Colorado wildfires force 11,000 from their homes
|
Aku sedang
duduk di meja makan di ruang makanku,
paru-paruku terbakar didalam dadaku. Ini bukan semacam
terbakar dalam artian metafora
super rohani. Paru-paruku memang terasa
seperti memiliki batu bara yang membara didalamnya. Selama empat hari area utara
Colorado dimana saya tinggal telah tertutupi sebuah selimut asap- asap
kebakaran. Ini tidak baik bagi siapapun untuk menghirupnya, tetapi ketika anda
seorang pengidap Asma seperti aku,
situasi semacam ini sungguh-sungguh menjadi masalah. Bahkan dalam cobaan-cobaan semacam ini dan lain-lainnya, Bapa surgawiku mengajarkan
aku tentang kasih-Nya kepadaku yang tak tergoncangkan, tak bersyarat dan yang sangat menggairahkan.
Lagian, Siapakah yang
Benar-Benar Membutuhkan Oksigen?
Ketika aku
tidak dapat bernafas karena masalah-masalah asma, beberapa system syarat
terkait emosi, yang menghubungkan tubuh dengan otak mulai menjadi
gelisah, keadaan ini seolah otak
berkata , “Hei, kita tidak mendapatkan cukup oksigen disini, apa yang terjadi dibawah sana, paru-paru?”
“Kami memberikan semua yang kami dapatkan, Kapten,”
jawab paru-paru, dengan jengkel, “ tetapi asap ini mendatangkan malapetaka [ada
system-sistem kita.”
“Baiklah,
kita harus melakukan sesuatu. Kita butuh lebih banyak oksigen!”Otak
khawatir, dan aku mulai meninggikan
kedua bahuku sedikit lagi setiap
kali tarikan nafas, dan kedua mataku berangkali mulai melebar secara
mikroskopik setiap kali berupaya memenuhi kedua paru-paruku.
Ditengah-tengah
semua ini, anak-anakku adalah anak-anak yang sehat-sehat, dan isteriku ada di
luar kota. Saya menjaga rumah tangga
dengan cukup baik. Anak- anak selalu menjadi agak gampang marah ketika hal-hal rutin mereka berubah. Karena beberapa hal ketika
ayah dan bukannya ibu yang membuatkan sarapan, dalam benak anak-anakku hal ini disebabkan oleh
semakin meningkatnya kesibukan dan terkadang
disebabkan oleh ketersinggungan. Dalam hal ini saya berupaya mengatasinya, tetapi ketika anda
menambahkan emosi kepanikan dalam latar belakang pemikiranmu; naluri
prima untuk bertahan hidup mendorong
untuk “melakukan sesuatu”,
aku sedang berjuang. Dan tetap;
Bapa berkata, “Katakan kepada mereka tentang kasihku, kasih-Ku yang tak
bersyarat.”
Kasih Tak Bersyarat—Satu-satunya jenis Kasih yang
Dikenal Bapa
Saya telah
menuliskan artikel lainya mengenai Kasih Bapa, tetapi Tuhan selalu membawaku
kembali ke pokok ini. Ini pastilah hal yang penting ;). Bahkan orang yang
telah percaya selama berdekade-dekade
dapat memiliki sebuah pandangan tentang
kasih Tuhan yang tidak dia sadari
menjadi kasih yang bersyarat. Mereka merasa perlu untuk melakukan sesuatu,
tetapi Alkitab mengatakan bahwa cara
demikian terlampau terlambat :
“…Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,…(Roma 3:23)
“…Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,…(Roma 3:23)
Roma 6:23
sedikit lebih blak-blakan mengenai apa
makna telah kehilangan kemuliaan Allah. Dikatakan bahwa upah dosa adalah maut,
dan jika kita menautkan kedua ayat ini bersama-sama dalam Alkitab terjemahan
Jonathan Fashbaugh dikatakan, “ Kita semua telah berdosa, telah kehilangan
kesempurnaan Tuhan, dan kita pasti orang-orang
yang segera mati dan tidak dapat diselamatkan, KECUALI…”
Kecuali Yesus Telah
Datang
Yohanes
3:16 berkata bahwa Tuhan telah mengirimkan Yesus ke dunia sehingga kita
tidak menjadi mati yang mana kita layak
untuk mati. Hampir semua kita berangkali tahu bahwa Yesus telah datang ke dunia dan mati bagi dosa-dosa kita. Jika ini merupakan
sebuah konsep yang agak tidak lazim, tinggalkan atau abaikan saja halaman ini.
Yohanes 3:16
juga berkata bahwa Tuhan mengirim Yesus karena Tuhan mengasihi kita, tetapi
tunggu sebentar—persisnya kapankah Yesus mengasihi kita? Berangkali Tuhan
mengasihi kita saat di Taman Eden
sebelum Adam dan Hawa berdosa. Berangkali Tuhan mengasihi kita dahulu, sebelum kita penuh dengan dosa, tetapi berangkali sekarang
ini karena kita telah banyak berbuat macam-macam dosa. Berangkali karena kita
gampang marah, dan tersinggung pada anak-anak ketimbang mengasihinya, Tuhan sekarang memiliki
perasaan yang berbeda terhadap kita! Puji syukur, hal itu tidak benar.
“Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar--tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati--. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Roma 5:7-8).
“Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar--tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati--. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Roma 5:7-8).
Roma 5:7 dituliskan
secara spesifik bagi anda jika anda seorang yang performer. Pada dasarnya dikatakan, “Lihatlah,
andaikatapun anda sempurna, hal tersebut tidak
menjamin seseorang mau mati untuk
menyelamatkan nyawa anda.” Dalam keteraturan
alam, hal ini sangat masuk akal. Ini soal yang terkuatlah yang dapat
bertahan hidup, benar bukan? Tetapi anda tidak sempurna. Roma 3:23
mendeklarasikan kita semua orang-orang berdosa, tetapi Tuhan memperlihatkan
kasihnya menjadi tanpa syarat dengan membiarkan Kristus mati dalam sebuah
kematian yang mengerikan pada sebuah salib bagi kita semua ketika kita dahulu masih
orang-orang berdosa.
Kasih Tak Bersyarat
Dahulu, Sekarang, Dan Selamanya
Ketika anda
mendengar orang membicarakan “kabar
baik,” mereka sedang membicarakan bagian akhir Roma 6, ayat 23.
“Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23).
“Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23).
Anda
berangkali telah menjadi seorang Kristen, tetapi saya hendak mendorong anda untuk memeriksa
kembali ayat ini dan minta kepada Tuhan untuk memperlihatkan
kepada anda jika anda belum benar-benar memahami dengan hatimu makna karunia
hidup kekal melalui Yesus, dan bahwa Tuhan telah memberikan kepada kita karuni
ini manakala kita sangat tidak layak untuk menerimanya. Tidak ada apapun yang
dapat kita lakukan untuk menjadi layak
menerimanya.
Kasih Dengan Atau Tanpa
Oksigen
Jadi, selagi
duduk disini dengan paru-paruku yang terbakar dan otakku masih berkuat dengan
pilihan-pilihan, ketika anakku yang berusia dua tahun naik ke lantai tas dan berkata , “Saya pup.
Itu menjijikan ayah,” aku tidak menjadi
jengkel dan membelalakan kedua mataku.
Aku tersenyum dan berkata, “mari kita ganti popoknya.” Aku akan melakukan
apapun bagi semua anak laki-lakiku, dan
tidak ada yang telah mereka lakukan
atau pernah mereka lakukan akan mengubahnya, dan aku tidak akan pernah
membiarkan ketakcukupan oksisgen
sedikitpun menghentikanku juga. Mereka akan merasa dikasih!
Awan-awan
telah bergulung dan nampaknya akan hujan. Saya memilih untuk percaya bahwa Allah Bapa telah mengirimkan hujan-hujan ini
untuk memdamkan kebakaran-kebakaran sehingga aku dengan segera dapat bernafas
secara bebas kembali, tetapi jikapun angin-angin badai melecutkan api menjadi
lebih besar, asap lautan api menyesakan. Aku akan tetap tersenyum dalam
damai yang berasal dari kebaikan Tuhan
dan kasihnya yang tak bersyarat. Ayahku mengasihiku tak peduli apapun.
Do
You Really Know His Unconditional Love? By Jonathan Fashbaugh, Given Life
Ministries | diterjemahkan oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment