Oleh : Charles H Spurgeon
[Bagian 1]Para pengaku-pengaku belaka , walau mereka berkata, “ Tuhan, bukakanlah bagi kami,” dan menegaskan bahwa Kristus tidak ada makan di jalan-jalan mereka, akan mendapatkan sebuah jawaban, “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:23)… Perhatikanlah, jangan sampai lidah yang menyanjung anda menyajikan tipuan pada jiwamu sendiri. Berdiri dalam pandangan Mata yang menembus hati terdalam (bandingkan dengan Yer 17:10, Amsal 20:27, Ibrani 4:13, Maz 139:1), semoga kita..."
Pada banyak
kesempat anda telah menemukan perbedaannya, dalam transaksi-transaksi
komersialmu, antara apa yang dikatakan bank dan kebenaran positif. Seorang pria
berkata bahwa dia akan membayar tagihan,
atau dia akan melunasi hutang. Dia berkata bahwa sewa harus dibayar kala tiba
saatnya. Dia mengatakan beribu-ribu hal—dan kamu mendapatkan adalah cukup mudah baginya untuk berkata,
tetapi tidaklah terlalu mudah bagimu untuk mendapatkan dia melakukannya. Dan
ketika kesepakatan telah dituangkan kedalam tulisan, diregistrasi, dan dibuat
sejelas hitam dan putih, kamu tidak mendapatkan seluruhnya dapat diandalkan,
karena untuk mengatakan mengikat sebuah
kontrak atau perjanjian tidak selalu menjadikan kontrak itu pasti bahwa
seseorang akan memenuhinya. Ini hendak mengatakan
bahwa tidak selalu sebuah ikrar adalah
itikad yang baik, atau jaminan menghadapi pelanggaran ikrar.
Percayalah, jika dalam soal-soal fana semacam ini saja omongan tidak sama dengan apa yang seharusnya atau harus dilakukan, maka tidak juga dalam hal-hal rohani!
Seorang pelayan Tuhan berkata bahwa dia diutus oleh Tuhan, namun juga seekor serigala berpakaian domba. Seseorang mungkin berkata bahwa dia telah menyatukan dirinya dengan Gereja Tuhan, tetapi dia
mungkin tidak lebih baik dari seorang munafik dan seorang asing yang
bukan merupakan bagian dalam persekutuan
gereja. Kita mungkin berkata bahwa kita berdoa,
namun demikian belum pernah sebuah doapun yang lahir dari dalam hati
kita. Kita mungkin berkata kepada sesama
kita bahwa kita adalah orang-orang Kristen, namun demikian kita mungkin belum
pernah dilahirkan kembali---tidak pernah mendapatkan iman berharga seorang
yang dipilih Allah— sejauh ini
belum pernah dibasuh oleh darah Yesus
Kristus.
Dan, Bapak-Bapak, sebagaimana anda tidak akan dipuaskan dengan semata mengatakan bahwa anda kaya. Sebagaimana anda menginginkan sertifikat-sertifikat tanah yang luasnya berhektar-hektar. Sebagaimana anda ingin mendengarkan dentingan uang logam didalam kotak penyimpan uang. Sebagaimana anda menginginkan hal yang riil, dan bukan sekedar omongan tentang suatu hal—jadi saya berdoa bagimu, jangan jadi orang yang cuma bisa omong tentang hal rohani.
Jangan menjadi puas hanya oleh perkataan, dan berpikir seperti itu. Berupayalah agar pengakuan dari mulutmu diverifikasi oleh kesaksian dari Surga, sebagaimana juga oleh kesaksian dari hati nurani kita sendiri. Tidak tertulis “Dia yang berkata bahwa dia percaya akan diselamatkan.” Tetapi “dia yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan (bandingkan dengan Markus 16:16—ditambahkan oleh editor Anchor).” Tidak dikatakan bahwa dia yang berkata bahwa dia yang telah mengaku akan diampuni. Tetapi ”Dia yang mengaku dan menanggalkan dosa-dosanya akan mendapakan belas kasih (bandingkan dengan Lukas 13:5, juga Matius 3:2, Mat 4:17). Para pengaku-pengaku belaka,walau mereka berkata, "Tuhan, bukakanlah bagi kami,” dan menegaskan bahwa Kristus tidak ada makan di jalan-jalan mereka, akan mendapatkan sebuah jawaban, “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:23).
Marilah kita tidak ditipu dan diperdaya. Marilah kita tidak membohongi dan termakan oleh setiap gagasan bahwa dengan mengatakan demikian akan membuatnya seperti apa yang dikatakan! Perhatikanlah, jangan sampai lidah yang menyanjung anda menyajikan tipuan pada jiwamu sendiri. Berdiri dalam pandangan Mata yang menembus hati terdalam (bandingkan dengan Yer 17:10, Amsal 20:27, Ibrani 4:13, Maz 139:1), semoga kita belajar untuk membedakan antara pengakuan belaka dan kepemilikan utuh akan Anugerah yang riil dan kesalehan yang vital.
Bersambung ke Bagian 3
Sincerity and Duplicity | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
Percayalah, jika dalam soal-soal fana semacam ini saja omongan tidak sama dengan apa yang seharusnya atau harus dilakukan, maka tidak juga dalam hal-hal rohani!
Seorang pelayan Tuhan berkata bahwa dia diutus oleh Tuhan, namun juga seekor serigala berpakaian domba. Seseorang mungkin berkata bahwa dia telah menyatukan dirinya dengan Gereja Tuhan, tetapi dia
Hipokrit Credit: Sodahead |
Dan, Bapak-Bapak, sebagaimana anda tidak akan dipuaskan dengan semata mengatakan bahwa anda kaya. Sebagaimana anda menginginkan sertifikat-sertifikat tanah yang luasnya berhektar-hektar. Sebagaimana anda ingin mendengarkan dentingan uang logam didalam kotak penyimpan uang. Sebagaimana anda menginginkan hal yang riil, dan bukan sekedar omongan tentang suatu hal—jadi saya berdoa bagimu, jangan jadi orang yang cuma bisa omong tentang hal rohani.
Jangan menjadi puas hanya oleh perkataan, dan berpikir seperti itu. Berupayalah agar pengakuan dari mulutmu diverifikasi oleh kesaksian dari Surga, sebagaimana juga oleh kesaksian dari hati nurani kita sendiri. Tidak tertulis “Dia yang berkata bahwa dia percaya akan diselamatkan.” Tetapi “dia yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan (bandingkan dengan Markus 16:16—ditambahkan oleh editor Anchor).” Tidak dikatakan bahwa dia yang berkata bahwa dia yang telah mengaku akan diampuni. Tetapi ”Dia yang mengaku dan menanggalkan dosa-dosanya akan mendapakan belas kasih (bandingkan dengan Lukas 13:5, juga Matius 3:2, Mat 4:17). Para pengaku-pengaku belaka,walau mereka berkata, "Tuhan, bukakanlah bagi kami,” dan menegaskan bahwa Kristus tidak ada makan di jalan-jalan mereka, akan mendapatkan sebuah jawaban, “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:23).
Marilah kita tidak ditipu dan diperdaya. Marilah kita tidak membohongi dan termakan oleh setiap gagasan bahwa dengan mengatakan demikian akan membuatnya seperti apa yang dikatakan! Perhatikanlah, jangan sampai lidah yang menyanjung anda menyajikan tipuan pada jiwamu sendiri. Berdiri dalam pandangan Mata yang menembus hati terdalam (bandingkan dengan Yer 17:10, Amsal 20:27, Ibrani 4:13, Maz 139:1), semoga kita belajar untuk membedakan antara pengakuan belaka dan kepemilikan utuh akan Anugerah yang riil dan kesalehan yang vital.
Bersambung ke Bagian 3
Sincerity and Duplicity | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment