Oleh :Prof. John Gruzelier
Catatan Editor: Pada semua aspek, editor tidak menyetujui Hypnosis. Artikel ini bernilai sebagai referensi akademis dan kritis terhadap bahaya-bahayanya, sehingga selain bernilai informatif diharapkan dapat mengedukasi pembaca.
Ini adalah artikel pertama dari rangkaian utama topik ini yang terdiri 3 artikel yang telah dipilih untuk memberikan wawasan yang memadai. Dua artikel lainnya yang kelak akan disajikan merupakan penjelasan: JOHN F. KIHLSTROM Department of Psychology, University of California, Berkeley, dan Tim Bayne - University of Oxford
Efek-Efek Bahaya Hypnosis : Sebuah Tinjauan Bukti Dan Implikasi-Implikasinya
Natur
Efek-Efek yang Tak Dikehendaki Dipertimbangkan Kembali
Ketika spektrum penuh aplikasi-aplikasi hipnosis ditinjau kembali dengan mencakup bidang-bidang eksperimental, klinik dan entertainment , adalah jelas bahwa ada sebuah akumulasi yang bertumbuh pada bukti reaksi-reaksi yang tak dikehendaki pada hipnosis memang terjadi dan sangat memiliki kesamaan.Walaupun efek-efek yang paling tidak dikehendaki adalah minor dan berlangsung tidak lama,hampir semua efek-efek yang paling tidak dikehendaki adalah minor dan tidak berlangsung lama, beberapa diantaranya memberikan akibat serius yang perlu diperhatikan. Ini terutama kasus dimana para partisipan memiliki kerawanan-kerawanan yang bersifat psikopatologi dan neurofisiologi, dan dimana praktek-praktek hipnosis tidak memungkinkan penyaringan yang memadai pada kerawanan-kerawanan,maupun sebuah respon yang memadai oleh praktisi jikalau reaksi-reaksi tak dikehendaki terjadi. Tinjauan juga telah menyingkapkan bahwa jumlah riset pada topik ini sangat kecil, yang mana, mengingat keseriusan reaksi-reaksi yang tidak sering terjadi ini, komunitas sains memiliki sebuah tanggungjawab untuk mengatasinya.
Harus
dicamkan dalam benak secara kokoh bahwa
hampir semua subyek telah melaporkan efek-efek positif hipnosis. Tidak akan ada bidang-bidang :
hipnosis klinik atau hipnosis untuk entertainmen jika ini tidak
terjadi. Dalam konteks eksperimental, 2 studi telah medokumenstasikan ini,
menunjukan bahwa 62% dan 56,6% partisipan telah melaporkan pengalaman
menyenangkan dua hari kemudian (Hilgard,1974; Page dan Handley,1993). Dalam
studi kedua, dinilai telah merilekskan
dan menyegarkan telah direkam sebagai
efek-efek setelah hipnosis pada 31,9% subyek-subyek, meningkat menjadi 86,2% ketika induksi hipnotik
dimasukan (Page dan Handley,
1993). Pada mahasiswa-mahasiswa, hipnosis
telah memberikan nilai-nilai kesenangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
serangkaian aktivitas-aktivitas kampus lainnya ( Coe dan Ryken, 1979). Crawford dkk (1982), saat mewawancarai 22 mahasiswa yang
telah berpartisipasi dalam hipnosis panggung, hanya menemukan satu yang diukur
sebagai sepenuhnya negatif. Hampir semua
orang yang telah melaporkan konsekuensi-konsekuensi
yang tak dikehendaki dalam studi-studi eksperimental telah menilai pengalaman
tersebut sebagai sepenuhnya menjadi positif.
Walau demikian, reaksi-reaksi tidak dikehendaki memang
terjadi dan hanya
dengan mengeksaminasi natur reaksi-rekasi tersebut dan penyebab-penyebab hal itu terjadi dapat
diterapkan langkah-langkah pengamanan yang semestinya untuk mengeleminasi atau
semaksimal mungkin mengurangi kemungkinan-kemungkinannya. Bahkan dalam latar laboratorium
yang tidak membahayakan, dimana
induksi-induksi hipnotik pada umumnya
terdiri atas skala-skala Stanford dan Harvard,
yang memasukan
langkah-langkah pengamanan untuk meminimalisasi reaksi-reaksi buruk,
reaksi-reaksi yang tak diinginkan telah dilaporkan hingga satu setengah dari
subyek-subyek. Ini adalah sebuah insiden yang tinggi dan layak akan pertimbangan yang lebih lagi dibandingkan dengan yang telah diberikan dalam waktu-waktu
belakangan ini.
Dalam latar laboratorium, efek-efek lanjutan negatif mungkin dapat dipandang sebagai tidak lebih daripada sebuah gangguan remeh pada hamptr semua partisipan, dan mungkin menjadi konsekuensi praktis yang kecil, hanya berperan sebagai sebuah penggentar dalam berpartisipasi dalam sebuah ekperimen hipnosis laboratorium kembali.
Reaksi-reaksi yang tak dikehendaki dalam laboratorium telah
terjadi dalam waktu-waktu yang berbeda dan
tidak ada dasar-dasar untuk
mempercayai bahwa hal-hal tersebut mengakibatkan kondisi-kondisi buruk lanjutan yang terus berlangsung, walaupun kejadian-kejadian langka adalah mungkin
terjadi. Akan tetapi, sebagaimana dalam sebuah sebuah konteks ekperimental,
sebuah sakit kepala mungkin hanya sebuah ketaknyamanan sepintas lalu, dalam
sebuah konteks kesehatan, sebuah sakit kepala yang dipicu oleh hipnosis mungkin
cukup untuk menyingkirkan praktek hipnosis diri sendiri di rumah, katakanlah
untuk tujuan meningkatkan sistem imun oleh seorang siswa sebelum ujian atau seorang pasien dengan gangguan virus ( Gruzelier, Clow, Evans, Lazar, dan Walker, 1997; Fox, Henderson, Barton,
Champion, Rollins, Catalan, McCormack dan Gruzelier, 1999).
Pemikiran
yang lebih serius adalah kejadian-kejadian tragis patologi yang muncul dari
tujuan-tujuan yang lebih tidak berguna
seperti sebagai hiburan. Serangkaian isu-isu berikut ini,
paling penting diantaranya adalah
pertanyaan bagaimana mencegah efek-efek
tak dikehendaki dan apa yang
hendak diberitahukan oleh efek-efek tak dikehendaki itu mengenai natur
hypnosis. Andaikan kita memiliki sebuah pemahaman yang lebih baik akan proses-proses
yang terlibat maka kita akan menjadi lebih baik diperlengkapi untuk
mengeliminasinya.
Proses-Proses Secara Psikologis dan Fisiologis
Natur efek-efek buruk dan mungkin bersifat psikologis dan fisiologis. Dalam laboratorium, reaksi-reaksi bersifat psikologis mencakup perubahan-perubahan karakter dalam kesadaran seperti perasaan mengantuk dan perasaan linglung, dan pengalaman-pengalaman kognitif seperti amnesia, bingung, distorsi skema tubuh , dan abreaksi (-sebuah reaksi autonomic, tidak disadari dimana seseorang sedang merespon pada sebuah stimulus yang mengingatkannya pada sebuah situasi yang telah dialami sebelumnya, apa ini? Baca ini) pada peristiwa-peristiwa hidup tak menyenangkan yang memorinya dibangkitkan oleh konten dan prosedur-prosedur induksi hipnotik.
Reaksi-reaksi bersifat psikologis terdiri dari tanda-tanda somatic (apa ini? Baca ini )dan autonomic (apa ini? Baca ini
)seperti sakit kepala, mual, jantung berdebar-debar dan kekakuan. Ada satu orang yang melaporkan sebuah konsekuensi
serius, sebuah kejang. Disamping insiden istimewa ini, hipnosis klinik dan
hipnosis untuk entertainmen telah bertanggungjawab atas kondisi-kondisi yang lebih berat, termasuk sakit kepala kronis dan
depresi, reaksi-reaksi kecemasan yang parah, kejang dan keadaan nyaris kehilangan
kesadaran, bangkitnya memori-memori trauma
lama, berulangnya
peristiwa-peristiwa disosiatif yang bersifat spontan, dan memicu
penyakit-penyakit psikiatrik atau menghasilkan dekompensasi (gagal untuk
menghasilkan mekanisme-mekanisme penanggulangan yang efektif merespon stress,
berakibat gangguan personalitas), dengan
penyakit mulai dari reaksi-reaksi kecemasan hingga psikosis.
Corak-corak psikodinamik yang berulang terjadi meliputi mimpi-mimpi regresif melalui asosiasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya; motivasi yang berkonflik; seperti dalam sebuah hasrat kuat untuk mengalami hipnosis namun antipati terhadap figur-figur otoritas yang direpresentasikan oleh penghinotis (Page dan Handley. 1990); dan asosiasi-asosiasi antar sebuah peristiwa masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan dan sebuah ciri utama induksi yang dihasilkan terutama dalam efek-efek berpotensi jika peristiwa terdahalu merupakan peristiwa traumatis, dan sebuah reaksi buruk umumnya muncul melalui instruksi-instruksi regresi usia ( Hilgard dkk, 1961; Kleinhauz, Dreyfuxx, Beran, Goldberg dan Azikri,1979; Crawford dkk, 1982; Page dan Handley, 1993; Barber, 1995).
Faktanya, regresi usia telah
digambarkan sebagai
‘secara potensi merupakan fenomena
hipnosis paling beresiko’ dikarenakan ‘
meregresikan seorang subyek ke sebuah pengalaman traumatik’ (Weitzenhoffer,1957).
Karena alasan ini, ketika merujuk pada
regresi usia, skala
Standford of Hypnotic Susceptibility membawa
partisipan kembali ke ‘sebuah hari yang baik,’ bukan hari yang lain, dan ke
sebuah situasi spesifik yang aman ‘duduk didalam kelas menulis dan
menggambar pada kertas-kertas, bukan
situasi lainnya. Akan tetapi, bahkan ini
bukan langkah-langkah pengamanan mencegah sejumlah partisipan mengalami
pengalaman-pengalaman tak menyenangkan di masa sebelumnya.
Ini telah diungkapkan oleh pengalaman pertamaku dengan hipnosis ( Gruzelier, Brow, Perry, Rhonder dan Thomas. 1984; Gruezelier dan Brow, 1985) ketika saya melakukan penyaringan subyek-subyek untuk hipnotic susceptibility dan 2 partisipan harus dikeluarkan karena mengalami abreaksi (ekspresi dan konsekuensi lepasnya emosi sebelumnya yang dipendam, terjadi melalui mengenang pengalaman yang menyebabkannya—khususnya melalui hypnosis ) yang sangat menekan jiwa dalam merespon regresi usia. Walaupun reaksi-reaksi ini segera ditanggulangi, dari titik ini saya telah memutuskan , saya tidak dapat memasukan item regresi usia dalam studi-studi ekperimentalku.
Ini telah diungkapkan oleh pengalaman pertamaku dengan hipnosis ( Gruzelier, Brow, Perry, Rhonder dan Thomas. 1984; Gruezelier dan Brow, 1985) ketika saya melakukan penyaringan subyek-subyek untuk hipnotic susceptibility dan 2 partisipan harus dikeluarkan karena mengalami abreaksi (ekspresi dan konsekuensi lepasnya emosi sebelumnya yang dipendam, terjadi melalui mengenang pengalaman yang menyebabkannya—khususnya melalui hypnosis ) yang sangat menekan jiwa dalam merespon regresi usia. Walaupun reaksi-reaksi ini segera ditanggulangi, dari titik ini saya telah memutuskan , saya tidak dapat memasukan item regresi usia dalam studi-studi ekperimentalku.
Terkenang terkait dengan kejadian-kejadian kehidupan sebelumnya tidak harus kognitif, tetapi dapat meluas hingga peristiwa-peristiwa bersifat somatis dan psikologis atau kombinasi keduanya. Dapat dibayangkan, selagi asosiasi-asosiasi berakumulasi, pontesi untuk terjadinya abreaksi dapat meningkat. Ini telah diperlihatkan dengan analisa tajam Hilgard dkk (1961) yang mengungkapkan inter alia atau antara lain pengalaman-pengalaman negatif di masa kanak-kanak dengan operasi-operasi yang melibatkan reduksi kesadaran dengan anastesi kimia ( lihat juga Orne,1965; Page dan Handley.1993).
Kedua pengalaman telah melibatkan hitungan mundur dan perubahan-perubahan dalam kewaspadaan/keawasan (araousal- apa ini? Baca ini ) dan kesadaran. Perubahan dalam kewaspadaan dapat melibatkan rileksasi atau sebuah pengubahan /modifikasi kesadaran yang lebih kompleks, atau mungkin hanya ada ekspetasi bahwa sebuah pengubahan kesadaran akan berlangsung. Asosiasi-asosiasi antara kecemasan atau reaksi-reaksi takut dan pergeseran-pergeseran dalam ritme otak dan pergeseran-pergeseran asosiasi-asosiasi dalam reorganisasinya yang bersifat topografi dapat menjelaskan laporan-laporan terjadinya dan pemulihan kejang dan kehilangankesadaran/pingsan ( Hilgard dkk,1961; Kleinhauz dan Beran, 1981).
Perubahan-perubahan dalam hal kewaspadaan (arousal) berangkali menjadi
sekunder terhadap instruksi-instruksi
hipnosis serta juga primer.
Pengaruh-pengaruh sekunder diindikasikan
karena sejumlah perubahan-perubahan dalam kewaspadaan/keawasan
dialami oleh mereka dengan susceptibility rendah serta juga yang tinggi ( William
dan Gruzeilier,2000). Adalah laporan Hilgard dkk (1961) yang sangat mempengaruhi
perkembangan-perkembangan selanjutnya yang pertama-tama telah menarik perhatian
terhadap fakta bahwa dalam latar eksperimental, efek-efek buruk tidak hanya terjadi pada siswa-siswa dengan
susceptibility tinggi ( memiliki kerentanan yang tinggi untuk mudah
dipengaruhi-sehingga mudah untuk dihipnosis).
Sepuluh dari 17 mahasiswa-mahasiswa yang telah terpengaruhi mengalami level-level susceptibility dari medium hingga rendah. Keragaman faktor-faktor kontekstual mungkin menjadi sama pentingnya pada yang rendah seperti pada mereka dengan susceptibility tinggi. Para mahasiswa dengan susceptibility rendah dapat mengalami kecemasan terkait ekspektasi-ekspektasi terkait dengan kemungkinan konsekuensi hipnosis, atau, bergantung pada lingkungan-lingkungan, yang mungkin mengalami alterasi atau sesuatu yang mengubah kewaspadaan melalui rileksasi.
Sepuluh dari 17 mahasiswa-mahasiswa yang telah terpengaruhi mengalami level-level susceptibility dari medium hingga rendah. Keragaman faktor-faktor kontekstual mungkin menjadi sama pentingnya pada yang rendah seperti pada mereka dengan susceptibility tinggi. Para mahasiswa dengan susceptibility rendah dapat mengalami kecemasan terkait ekspektasi-ekspektasi terkait dengan kemungkinan konsekuensi hipnosis, atau, bergantung pada lingkungan-lingkungan, yang mungkin mengalami alterasi atau sesuatu yang mengubah kewaspadaan melalui rileksasi.
Pengaruh-pengaruh lainnya mungkin terjadi terutama mengacu bahwa beberapa perubahan dalam neurofisiologi (terkait funsi syarat pusat dan peripheral—apa ini? Baca ini )telah melakukan pembedaan susceptibility tinggi dari yang rendah (Gruzelier, 1998; Williams dan Gruzelier,2000). Walau demikian,walaupun sebuah level susceptibility rendah tidak mencegah terjadinya reaksi-reaksi buruk ( Hilgard dkk,1961; Crawford dkk,1982), ada sebuah rentang bukti reaksi-reaksi lebih valensi atau daya tarik atau nilai emosi yang positif dan negatif telah diasosiasikan dengan kemampuan yang tinggi untuk masuk kedalam keadaan hipnosis, sesuai dengan sebuah pengaruh utama.
Sebagai contoh, reaksi-reaksi yang tak dikehendaki telah lebih sering diasosiasikan dengan item-item atau perihal-perihal kognitif pada skala-skala susceptibility ( Coe dan Ryken, 1979), dengan skala-skala yang memiliki muatan lebih tinggi pada item-item kognitif yang memerlukan level-level susceptibility yang lebih tinggi dibandingkan dengan item-item ideomotor ( Hilgard, 1974; Crawford dkk, 1982), dan didominasi keterlibatan personal pada hipnosis klinik dan panggung. Alterasi-alterasi atau hal yang menyebabkan perubahan dalam proses kognisi (tindakan mental atau proses mendapatkan pengetahuan dan pengertian melalui pikiran, pengalaman dan indera/akal sehat) dengan hipnosis pada saat ini ditunjang dengan bukti neurofisiologi dari elektrofisiologis (apa ini? Baca ini ), neurofisiologis ( apa ini? Baca ini) dan studi-studi pencitraan otak- brain imagining- apa ini? Baca ini ( Crawford dan Gruzelier, 1992; Gruzelier dan Warren, 1993; Gruzelier, 1996b, 1998; Kaiser, Barker, Haenschel, Baldeweg dan Gruzelier,1997; Szechtman, Woody, Bowers dan Nahmias, 1998; Rainville, Hofbauer dan Paus, 1999; Halligan, Athwal, Oakley dan Farckowitz, 2000).
Kecukupan dehipnosis dan kecukupan
penyingkiran sugesti-sugesti memiliki keterkaitan dengan efek-efek buruk.
Walaupun tak diragukan lagi inilah
kasusnya, prosedur-prosedur dehipnosis konvensional tidak menghalangi
reaksi-reaksi buruk. Respon-respon pada instruksi-instruksi selama hipnosis dan
pembangkitan kenangan atas pengalaman-pengalaman yang dipicu oleh
asosiasi-asosiasi dalam hipnosis dapat
mengalami penundaan selama beberapa hari setelah hipnosis, apakah mereka
(instruksi-instruksi) telah merespon dalam hipnosi atau disingkirkan pada kesudahannya atau tidak.
Berangkali
yang paling serius dan sering dilaporkan
terkait dampak lanjutan yang tak diinginkan adalah psikosis
( Heyer, 1931; Levine, 1942;
Wolberg,1945, 1964; Brenman dan Gill,
1947; Mayer, 1952; Rosen, 1953, 1960; Rosen dan Ericksen, 1954; Raginsky, 1956;
King, 1957; Weitzenhoffer, 1957; Ellis, 1958; Meares, 1960; Tom,1960; Lomas,1961;
Rosen dan Bartemeier,1961; Auerback,1962; Abrams, 1963; Levitt dan Herschman,
1963; Kleinhauz dan Beran, 1981, 1984; Kleinhauz dkk, 1984; Judd dkk, 1985).
Hipnosis klinik dan hipnosis untuk hiburan telah memicu psikosis dalam
kondisi-kondisi yang sangat tertekan (
saat diatas panggung) atau dalam keadaan
tidak tertekan, dimana hipnosis telah diselenggarakan untuk aplikasi-aplikasi
yang tidak berhubungan dengan faktor-faktor
psikodinamik seperti dalam obstetri (kebidanan), dermatologi dan pain
relief atau pengendalian rasa sakit- [apa
ini? Baca ini].
Dekompensasi ( gagal untuk memunculkan
mekanisme-mekanisme penanggulangan
psikologis yang efektif untuk merespon stres, berakibat gangguan kepribadian)
telah diakibatkan dalam aplikasi-aplikasi
pada pasien psikotik, tetapi hipnosis telah memicu episode-episode pertama psikosis, memasukan
pasien-pasien tanpa sejarah pernah
memiliki/mengalami abnormalitas-abnormalitas kepribadian atau genetik. Isu-isu
ini memiliki implikasi-implikasi bagi natur hipnosis dan pengamanan-pengamanan. Sebab bukti ini pada umumnya telah diabaikan dalam
literatur kontemporer, hal ini akan
dipertimbangkan lebih lanjut dalam sejumlah detail.
Natur Hipnosis dan Skizoferenia : kesamaan-kesamaan dan kontras-kontras
Sebagaimana telah diindikasikan
diatas, pengetahuan mengenai bahaya-bahaya memicukan skizoferenia dengan hipnosis
dapat dikatakan umum terjadi pada
1950-an dan 1960-an. Apa yang dapat menjadi informasi yang benar-benar baru bagi
pembaca, menimbang langkanya keterkaitan
skizoferenia dan hipnosis dalam
psikiatri kontemporer, adalah bahwa sebelum
adanya perhatian-perhatian abad pertengahan, telah ada minat sains yang
intensif dalam aplikasi-aplikasi hipnosis
pada skizoferenia, dan bahkan lebih mengejutkan lagi dalam
keserupaan-keserupaan keduanya.
Sebagaimana kerap merupakan natur penemuan sains, ada sudut-sudut pandang yang menentang; pada satu sisi, psikosis dan hipnosis telah dipertimbangkan bertentangan dan pada satu sisi lainnya keduanya telah dipandang memiliki ciri-ciri khas yang sama.
Faktanya, telah dilupakan bahwa tidak ada orang selain Ivan Pavlov (1941) yang melangkah begitu jauh dalam menimbang
skizoferenia menjadi sebuah kondisi kronik hipnosis. Terlepas dari Pavlov, psikoanalis-psikoanalis
juga telah menyimpulkan bahwa ada keserupaan-keserupaan skizoferenia dan hipnosis
( King, 1957; Bowers, 1961).
Mengacu pada kontribusi-kontribusi Ivan Pavlov ( siapa dia? Baca ini) pada psikologi yang luar biasa dan terus bertahan dan pemahamannya pada hubungan-hubungan perilaku otak, sudut pandangnya bernilai untuk dipertimbangkan. Dalam pemaparan berikut ini, konsep-konsep yang masih menggaung kuat hingga masa kini ditulis dengan huruf miring.
Pandangan-pandangan
Pavlov telah didasarkan pada pengalaman ekstensif dengan hipnosis eksperimentaldan neurosis
eksperimental dengan anjing-anjing ( terkait ini, baca ini dalam ) pada
saat bersamaan penemuan-penemuan pentingnya berpengaruh tentang prinsip-prinsip
asosiasi-asosiasi yang dikondisikan, dan aplikasi-aplikasinya untuk
psikiatri. Dalam Conditional Reflexes ( 1928,1941),
Pavlov pertama-tama mendeskripsikan kemampuan disugesti melalui eksperimen-eksperimen
dengan anjing sebagai ‘pada basisnya sebuah kesiapan sel-sel kortikal (apa ini? Baca ini
)untuk melewati masuk dalam proses inhibitation’
(1928:378; penekanan telah ditambahkan).
Emosionalitas dalam histeria dan skizoferenia telah dipandang sebagai melibatkan sebuah
melemahnya intgritas dan kontrol kortikal atas pusat-pusat sub kortikal,
terkait control memunculkan ‘sebuah
aliran dalam refleks-refleks terkondisikan dalam jumlah besar yang
sangat rumit (agresif, pasif-defensif, dan fungsi-fungsi lainnya pusat-pusat subkortikal) dengan
melemahnya kontrol kortikal’ (1928:378).
Credit :mybrainshymponi |
Bagi siswa-siswa skizoferenia, hal ini memiliki sebuah gema
kuat dengan kekinian terkait skizoferenia. Pada basis pencitraan otak, bukti
abnormalitas-abnormalitas focal ( apa
ini? Baca ini )
dalam bentuk hypo- dan hyper metabolisme,
teori-teori kotemporer popular telah mempostulasikan melalui hypo-frontality (apa ini? Baca ini ),
sebuah kehilangan kendali menurun,
kendali top-down yang mengakibatkan
aktivasi berlebihan
struktur-struktur limbik kortikal – apa ini? Baca ini-(Weinberger,1995).
Oakley ( 1999) telah menyajikan sebuah model yang menyatukan histeria konversi dan hipnosis sekitar pengaruh-pengaruh
sistem-sistem otak frontal pada bagian
Cingulate dalam anatomi otak.
Pavlov
meneruskan:
The basic mechanism of suggestibility is destruction of the normal unification of the activity of the whole cortex. Therefore, the inevitable conclusion is that it arises in the absence of the usual influences, coming from the other parts of the cortex. But if this is so, then schizophrenia is the highest manifestation of such a mechanism. How may we consider the extreme, general weakness of the cortex, its abnormal and pathological fragility? In our inhibitory, hysterical dogs, by applying the functional difficulties presented by our experiments, we can make completely isolated pathological points and foci in the cortex; in schizophrenia, in the same manner, under the influence of various experiences of life, acting on perhaps an already organically pathological condition, gradually and constantly there appear a larger and larger number of such weak points and foci, and by degrees there occurs a breaking up of the cerebral cortex, a splitting up of its normally unified function. (1928: 378; emphasis added)
Basis mekanisme suggestibility – sejauh mana seorang menerima sugesti (apa ini? Baca ini ) adalah penghancuran unifikasi normal aktifitas keseluruhan korteks. Karena itu, kesimpulan yang tak terelakan adalah bahwa itu timbul dalam ketiadaan pengaruh-pengaruh biasa, yang datang dari bagian-bagian lain korteks. Tetapi jika memang demikian, maka skizoferenia adalah manifestasi tertinggi pada sebuah mekanisme semacam itu. Bagaimana bisa kita menimbang yang ekstrim, kelemahan umum korteks, abnormalnya dan kerapuhan yang bersifat patologis? Dalam hal inhibitation- (apa ini? Baca ini mekanisme pertahanan yang dalam banyak kasus direfleksikan dalam ego dengan rasionalisasi atau kompromi, misal kecemasan namun tidak meresponnya secara konstruktif) kita, anjing-anjing yang histerikal, dengan menerapkan kesukaran-kesukaran fungsional yang telah dihadirkan oleh eksperimen-eksperimen kita, kita dapat membuat sepenuhnya poin-poin bersifat patologis yang diisiolasi dan pusat aktivitas dalam korteks; dalam skizoferenia, dalam cara yang sama,dibawah pengaruh beragam pengalaman-pengalaman hidup, bertindak pada berangkali sebuah kondisi patologis yang sudah siap secara organik, secara perlahan dan konstan ada muncul semakin besar dan membesar sejumlah poin-poin dan pusat aktivitas yang lemah, dan secara berjenjang ada terjadi sebuah pemutusan korteks serebral . sebuah pemisahan dari fungsi yang terunifikasi secara normalnya ( 1928: 378; penekanan telah ditambahkan)
Teori-teori kontemporer skizoferenia mengajukan basis argumen ganguan-gangguan konektivitas, seperti antara kawasan-kawasan frontal dan temporolimbic (Friston dan Frith, 1995; Fletcher, 1998) dan konentivitas interhemispheric (Gruzelier, 1999).
Dalam Conditioned Reflexes, Vol 2 (1941),
Pavlov melakukan ekstrapolasi lebih lanjut dengan
rujukan rujukan pada hipnosis dan menarik analogi-analogi antara perilaku yang
diinduksi dalam eksperimental anjing-anjingnya dan perilaku psikotik termasuk sterotipe, negatifisme, echolalia –kata
yang diulang-ulang (apa ini? Baca ini), echopraxia- imitasi perilaku orang
lain, misal anda menggaruk kepala –apapun juga- maka itu akan ditiru penderita
(apa ini? Baca ini),catalepsym catatonia ( apa ini? Baca ini ), kekanak-kanakan hebephrenic (apa ini?
Baca ini)- sebuah bentuk skizoferenia yang ditandai
dengan disintergrasi serius kepribadian termasuk bicara tidak beraturan, perangai kekanak-kanakan, dan perilaku anah,
biasanya terlihat jelas selama
pubertas, kategori dianostik paling umum
dalam rumah sakit jiwa,serta
juga kegairahan tak terduga dan agresif:
We have definite experimental neuroses in our animals (dogs) and in the same animals what is analogous to human psychoses, . . . My attention rested particularly on the symptoms of apathy, dullness, immobility and stereotyped movements, and, on the other hand, playfulness, unconventionality and in general childish behaviour inappropriate to patients with such illnesses (hebephrenia and catatonia). What is this from the physiological point of view? May not the physiologist group these phenomena, see in them a single general mechanism?
We have also been able to study the intermediate phases between the waking state and complete sleep – the hypnotic phases. These phases appear to us, on the one hand, as different degrees of the extent of inhibition, i.e., a more or less spreading of inhibition in the areas of the hemispheres themselves and also in different parts of the brain: and, on the other hand, as different degrees of intensity of inhibition in the form of varying depths of inhibition at one and the same place (1941: 39).
Kita memiliki eksperimental neurosis yang pasti dalam hewan-hewan (anjing) kita dan dalam hewan-hewan yang sama, yang dapat diperbandingkan dalam derajat-derajat tertentu dengan psikosis-psikosis manusia … perhatian saya terletak utamanya pada gejala-gejala apatis, kelambanan untuk mengerti, imobiltas dan gerakan-gerakan sterotipe atau gerakan tak bermakna dan berulang-ulang (apa ini?baca ini ), dan, pada sisi lain, hal terkait senang dengan bermain-main, ketidaklaziman dan secara umum perilaku kekakanak-kanakan yang tidak pantas pada pasien-pasien dengan penyakit semacam ini (hebephrenia dan catatonia). Apakah ini dari sudut fisiologi? Tidak bolehkah fisiologis mengelompokan fenomena-fenomena ini, memandang semua fenomena ini sebuah mekanisme umum tunggal?
Kita juga telah dapat mempelajari fase-fase intermediate antara kondisi sadar/bangun dan sepenuhnya tidur—fase-fase hipnotik. Fase-fase ini terlihat pada kita, pada satu sisi, sebagai derajat-derajat berbeda pada sejauh mana inhibitation, misal, sebuah inhibitation meluas secara lebih atau kurang pada area-area belahan otak itu sendiri dan juga pada bagian-bagian berbeda pada otak:dan, pada sisi lainnya, sebagai derajat-derajat intensitas inhabitation yang berbeda dalam bentuk kedalaman-kedalaman pengekangan yang bervariasi pada satu tempat yang sama ( 1941:39)
Disini ada keserupaan-keserupaan dengan model-model
kontemporer inhibitation kortikal yang top-down pada hipnosis dan terkait dengan kemampuan untuk dihipnotis
(apa ini? Baca ini)
[Gruzelier, 1990, 1998; Woody dan Bowers,
1994; Woody dan Sadler, 1998; Kallio, Revonsuo, Hamalainen, Markela dan
Gruzelier, 2000a).
‘Mempelajari gejala-gejala skizoferenik
yang telah disebutkan diatas, saya
bergerak ke kesimpulan bahwa
semua gejala tersebut adalah
pengekspresian sebuah keadaan
hipnotik kronis’;..siapapun hampir tidak
dapat meragukan bahwa skizoferenia dalam variasi-variasi dan fase-fase tertentu
sesungguhnya menunjuk hipnosis yang kronis’ (Pavlov, 1941:42).
Terpisah sama sekali dengan Pavlov dan pemikiran Barat yang cenderung menjadi bertolak belakang terhadap Pavlov (sebagaimana digambarkan dibawah), King (1957) telah menyediakan sebuah kisah bersifat deskriptif memaralelkan antara hipnosis dan skizoferenia. Ini juga kontemporer dalam konsep-konsepnya dan hanya interpretasi yang bersifat psikoanalisa tidak melewati batas-batas teori psikodinamik (apa ini?baca ini) pada eranya.
King memulai dengan
mengutip bukti pada impairment in proverb interpretation [apa ini?
Baca ini-
gangguan terkait fungsi-fungsi eksekutif yang mencakup sepektrum fungsi-fungsi kognitif seperti
pemantauan, pengendalian, perencanaan, inisiasi perilaku, fleksibilitas , inhabitation
dalam hipnosis yang telah diinterpretasikan sebagai
sebuah hilangnya kemampuan atau kecakapan untuk bersikap
kritis /critical faculty (apa ini?
Baca ini).
Hal ini telah didokumenkan dengan baik pada waktu itu dan karena terjadi dalam sebuah jumlah yang
lumayan besar pada pasien-pasien skizoferenik ( Payne,1960).
Mengadopsi terminologi Bleuer ( lihat Bleuer, 1969), King mencatat bahwa empat gejala
fundamental—gangguan-gangguan asosiasi dan pengalaman (manifestasi) emosi-emosi,
autisme dan ambivalensi—kesemuanya hadir dalam hipnosis, sebagaimana telah terjadi
pada gejala-gejala halusinasi dan delusi. Gangguan-gangguan sensasi dan
persepsi lainnya seperti
distorsi-distorsi citra tubuh juga terjadi
pada keduanya, seperti halnya pikiran yang diblok. Paralel ini telah meluas hingga ke gejala yang lebih bersifat tidak
langsung/hanya menyinggung saja, ‘
kualitas tatapan mata,’ selanjutnya
telah didokumenkan secara psikofisiologi -apa ini? Baca ini- (Myslobodsky dkk, 1983), menemukan sebuah hal yang
berkorespondensi atau memiliki kesamaan dalam hipnosis dimana berkedip pada
dasarnya telah dielminasi ( Kallio, Rovonsuo dan Lang,2000b).
Susceptibility
Hipnotik dan psikosis
Sejaman
dengan publikasi tesis Pavlov, ada sebuah pandangan Barat yang menentang bahwa
pasien-pasien psikotik tidak dapat disugesti atau dihipnotis. Ini membawa pada
sebuah kajian pada apa yang ternyata menjadi jejak palsu (bukan yang
pertama atau terakhir dalam riset skizoferenia)—yaitu, bahwa kemampuan
disugesti/suggestibility dan
susceptibility (kerentanan untuk dengan
mudah dipengaruhi) hipnotik dapat membuktikan kebenaran diagnostik dan membedakan antara psikosis (tidak dapat
dihipnotis) dan neurosis (dapat dihipnotis). Ini pada akhirnya tidak terbukti.
Lavoie dan Sabourin (1980) telah
mengategorikan 23 studi yang telah mereka tinjau menjadi: (a) studi-studi yang melibatkan
suggestibility (kemampuan untuk disugesti-seberapa banyak seseorang
menerima dan bertindak atas sugesti yang diterima) dalam keadaan sadar (“waking”
bukan trance—editor Anchor) dengan
tes-tes ‘keseimbangan tubuh’- body sway
( apa ini? Baca ini
) (b) studi-studi awal susceptibility hipnotik menggunakan Skala Davis and Husband Hypnotic
(Davis dan Husband, 1931), dan (c)
studi-studi selanjutnya ( total mencapai 723 pasien) menggunakan instrumen -instrumen
yang telah distandardisasi seperti Standford Scales. Ketika data dari setiap tiga kategori
dipertimbangkan sebagai sebuah
keseluruhan, konklusinya adalah sama—skor rata-rata grup-grup pasien ( psikosis) lebih rendah
daripada grup-grup control tetapi distribusi-distribusi telah mengalami tumpang tindih pada derajat
tertentu sehingga melakukan diskriminasi tidak mungkin. Lebih lanjut, grup-grup
pasien telah diharmonikan untuk usia,
para pasien memiliki level-level susceptibility
yang lebih tinggi daripada pasien-pasien grup control ( Gordon, 1973).
Sejumlah faktor-faktor bersifat metodologi merumitkan konklusi-konklusi
siapapun yang mempelajari bidang ini, seperti bidang-bidang lainnya, riset
skizoferenia, terletak pada diversitas kondisi klinis. Skizoferenia adalah heterogen dalam perilaku dan proses
penyakit. Sejumlah upaya telah dibuat untuk menangkap perihal ini,
menggantikan yang orisinal- subkategori-subkategori Kraepelinian yang telah bertahun-tahun dengan subdivisi-subdivisi
seperti akut-kronik, proses-reaktif, premorbid baik-buruk, prognosis
baik-buruk, Tipe I dan II, positif versus negatif.
Ciri-ciri khas yang menyertai pasien-pasien yang lebih suggestible ( terkadang sedemikian tingginya suggestible) dengan
sejumlah konsistensi, tetapi dengan sejumlah pengecualian, dalam studi-studi
yang telah ditinjau oleh Lavoie dan Sabourin (1980) termasuk akut ketimbang kronik, yang merupakan
pembedaan/kekhususan paling dapat direplika, paranoid dan tidak dapat dibedakan ketimbang katatonik- sebuah keadan tidak responsif terhadap stimulus pada seseorang yang terlihat
dalam keadaan sadar ( apa ini? Baca ini), dan
perempuan ketimbang pria, pasien rawat jalan ketimbang pasien inap. Ini adalah
sebuah konstelasi yang longgar pada cirri-ciri khas yang kerap menyertai sebuah
sindrom positif lebih daripada negatif
(Gruzelier,1999).
Tidaklah mengejutkan, negatifisme (- apa ini? Baca ini . Perilaku
pasien yang berlawanan dari apa yang
diharapkan atau dimintakan tanpa alasan yang nyata, misal pasien menutup mata
padahal diminta untuk membuka kedua matanya, makin keras ditutup. Setiap
permintaan memprovokasi perlawanan lebih lanjut), kecurigaan paranoid, menarik
diri dan tidak dapat bekerjasama-sangat kokoh melawan hipnosis. Sebagaimana
Lavoie dan Sabourin ( 1980) telah menyimpulkan, ’Data baru-baru ini
kelihatannya akan mendukung hipotesis kemampuan dihipnotis normal dalam sejumlah
contoh-contoh pasien skizoferenik, telah
memberikan variable-variabel yang
relevan (usia, kekronisan, tipe kerelaan dan jenis kelamin) telah dikontrol
secara tepat’ (1980:391).
Perawatan
medis psikosis dengan hypnosis
Merujuk sejarah, ada sisi lain dari koin. Beberapa praktisi yang teramat ahli yang telah berpengalaman baik dalam aplikasi-aplikasi pengobatan/therapeutic hipnoanalysis ( apa ini? Baca ini ) dan natur skizofernia telah melaporkan efek-efek berguna dalam perawatan medis psikosis. Hal-hal ini berkaitan untuk menegakan hubungan harmonis, menyingkirkan gejala-gejala, mengubah sikap-sikap dan rehabilitasi di tempat kerja ( Bowers,1961; Abrams,1963; Erickson,1964,1977; Guze,1967; Wolberg,1964; Lavoie dan Sabourin,1980). Seperti Guze (1967) telah meneorikan, kemampuan untuk memanipulasi halusinasi-halusinasi dan delusi-delusi dengan hipnosis memberikan sebuah sarana reorganisasi saling mempengaruhi antara realitas bagian dalam dan bagian luar, sebuah gangguan yang mendefinisikan karakteristik-karakteristik psikosis. Meskipun demikian ini jelas bukan sebuah pendekatan yang harus dilakukan secara enteng, dan merupakan pendekatan yang memerlukan keawasan yang besar.
Berangkali upaya yang
paling besar pada perawatan psikosi telah dilaporkan oleh Bowers (1961),
yang telah mengobservasi 5-12 tahun peringanan dalam 30
kasus kronik yang berjalan, sulit ditangani pada bentuk-bentuk perawatan
medis lainnya dan pada mereka hipnosis telah digunakan sebagai upaya akhir;
tidak ada pencapaian berarti. Cenderung ini mengingatkan pada Pavlov, dia
berkomentar:
At times one has the definite feeling that schizophrenics are in a kind of perpetual state of auto-hypnosis. This can be most dramatically seen in the ritualistic rockings, tappings and whirlings of schizophrenic children and in chronic deteriorated schizophrenics in state hospitals, but may also be observed in patients in social remission who are ready to share their secrets with the therapist and will demonstrate their methods in moments of rare confidence (1961: 43).
Pada masa itu, orang telah memiliki perasaan pasti bahwa para skizoperenik (penderita) ada dalam sejenis keadaan autohipnosis yang langgeng. Ini dapat menjadi paling dramatis terlihat dalam ritualistik bergoyang-goyang, mengetuk-ngetuk dan berputar-putar (berpusing) pada anak-naka skizoferenik dan keadaan para pasien skizoferenia yang memburuk secara kronis di rumah sakit-rumah sakit, tetapi dapat juga diobservasi pasien-pasien dalam proses remisi sosial yang siap membagikan rahasia-rahasia mereka dengan para terapis dan akan mendemonstrasikan metoda-metoda mereka dalam momen-momen keyakinan diri yang jarang ( 1961:43).
Setelah menggambarkan satu kasus tersebut, dia melanjutkan: ‘Pasien-pasien ini terlihat harus
belajar trik-trik menginduksi sebuah keadaan auto hipnosis dengan tujuan untuk menarik dari sebuah perubahan-perubahan terutama yang tak
menyenangkan pada realitas luar’ (1961:43). Secara historis sekitar
waktu yang sama, peneorian serupa mengenai menarik diri atau pengunduran
sebagai sebuah mekanisme protektif telah dikembangkan dalam psikiatri eksperimental (Wing dan Brown, 1970), dan secara teori masih harus
digantikan.
Sebuah kasus
pertama episode Skizoferenia setelah hipnosis panggung
Di
Inggris pada 1998,
sebuah kasus unik telah diajukan ke Pengadilan Tinggi dimana seorang pasien
(CG) yang telah menjadi penderita
skizoferenia untuk pertama kalinya dalam satu minggu setelah hipnosis panggung,
telah menjadi kasus gagal melawan si
penghipnotis; sebuah kasus yang menjadi tonggak penting yang menghasilkan
keputusan ke arah yang lain. CG seorang Prancis berusia 25 tahun telah
digambarkan sebagai seorang yang tenang dan
mudah bersosialisasi dan dalam hubungan yang stabil pada saat insiden terjadi 1995.
Dia telah menghadiri sebuah pertunjukan hipnosis panggung
dimana dia telah dihipnotis selama 2 jam 15 menit oleh seorang performer panggung dan televisi.
Setelah pertunjukan dia mengalami sebuah sakit kepala, memorinya telah menjadi
samar dan kedua matanya terlihat sayu.
Dia tidak dapat tidur sampai pukul 04.00.
Pada keesokan harinya di tempat kerja dia telah dinilai
sebagai mengalami sebuah perubahan kepribadian, tertawa dengan keras dan dan
tidak pantas dan telah memperlihatkan
agresi irasional. Dia telah bereaksi pada pemberitahuan ketidakefektifan
kerja dengan bercanda, kesemuanya ini
bukan karakternya.
Ketika pergi ke pub di
hari berikutnya dan akhir pekan keesokannya, dia telah memperlihatkan suasana
hati yang berubah-ubah dan melibatkan
dirinya dalam percakapan-percakapan orang lain secara tidak pantas. Pada waktu-waktu lain dia ketakutan, agresif dan marah.
Pada hari yang ketiga dia telah melihat seorang yang
sedang berolahraga lari dan terdorong
untuk menirunya. Lima malam berikutnua ketika tiba bagi anaknya untuk belajar Karate, dia meminta pacarnya untuk
membantu. Pacarnya mendaptkan dia sedang berdiri dengan pakaian karate, menatap
dan memandangnya.
Dia terlihat ketakutan, secara terus-menerus meminta jaminan
dan diatas selembar kertas dia telah menuliskan hal-hal yang salah, dia tidak
terkendali, tetapi tahu bahwa pacarnya akan membantu dia. Pada hari berikutnya
dia telah hancur dengar air mata berlinang di tempat kerja.
Si penghipnotis telah dihubungi dan menolak bertanggungjawab, dan pada sebuah kontak kedua telah mengatakan bahwa dia telah dinasehati oleh seorang pengacara untuk tidak terlibat dan bahwa kondisi semacam itu tidak ada kaitan dengan hypnosis.
Dia telah merekomendasikan seorang psikoterapis yang telah menasehati CG untuk menunggu lebih
lama. Dia telah melihat sebuah GP yang telah merekam kewaspadaan berlebihan dan
kehilangan konsentrasi. Perilakunya berlanjut
memburuk dan dia telah mengatakan bahwa dia telah merasa bahwa dia akan mati, berpikir
bahwa dia dapat menghentikan mobil-mobil dengan
matanya, dan merasa bahwa dia sedang menaiki sebuah tangga menuju surga dan pada saat mencapai puncak dia akan mati. Pada
hari kedelapan, dia telah menjumpai
psikiatris dan pada hari berikutnya
telah dirawat di rumah sakit dimana dia telah dirawat selama satu bulan.
Pada perawatan rumah sakit , dia telah mengakui ide-ide
referensi dan halusinasi-halusinasi yang melibatkan mendengar suara-suara.
Gejala-gejala yang muncul padanya memenuhi sebuah diagnosa dari sebuah episode
penderita skizoferenia akut yang terjadi setelah hipnosis ( Allen,1995).
Walaupun dia telah memberikan respon pada perawatan medis dengan neuropletik ( sebuah pengobatan psikiatrik
untuk mengangani psikotik termasuk delusi, halusinasi dan kekacauan pikiran-
apa ini? Baca ini) ,
dia masih menyimpan kesulitan residual, dan kembali bekerja dengan terus melanjutkan perawatan dengan dosis
rendah.
Tujuh bulan kemudian
dia kembali jatuh pada kondisi
skizoferenia awal setelah melihat penghipnotis yang sama di televisi, saat
diaman dia membutuhkan dosis-dosis signifikan
neuropletik. Dia tidak kembali bekerja dan telah menjadi berlebihan dua bulan kemudian.
Delapan bulan kemudian, psikoterapisnya telah menasehati untuk menghentikan
pengobatan sebab dia terlihat sehat, tetapi dalam waktu satu bulan dia telah
mengalami kekacauan pikiran, dengan pemikiran-pemikiran yang berlomba,
ketidakmampuan untuk tidur dan kurangnya
wawasan. Dengan kejadian ini dia
membutuhkan sebuah perawatan
medis neuropletik dosis rendah untuk mencegah pengulangan skizoferenia akut.
Penulis telah bertindak sebagai saksi ahli untuk
kepentingan pasien. Walaupun ditentang tajam
pada proses ruang pengadilan, sebuah
kasus dimana terdakwa telah mengklaim telah menghabiskan £ 1juta , merupakan nilai sains yang kecil, ini adalah kepentingan ilmu pengetahuan untuk
pengetahuan yang dihasilkan pada perkembangan
skizoferenia, selain dari bahaya-bahaya hipnosis, dan untuk sikap-sikap
terhadap relasi antara psikosis dan hipnosis.
Bersambung ke bagian
6
UNWANTED EFFECTS OF HYPNOSIS: A REVIEW OF THE EVIDENCE AND ITS IMPLICATIONS,Contemporary Hypnosis (2000) Vol. 17, No. 4, 2000, pp. 163–193 |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
UNWANTED EFFECTS OF HYPNOSIS: A REVIEW OF THE EVIDENCE AND ITS IMPLICATIONS,Contemporary Hypnosis (2000) Vol. 17, No. 4, 2000, pp. 163–193 |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment