GEREJA KRISTEN INJILI NUSANTARA (GKIN)
Kebaktian Minggu : Jam 09.00 di Hotel Sylvia Lt.4; Pemahaman
Alkitab : Rabu, Jam 17.00 di Hotel Dewata
Khotbah
Minggu, 26 Februari 2012
ORANG PERCAYA & PENCOBAAN (Part 3)
By. Pdt.
Esra Alfred Soru, STh, MPdK
Mat 4:1-12 – (1)
Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang
gurun untuk dicobai Iblis. (2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat
puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. (3) Lalu datanglah si pencoba itu dan
berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya
batu-batu ini menjadi roti." (4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia
hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut
Allah." (5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan
Bait Allah, (6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah
diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan
malaikatmalaikat- Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya
kaki-Mu jangan terantukkepada batu." (7) Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis:
Janganlah engkau mencobai Tuhan,Allahmu!" (8) Dan Iblis membawa-Nya pula
ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkankepada-Nya semua kerajaan
dunia dengan kemegahannya, (9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan
kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." (10) Maka berkatalah Yesus
kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah
Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (11) Lalu
Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat dating melayani Yesus.
(12) Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah
Ia ke Galilea.
Dalam part 1
& 2 kita sudah membahas 6 hal penting yang berkaitan dengan pencobaan di padang gurun ini : (1)
kapan pencobaan ini terjadi?, (2) Siapa yang dicobai?, (3) Siapa inisiator
pencobaan tersebut?, (4) Berapa kali Yesus dicobai?, (5) Mengapa Yesus harus
mengalami pencobaan? Dan (6) Mungkinkah Yesus berdosa? Sekarang kita akan masuk
pada inti pencobaan yang diberikan oleh setan kepada Yesus dan kita akan bahas
pencobaan ini satu per satu. Hari ini kita akan bahas pencobaan yang pertama.
Teks yang akan kita pelajari adalah ayat 2-4 :
Mat 4:2-4 -
(2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya
laparlah Yesus. (3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya:
"Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi
roti." (4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti
saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
Kita akan membahas teks ini dalam beberapa bagian :
I. YESUS
BERPUASA.
Setelah dibawa
ke padang gurun
oleh Roh (Mat 4:1), Yesus lalu mulai berpuasa selama empat piluh hari empat
puluh malam.
Mat 4:2 - Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.
Tentang
bilangan 40 ini, memang sering muncul dalam Kitab Suci misalnya hujan pada
zaman Nuh turun selama
40 hari 40 malam, Musa berpuasa 40 hari, Elia berpuasa 40 hari, Israel ada di
padang gurun selama
40 tahun, Yesus menampakkan diri selama 40 hari, dll. Demikian juga bilangan
3,7,12 sering muncul
dalam Kitab Suci.
Terhadap hal ini kita harus hati-hati supaya kita tidak mempunyai kepercayaan yang bersifat takhyul tentang bilangan-bilangan ini seperti misalnya dalam perayaan hari ke-40 dari orang yang sudah mati. 1 Tim 4:7 menyuruh kita menjauhi takhyul : “Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua….” Ingat bahwa kepercayaan terhadap takhyul bukanlah dosa yang remeh, karena ini menyangkut kepercayaan asing, sehingga tidak berbeda dengan syncretisme (kepercayaan terhadap 2 agama atau lebih) maupun kepercayaan terhadap berhala!
Di dalam Kitab
Suci, orang lain yang pernah melakukan puasa 40 hari 40 malam adalah Musa dan Elia.
- Musa.
Kel 34:28 - Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan TUHAN empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh itusegala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman.Terlihat bahwa dalam puasa ini Musa melakukan puasa total (tidak makan dan tidak minum sama sekali). Ini hanya bisa terjadi karena mujizat Tuhan. Ingat, orang bisa tahan 40 hari tanpa makan tapi orang hanya bisa bertahan beberapa hari saja tanpa minuman.
- Elia
1 Raj 19:8 - Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. Tidak jelas Elia puasa makan dan minum atau hanya puasa makan saja. Ada banyak penafsir yang mengatakan bahwa Elia tidak makan dan tidak minum tapi saya lebih condong menganggap bahwa ia tidak makan tetapi minum. Dasarnya adalah di awal dikatakan bahwa “lalu makan dan minum” tetapi selanjutnya dikatakan : “oleh kekuatan makanan itu” dan bukan “oleh kekuatan makanan dan minuman itu”.
Lalu bagaimana
dengan puasanya Yesus? Nampaknya Yesus bukan puasa total (tidak makan dan tidak minum)
melainkan hanya tidak makan saja tetapi tetap minum. Ini bisa dilihat dari:
- Ayat
2 mengatakan ‘lapar’, bukan ‘haus’.
Mat 4:2 - Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.
Ayat 3 mengatakan bahwa iblis mencobai dengan roti, bukan dengan air. Kalau Yesus juga berpuasa terhadap air, pasti setan akan mencobai dengan air, bukan dengan roti.
- Luk 4:2 mengatakan bahwa Yesus ‘tidak makan apa-apa’.
- Luk 4:2 - Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar.
Kalau Yesus
tetap minum, lalu darimana ia mendapatkan minuman di padang gurun seperti itu? Tradisi
mengatakan bahwa Ia minum air pohon kaktus yang tumbuh di padang gurun. Jadi memang ada perbedaan
kecil dalam puasa Musa, Elia dan Yesus. Tetapi bagaimana pun juga bahwa mereka berpuasa
selama 40 hari 40 malam lebih menonjolkan sisi kesamaannya daripada secuil perbedaannya.
Bahwa Musa,
Elia dan Yesus berpuasa selama 40 hari 40 malam, tidaklah berarti bahwa kita
juga harus berpuasa
seperti itu. Mengapa? Karena ini bagian Alkitab yang bersifat descriptive /penggambaran
yang hanya menceritakan apa yang terjadi tanpa bermaksud untuk menjadikan hal
itu sebagai rumus
/ norma / hukum dalam kehidupan kita. Ini sama seperti kalau Yesus berjalan di
atas air, tentu
juga tidak berarti bahwa kita juga harus berjalan di atas air. Kalau Musa
membelah laut Teberau tidak
berarti bahwa kita pun harus melakukan hal yang sama.
Matthew
Henry – Ada sebagian orang yang melakukan puasa dengan
mengacu kepada puasa Kristus yang 40 hari
ini, tetapi ini merupakan suatu kebodohan…” (Injil Matius 1-14, hal.
99).
Calvin juga
berpandangan sama dengan Matthew Henry. Tetapi saya tidak berani mengatakan demikian
karena bisa saja untuk tujuan tertentu Tuhan menyuruh seseorang untuk melakukan
puasa seperti itu.
Ini kasus yang jarang terjadi. Saya baru menganggap ini kebodohan kalau orang melakukan
puasa seperti ini atas keinginannya sendiri. Sadhu Sundar Singh dari India pernah mencoba
berpuasa selama 40 hari tetapi ia gagal bahkan hampir mati.
Hal lain yang perlu dipikirkan adalah mengapa Yesus perlu berpuasa di padang gurun itu sebelum iblis mencobai-Nya? Jelas puasa Kristus tidak boleh disamakan dengan puasa manusia di mana manusia sering melakukan puasa untuk mengekang/mematikan keinginan daging. Kristus yang tidak berdosa dan bahkan tidak mempunyai kemungkinan berdosa tidak memiliki sifat daging yang perlu dikekang/dimatikan di dalam diri-Nya. Kalau begitu untuk apa Yesus berpuasa?
Saya memikirkan 3 kemungkinan :
a. Ini ada
hubungannya dengan Musa dan Elia.
Tadi sudah
saya sebutkan bahwa puasa 40 hari 40 malam ini hanya pernah dilakukan oleh 3
orang yakni Musa,
Elia dan Yesus. Musa dan Elia adalah 2 orang penting dalam PL yang mewakili 2 babakan wahyu
Allah di mana Musa mewakili zaman Taurat dan Elia mewakili zaman para nabi.
Bahwa adanya 2
babakan pewahyuan ini terlihat dari 2 ayat di bawah ini :
Mat 5:17 - “‘Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya”.
Luk 24:27 - Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
Tetapi wahyu
Allah belum selesai sampai pada zaman para nabi. Wahyu belum lengkap, belum sempurna,
belum mencapai klimaksnya. Masih ada 1 babakan pewahyuan lagi yang terakhir, sempurna dan
klimaks yakni zaman Perjanjian Baru dan yang menjadi tokoh sentral dalam pewahyuan ini
adalah Yesus Kristus.
Ibr 1:1-2 – (1) Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, (2) maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada….”
Kalau begitu
maka 3 tokoh ini (Musa, Elia dan Yesus) penting karena masing-masing mewakili 1 zaman
pewahyuan. Karena itulah mereka bertiga pernah bertemu bersama di sebuah
gunung.
Mat 17:3 - Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.
Jika demikian
adalah masuk akal untuk ketiganya mendapatkan / mengalami / melakukan sejumlah hal
yang sama. Musa dan Elia mempunyai pengalaman pribadi di atas gunung bersama Tuhan (Kel 31;
1Raja 19:9-18) dan adalah masuk akal bahwa Yesus dibawa ke padang gurun juga yang memang
posisi geografisnya di atas gunung. Musa dan Elia pernah berpuasa 40 hari 40 malam, dan
karena itu adalah masuk akal bahwa Yesus juga berpuasa 40 hari 40 malam. Jadi dengan kata
lain berpuasanya Yesus selama 40 hari 40 malam ini mensejajarkan diri-Nya
dengan Musa dan Elia
sebagai perwakilan dari 3 zaman pewahyuan.
J.J.de Heer
– “…di sini Yesus
menjadi ‘Musa yang kedua’ sebab dalam Kel 34:28 diberitakan bahwa Musa, di
atas gunung Sinai, tidak maka roti dan tidak minum air, 40 hari 40 malam lamanya.
Barangkali Matius, dengan menekankan bahwa Yesus dibawa ke atas yaitu pegunungan (ayat 1),
hendak memperlihatkan kesejajaran Yesus dan Musa. (Tafsiran Alkitab Injil
Matius,hal. 50).
Matthew
Henry – “…Ia berpuasa 40
hari 40 malam mengikuti teladan Musa, sang pemberi hukum yang
luar biasa itu, dan Elia, sang pembaru besar di zaman PL. (Injil Matius
1-14, hal. 98).
Adam Clarke
– Sungguh luar biasa
bahwa Musa, pemberi hukum besar bagi bangsa Yahudi,sebelum
menerima hukum Allah berpuasa 40 hari di gunung; bahwa Elia, kepala dari para
nabi, juga berpuasa
40 hari, dan bahwa Kristus, pemberi Perjanjian Baru, harus bertindak dengan
cara yang sama.
b. Ini ada
hubungannya dengan Adam.
Yesus disebut
sebagai Adam kedua / terakhir bahkan Adam adalah type dari Yesus.
1 Kor 15:45 - Seperti ada tertulis: "Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan.
Rom 5:14 - Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.
Kedatangan
Yesus ke dalam dunia ini adalah untuk menebus dosa yang dimulai dari Adam yang lalu merembet
ke seluruh manusia. Adam berdosa di taman Eden.
Tapi dalam soal apa Adam jatuh? Dalam
soal makanan di mana ia makan buah yang dilarang oleh Tuhan. Sekarang Adam yang terakhir
(Yesus Kristus) memulai pelayanan-Nya dengan dicobai oleh iblis, tetapi Ia
terlebih dahulu
berpuasa, pantang terhadap makanan dan lalu dicobai iblis dalam hal makanan ini
(persis dengan cobaan
pertama bagi Adam) dengan menyuruh-Nya mengubah batu-batu menjadi roti.
Tapi Dia
akhirnya menang terhadap godaan ini. Dengan kata lain Yesus berpuasa untuk memberikan
kesempatan pada iblis untuk mencobai-Nya dalam urusan makanan dan lewat itu Ia membuktikan
diri bahwa Ia tidak jatuh dalam dosa dalam hal makanan sebagaimana yang terjadi pada Adam
pertama di taman Eden.
Matthew
Henry – Manusia jatuh
karena makanan, dan melalui hal itu kita pun sering jatuh dalam dosa. Itulah
sebabnya Kristus tidak makan. (Injil Matius 1-14, hal. 99).
Budi Asali – Seperti Adam, Yesus dicobai dengan
menggunakan makanan. Tapi perbedaannya adalah Adam
dicobai di taman Eden
di mana ada banyak makanan dan pada saat Adam tidak lapar; Yesus
dicobai di padang
gurun di mana tidak ada makanan dan pada saat Yesus berpuasa selama 40 hari
40 malam.
c. Ini ada
hubungan dengan bangsa Israel.Dari sejarah
bangsa Israel, kita tahu
bahwa mereka mengembara di padang
gurun selama 40 tahun setelah keluar
dari Mesir. Selama masa pengembaraan 40 tahun itu mereka seringkali mengalami pencobaan
dalam hal makanan dan mereka seringkali gagal dalam pencobaan itu. Sekarang
Yesus melakukan
puasa selama 40 hari supaya Ia bisa dicobai oleh iblis dalam hal makanan dan
ini lalu menunjukkan
kemenangan-Nya atas cobaan dalam hal makanan ini. Bahwa hubungan ini ada terlihat dari
perbandingan antara Ul 8:2-3 dan Mat 4:1-2 yang menunjukkan banyak kemiripan (perhatikan
warna-warna yang sama) :
Demikianlah
penjelasan tentang berpuasanya Yesus di awal pencobaan yang Ia alami.
II. COBAAN
SETAN.
Teks kita
berkata bahwa setelah berpuasa 40 hari, Yesus lalu merasa lapar.
Mat 4:2 - Dan
setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah
Yesus. Ayat ini
memberi kesan bahwa Yesus baru merasa lapar setelah 40 hari. Apakah ini aneh /
salah?
Sebetulnya tidak aneh ataupun salah! Seorang yang bernama Arthur Wallis, dalam bukunya yang berjudul ‘God’s Chosen Fast’ (Puasa Pilihan Allah), hal 77-78 menjelaskan akan adanya 3 tahap yang akan dialami seseorang kalau melakukan puasa jangka panjang :
Sebetulnya tidak aneh ataupun salah! Seorang yang bernama Arthur Wallis, dalam bukunya yang berjudul ‘God’s Chosen Fast’ (Puasa Pilihan Allah), hal 77-78 menjelaskan akan adanya 3 tahap yang akan dialami seseorang kalau melakukan puasa jangka panjang :
- Tahap I yang berlangsung sekitar 2-3 hari (lamanya tahap-tahap ini bisa berbeda untuk tiap orang), di mana orangnya merasa sangat lapar.
- Tahap II yang juga berlangsung sekitar 2-3 hari, di mana orangnya tidak lagi merasa terlalu lapar, tetapi merasa badannya lemas, pusing dan malas untuk bergerak. Ini adalah bagian yang terberat dalam melakukan puasa jangka panjang.
- Tahap III. Pada tahap ini orang yang tadinya lemas itu mulai pulih kekuatannya, dan ia tidak lapar lagi. Pada tahap ini orangnya merasa bahwa ia bisa puasa terus tanpa problem. Tetapi kalau puasa ini diteruskan, maka pada saat tertentu, rasa lapar tahu-tahu muncul lagi dengan sangat hebatnya.
Ini
menunjukkan bahwa lemak tubuh sudah habis, dan kalau puasa itu tetap
diteruskan, ini menjurus pada starvation
(mati kelaparan). Lamanya tahap III ini tentu saja sangat berbeda untuk setiap orang,
dan sangat tergantung pada gemuk / kurusnya orang yang berpuasa. Orang gemuk, karena
cadangan lemak yang banyak, bisa bertahan lebih dari 40 hari, sedangkan orang
kurus mungkin hanya
bertahan 20 hari.
Dari sini bisa
kita simpulkan, bahwa Yesus sudah sampai pada akhir dari tahap III, dan karena
itu tidak aneh /
tidak salah kalau dikatakan bahwa : ‘setelah berpuasa 40 hari dan 40 malam,
akhirnya laparlah
Yesus’. Nah, dalam
kondisi lapar yang semacam inilah muncullah iblis dan mencobai Yesus.
Mat 4:3 - Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."
Kitab Suci
tidak menjelaskan bagaimana caranya iblis memberikan pencobaan ini kepada
Yesus. Apakah ia
menampakkan diri? Atau hanya memperdengarkan suara saja? Kalau ia menampakkan
diri, apakah ia
muncul berbentuk ular, atau manusia, atau malaikat? Ini tidak dijelaskan!
Tetapi yang jelas adalah
pencobaan ini bukannya muncul dalam pikiran / hati Yesus, karena kalau itu
terjadi, maka Ia sudah berdosa.
Dari pencobaan yang dilakukan setan ini, ada 2 hal yang akan saya bahas :
Dari pencobaan yang dilakukan setan ini, ada 2 hal yang akan saya bahas :
a.
Pencobaan ini menunjukkan betapa cerdiknya setan.
Kecerdikkan
iblis nampak lewat beberapa fakta :
1) Ia muncul
seolah-olah dengan niat yang sangat baik.
Ingat bahwa
Yesus ada dalam kondisi lapar yang sangat hebat dan sesuai dengan keterangan dari Arthur
Wallis di atas, jika pada tahap ini tidak makan maka itu sama dengan bunuh
diri. Kalau saudara
ada dalam kondisi demikian lalu muncul seseorang yang menawarkan makanan pada saudara,
apakah saudara akan anggap orang itu orang jahat atau orang baik?
Sudah tentu kebanyakan kita akan menganggapnya sebagai orang baik. Di sini setan muncul dengan tawarannya yang seolah-olah sangat baik dan bersifat menolong Yesus dari bahaya kematian karena kelaparan.
Hal yang sama terjadi di taman Eden di mana dia muncul seolah-olah sebagai orang yang baik yang akan menolong Adam dan Hawa dari ketidakbaikan Tuhan Allah karena Tuhan Allah tidak mau mereka makan buah terlarang yang akan membuat mereka menjadi sama seperti Tuhan Allah. Di sinilah kelicikan iblis. Alkitab berkata bahwa iblis dapat menyamar sebagai malaikat terang.
Sudah tentu kebanyakan kita akan menganggapnya sebagai orang baik. Di sini setan muncul dengan tawarannya yang seolah-olah sangat baik dan bersifat menolong Yesus dari bahaya kematian karena kelaparan.
Hal yang sama terjadi di taman Eden di mana dia muncul seolah-olah sebagai orang yang baik yang akan menolong Adam dan Hawa dari ketidakbaikan Tuhan Allah karena Tuhan Allah tidak mau mereka makan buah terlarang yang akan membuat mereka menjadi sama seperti Tuhan Allah. Di sinilah kelicikan iblis. Alkitab berkata bahwa iblis dapat menyamar sebagai malaikat terang.
2 Kor 11:14 - Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang.
Matthew
Henry – Iblis bisa
menyamar sebagai malaikat terang, dan itulah yang dilakukannya sekarang
dengan berpura-pura menjadi malaikat penolong yang cerdas dan baik. (Injil
Matius 1-14, hal. 100).
Karena itu
kita harus berhati-hati karena seringkali iblis menyerang kita melalui
orang-orang yang
kelihatannya memberikan solusi yang baik bagi persoalan kita padahal solusi itu
justru menjatuhkan
kita dalam dosa.
2) Ia
memberikan tawaran yang sangat cocok dengan situasi dan kondisi saat itu.
Situasi dan
kondisi yang bagaimana? Dia menyuruh mengubah batu-batu menjadi roti dan ini sangat menarik
karena batu-batu di padang
gurun pada saat itu memang mirip dengan roti orang Yahudi.
J.J.de Heer
– Iblis menunjuk kepada
batu-batu yang terserak di padang
gurun itu. Batu-batu itu bentuknya
bundar dan kuning warnanya, menyerupai roti yang adalah makanan pokok orang Yahudi.
(Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal. 52).
William
Barclay – Padang gurun biasanya
dipenuhi oleh batu-batu kecil yang bentuknya menyerupai
potongan-potongan roti. Kenyataan inilah yang mendorong munculnya pencobaan. (Pemahaman
Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10, hal. 110).
Bandingkan :
Mat 7:9 - Siapakah di antara kamu, jikalau anaknya meminta roti, memberi batu kepadanya?
Dia menyuruh
Yesus mengubah batu-batu menjadi roti karena memang pada saat itu tidak ada kemungkinan
yang lain untuk mendapatkan roti di padang
gurun seperti itu.
Budi Asali – Pencobaan untuk membuat batu menjadi
roti ini sangat logis, karena saat itu Yesus
membutuhkan roti, tetapi tidak ada roti, dan tidak bisa membeli roti ataupun
membuat roti dengan
cara biasa. Hati-hati dengan godaan yang logis! Misalnya : istrimu sudah jelek
dan tidak
memuaskan kamu, dan kamu sebagai orang laki-laki mempunyai nafsu seks yang
harus disalurkan.
Kalau ditahan terus nanti bisa stress / gila! Jadi, carilah wanita lain /
pelacur yang bisa memuaskan
kamu.
Dia tahu bahwa
Yesus lapar dan dia tidak menawarkan hal yang lain. Dia tahu bahwa yang paling
dibutuhkan oleh orang lapar adalah makanan/roti. Karena itu ia segera mencobai
Yesus untuk mengubah
batu-batu menjadi roti. Sesuai dengan tahapan puasa yang diungkapkan oleh Arthur Wallis
di atas berarti Yesus juga sudah merasa lapar pada tahap I, tetapi pada saat
itu iblis masih
menahan pencobaannya karena kelaparan pada saat itu belumlah kritis. Ia baru mencobai Yesus
pada kelaparan tahap III, dan ini adalah kelaparan yang kritis yang apabila tidak segera
makan akan mati. Dari sini kita bisa lihat bahwa setan menyerang titik lemah Yesus. Dan ini
juga yang sering ia lakukan pada manusia. Setan tahu titik lemah kita dan setan
selalu
berusaha menyerang titik lemah kita. Misalnya:
- Saudara lemah dalam persoalan seks. Maka setan bukan hanya akan menyerang titik lemahitu, tetapi juga menyerangnya pada saat yang tepat, misalnya pada waktu saudara sedang bertengkar dengan istri saudara.
- Saudara adalah seorang yang tamak. Maka setan terus akan memanfaatkan titik lemah itu, dan ia mungkin sekali bahkan akan memberikan saudara kesempatan bisnis yang saatnya bertepatan dengan kebaktian / Pemahaman Alkitab. Ini sekaligus akan memberikan serangan dobel kepada saudara.
- Saudara adalah seorang pemarah. Maka setan akan memberikan banyak orang / hal yang menjengkelkan saudara, dan itu mungkin sekali diberikannya pada saat yang tepat, yaitu pada saat saudara memang sudah sumpek. Ini membuat saudara meledak dalam kemarahan!
- Anak saudara sedang sakit berat dan hampir mati, dan lalu ada orang yang cerita tentang dukun yang hebat.
- Saudara sedang malas untuk kebaktian, ada teman datang dan mengajak piknik.
- Saudara sedang sangat butuh uang, lalu ada kesempatan untuk korupsi/mencuri.
- dll.
Karena itu
kita harus tahu titik lemah kita, dan selalu waspada dalam hal itu dan setiap
hari membentenginya
dengan doa.
3) Ia
mengawali pencobaannya dengan kata-kata “jika engkau Anak Allah”.
Mengapa iblis
mengatakan kalimat ini? Ini jelas ada hubungannya dengan pengalaman saat Yesus dibaptis
di mana ada suara Bapa : “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi…” dan karena itu maka iblis
(yang rupanya mendengar hal itu) memakai hal itu dalam serangannya terhadap Yesus.
Bandingkan 2 ayat ini :
Bandingkan 2 ayat ini :
Kata “Jika”
dalam Mat 4:3 ini memakai kata bahasa Yunani “EI”.
Kata “EI” ini
bisa diterjemahkan “if / jika” dan bisa juga diterjemahkan “since /
karena”. Jadibunyi ayat itu
bisa saja seperti terjemahan LAI : "Jika Engkau Anak Allah,
perintahkanlah supaya
batu-batu ini menjadi roti." Tapi bisa juga : "Karena Engkau Anak Allah,perintahkanlah
supaya batu-batu ini menjadi roti." 2 kemungkinan ini akan saya jelaskannanti tapi di
sini kita bisa melihat kecerdikan setan di dalam meramu pencobaannya denganmengaitkan
kata-kata Bapa sewaktu Yesus dibaptis dengan pencobaan yang diarahkan pada Yesus.
4) Ia tahu
bahwa Yesus mempunyai kemampuan untuk mengubah batu-batu menjadi roti.
Setan tidak
mungkin menyuruh Yesus mengubah batu-batu menjadi roti apabila Yesusmemang tidak
mempunyai kemampuan untuk melakukan hal itu. Justru karena Yesus mampuuntuk mengubah
batu-batu menjadi roti itulah maka Ia dicobai dengan untuk mempergunakankemampuan-Nya
itu.
Tyndale - Bahwa hal-hal itu adalah pencobaan,
secara tidak langsung menunjukkan bahwa Yesus tahu
bahwa Ia mempunyai kuasa yang luar biasa. ‘Bukanlah pencobaan bagi kita untuk mengubah batu
menjadi roti atau untuk meloncat dari bubungan Bait Suci’. Dari sini bisa
juga ditarik kesimpulan bahwa makin besar kuasa / kekuatan yang ada pada kita, makin banyak
pencobaan yang bisa disodorkan oleh setan kepada kita! Misalnya :
- Orang miskin tidak akan merasakan jalan-jalan ke tempat-tempat rekreasi yang bagus pada hari Minggu sebagai suatu pencobaan, karena itu sama sekali di luar kemampuannya, tetapi bagi orang kaya hal itu merupakan godaan.
- Orang miskin tidak akan merasakan godaan untuk membeli barang-barang mewah tanpa ada perlunya karena hal itu tidak mungkin baginya tapi bagi orang kaya itu adalah satu pencobaan.
- dll
Karena itu, makin saudara kaya / berkuasa, makin saudara harus mendekatkan diri kepada Tuhan dan belajar Firman Tuhan, supaya saudara kuat menghadapi pencobaan yang semakin banyak itu.
b. Maksud
sesungguhnya dari cobaan setan ini.
Sekarang kita
perlu singkapkan apa sebenarnya tujuan setan dibalik pencobaan untuk mengubah batu-batu
menjadi roti.
1) Melalui
pencobaan ini, setan berusaha mengalihkan Yesus dari perkara rohani kepada
perkara jasmani.
Yesus
sementara berpuasa dan ini adalah urusan rohani. Tetapi setan lalu datang
menggodaDia dengan
roti yang adalaah urusan jasmani. Dengan kata lain setan sementara berusahamengalihkan
perhatian Yesus dari perkara rohani kepada perkara jasmani. Hal semacam iniseringkali
dilakukan setan terhadap anak-anak Tuhan sehingga ada banyak anak Tuhan yanglalu lebih
memilih urusan-urusan jasmani daripada urusan rohani.
- Lebih memilih nonton TV daripada berdoa.
- Lebih memilih jalan-jalan, shoping, nonton, dll daripada ikut kelas PA.
- Lebih memilih ikut acar pesta daripada kebaktian.
- Lebih suka membaca koran / majalah / FB daripada Alkitab.
- dll
Kalau saudara digoda oleh setan dengan mengarahkan diri saudara pada hal-hal jasmani, ingatlah kata-kata Paulus berikut ini :2 Kor 4:18 - Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal”.
2) Melalui
pencobaan ini, setan berusaha agar Yesus kehilangan kepercayaan kepada Bapa-Nya dan mencari
solusi bagi persoalan-Nya sendiri.
Tujuan setan
ini terkait dengan kata-kata “Jika Engkau Anak Allah”. Dan tadi sudah
sayajelaskan bahwa
iblis menggunakan kata-kata ini karena sebelumnya dalam peristiwapembaptisan
Yesus, Bapa berkata “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi….”. Lalu apa maksud
iblis sebenarnya
dengan pencobaan ini?
Ia bermaksud untuk membuat Yesus ragu terhadap status- Nya sebagai Anak Allah atau meragukan kata-kata Bapa-Nya. Maksudnya adalah kalau memang benar Allah adalah Bapa-Mu atau Engkau adalah Anak Allah, mengapa Allah Bapa bisa membiarkan Engkau dalam keadaan kelaparan semacam ini? Engkau bukan Anak Allah atau mungkin benar Engkau adalah Anak Allah tetapi Allah adalah Bapa yang tidak baik yang tidak peduli terhadap kesulitan-Mu. Daripada berharap pada-Nya, atasilah persoalan-Mu sendiri dengan mengubah batu-batu ini menjadi roti. Toh Engkau sanggup melakukannya tanpa bantuan Bapa-Mu.
Dari sini terlihat bahwa iblis sementara berusaha untuk memutuskan hubungan Yesus dengan Bapa-Nya dan dengan demikian Yesus tidak perlu bergantung lagi pada Bapa-Nya dan lalu berusaha untuk mengatasi persoalan-Nya sendiri (kelaparan) dengan menggunakan kuasa yang ada pada-Nya. Inilah tujuan setan sebenarnya.
Dan pencobaan semacam ini masih terus dilakukan iblis hingga hari ini. Ada banyak anak Tuhan yang berada dalam persoalan yang berat (sakit penyakit, kemiskinan/kekurangan, problem studi/pekerjaan, problem rumah tangga, dll). Mereka berdoa dan berdoa tetapi kelihatannya tidak ada pertolongan dari Allah dan setan lalu menggoda mereka untuk tidak lagi percaya kepada Allah dan berusaha mengatasi persoalan mereka dengan cara mereka sendiri.
Budi Asali - Pencobaan ini bertujuan supaya Yesus
tidak mempercayakan diri kepada Bapa-Nya, tetapi
menangani persoalan lapar itu dengan cara yang tidak halal yaitu denganmenggunakan
keilahian-Nya. Mengapa itu tidak halal? Karena pada waktu hidup di duniasebagai
manusia Yesus tidak pernah menggunakan keilahian-Nya untuk kepentingan-Nyasendiri. Kalau Ia
selalu menggunakan keilahian-Nya untuk kepentingan-Nya sendiri, maka Iatidak akan
bisa menderita bagi kita.
Perhatikanlah,
bukankah ada banyak anak Tuhan yang jatuh dalam pencobaan semacam ini?Kita harus
selalu berhati-hati untuk tidak mencari solusi bagi persoalan kita sendiri
denganmelakukan
hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan.
Matthew
Henry – Ketika Yesus
mulai lapar, lebih-lebih di padang
gurun di mana tidak ada yang bisa
dimakan, iblis pun melancarkan serangannya. Perhatikanlah, kekurangan dan kemiskinan
merupakan godaan besar yang membuat orang menjadi tidak puas diri dan tidak mempercayai Tuhan,
dan akan menggunakan cara-cara yang tidak halal untuk memenuhi kebutuhannya…
kemiskinan itu merupakan suatu pencobaan… Oleh sebab itu mereka yang kekurangan
perlu melipatgandakan kewaspadaannya. Lebih baik mati kelaparan daripada hidup makmur
dalam dosa. (Injil Matius 1-14, hal. 101).
Budi Asali - Setan juga selalu menyerang kita supaya
kita tidak mempercayakan diri kita kepada Allah,
tetapi menangani sendiri dengan menggunakan cara yang tidak halal (mencuri, korupsi,
nyogok, berdusta, pergi ke dukun dsb).
J.J.de Heer
– Menjadikan roti,
sebelum tiba saatnya oleh Yesus dirasakan sebagai mau terlalu cepat “keluar
dari kesulitan”, menempuh jalan sendiri dan kurang percaya kepada Bapa-Nya di sorga.
Pencobaan yang Yesus alami kita alami juga. Adalah sangat berbahaya bahwa kita menjadi kurang
sabar. Apabila kita berdoa, kita kadang-kadang seakan mau memaksa Tuhan untuk
bertindak cepat. Kita kadang-kadang melupakan bahwa Tuhan, juga kalau Ia hendak membukakan
suatu jalan keluar dari kesukaran-kesukaran kita, memakai jalan serta waktu- Nya sendiri.
Untuk itu kita harus sabar menunggu pertolongan, seperti yang Yesus lakukan di padang gurun. (Tafsiran Alkitab Injil
Matius, hal. 53).
Dalam hal ini
kita perlu meneladani Zadrakh, Mesakh dan Abednego yang berprinsip bahwa seadainya
Allah tidak menolong mereka sekalipun, mereka tidak akan mau melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan kebenaran.
Dan 3:17-18 – (17) - Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; (18) tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
3) Melalui
pencobaan ini, setan berusaha agar Yesus memanfaatkan status serta kuasa-Nya
untuk mencari
kepentingan diri sendiri.
Ini terkait
dengan kata-kata : “Jika Engkau Anak Allah”. Tadi sudah saya jelaskan
bahwa kata Yunani “EI” di
sini bisa diartikan “karena” sehingga ayat itu bisa diterjemahkan ““Karena Engkau Anak
Allah”. Jika demikian
maka pencobaan ini bukan bertujuan untuk membuat Yesus ragu
akan status-Nya sebagai Anak Allah atau meragukan Bapa-Nya tetapi untuk memanfaatkan
status-Nya sebagai Anak Allah itu dan kuasa-Nya untuk memenuhi kebutuhan/kepentingan-Nya
sendiri. Dan cobaan seperti ini jugalah yang sering dilakukan iblis kepada
anak-anak Tuhan.
William
Barclay – Kita selalu
dicoba untuk memakai kekuatan dan kekuasaan yang diberikan Tuhan kepada
kita bagi kepentingan diri kita sendiri. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius
1-10, hal. 110).
Barclay lalu
memberikan contoh :
William Barclay – Seseorang mungkin mempunyai suara yang baik. Tetapi ia bisa mengkomersialkan suaranya itu, sehingga bisa menolak mengeluarkan suaranya itu kecuali jika dibayar. Sebenarnya tidak ada alasan apapun untuk membayar suaranya itu. Tetapi yang empunya suara itu bisa menemukan berbagai alasan, agar orang yang mendengarkan suaranyaharus membayar. Setiap orang mempunyai kecakapan tertentu pasti mendapat pencobaan untuk memakai kecakapan tersebut bagi kepentingan dirinya sendiri, meskipun kecakapan ituadalah pemberian Tuhan. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10, hal. 110).
Adalah tidak
salah kalau kecakapan-kecakapan kita dihargai dengan bayaran tetapi janganlah itu menjadi
motivasi kita di dalam menggunakan kecakapan-kecakapan itu.
III.
JAWABAN YESUS.
Lalu bagaimana
jawaban Yesus terhadap serangan setan ini?
Mat 4:4 - Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
Yang
dimaksudkan dengan “ada tertulis” di dalam ayat tersebut adalah ada
tertulis dalam Firman Tuhan (PL).
Dan memang kata-kata ini Yesus kutip dari Ul 8:3 :
Ul 8:3 – “…manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.
Di sini kita
melihat bahwa dalam menghadapi serangan setan, Yesus mengandalkan Firman Allah.
Mengapa?
Karena Firman Allah itu adalah senjata / pedang roh (Efs 6:17). Melalui ini
Yesus memberikan
teladan bagi kita bahwa di dalam menghadapi serangan setan, kita harus
berpegang teguh dan
mengandalkan Firman Allah.
Matthew
Henry – Kita harus
menggunakan cara ini setiap kali kita dicobai untuk berdosa. Lawanlah dan tolaklah
pencobaan itu dengan “Ada
tertulis”. Firman Allah adlaah pedang roh, satu-satunya senjata untuk
menyerang dari seluruh perlengkapan senjata Kristen (Efs 6:17). (Injil
Matius 1-14, hal. 105).
Karena itu
hendaklah kita rajin belajar Firman Tuhan (misalnya lewat kelas PA) supaya bisa menggunakan
Firman Tuhan untuk menangkis serangan setan. Tanpa Firman Tuhan kita sukar
untuk bertahan
terhadap serangan setan. Sekarang mari perhatikan bunyi Firman yang dikutip
Yesus ini :
a. ‘Manusia hidup bukan dari roti saja’.
Kata ‘saja’
dalam jawaban Yesus itu perlu diperhatikan. Yesus tidak berkata : ‘Manusia
hidup bukan dari
roti’. Tetapi Yesus
berkata : ‘Manusia hidup tidak dari roti saja’. Ini menunjukkan bahwa hal
jasmani juga penting dan tidak bisa diabaikan secara total, tetapi kita tidak
boleh menekankan hal
jasmani saja (bdk. 1Tim 4:8).
b. ‘tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah’.
Ada yang mengartikan ‘firman yang keluar
dari mulut Allah’ sebagai pengajaran Kitab Suci sehingga arti
kalimat ini adalah karena manusia terdiri dari tubuh dan jiwa / roh, maka
manusia hidup bukan
dari roti saja, tetapi juga dari Firman Allah / pengajaran Kitab Suci.
Kelihatannya tafsiran
semacam ini tidak tepat karena tidak cocok dengan konteks Mat 4:3-4 di mana
setan menyuruh Yesus
mengubah batu menjadi roti, dan Yesus menjawab manusia hidup bukan dari roti saja tetapi
dari pengajaran Kitab Suci. Ini rasanya jadi kacau.
Calvin dan para penafsir yang lain beranggapan bahwa kata-kata ini menunjuk pada ‘kehendak Allah’.
Calvin dan para penafsir yang lain beranggapan bahwa kata-kata ini menunjuk pada ‘kehendak Allah’.
Jadi maksud Yesus adalah sekalipun tidak ada roti, kalau Allah menghendaki Ia hidup, Ia akan hidup. Penafsiran ini lebih cocok dengan konteks Luk 4:3-4 maupun Ul 8:3 dari mana ayat ini dikutip :
Ul 8:3 - Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.
Dari ayat ini
terlihat bahwa bangsa Israel
di padang gurun
tidak memperoleh roti tetapi Allah bisa membuat mereka
hidup dengan cara memberikan manna kepada mereka. Ini yang harus
kita camkan dengan baik-baik. Allah itu penuh kuasa, Ia menopang segala sesuatu dengan
firman-Nya (Ibr 1:3) sehingga kalau Ia mau, Ia bisa membuat kita hidup tanpa
roti. Tetapi sebagaimana Ia
dengan cara yang ajaib memberi makan kepada bangsa Israel
di padang
gurun, Ia juga dengan
cara-cara yang ajaib bisa memelihara hidup kita. Karena itu dalam keadaan
terjepit / krisis yang
bagaimanapun hebatnya, yang mengancam nyawa sekalipun, ingatlah bahwa hidup / mati saudara
tergantung kehendak Tuhan.
Dari jawaban
Yesus ini terlihat bahwa Yesus sangat percaya kepada Bapa-Nya. Ia tidak mau menggunakan
keilahian-Nya / cara yang tidak halal, dan Ia percaya Bapa-Nya akan
memelihara-Nya.
Karena Kristus tidak mau mendapatkan roti dengan cara tidak halal, akhirnya kita melihat bahwa malaikat-malaikat datang melayani Dia.
Mat 4:11 - Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.
Marilah kita
meniru Yesus dalam hal ini; jangan mencari makan / uang dengan cara yang tidak
halal, seperti
menggunakan tipu daya, dusta, menyuap, dsb. Atau dengan cara bekerja pada hari
Sabat (Kel 20:8-11). Maka
Tuhan pasti akan mencukupi kebutuhan saudara.
- AMIN -
No comments:
Post a Comment