-abad untuk menghukum orang-orang
yang terlibat?
Credit : dailyhitchens |
Tidak ada Standard
Ganda
Ateis Christopher Hitchens, berkata mengenai pengusiran orang-orang Kanaan dari tanah mereka, berkata mereka “ tanpa ampun diusir keluar dari rumah-rumah mereka untuk membuat ruang kepada anak-anak Israel yang tidak berterimakasih dan durhaka” [Christopher Hitchens, God Is Not Great: How Religion Poisons Everything, New York: Hachette Book Group, 2007, 101.]. Sebagaimana telah dimukakan diawal, orang-orang yang mengalami penghukuman Tuhan jauh dari ukuran sebagaimana yang digambarkan pengeritik sebagai tidak berdosa.
Alasan-alasan bagi Israel menggantikan bangsa-bangsa jahat yang berdiam didalam tanah yang dijanjikan bagi Israel oleh Tuhan secara jelas telah dinyatakan dalam Kitab Suci. Berkata kepada Israel, Tuhan berkata : ” Janganlah engkau berkata dalam hatimu, apabila TUHAN, Allahmu, telah mengusir mereka dari hadapanmu: Karena jasa-jasakulah TUHAN membawa aku masuk menduduki negeri ini; padahal karena kefasikan bangsa-bangsa itulah TUHAN menghalau mereka dari hadapanmu. Bukan karena jasa-jasamu atau karena kebenaran hatimu engkau masuk menduduki negeri mereka, tetapi karena kefasikan bangsa-bangsa itulah, TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu, dan supaya TUHAN menepati janji yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub” ( Ulangan 9:4-5; Lihat juga Ulangan 18:9-12 dan Imamat 18:24-25).
Ateis Christopher Hitchens, berkata mengenai pengusiran orang-orang Kanaan dari tanah mereka, berkata mereka “ tanpa ampun diusir keluar dari rumah-rumah mereka untuk membuat ruang kepada anak-anak Israel yang tidak berterimakasih dan durhaka” [Christopher Hitchens, God Is Not Great: How Religion Poisons Everything, New York: Hachette Book Group, 2007, 101.]. Sebagaimana telah dimukakan diawal, orang-orang yang mengalami penghukuman Tuhan jauh dari ukuran sebagaimana yang digambarkan pengeritik sebagai tidak berdosa.
Alasan-alasan bagi Israel menggantikan bangsa-bangsa jahat yang berdiam didalam tanah yang dijanjikan bagi Israel oleh Tuhan secara jelas telah dinyatakan dalam Kitab Suci. Berkata kepada Israel, Tuhan berkata : ” Janganlah engkau berkata dalam hatimu, apabila TUHAN, Allahmu, telah mengusir mereka dari hadapanmu: Karena jasa-jasakulah TUHAN membawa aku masuk menduduki negeri ini; padahal karena kefasikan bangsa-bangsa itulah TUHAN menghalau mereka dari hadapanmu. Bukan karena jasa-jasamu atau karena kebenaran hatimu engkau masuk menduduki negeri mereka, tetapi karena kefasikan bangsa-bangsa itulah, TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu, dan supaya TUHAN menepati janji yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub” ( Ulangan 9:4-5; Lihat juga Ulangan 18:9-12 dan Imamat 18:24-25).
Harus dipahami
bahwa ini bukan sebuah jalan satu arah; Tuhan juga membawa Isreal kepada
standard yang sama dan mengenakan penghukuman yang sama ketika mereka jatuh
kedalam dosa : ” Janganlah kamu
menajiskan dirimu dengan semuanya itu, sebab dengan semuanya itu bangsa-bangsa
yang akan Kuhalaukan dari depanmu telah menjadi najis. Negeri itu telah menjadi
najis dan Aku telah membalaskan kesalahannya kepadanya, sehingga negeri itu
memuntahkan penduduknya. Tetapi kamu ini haruslah tetap berpegang pada
ketetapan-Ku dan peraturan-Ku dan jangan melakukan sesuatupun dari segala
kekejian itu, baik orang Israel asli maupun orang asing yang tinggal di
tengah-tengahmu, --karena segala kekejian itu telah dilakukan oleh penghuni
negeri yang sebelum kamu, sehingga negeri itu sudah menjadi najis--supaya kamu
jangan dimuntahkan oleh negeri itu, apabila kamu menajiskannya, seperti telah
dimuntahkannya bangsa yang sebelum kamu. Karena setiap orang yang melakukan
sesuatupun dari segala kekejian itu, orang itu harus dilenyapkan dari
tengah-tengah bangsanya” (Imamat 18:24-29; lihat juga Imamat 20:22).
Siapapun
yang terbiasa dengan kisah Israel dalam Perjanjian Lama mengenal bahwa hal ini telah terjadi.
Manakala Israel digunakan sebagai alat penghukuman Tuhan terhadap
beragam bangsa yang berdosa, dengan cara seperti ini, Tuhan menggunakan
kerajaan-kerajaan seperti Babilonia melawan Israel manakala Israel menolak Tuhan dan beribadah kepada tuhan-tuhan palsu dan
berhala-berhala. Tidak ada standard ganda oleh Tuhan (Yahweh) dalam bentuk
apapun juga; patokan kebenaran yang sama diterapkan kepada semua
tanpa kecuali siapapun mereka.
Bagaimana dengan Membunuh Anak-Anak?
Bagaimana dengan Membunuh Anak-Anak?
Kritik-kritik
masih ditujukan kepada membunuh anak-anak dalam sejumlah kisah yang terdaftar
dibawah ini (misal air bah, Amalek, dan lain-lain) dan memprotes bahwa
Tuhan tidak dibenarkan untuk memerintahkan membunuh mereka. Untuk menjawab tudingan ini,
sejumlah hal harus dipahami.
Pertama,
kekhasan orang Israel dalam aturan-aturan perang termasuk sebuah
peringatan dan deklarasi periode perang yang akan datang, perang yang ditunda
atau dihentikan. Para wanita, anak-anak, dan orang tua, dan orang-orang
lain kalau mau dapat dengan mudah pergi
jauh menghindari pemberitahuan serangan militer sepenuhnya. Hanya mereka ( atau
yang orang tua-orang tuanya) tetap tinggal karena keras kepala akan menghadapi perang dan akibatnya.
Kedua, dalam
kasus Amalek, telah diperlihatkan (pada
bagian sebelumnya) bahwa seluruh budaya telah rusak oleh dosa-dosa yang
diperbuat oleh orang-orang dewasa. Dari perspektif kekekalan, tidak ada
pengharapan bagi anak manapun yang telah ditinggalkan sendirian. Kitab suci
berbicara tentang fakta bahwa anak
manapun yang tewas sebelum mereka
menjadi cukup tahu secara moral untuk dapat bertanggungjawab dihadapan Tuhan,
mereka ada bersama dengan Tuhan (bandingkan 2 Samuel 12:23), sehingga sementara
anak-anak telah terbunuh dalam perang, mereka pada puncaknya telah diselamatkan oleh Tuhan dari apa
yang menimpa pada orang tua mereka.
Yang terakhir,
secara sosial dan jasmani, bagaimana kehidupan anak-anak disepanjang sejarah selalu terkait dengan orang tua-orang tua yang membesarkan mereka, apakah mereka ada di tangan yang baik
( dalam kasus Nuh) atau yang jahat ( Amalek). Tindakan para orang tua merupakan penentu akhir selagi mereka dalam
masa anak-anak untuk sementara waktu.
Sebuah Tinjauan pada
Perintah-Perintah Tertulis Penghukuman
dalam Perjanjian Lama
Bagaimana
dengan beberapa penghukuman-penghukuman
seperti perintah tertulis untuk melempari batu
pada seorang anak yang tidak mematuhi orang tua-orang tuanya (
bandingkan dengan Ulangan 21:18-21) atau seseorang yang melanggar hokum Sabat
(bandingkan dengan Keluaran 35:2)?
Mengenai melempar batu terhadap seorang
anak yang tidak patuh, hal ini harus dicatat bahwa Alkitab menyampaikan fakta
bahwa para orang tua adalah perwakilan-perwakilan Tuhan di dunia ini, sehingga
bentuk ketidakpatuhan apapun sebenarnya
sebuah tindakan bersifat vertikal ketimbang
horisontal.
Ini hendak menyatakan
bahwa penting untuk memperhatikan tindakan
aktual menghilangkan sebuah nyawa dapat ditunda jika sebuah tebusan telah
dibayarkan sebagai ganti penghukuman
individu tersebut (bandingkan dengan Bilangan35:31). Ini dapat dilakukan untuk setiap hal kecuali
tindak kejahatan membunuh. Juga terdapat aturan-aturan yang ketat untuk pelaksanaan penghukuman;
sebagai contoh, keluarga yang tidak mampu melaksanakan sendiri penghukuman,
tetapi sebagai gantinya harus membawa
kasusnya kepada para tua-tua yang memeriksa kasus tersebut. Meskipun, tidak pernah ada satu kasus pun
tercatat dalam Kitab suci tentang
pelaksanaan hukum tersebut dilaksanakan.
Berangkali hal ini karena penghukuman sebagaimana yang tertulis dalam
hukum telah memberikan efek yang hendak dituju: untuk menjamin penghormatan
pada orang tua melalui rasa takut. Ulangan 13:11, 17:13, dan 21:21 menyatakan
hal yang hampir sama tentang hal yang
serupa setelah sebuah penghukuman yang diperintahkan telah
diumumkan/diberitahukan :” Maka seluruh orang Israel akan mendengar dan menjadi
takut, sehingga mereka tidak akan melakukan lagi perbuatan jahat seperti itu di
tengah-tengahmu.”
Akan tetapi,
sementara tidak ada ada satupun disebutkan bahwa hukuman mati dilaksanakan karena ketidakpatuhan pada orang tua, Alkitab
memang mencatat penghukuman yang dilembagakan bagi pelanggar Sabat : “Ketika orang Israel ada di padang gurun,
didapati merekalah seorang yang mengumpulkan kayu api pada hari Sabat. Lalu
orang-orang yang mendapati dia sedang mengumpulkan kayu api itu, menghadapkan
dia kepada Musa dan Harun dan segenap umat itu. Orang itu dimasukkan dalam
tahanan, oleh karena belum ditentukan apa yang harus dilakukan kepadanya. Lalu
berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Orang itu pastilah dihukum mati; segenap
umat Israel harus melontari dia dengan batu di luar tempat perkemahan." Lalu
segenap umat menggiring dia ke luar tempat perkemahan, kemudian dia dilontari
dengan batu, sehingga ia mati, seperti yang difirmankan TUHAN kepada Musa”
(Ulangan 15:32-36). Bukankah penghukuman ini
sedikit ekstrim?
Apa yang terkadang
terlewatkan pada nas kitab suci tersebut
adalah bagian-bagian yang mendahului kisah ini : ” "Apabila kamu dengan tidak
sengaja melalaikan salah satu dari segala perintah ini, yang telah
difirmankan TUHAN kepada Musa, yakni dari segala yang diperintahkan TUHAN
kepadamu dengan perantaraan Musa, mulai dari hari TUHAN memberikan
perintah-perintah-Nya dan seterusnya turun-temurun, dan apabila hal itu
diperbuat di luar pengetahuan umat ini, tidak dengan sengaja, maka haruslah
segenap umat mengolah seekor lembu jantan muda sebagai korban bakaran menjadi
bau yang menyenangkan bagi TUHAN, serta dengan korban sajiannya dan korban
curahannya, sesuai dengan peraturan; juga seekor kambing jantan sebagai korban
penghapus dosa. Maka haruslah imam mengadakan pendamaian bagi segenap umat
Israel, sehingga mereka beroleh pengampunan, sebab hal itu terjadi tidak dengan
sengaja, dan karena mereka telah membawa persembahan-persembahan mereka sebagai
korban api-apian bagi TUHAN, juga korban penghapus dosa mereka di hadapan
TUHAN, karena hal yang tidak disengaja itu. Segenap umat Israel akan beroleh
pengampunan, juga orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu, karena hal itu
dilakukan oleh seluruh bangsa itu dengan tidak sengaja. Apabila satu orang saja
berbuat dosa dengan tidak sengaja, maka haruslah ia mempersembahkan kambing
betina berumur setahun sebagai korban penghapus dosa; dan imam haruslah mengadakan pendamaian di
hadapan TUHAN bagi orang yang dengan tidak sengaja berbuat dosa itu, sehingga
orang itu beroleh pengampunan karena telah diadakan pendamaian baginya. Baik
bagi orang Israel asli maupun bagi orang asing yang tinggal di tengah-tengah kamu,
satu hukum saja berlaku bagi mereka berkenaan dengan orang yang berbuat dosa
dengan tidak sengaja. Tetapi orang yang
berbuat sesuatu dengan sengaja, baik orang Israel asli, baik orang asing, orang
itu menjadi penista TUHAN, ia harus dilenyapkan dari tengah-tengah
bangsanya, sebab ia telah memandang hina terhadap firman TUHAN dan merombak
perintah-Nya; pastilah orang itu dilenyapkan, kesalahannya akan tertimpa
atasnya” (Ulangan 15:22-31, penekanan ditambahkan).
Pelajaran ini dengan jelas mengajarkan dalam Kitab Suci bahwa kisah pelanggaran Sabat dalam Bilangan 15:32-36 : bahwa si pelanggar adalah seorang yang dengan sengaja melanggar, dalam sebuah pemberontakan terbuka terhadap Tuhan, dan si pelanggaran telah mengetahui bahwa dia dalam keadaan salah.
Realita Kejam
pada Alkitab
Satu
kritisme terakhir yang diarahkan pada Perjanjian Lama adalah bahwa PL mengandung
banyak kisah-kisah kebiadaban seseorang
terhadap seseorang lainnya, ketidakjujuran, amoralitas
seksual, ketamakanm dan hal-hal serupa
lainnya. Bagaimana bisa , tanya para skeptik, Tuhan dapat membiarkan hal-hal
semacam itu dan memperkenankan/mengizinkan
kisah-kisah tersebut menjadi bagian dalam Alkitab atau menjadi firman yang diinspirasi oleh Tuhan?
Jawaban
atas pertanyaan ini, Tuhan tidak memberikan persetujuan
atas hal-hal demikian . Satu yang harus
diingat bahwa, walaupun Alkitab merekam banyak peristiwa-peristiwa yang kotor, hal itu tidak berarti bahwa Tuhan
menyetujui tindakan-tindakan tersebut. Dan memang benar banyak pribadi-pribadi dalam Perjanjian Lama yang
mempertunjukan perilaku yang sangat tidak diinginkan. Sebagai contoh dalam
Kejadian 19, Lot menawarkan dua anak gadisnya kepada para lelaku dari kotanya
yang mendatangi kediamannya dan menuntut untuk melakukan hubungan seksual
dengan malaikat-malaikat yang datang mengunjungi Lot. Penawaran Lot yang
semacam ini jelas-jelas menjijikan, dan tidak pernah tindakan seperti ini
diacungi jempol oleh penulis Kitab
Kejadian atau penulis lainnya yang diinspirasi diseluruh bagian Alkitab
lainnya.
Inilah yang
sesungguhnya, adalah penting untuk mengingat bahwa Alkitab tidak pernah
menyetujui setiap hal yang direkam dalam alkitab. Dan
satu yang harus selalu dicamkan dalam benak kita bahwa Tuhan dapat menarik sebuah garis tegas
dengan sebuah tongkat yang bengkok.
Abraham ( yang berdusta mengenai Sarah yang menjadi isterinya), Daud ( yang
melakukan pembunuhan dan perzinahan), dan orang-orang lainya yang perbuatan
dosa mereka TIDAK dikaburkan dalam halaman-halaman kitab suci, yang mana hal-hal
semacam ini menjadi sebuah
kesaksian akan keberdosaan semua
orang dan anugerah yang Tuhan berikan
kepada mereka. Walaupun mereka berdosa, Tuhan mengasihi mereka dan menggunakan
mereka sebagai bagian dari keseluruhan rencana keselamatan.
Selanjutnya (bagian terakhir) : Ketiadaan Dasar Moral Ateisme, Membongkarketidakkonsistenan bobot moralitas para Ateis
Is the God of
the Old Testament a Merciless Monster?
Robin Schumacher, Ph.D.
May 2011
Diterjemahkan oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment