Oleh:Dr. Kenneth Boa
Bacalah terlebih dulu bagian 2
Semua Yang Surga Perbolehkan: Homoseksualitas dan Makna
Kasih (Cinta)
”The Homosexual In America,” October 31, 1969 |
Dosa-Dosa Sodom
Berangkali nas firman dalam Alkitab yang paling sering didiskusikan dalam hubungannya dengan homoseksualitas adalah kisah penghancuran Sodom dan Gomora di kitab Kejadian 19. Pada pandangan tradisional, kota-kota ini telah dihancurkan karena mereka telah sedemikian merosot secara moral dimana perbuatan-perbuatan homoseksual adalah wajar disana. Para pembela homoseksualitas kerap berpendapat bahwa dosa Sodom secara khusus ( kota dimana Lot menetap dan hidup) adalah ketidakramahan—atau secara lebih tegas, perlakuan tidak pantas terhadap orang-orang asing.
Kisah Kejadian 19 adalah sebuah naratif historis dan bukan sekeping perintah etika, sehingga tidak seharusnya kita berharap untuk menemukan sebuah “kasus” yang dikembangkan untuk melawan homoseksualitas. Terutama, kita tidak menemukan sebuah diskusi umum mengenai status moral perbuatan-perbuatan homoseksual. Namun demikian, upaya oleh sejumlah penafsir untuk mengeliminasi/menyingkirkan homoseksualitas dari gambar Kejadian 19 harus dinilai tidak berhasil. Sebagai contoh, adalah kerap diklaim bahwa ketika orang-orang kota setempat meminta orang yang tinggal bersama dengan Lot ( yang sebetulnya adalah malaikat-malaikat) agar dikeluarkan dari rumah ” sehingga kita dapat mengenal mereka” (Kejadian 19:5, terjemahan literal), dimana mereka menuntut sebuah kesempatan untuk menginterogasi mereka dan tidak meminta untuk “mengenal mereka secara langsung/ bertemu dan melihat secara langsung orangnya” (NKJV “And they called to Lot and said to him, “Where are the men who came to you tonight? Bring them out to us that we may know them carnally.).
Tetapi pembacaan ini kehilangan dua poin dalam konteks yang sama ini :
Pertama , tanggapan Lot kepada orang/penduduk kota setempat menawarkan untuk mengirimkan keluar puteri-puterinya bagi mereka sehingga mereka dapat melakukan apapun yang mereka sukai (ayat 8) :
Kejadian 19:8- LAI BIS
Coba dengar, saya punya dua anak perawan. Biar saya serahkan mereka kepada kalian dan kalian boleh melakukan apa saja dengan mereka.
Ini dalam cara yang jelas sebuah tawaran untuk memuaskan tuntutan-tuntutan seksual mereka dalam sebuah cara yang lain/alternatif.
Kedua, Lot menggambarkan puteri-puterinya dengan mengatakan bahwa mereka “belum mengenal seorang pria” (ayat 8- dalam Alkitab LAI “dua orang anak perempuan yang belum pernah dijamah laki-laki”).
Disini kata yang sama “mengenal/kenal” digunakan seperti dalam ayat 5 (NKJV “See now, I have two daughters who have not known a man”), dan disini jelas bahwa Lot sedang menggambarkan puteri-puterinya sebagai perawan-perawan [bandingkan dengan Schmidt, Straight and Narrow,87]. Sehingga tidak ada dasar untuk melemahkan fakta bahwa para laki-laki kota setempat menginginkan untuk melaksanakan cara mereka secara seksual dengan orang-orang asing tersebut.
Sebuah poin yang lebih baik adalah, bahwa penduduk kota setempat tidak sedang berupaya mencari konsensus atau kesepakatan bersama atas hubungan-hubungan homoseksual dengan orang-orang asing tersebut, tetapi pada faktanya sedang mengancam untuk memperkosa mereka [pandangan ini disukai oleh Spong, Living in Sin, 139-40; bandingkan dengan Mel White, Stranger at the Gate: To Be Christian and Gay in America ( New York: Simon & Schuster, 1994),38]. Tidak ada penyangkalan bahwa hal seperti ini yang menjadi maksud atau niat mereka. Akan tetapi, asumsi pokok hal paling mendasar dalam penawaran Lot atas puteri-puterinya yang perawan sebagai alternatif-alternatif adalah, bahwa Lot telah memandang homoseksual sebagai tidak bermoral pada dasarnya. Ini tidak bermakna bahwa, seperti secara keliru diklaim Spong, naratif biblikal merestui penawaran Lot”[Spong, Living in Sin]. Sebaliknya, poinnya adalah bahwa keseluruhan kisah mengasumsikan bahwa tindakan-tindakan homoseksual telah dipandang sebaga bukti kuat kerusakan moral secara khusus— pertama-tama merupakan dasar bagi penghukuman Tuhan atas kota –kota tersebut.
Teks ini tidak menghadirkan seorang Lot tak berdosa berkontras dengan sebuah Sodom yang jahat, tetapi Lot seorang yang berdosa namun meyakini Lot telah diselamatkan oleh anugerah dari penghukuman yang ditimpakan atas Sodom yang jahat dan tak bertobat.
BUKAN CUMA HOMOSEKSUAL
Selanjutnya teks-teks didalam Alkitab memperlihatkan bahwa meskipun perbuatan-perbuatan homoseksual, bukan satu-satunya bukti kejatuhan moral di Sodom, aktifitas homoseksual hanyalah bagian dari gambar/ situasi keseluruhan.
Yehezkiel menyatakan bahwa Sodom telah dikecam karena kecongkakannya, tidak membantu orang miskin dan membutuhkan pertolongan, dan mereka melakukan “hal keji” (Yeh 16:49-50 “Lihat, inilah kesalahan Sodom, kakakmu yang termuda itu: kecongkakan, makanan yang berlimpah-limpah dan kesenangan hidup ada padanya dan pada anak-anaknya perempuan, tetapi ia tidak menolong orang-orang sengsara dan miskin. Mereka menjadi tinggi hati dan melakukan kekejian di hadapan-Ku; maka Aku menjauhkan mereka sesudah Aku melihat itu.”), dimana konteksnya terlihat merujuk pada setidaknya sebagian pada dosa-dosa seksual ( bandingkan dengan ayat 43-48, 51-58), dan yang mana keduanya digunakan dalam teks-teks Imamat ( akan didiskusikan segera) yang secara spesifik mengecam perbuatan-perbuatan homoseksual ( 18:22; 20:13)[dengan mengutip ayat 49 dan mengabaikan ayat 50, White kehilangan rujukan pada “hal keji” yang telah diperbuat oleh orang-orang Sodom; White, Stranger at Gate, 38.]
Dalam Perjanjian Baru, surat Yudas, Sodom dan Gomora dikatakan telah dikecam karena mereka telah “memberikan diri mereka pada amoralitas seksual dan mengikuti nafsu asing/tidak wajar” (Yudas 7)
“sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang.”-Yudas 7
Klaim disini bukan seperti sejumlah kritik pada padangan tradisional yang telah secara keliru disangkakan, bahwa seluruh populasi pria Sodom secara eksklusif homoseksual dalam konsep masa kini , seorang dengan orientasi homoseksual [ misal : Spong, Living in Sin,139].
Tetapi faktanya adalah, bahwa setidaknya beberapa pria di Sodom pasti telah memiliki pengalaman dengan perbuatan-perbuatan homoseksual karena mereka mendatangi rumah Lot menuntut untuk melakukan perkosaan bergerombol (gang rape) atas tamu-tamunya. Dan secara nyata populasi pria Sodom sebagai sebuah keseluruhan telah secara antusias mendukung ide dari sejumlah anggota mereka untuk memaksa orang-orang asing melakukan perbuatan-perbuatan (homoseksual) semacam itu.
Sejahat Sodom dan Gomora sebagaimana telah dihakimi demikian, ada sebuah dosa yang jauh lebih buruk daripada dosa apapun yang mereka perbuat. Dosa lebih buruk yang mungkin adalah dosa menolak belas kasih dan pengampunan yang Yesus tawarkan. Yesus telah berkata bahwa adalah lebih dapat ditoleransi pada hari penghakiman bagi Sodom dan Gomora daripada mereka yang menolak murid-muridnya ketika mereka membawa berita kerajaannya yang menyelamatkan ( Matius 10:15). Perbandingan yang Yesus buat adalah ini: malaikat-malaikat yang pergi ke Sodom telah bersiap untuk membawa siapapun yang menghargai mereka dan menerima berita yang disampaikan pada kota untuk keselamatan, namun telah ditolak dan diancam dengan perlakuan tidak senonoh.
Murid-murid yang pergi ke kota-kota kecil di Israel dengan injil telah menawarkan keselamatan kekal kepada siapapun yang menghargai mereka dan menerima mereka; mereka yang menolak dengan demikian menolak keselamatan yang lebih besar dan akan dihakimi secara lebih keras. Dalam membuat perbandingan ini, Yesus tidak sedang menyangkali amoralitas seksual orang-orang Sodom; memang, bagian mengapa dia merujuk mereka adalah karena homoseksualitas telah membuat mereka dalam pemikiran orang-orang Yahudi, bahwa itu merupakan contoh-contoh umpama dosa yang besar. Tidak juga dia sedang berkata bahwa penghakiman akan datang atas kota-kota Yahudi semata karena menolak “untuk menyambut murid-murid-Nya dengan keramahan yang sepatutnya,” sebagaimana penulis gay injili berargumentasi [ibid.,39].
Sebaliknya,
Yesus
sedang mengatakan bahwa sebagaimana
hebatnya amoralitas seperti yang telah diperbuat Sodom,penghukuman mereka tidak
akan sama kerasnya seperti yang ditimpakan pada orang Yahudi jika mereka
menolak Mesias mereka.
Perbandingan Yesus dengan demikian mengandaikan pemahaman tradisional orang Yahudi masa itu bahwa orang-orang Sodom telah dihancurkan karena kemelorotan moral sepenuhnya, dimana praktek-praktek homoseksual adalah gejalanya.
Bersambung ke Bagian 4 “Imamat dan Kekejian”
All That Heaven Allows: Homosexuality and the Meaning of Love |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment