Kematian Yang Tak Terelakan Agar Wasiat Berlaku
Ibrani 9:16-17
(16) Sebab di mana ada wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu.(17) Karena suatu wasiat barulah sah, kalau pembuat wasiat itu telah mati, sebab ia tidak berlaku, selama pembuat wasiat itu masih hidup.
Kita baru saja menyaksikan bahwa penebusan orang-orang berdosa yang terhilang membutuhkan korban kematian Messias. Kini penulis Kitab Ibrani ingin menopang deklarasi ini dengan memperlihatkan bahwa kematian juga dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kasus dalam perihal ini adalah pelaksanaan sebuah wasiat. Dengan pengecualian-pengecualian tertentu, sebuah wasiat tidak akan berlaku hingga kematian terjadi pada pembuat wasiat (Pewaris). Sebagaimana yang dinyatakan oleh penulis Ibrani, sebuah sertifikat kematian diperlukan sebelum wasiat apapun dapat diberlakukan.
Sebelumnya : Bagian 2
Korban Kematian yang Tak Terelakan untuk Memberlakukan Perjanjian Musa
Ibrani 9:18-22
(18) Itulah sebabnya, maka perjanjian yang pertama tidak disahkan tanpa darah.(19) Sebab sesudah Musa memberitahukansemua perintah hukum Taurat kepada seluruh umat, ia mengambil darah anak lembu dan darah domba jantan serta air, danbulu merah dan hisop, lalu memerciki kitab itu sendiri dan seluruh umat,(20) sambil berkata: "Inilah darahperjanjian yang ditetapkan Allah bagi kamu."(21) Dan juga kemah dan semua alat untuk ibadah dipercikinya secarademikian dengan darah.(22) Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpapenumpahan darah tidak ada pengampunan.
Sebagaimana kematian haruslah terjadi lebih dulu agar sebuah wasiat dapat diberlakukan, kematian juga diperlukan untuk menjalankan Perjanjian Musa. Ketika Tuhan membuat perjanjian-Nya dengan bangsa Israel, perjanjian itu ditahbiskan/diresmikan dengan darah. Saya percaya ayat-ayat 18-22 pada Ibrani 9 merujuka secara khusus kepadaperistiwa-peristiwa dalam Keluaran 24:
Keluaran 24:3-8
(3) Lalu datanglah Musa dan memberitahukan kepada bangsa itu segala firman TUHAN dan segala peraturan itu, makaseluruh bangsa itu menjawab serentak: "Segala firman yang telah diucapkan TUHAN itu, akan kami lakukan."(4) LaluMusa menuliskan segala firman TUHAN itu. Keesokan harinya pagi-pagi didirikannyalah mezbah di kaki gunung itu,dengan dua belas tugu sesuai dengan kedua belas suku Israel.(5) Kemudian disuruhnyalah orang-orang muda dari bangsaIsrael, maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan menyembelih lembu-lembu jantan sebagai korban keselamatankepada TUHAN.(6) Sesudah itu Musa mengambil sebagian dari darah itu, lalu ditaruhnya ke dalam pasu, sebagian lagidari darah itu disiramkannya pada mezbah itu.(7) Diambilnyalah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya dengandidengar oleh bangsa itu dan mereka berkata: "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan."(8)Kemudian Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: "Inilah darah perjanjian yangdiadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini."
Maksud yang hendak diutarakan penulis Ibrani, apabila yang membuat Perjanjian Musa menjadi berlaku, adalah dengan pengorbanan hewan-hewan dan pemercikan darah mereka. Menjadi lebih benar, kematian hewan-hewan tak bersalah itu diperlukan untuk meresmikan Perjanjian Lama. Ibrani 9:19-21 meliputi sejumlah rincian tambahan yang tidak ditemukan dalam Keluaran 24, tetapi konsisten dengan perintah Musa dan berangkali merupakan klarifikasi lebih lanjut.
Kesimpulan apa yang dapat kita tarik dari referensi peresmian Perjanjian Lama adalah : bahkan Perjanjian Lama diberlakukan dengan pengucuran dan pelaksanaan korban darah. Tak heran Perjanjian Baru diresmikan oleh darah, darah Yesus Kristus yang dicurahkan untuk penebusan orang-orang berdosa yang terhilang.
Dari contoh-contoh spesifik ini, penulis tiba pada sebuah kesimpulan umum :"tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan", Ibrani 9:22. Dibawah Perjanjian Lama, dosa diperhitungkan (untuk sementara waktu) dengan pencurahan
darah korban hewan-hewan. Kematian Yesus Kristus secara keseluruhan konsisten dengan jalan Tuhan dalam berurusan dengan dosa. Pencurahan darah korban bisa jadi hal yang tak pantas dalam pandangan beberapa orang, tetapi inilah cara Tuhan yang telah ditentukan untuk memperhitungkannya dengan dosa manusia. Jika kita digemparkan oleh solusiTuhan untuk mengatasi dosa, maka jelas kita harus mulai untuk memahami bagaimana guncangnya Tuhan oleh dosa kita.
Kematian Kristus dan Perjanjian Baru
Ibrani 9 :23-28
(23) Jadi segala sesuatu yang melambangkan apa yang ada di sorga haruslah ditahirkan secara demikian, tetapi benda-benda sorgawi sendiri oleh persembahan-persembahan yang lebih baik dari pada itu. (24) Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi kedalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita.(25) Dan Ia bukan masuk untuk berulang-ulangmempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yangbukan darahnya sendiri.(26) Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapisekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya.(27)Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,(28) demikian pulaKristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akanmenyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yangmenantikan Dia.
Pada ayat-ayat sebelumnya, kita baru saja menyaksikan bahwa orang-orang dan benda-benda dikaitkan dengan Perjanjian Lama yang dibutuhkan untuk upacara pengudusan dengan darah hewan sebagai pelaksanaan dan keberlangsungan pelayanan Perjanjian Musa. Kini, penulis Ibrani mengingatkan kita bahwa benda-benda yang diperlukan dalam pengudusan adalah"gambaran-gambaran dari benda-benda yang ada di surga. "Penulis mendasarkan hal ini dengan menyatakan gambaran-gambaran dunia diperlukan dalam pengudusan, kemudian kenyataan-kenyataan surgawi juga dibutuhkan dalam pengudusan, tetapi kenyataan-kenyataan surgawi itu harus diselesaikan melalui "korban-korban yang lebih baik"--lebih baik dari darah korban hewan-hewan. "Korban yang lebih baik" itu adalah persembahan darah Yesus Kristus yang dilakukan satu kali dan berlaku untuk selama-lamanya bagi pengampunan dosa-dosa.
Dalam ayat 23-28, penulis memperbandingkan pelayanan yang lebih baik oleh Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru dengan para Imam yang melayani dalam Perjanjian Lama. Penulis Ibrani dalam hal ini telah meletakan landasan dengan membicarakan prototipe-prototipe di dunia sebagai "gambaran-gambaran" dari kenyataan-kenyataan surga, yang harus dikuduskan dengan korban-korban yang lebih baik (ayat 23). Yesus Kristus memiliki sebuah tempat pelayanan yang unggul, duduk disebelah kanan Bapa, dimana Ia sekarang tampil "untuk kita" (Ayat 24). Yesus tak perlu mempersembahkan dirinya sebagai korban berulang-ulang, sebagaimana yang dilakukan para Imam. Korban yang dipersembahkan Yesus Kristus adalah darahnya sendiri, dan dengan demikian persembahan korban dirinya sendiri cukup dilakukan satu kali dan untuk selama-lamanya (ayat 25-26)
Sebenarnya, Tuhan Kita Yesus Kristus akan sekali lagi datang ke dunia ini, tetapi kedatangannya tidak untuk mengulangi apa yang telah selesai Ia lakukan, sekali untuk selama-lamanya :
Ibrani 9:27-28
(27) Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,(28) demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.
Sebab Yesus Kristus telah mempersembahkan dirinya sendiri sebagai korban untuk dosa-dosa kita, sehingga kematiannya terjadi dalam posisi kita, Ia tidak dapat mati kembali. Ditetapkan mati bagi manusia tetapi untuk satu kali (ayat27), dan demikian juga Yesus hanya mati satu kali. Namun ada perbedaan besar antara kematian Yesus yang satu kalidan kematian manusia yang satu kali. Walaupun Kristus mati untuk menanggung dosa-dosa banyak manusia, Ia akan datang kembali, tetapi kali ini tidak akan mengulangi pengorbanannya; kedatangannya akan membawa keselamatan bagi merekayang sungguh-sungguh menantikan kedatangannya kembali (ayat 28).
Kembali Sejenak ke Ibrani 9:23
Setelah kita secara ringkas mengikuti alur penjelasan ke ayat 28, mari kita kembali ke ayat 23 sejenak :
Ibrani 9;23
Jadi segala sesuatu yang melambangkan apa yang ada di sorga haruslah ditahirkan secara demikian, tetapi benda-benda sorgawi sendiri oleh persembahan-persembahan yang lebih baik dari pada itu.
Sangat mudah untuk melihat mengapa salinan-salinan dunia atas kenyataan-kenyataan yang ada di surga harus disucikan. Sangat tidak mudah untuk mengerti mengapa kenyataan-kenyataan surgawi harus dikuduskan. Terdapat sejumlah penjelasan yang ditawarkan, mari kita lihat :
- kenyataan-kenyataan surgawi harus dikuduskan karena setan pernah berada di sana ( lihat Ayub 1 dan Wahyu 12:10)
- Pengudusan perlu dilakukan karena malaikat-malaikat pemberontak pernah ada disana (Efesus 6:12)
- Pengudusan diperlukan oleh orang-orang Kudus, yang pada ahirnya akan berada didalam hadirat Tuhan.
Dua penjelasan pertama sama sekali tak memuaskan para siswa Alkitab, dan juga tak memuaskan saya. Satu hal yang perlu diperhatikan, pengudusan yang dimaksud oleh penulis Ibrani nampaknya merujuk lebih kepada hal-hal yang terkait Perjanjian Baru dan pelayanan keimamatan Yesus Kristus yang sedang berlangsung. Hal lainnya lagi, pengudusan yang dimaksud oleh penulis Ibrani dipandang sebagai sesuatu yang telah diselesaikan di masa lalu-di Kalvari-ketimbang sesuatu yang ada dimasa depan. Jika cara saya membaca kitab suci adalah benar, "Setan dan malaikat-malaikat yang turut memberontak masih berada di surga dan masih harus dilempar dari surga" (Lihat Wahyu 12:7-12).
Wahyu 12:7-12
(7) Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya,(8) tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga.(9) Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.(10) Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: "Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.(11) Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.(12) Karena itu bersukacitalah, hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya, celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat."
Pilihan yang ketiga nampaknya menjadi yang paling populer dikalangan para komentator Alkitab yang menjadi rujukan bagi saya untuk berkonsultasi. Dengan penuh hormat kepada mereka, saya sama sekali tidak melihat bagaimana penjelasan ini selaras dengan teks kita. Saya akan sebutkan sejumlah masalah yang saya dapati dalam pandangan ketiga ini. Pertama, nampaknya jelas bagi saya bahwa penulis Ibrani sedang berbicara mengenai pengudusan sebuah tempat dan benda-benda yang berasal dari surga ketimbang orang. Hal kedua, dari 1 Korintus 15:50-55, kita tahu bahwa "daging dan darah tidak dapat mewarisi kerajaan Tuhan" (15:50). Sebagaimana Paulus melanjutkan penjelasannya (dan sebagaimana kitalihat dalam 1 Tesalonika 4), kita akan meninggalkan tubuh-tubuh yang tak sempurna ini dan akan memasuki surga dalam tubuh-tubuh baru , ditransformasi- tubuh-tubuh yang diubahkan. Jadi, mengapa tubuh-tubuh ini perlu untuk dikuduskan?
Saya akan condong untuk menyarankan opsi penjelasan keempat, pengudusan benda-benda surga. Saya melihat pada pengudusan Tabernakel, perabot-perabotnya, imam besar, dan jemaat sebagai pentahbisan. Dalam beberapa hari lagi, Barak Obama akan menduduki posisinya secara resmi sebagai presiden Amerika Serikat dengan cara penyelenggaraan upacara pelantikan. Ini adalah permulaan sebuah rejim baru, sebuah pemerintahan baru.
Sebagaimana Perjanjian Lama telah dilantik dengan pencurahan darah, maka juga tepat bagi Perjanjian Baru (dan semua elemennya yang terkait) juga dilantik dengan darah juga. Pencurahan darah Kristus diatas kayu salib Kalvari merupakan pelantikan pelayanan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Yesus Kristus. Perjanjian Baru menebus manusia dari hukuman atas dosa-dosa manusia, tetapi juga melakukan yang lebih besar lagi. Perjanjian Baru menjalankan sebuah pelayanan yang sepenuhnya dilangsungkan di surga, disebelah kanan Tuhan, dan darah yang tercurah itu merupakan sebuah persyaratan pokok bagi pelantikan Perjanjian Baru.
KESIMPULAN
Kita saat ini berada di jantung dan jiwa Kitab Ibrani, dan kita tidak mau kehilangan pesan yang ada didalamnya bagi setiap kita. Perbolehkan saya menyarankan sejumlah pelajaran yang diberikan oleh teks bagi kita
1. Kematian dan penghakiman adalah Kepastian tetapi demikian juga tawaran pengampunan dan keselamatan kekal. Kita tidak dapat, tidak berani melewatkan peringatan dalam ayat 27. tetapi kita juga tidak boleh melewatkan berkat yang ditawarkan Keselamatan yang juga ditemukan dalam ayat 28.
Ibrani 9:27-28
(27) Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,(28) demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.
Peringatan yang disampaikan lugas : telah ditetapkan bagi manusia untuk mati satu kali, dan kemudian menghadapi penghakiman. Dengan sejumlah pengecualian, setiap manusia telah, atau akan mengalami kematian jasmani. Setiap orang (kecuali Yesus Kristus) dilahirkan dalam keadaan mengalami kematian rohani, sebagai akibat dosa-dosa asal yang dilakukan Adam dan Hawa, dan sebagai konsekuensi dosa-dosa : "upah dosa adalah maut" (Roma6:23). Kematian dan penghakiman tidak bergantung pada keinginan kita, tetapi berlangsung dalam ketetapan ilahi. Telah ditetapkan bagi manusia untuk mati satu kali, dan kemudian dihakimi.
Ayat pada Ibrani 9:28 adalah kebenaran Tuhan, secara gamblang menelanjangi dusta Setan, yang pertama kali kita lihat dalam Kejadian 3 :
Kejadian 3:1-5
(1) Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"(2) Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,(3) tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."(4) Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati,(5) tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."
Mengetahui bahwa Setan "adalah Seorang pendusta, dan Bapa segala dusta" (Yohanes 8:44), kita dapat memahami ia menyangkali Firman Tuhan dan memastikan para pendosa bahwa mereka tidak perlu khawatir akan konsekuensi-konsekuensi dosa, yaitu kematian dan penghakiman-- hal-hal utama yang dibicarakan dalam teks kita di Ibrani.
Jika firman Tuhan benar, dan jelas adalah benar, maka sistem-sitem kepercayaan apapun yang menyangkali kepastian akan kematian dan penghakiman adalah dusta. Teks yang kita pelajari menolak kemungkinan reinkarnasi dan janji-janjinya pada kesempatan lain setelah kematian. Teks Ibrani ini juga melarang kita untuk mengasumsikan bahwa sekali seseorang mati, maka semuanya berakhir. Karena oleh kebangkitan Yesus Kristus, semua manusia akandibangkitkan untuk hidup selamanya, beberapa akan hidup dalam kebahagiaan kekal, sementara yang lainnya akan hidup dalam siksaan kekal.
Kabar baik Injil adalah ini : sementara kematian adalah sebuah kutuk, sebagai konsekuensi dosa, kematian juga adalah penyembuh bagi dosa. Betapa tragisnya hal ini terjadi pada Adam dan Hawa (dan siapapun juga) untuk hidup kekal sebagai pendosa yang terhukum, dipisahkan dari persekutuan dengan Tuhan. Itu sebabnya mengapa Tuhan melarang mereka dari Taman dan dari memakan pohon kehidupan. Kematian memerlukan pemisahan dari tubuh daging ini, tetapi bagi orang Kristen, kematian berarti menggunakan sebuah tubuh yang baru, tubuh kebangkitan. Saat Yesus Kristus mengecap kematian di Kalvari, Ia menanggung penghukuman atas dosa, dan saat ia bangkit dari kematian, Ia bangkit untuk kehidupan yang baru. Mereka semua yang percaya kepada Yesus untuk keselamatan turut mati didalam kematian, penguburan, dan kebangkitan Kristus, dengan demikian mereka, juga telah turut mati bagi dosa dan telah dibangkitkan kepada kehidupan baru.
Mereka yang menolak kabar baik Injil dan penebusan Yesus yang telah diselesaikan di Kalvari memiliki dasar untuk menjadi takut. Tetapi bagi mereka yang mengakui dosa mereka dan percaya kepada keselamatan dalam Kristus tidak perlu takut. Jadi kita tidak perlu menjadi takut jika kita telah percaya kepada Yesus. Inilah yang telah dinyatakan oleh penulis Ibrani 2 :
Ibrani 2:14-15
(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;(15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.
Ini yang membawa kita kedalam keseluruhan topik pengantar--terlihat bagus saat anda mati. Teks kita ini memerintahkan kepada kita bahwa kematian, sementara ia adalah sebuah kutuk bagi dosa, juga adalah penyembuh bagi dosa. Tetapi hanya didalam kematian Yesus Kristus bagi para pendosa yang selamat. Kematiannya menjadi penebusan bagi dosa, satu kali dan selamanya. Jadi, kematian Yesus Kristus jauh lebih unggul terhadap darah korban hewan.
Kematiannya menguduskan perlindungan surgawi dan melantik/meresmikan Perjanjian Baru. Kematiannya tidak hanya menguduskan orang-orang berdosa, tetapi juga menguduskan hati nurani dari kuasa kematian, sehingga mereka dapat dengan berani datang mendekat kepada Tuhan.
Tidaklah salah untuk terlihat bagus dalam peti mati, tetapi satu-satunya cara anda "terlihat bagus" dihadapan Tuhan adalah dengan darah Putera-Nya yang tercurah. Darahnya yang tercurah menguduskan kita dari dosa-dosa, dan Yesus membuat kita menjadi benar dihadapan Tuhan. Ia bekerja dalam kehidupan orang-orang kudus pilihannya untuk memurnikan dan mempersiapkan kita untuk menghadapi kekekalan dalam hadirat-Nya. Dan bahkan sekarang kita dapat mendekati Tuhan karena Yesus Kristus adalah Imam Besar Agung kita yang telah mengambil wujud kemanusiaan kita, dan juga dalam dosa kita.
Ia adalah Imam Besar Agung yang dapat bersimpati kepada mereka sehingga kita dapat mendekat untuk mendapatkan pertolongan kita saat kita sedang membutuhkan. Menolak Kristus dan korban-Nya dan kembali kepada Yudaisme dan Perjanjian Lama adalah kembali kepada sistem yang telah gagal. Kristus saja pengharapan kita, dan "jaminan" terbaik bagi siapapun juga yang dapat diharapkan. Sudahkah anda percaya kepada Kristus untuk kekekalan anda dimasa mendatang, mulailah sekarang dan melanjutkan setelah kematian?
2. Nilai Darah. Teks kita dan penekanannya pada pencurajan darah mengingatkan kita akan nilai darah dimata Tuhan. Juga mengingatkan saya akan kata-kata Petrus ( yang begitu gigih menolak pencurahan darah Yesus Kristus di Kalvari)
1 Petrus 1:13-21
(13) Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.(14) Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,(15) tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,(16) sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.(17) Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.(18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,(19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.(20) Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.(21) Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.
Saya telah merenungkan apa sih daya tarik ibadah dalam Perjanjian Lama bagi orang-orang Kristen Ibrani, menggoda mereka untuk berpaling dari Kristus dan kembali kepada ibadah lama. Saya pikir, beberapa penyebabnya adalah penggunaan liturginya yang indah. Bayangkan keindahan dan semarak Tabernakel, jubah para imam, dan tampilannya.
Saya bertanya-tanya, andaikan beberapa pelaksanaannya tidak melibatkan perabot-perabot emas yang dibentuk dengan keahlian yang khusus. Apa yang dapat lebih bernilai ketimbang emas? Petrus memberitahukan kepada kita : darah, darah Yesus yang tercurah. Tiada yang lebih bernilai daripada darah. Hanya darah Yesus yang tercurah dapat mengampuni dosa-dosa kita dan memberikan kepada kita jaminan hidup kekal. Hanya darahnya yang memampukan kita mendekat kepada Tuhan.
Perjanjian Lama dan ibadahnya penuh dengan korban darah, dan demikian juga dengan ibadah dalam Perjanjian Baru. Darah itu bernilai. Ada yang berkata bahwa tidak ada yang lebih berharga daripada darah (hidup). Sehingga, apabila dosa manusia mengharuskan adanya korban darah hewan dalam jumlah besar, kita menjadi tahu betapa besarnya dosa kita melanggar Tuhan yang kudus dan benar. Ibadah Perjanjian Baru tidak memiliki semua kemewahan tabernakel, dan ibadah Perjanjian Baru tidak memerlukan penggunaan emas yang banyak. (tentu saja, emas memang memiliki sedikit nilai kekal yang yang digunakan sebagai lapisan jalan-jalan di surga. Ini adalah aspal di surga) Ibadah Perjanjian Baru tidak memerlukan liturgi yang elegan. Tentu saja, yang diperlukan adalah sedikit roti (yang melambangkan tubuh Yesus yang tak berdosa, yang digunakan dalam inkarnasinya) dan sedikit anggur (melambangkan darahnya yang berharga). Tak heran, bahwa kemudian Tuhan memandang darah itu dengan serius saat elemen-elemen ini digunakan dalam cara mabuk dan tak benar (lihat 1 Korintus 11:17-34, terutama dalam ayat 27-30). Dan tak heran bahwa Tuhan begitu marah saat kita menolak atau memandang rendah penumpahan darah Yesus :
Ibrani 10 :26-31
(26) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.(27) Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.(28) Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi.(29) Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?(30) Sebab kita mengenal Dia yang berkata: "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan." Dan lagi: "Tuhan akan menghakimi umat-Nya."(31) Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup.
Selesai
Martin Simamora |Dealing with Death or The World's Greatest Bailout (Hebrews 9:15-28), Bob Deffinbaugh |bible.org
No comments:
Post a Comment