Oleh: Arthur W. Pink
KEADILAN ALLAH (6)
Ketiga, keadilan Allah dimanifestasikan dalam PENEBUSAN
Kita telah melihat bahwa keadilan Allah dalam pemerintahan-Nya dalam dunia ini dimanifestasikan dalam nurani-nurani manusia dan dalam alokasi-alokasi Providence(pelaksanaan rencana Allah). Mari kita melihat bagaimana ini dinyatakan dalam karya penebusan. Disini adalah dikehendaki Yang Maha Tinggi untuk memberikan sebuah tanda demonstrasi kebenaran-Nya berdasarkan pada ketentuan-ketentuan Hukum yang telah Dia kerangkakan. Tidak dimanapun juga prinsip-prinsip pemerintahan Ilahi diperlihatkan sedemikian gamblang seperti di sini—namun tidak dimanapun juga, kita dapat tambahkan, sedemikian krusial/pentingnya bagi kita untuk selengkapnya tunduk pada kitab suci jika pikiran-pikiran kita padanya untuk menghormati Tuhan Allah.
Jika pekerjaan-pekerjaan penciptaan mengandung misteri-misteri yang melampaui kekuatan-kekuatan kita untuk memecahkannya, dan jika alokasi-alokasi Providence kerap sangat membingungkan, maka terlebih lagi kemegahan pekerjaan penebusan—karya agung Allah—pasti dipenuhi dengan takjub hormat pada mereka yang berupaya untuk merenungkan metoda dan makna penebusan. Hanya ketika kita menginterpretasikan dengan terang tulisan kudus Kitab suci, anomali atau ketaklaziman menakjubkan penderitaan Adil bagi yang tidak adil akan dijauhkan dari kesalahan-kesalahan yang paling menakutkan.
Dalam hubungan dengan karya penebusan, kita diperhadapkan dengan sebuah penyajian impresif yang menakjubkan dari sebuah Pribadi yang bahkan musuh-musuh terburukYna telah mengakui dibebaskan dari noda terkecil ketidakmurnian. Dan yang memiliki perilaku moral, Surga sendiri telah menyaksikan sebuah persetujuan yang tidak pantas, menghabiskan hari-hari-Nya dalam penderitaan sedemikian dan mengakhiri karir-Nya dalam penderitaan berat semacam itu dimana Dia telah didenominasikansebagai “MANUSIA MALANG.”
Jika salah mendahului penderitaan
dan merupakan penyebab penderitaan, kemudian memandang Dia yang Kudus
mengalami kutuk Hukum yang tak pernah susut kekuatannya,
menghadirkan sebuah problem dimana
hikmat manusia jelas-jelas tidak mampu memecahkan.
Ya memang benar tepat pada titik ini, bahwa hujatan-hujatan orang kafir meraung-raung dengan nyaringnya. Tetapi inilah secara persis apa yang Kitab suci hendak giringkan pada kita, karena kitab suci secara apa adanya mengatakan pada kita bahwa memberitakan Kristus yang telah disalibkan adalah “ bagi orang-orang Yahudi adalah sebuah batu sandungan dan bagi orang-orang Yunani kebodohan.” Namun nas yang sama ini segera menambahkan, “ Tetapi bagi mereka yang dipanggil, baik orang-orang Yahudi dan Yunai, Kristus adalah kuasa Allah dan hikmat Allah” ( 1 Korintus 1:23,24).
Ya memang benar tepat pada titik ini, bahwa hujatan-hujatan orang kafir meraung-raung dengan nyaringnya. Tetapi inilah secara persis apa yang Kitab suci hendak giringkan pada kita, karena kitab suci secara apa adanya mengatakan pada kita bahwa memberitakan Kristus yang telah disalibkan adalah “ bagi orang-orang Yahudi adalah sebuah batu sandungan dan bagi orang-orang Yunani kebodohan.” Namun nas yang sama ini segera menambahkan, “ Tetapi bagi mereka yang dipanggil, baik orang-orang Yahudi dan Yunai, Kristus adalah kuasa Allah dan hikmat Allah” ( 1 Korintus 1:23,24).
- Terang pewahyuan Tuhan menyingkirkan apa yang merupakan sebuah batu sandungan bagi mereka yang berjalan dalam kegelapan. Sejauh yang diutarakan Kitab suci,ekspresi kitab suci paling kecil-tidak dapat berbuat apapun atas hal ini untuk penunjukan Bapa atas Kristus untuk mati, adalah menyatakan bahwa orang-orang percaya, “dibenarkan secara cuma-cuma oleh anugerahnya melalui penebusan yang datang oleh Kristus Yesus.
-
Allah telah
menghadirkan dia sebagai sebuah korban penebusan, melalui
iman dalam darahnya.
-
Dia telah
melakukan hal ini untuk mendemonstrasikan keadilan-Nya, karena didalam kesabarannya dia telah
membiarkan dosa-dosa yang telah dilakukan sebelumnya
tanpa dihukum—dia telah melakukan hal
itu untuk mendemonstrasikan keadilan-Nya pada
masa kini, sehingga menjadi adil dan dia yang membenarkan mereka yang memiliki iman dalam Yesus” ( Roma 3:24-26).
-
Tuhan Yesus
Kristus sebagai sebuah korban bagi dosa, telah memperlihatkan hingga pada kesudahannya—mendemonstrasikan keadilan
Allah dalam transaksi teragung sepanjang
masa, sehingga
sekarang Dia membebaskan
pelanggar-pelanggar paling bersalah yang percaya pada
Juru selamat—tanpa menyalahi hak-hak pemerintahan-Nya; ya,
memanifestasikan keadilan-Nya yang sangat dalam
cara yang demikian!
- Walau Yesus Kristus tidak bersalah melanggar Hukum Allah sedikitpun, ya, walaupun melaksanakannya secara sempurna dan ketaatan yang terus-menerus—masih juga Yesus Kristus telah menderita secara vikaris sebagai Pengganti umat-Nya. Atau tidak juga pengorbanan menakutkan ini telah dipaksakan Dia melawan kehendak-Nya sendiri: malahan Dia telah secara bebas mengambil jabatan Penjamin/Penanggung dan secara sukarela melaksanakan tugas-tugasnya. Ini harus selalu dicamkan dalam benak—bahwa Dia yang telah menghadirkan diri-Nya sendiri sebagai Sponsor orang-orang pilihan Allah, telah memiliki hak-hak dan pererogatif-prerogatif yang bukan merupakan milik mahluk-mahluk biasa. Dia adalah penguasa sepenuhnya atas kehidupan-Nya sendiri.
Dia secara sukarela telah mengambil natur
kita dan menyelenggarakan hidup-Nya
untuk maksud menyerahkannya sebagai sebuah tebusan bagi
kita.
Dia sendiri secara gamblang telah membuat ini tanpa kesalahan ketika Dia telah mendeklarasikan, “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku" (Yohanes 10:17,18).
Dia sendiri secara gamblang telah membuat ini tanpa kesalahan ketika Dia telah mendeklarasikan, “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku" (Yohanes 10:17,18).
Jika Dia yang tidak bersalah secara
sukarela telah menerima
upah-upah dosa, maka kebencian Allah
atas dosa secara tanpa
salah telah
dimanifestasikan, otoritas pemerintahan-Nya terjaga, dan syarat-syarat keadilan-Nya telah dipenuhi sepenuhnya.
Semenjak saat-saat paling awal tampilan keadilan yang absurd-- seorang korban tak bersalah menjadi dibantai pada posisi orang yang bersalah—mempertahankan sebuah tempat utama dalam penunjukan-penunjukan Ilahi bagi umat-Nya.
Pelembagaan Ilahi korban-korban
pendamaian dan penggunaanya yang
berlimpah dalam penyelenggaraan
pemerintahan Allah telah dikerangkakan,
secara khidmat telah tidak diberlakukan oleh undang-undang pelanggaran
Hukum, “Setiap orang dari bangsa Israel
dan dari orang asing yang tinggal di tengah-tengah mereka, yang makan darah
apapun juga Aku
sendiri akan menentang dia dan melenyapkan dia dari
tengah-tengah bangsanya. Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya
dan Aku
telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan
pendamaian bagi nyawamu, karena darah
mengadakan pendamaian dengan perantaraan
nyawa” (Imamat 17:10,11).
Dengan pengaplikasian yang sedemikian kerap, dengan kegunaan yang sedemikian bervariasi, dan dengan sedemikian tinggi pentingnya, demikian darah-darah korban persembahan pendamaian—dimana Roh Kudus telah menggerakkan seorang rasul untuk berkata:
“Dan hampir
segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan
darah, dan tanpa
penumpahan darah tidak ada pengampunan”
(Ibrani 9:22). Betapa ini adalah
deklarasi-deklarasi yang istimewa dan
empatik!
- Sebab tidak ada pendamaian tanpa darah kecuali yang telah ditumpahkan dalam persembahan kepada Allah, yang mengakibatkan kematian pada korban, dan yang mana kematian dari seorang korban yang vikaris/ menggantikan—Allah menjaga/mempertahankan secara konstan dihadapan umat-Nya yang ada dibawah sistem ibadah khusus, fakta bahwa pengampunan tidak akan diberikan kepada para pelanggar-pelanggar, maupun yang telah menikmati persekutuan dengan Dia—kecuali dalam hubungan yang ketat dengan sebuah pengunjukan keadilan hukuman.
- Tetapi walaupun korban-korban pendamaian sedemikian banyaknya memberikan kesaksian pada kekudusan TUHAN, sedemikian banyak bukti-bukti kebenaran-Nya—namun dalam naturnya, aplikasi dan kemujaraban—korban-korban ini tidak menjangkau hingga membebani nurani, tetapi sebatas untuk menyingkirkan pencemaran seremonial; dan semata sebuah type prafigurasi tugas keimamatan Mesias. Korban-korban pendamaian jauh dari secara penuh memperlihatkan kesempurnaan-kesempurnaan pemerintahan Allah, dan korban-korban tersebut semata bayang-bayang dan prawujud dari yang harus dimanifestasikan ketika “kepenuhan waktu harus datang.”
- “Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa. Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--. Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" --meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat--. Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus” (Ibrani 10:4-10).
Disini adalah transisi megah dari bayang-bayang menuju Substansi. Korban-korban khusus tidak memadai untuk memperlihatkan kebenaran Allah, dan oleh karena itu semua korban itu, kedudukannya telah diambil alih Korban sepenuhnya mencukupi. Tidak ada selain Anak Allah sendiri, telah mengambil baginya kemanusiaan kita ( dikandung secara sempurna) dan telah datang kedalam dunia untuk mengerjakannya dalam realita, apa yang telah dilakukan sebelumnya merupakan prafigurasi Dia.
Dalam nas diatas, Penebus kita yang terberkati berdiri sebagai seorang korban sukarela, sepenuhnya pantas/layak untuk membuat pendamaian dosa yang penuh. Percaya diri akan kualifikasi-kualifikasi sempurna pada dirinya sendiri untuk melakukan pekerjaan yang sulit, secara absolut berkehendak untuk menjalani semua kepahitan penderitaan-penderitaan yang terdapat pada pelaksanaannya—dia telah menyatakan kesiapan-Nya untuk melaksanakan usaha terbesar yang pernah ada. Tetapi mari kita secara seksama memperhatikan, sekali lagi, bagaimana setiap hal diselesaikan pada KEHENDAK Ilahi. “sesuai dengan “ maksud abadi”, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Efesus 3:11), yang telah diungkapkan dalam dalam kaitan dengan Kovenan Abadi, dimana telah secara bebas diterima oleh Mediator itu sendiri, dan yang telah diberitahukan dalam kitab suci Kebenaran. Bahwa “kehendak” telah terlibat dalam mengagungkan Hukum Allah dan memperlakukannya terhormat (Yesaya 42:21). Ini telah melibatkan Anak yang menjadi Perwakilan Federal umat-Nya, masuknya Dia kedalam jabatan Penjamin/Penanggung, pelayanan-Nya sebagai Substitusi, dan tindakan pendamaian-Nya bagi dosa-dosa mereka. Dan oleh “kehendak” yang sama itu kita diselamatkan. Betapa jelasnya ini mengonfirmasikan apa yang telah kita katakan tadi.
Ini akan membawa kita melebar jauh sekarang untuk masuk kedalam sebuah diskusi natur, disain, dan efek-efek Penebusan, sebaliknya kita harus membatasi diri kita sendiri pada hubungan yang mana Pemenuhan Kristus telah membawa pada demonstrasi kesempurnaan-kesempurnaan pemerintahan dibawah penyelenggaraan yang telah Dia lembagakan. Fitur mendasar penyelenggaraan tersebut adalah bahwa Tuhan Allah telah menempatkan mahluk-mahluk rasional-Nya dibawah Hukum, dan bahwa Dia menjalankan hukum ini dengan imparsialitas (ketakberpihakan/keadilan) yang ketat, memberlakukan sanksi-sanksinya tanpa mempedulikan siapa orang-orangnya.
Bukti klimaks akan hal ini, muncul
dalam rencana Allah yang dibentuk untuk keselamatan orang-orang pilihan-Nya. Dia tidak secara
berdaulat mengampuni kesalahan-kesalahan mereka tanpa pemuasan/pelunasan apapun yang
diterapkan pada Hukum-Nya yang telah dilanggar—tetapi telah menunjuk Anak-Nya
sendiri untuk masuk pada posisi dan tempat mereka—dan telah dibuat menjadi sebuah kutuk bagi mereka,
mengalami dalam Pribadinya sendiri penghukuman yang tidak disurutkan dari Hukum itu, sehingga mereka dapat dibebaskan secara benar. Hal ini saja yang menjelaskan penderitaan Juru
selamat yang tak tersandingkan.
Apa yang baru saja ditunjukan, itu sendiri melaporkan kesengsaraan Penebus kita sebelum menuju Salib. Sebelum tangan manusia manapun menyentuh Dia, sebelum musuh manusia manapun mendekati Dia.
Dia telah berteriak, “Hati-Ku sangat sedih,
seperti mau mati rasanya!” (Matius 26:38). Lihatlah Dia rebah (dalam keadaan tiarap) di Taman: Dia telah berada dalam kesengsaraan tekanan mental: Dia mengeluarkan
tetes-tetes keringat besar darah:
berkutat dengan “tangisan keras dan air mata.” Amatilah Dia pada Kayu pohon
salib yang kasar.
Dengan kemurahan hati dan keluhuran budi yang tak terukurkan Dia telah melakukan mediasi bagi para penyalib-penyalibnya. Dengan kemegahan yang mulia dan kemurahan yang tak tertandingi Dia telah mengalokasikan sebuah tempat di Surga bagi salah satu penjahat yang sekarang di sebelah-Nya.(lihat Lukas 23:48)
Tetapi sebelum Dia menyerahkan nyawa-Nya Dia telah berteriak, “ Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau telah meninggalkan-Ku!” Hanya ada satu penyebab yang memadai bagi penderitaan tak terkatakan semacam ini, yaitu, Karakter Vikaris-Nya, penanggungan-Nya atas dosa yang diperhitungkan/dibebabkan pada-Nya (karena Dia tidak memiliki dosanya sendiri), penjalanan-Nya atas kutuk Hukum di tempat mereka yang sepatutnya dikutuk oleh Hukum.
Matius 26:38 Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya! |
Dengan kemurahan hati dan keluhuran budi yang tak terukurkan Dia telah melakukan mediasi bagi para penyalib-penyalibnya. Dengan kemegahan yang mulia dan kemurahan yang tak tertandingi Dia telah mengalokasikan sebuah tempat di Surga bagi salah satu penjahat yang sekarang di sebelah-Nya.(lihat Lukas 23:48)
Tetapi sebelum Dia menyerahkan nyawa-Nya Dia telah berteriak, “ Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau telah meninggalkan-Ku!” Hanya ada satu penyebab yang memadai bagi penderitaan tak terkatakan semacam ini, yaitu, Karakter Vikaris-Nya, penanggungan-Nya atas dosa yang diperhitungkan/dibebabkan pada-Nya (karena Dia tidak memiliki dosanya sendiri), penjalanan-Nya atas kutuk Hukum di tempat mereka yang sepatutnya dikutuk oleh Hukum.
Kitab suci berkata secara terus terang pada subyek penting ini bahwa tidak ada dalih untuk kesalahpahaman akan maknanya. Kristus telah “ terluka karena pelanggaran-pelanggaran kita, didera karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya” (Yesaya 53:5). Dan mengapa demikian? Karena Allah telah menjadikan Anak menjadi “berdosa karena kita, dia yang tidak mengenal dosa” ( 2 Korintus 5;21), Karena “Tuhan telah membuat semua kejahatan kita, ditimpakan pada Dia” (Yesaya 53:6), karena “Diri-Nya sendiri, telah menanggung dosa-dosa kita dalam tubuhnya sendiri di atas salib” ( 1 Petrus 2:24).
Dan apakah konsekuensinya? TUHAN ini telah berteriak, “Bangunlah,
O pedang melawan gembalaku, melawan orang yang dekat denganku!Seru Tuhan
Mahakuasa. Serang gembala itu!”
( Zakaria 13:7).
Dibawah rejim yang Allah telah lembagakan, dosa harus dihukum dimanapun dijumpai—dan tiada pengecualian dibuat bahkan pada Domba tak bercela—ketika kejahatan-kejahatan umatnya telah ditransferkan pada Dia. Oleh sebab itu, kita telah diberitahukan bahwa penanggung Dosa telah “dipukuli Allah” dan kembali,” Adalah berkenan bagi Tuhan untuk mendera Dia’ ( Yesaya 53:4,10).
Yesaya 53:10 –BIS “TUHAN menghendaki bahwa ia menderita, dan menyerahkan diri sebagai kurban penghapus dosa…”
Dibawah rejim yang Allah telah lembagakan, dosa harus dihukum dimanapun dijumpai—dan tiada pengecualian dibuat bahkan pada Domba tak bercela—ketika kejahatan-kejahatan umatnya telah ditransferkan pada Dia. Oleh sebab itu, kita telah diberitahukan bahwa penanggung Dosa telah “dipukuli Allah” dan kembali,” Adalah berkenan bagi Tuhan untuk mendera Dia’ ( Yesaya 53:4,10).
Yesaya 53:10 –BIS “TUHAN menghendaki bahwa ia menderita, dan menyerahkan diri sebagai kurban penghapus dosa…”
Kemudian, itu adalah dalam karya penebusan, dimana kita telah melihat yang paling jernih, paling jujur, dan lagi penyataan termegah keadilan Allah. Didalamnya kita belajar penilaian-Nya atas dosa, dan kebencian kudus-Nya atas dosa, natur dan kekerasan hukum-Nya atas dosa.
Tidak hanya karya penebusan benar-benar memperlihatkan kekayaan kemurahan Tuhan yang berlimpah dalam mengampuni para penjahat yang memang secara pantas/patut dihukum—tetapi itu memanifestasikan karakter keadilan Tuhan yang secara menakjubkan menginspirasi dan tidak dapat dihentikan atau diubah—dalam penghukuman dosa yang luar biasa dahsyat yang ditimpakan pada Domba Kudus!
Semakin kita merenungkan dalam doa yang sungguh-sungguh akan perilaku Bapa dalam hubungannya dengan kepatuhan dan penderitaan-penderitaan Anak yang dikasihi-Nya—semakin jelaslah kita memandang Dia mempertahankan kehormatan Hukum-Nya yang telah dilanggar, memuaskan/memenuhi klaim-klaim keadilan hukuman, menyediakan bukti tak terbantahkan akan keadilan dan kebenaran-Nya, melalui inilah Dia diketengahkan sebagai Dia yang secara tak terhingga layak untuk mengendalikan dan mengelola alam semesta dan untuk memerintah dunia ini.
Akhirnya, Keadilan Allah akan secara terbuka
dimanifestasikan di kesudahan dunia ini, ketika pemerintahan saat ini disudahi:
kemudian akan ada”hari murka dan penyingkapan kebenaran penghukuman Allah” (Roma 2:5). Tujuan-tujuan keadilan, sejauh perihal-perihal itu terdiri dari hukuman setimpal, akan dilawan oleh hukuman yang diumumkan pada setiap individu segera setelah kematian, karena itu memadai bahwa keadaan manusia dalam dunia yang akan datang selaras dengan karakter-karakter dan perilaku mereka dalam dunia. Tetapi pemeriksaan judisial yang megah dirancang bagi manifestasi akhir keadilan Allah dihadapan sebuah semesta yang telah dikumpulkan, untuk menyatakan berbagai ketidak jelasan dan ketakpastian dimana keadilan sebagaimana terselubungi dibawah beragam alokasi-alokasi Providence, dan untuk mendemonstrasikan sekaligus dan bagi semua—dimana sang Penguasa Surga dan bumi tidak membedakan orang-orang. Kemudian kitab-kitab akan dibuka, persidangan adil diberikan, dan semua bukti dikemukakan dan setiap orang akan “menerima sesuai dengan perbuatan-perbuatannya.” Orang jahat kemudian akan diyakinkan bahwa masing-masing telah menerima sesuai dengan upah kejahatan-kejahatannya, sementara orang benar akan berseru,” "Ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, benar dan adil segala penghakiman-Mu!" (Wahyu 16:7).
Mari sekarang kita secara serius berupaya, walau secara sangat ringkas, untuk mengaplikasikan subyek penting ini dalam sebuah cara doktrinal dan praktis.
- Pertama, manifestasi-manifestasi keadilan Tuhan semacam ini sebagaimana yang telah disajikan dihadapan kita, haruslah sungguh-sungguh mempromosikan pelaksanaan kerendahan hati mendalam dihadapan Allah dalam segenap persekutuan kudus kita dengan Dia. O sahabat Kristen, jika kita memahami langkah/tindakan apapun kebenaran keadilan Tuhan yang sangat jujur ini, kita harus secara pasti merasakan kepatutan pedoman/petunjuk itu,”Mari kita menerima anugerah dimana kita dapat melayani Allah dalam cara yang dapat diterima dengan hormat dan takut yang ilahi—karena Allah kit adalah api yang menghanguskan!” (Ibrani 12:28,29). Kita harus secara serius berupaya untuk memiliki sebuah kebiasaan yang tetap untuk mengingatkan diri kita sendiri bahwa Obyek penyembahan kita adalah Dia yang adalah “mulia dalam kekudusan, disegani dalam pujian, melakukan perbuatan-perbuatan ajaib!” Sebuah cara pandang semacam ini diadaptasikan untuk membangkitkan kekhidmatan, hormat yang bergairah,dan membawa penundukan.
- Kedua, manifestasi-manifestasi keadilan Ilahi sebagaimana
telah disajikan dihadapan kita, seharusnya menghangatkan hati kita dan menyalakan
roh pujian, O betapa sebuah perbadaan yang dibuat apakah keadilan
itu untuk—atau melawan kita.
Keadilan Allah sekarang ini untuk orang percaya terlemah dan paling tidak pantas, karena alasan sederhana tetapi memadai—bahwa keadilan itu melawan Penebusnya terberkati.
Allah tidak dapat dua kali menuntut pembayaran—pertama pada tangan Penjamin kita yang berdarah, dan kemudian kembali pada kita. Karena pedang keadilan Allah telah bersarungkan dalam sisi sang Pengganti—saya pergi bebas. Karena Dia telah menerima upah-upah dosa di tempatku—utang-utangku sepenuhnya telah dibebaskan. Karena Dia telah diberlakukan pada Hukum, sebuah kepatuhan Vikaris (Pengganti) yang mengagungkan dan membuat Hukum menjadi terhormat— kebenaran-Nya yang sempurna diperhitungkan pada hidupku. Karena saya telah meletakan percayaku pada karya-Nya yang telah selesai, saya dibenarkan dari semua hal. Tentu saja, kemudian, saya harus menyerukan,”Mulutku akan mengisahkan kebenaran-Mu dan keselamatan-Mu sepanjang hari!” (Maz 71:15). O pujian dan pengabdian seperti apakah yang setimpal bagi Dia. “Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran!” (Yesaya 51:10).
- Ketiga,manifestasi-manifestasi keadilan Allah semacam itu
sebagaimana telah disajikan dihadapan kita, membentuk sebuah peringatan serius
yang tak terkatakan kepada yang tidak diselamatkan. Meskipun
pertimbangan keadilan Allah harus
memenuhi orang-orang percaya dengan damai dan sukacita—namun keadilan
adalah hal yang menakutkan bagi orang yang tanpa Kristus untuk merenungkannya.
Itu adalah sebuah keadilan yang tidak dapat dibengkokkan, tidak dapat dilemahkan, dan tidak berubah. Itu adalah sebuah keadilan yang tidak pernah dikesampingkan oleh pertimbangan-pertimbangan sentimental, dan yang tidak dapat dibeli dengan janji-janji, atau disuap dengan air mata.
Kebenaran sejati akan keadilan Allah, menuju pada nurani-nurani mereka yang aman dalam dosa-dosa mereka, mengatakan, “O orang yang tidur, berserulah pada Tuhanmu” (Yunus 1:6). Ini dikatakan dengan suara yang mengguntur, dan Legislator (Pembuat Hukum) yang tidak dapat dibengkokkan untuk mengeksekusi ancaman kutuk-Nya terhadap para pelanggar.
Jika Allah” tidak
menyayangkan Anak-Nya sendiri” (Roma 8:32),” hampir secara pasti Dia tidak akan
menyayangkan siapapun yang pada akhirnya menghina dan menolak Dia.
Bahkan sekarang murka-Nya tertuju pada mereka ( Yohanes 3:36), dan kecuali
mereka bertobat—segera mereka akan merasakan kekuatan penuh penghukuman di
Danau Api .
The Justice of God |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
The Justice of God |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment