F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Christmas Time. Show all posts
Showing posts with label Christmas Time. Show all posts

0 Khotbah Menyambut Natal 2017 dalam Kebenaran dan Iman yang Gemilang:



Oleh: Martin Simamora

Dunia dalam Kegelapan, Terang Manusia Datang Mengalahkan Kegelapan itu


Jelang natal, sudah menjadi kebiasaan atau tradisi bagi gereja atau keluarga-keluarga Kristen untuk memasang pohon natal. Pohon yang menarik bukan saja karena ornamen-ornamen atau hiasan-hiasannya yang khas, tetapi karena lampu-lampu yang bukan saja berkelap-kelip tetapi bahkan bisa menari dalam pola-pola yang indah. Tentu saja natal bukan soal memiliki dan memajang pohon natal yang megah dan mahal, sebab lampu-lampunya sendiri bukanlah terang bagi dunia ini sendiri. Alkitab sendiri memang secara tegas menunjukan bahwa natalnya Yesus atau inkarnasi Allah Sang Firman menjadi manusia merupakan kedatangan terang dari Allah ke dalam dunia. Mari kita membaca bagaimana injil Yohanes menyatakannya:

Yohanes 1:1-2 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.

Yohanes 1:4  Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.

Ia yang pada mulanya bersama-sama dengan Allah, menjadi manusia. Tetapi bukan sekedar menjadi manusia agar sama dengan manusia sebab dalam Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah itu menjadi manusia, di dalam dirinya ada hidup, dan hidup itu adalah terang manusia.




Terang Manusia:
Relasi Sang Terang Manusia dengan Umat Manusia  dalam Kegelapan yang Melingkupi Segenap Dunia

Semua kini tertuju kepada Dia  yang pada mulanya bersama-sama dengan Allah yang telah menjadi manusia, bukan sekedar tertuju tanpa sebuah tujuan yang mencengkram dunia ini sehingga menyatakan keberadaan dunia ini secara mutlak bergantung kepadanya:

0 Yesus Kristus adalah Firman yang Menjadi Manusia (Yohanes 1:14)- Bagian 7-Selesai

Oleh: Martin Simamora

Meninjau Ajaran "Yesus dapat Berdosa Namun Memilih Tidak Melakukannya" sebagaimana  Diajarkan Pdt. Erastus Sabdono
(Bagian ini Selesai)


serial menyambut Natal:  Yesus dan relasi kematiannya di kayu salib: Bukan karena Ia telah menjadi manusia berdosa sehingga mengalami maut, dan karena melepaskan haknya sebagai Anak Allah

Bacalah lebih dulu: “bagian sebelumnya

Memperbincangkan kemanusiaan Yesus dalam sudut pandang kemanusiawian setiap manusia yang sejak perjanjian lama dikatakan sebagai kecenderungan hatinya semata-mata berdosa:

Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,- Kejadian 6:5

Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?- Yeremia 17:9

Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan.- Roma 1:28-31

Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."- Roma 1:20-23

Maka memang  sangat berdasar bagi siapapun untuk memiliki prasangka alami: jika dikatakan Yesus menjadi sama dengan manusia, maka ia tak terbebaskan dari natur kemanusiaan semua manusia terhadap  kedagingan yang dihidupi oleh pemerintahan maut. Bahkan sangat berdasar dan tak terbantahkan, andaikata saja Alkitab sendiri tidak pernah menunjukan bahwa perjanjian lama, Yesus Kristus, para rasul-Nya tidak menarik garis pemisah yang begitu tajam untuk memisahkan Yesus dari semua manusia pada natur keberdosaan sehingga takluk pada  pemerintahan maut. Andaikan tidak, maka memang Yesus pasti juga merupakan obyek dosa. Tetapi pada Alkitab kita menemukan begitu benderang sebuah garis pemisah yang teramat tajam yang mengakibatkan cara pandang kita terhadapnya harus dilakukan secara berhati-hati supaya tidak dibangun berdasarkan  pemahaman, asumsi dan definisi yang dibangun diatas kemanusiaan setiap manusia yang mengabaikan setiap hal yang ditunjukan Kitab Suci terhadap Yesus. Ini penting! Bukankah Yesus sendiri berkata bahwa Ia  memang adalah Mesias sebagaimana yang dinyatakan Kitab Suci dan Ia melakukan segenap hal yang dinyatakan Kitab Suci, bahkan diujikan pada nabi terakhir perjanjian Lama dan kepada Musa yang telah menuliskan kitab-kitab:

0 Yesus Kristus adalah Firman yang Menjadi Manusia (Yohanes 1:14)- Bagian 6

Oleh: Martin Simamora

Meninjau Ajaran "Yesus dapat Berdosa Namun Memilih Tidak Melakukannya" sebagaimana  Diajarkan Pdt. Erastus Sabdono



serial menyambut Natal:  Yesus dan relasi kematiannya di kayu salib: Bukan karena Ia telah menjadi manusia berdosa sehingga mengalami maut, dan karena melepaskan haknya sebagai Anak Allah

Bacalah lebih dulu “bagian sebelumnya

Karena itulah, sorotan terkuat dan paling penting terkait relasi Yesus terhadap kematiannya di kayu salib adalah “siapakah” ia menurut Bapa-Nya, bukan menurut pandangan  yang bersifat multipaham pada masyarakat umum di eranya. Hal ini jelas terlihat pada sejumlah momentum penting seperti:

Markus 8:27-30 Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi." Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.

Tentang siapakah ia menurut banyak orang, akan sangat beragam dan akan sangat relatif, tidak ada kepastian dan tak mungkin menjadi kebenaran definitif. Tetapi Yesus menegaskan bahwa apapun dan bagaimanapun pandangan yang mencuat di kalangan masyarakat mengenai dirinya, ia adalah bukan “ada yang mengatakan”, tetapi ia adalah sebagaimana ia menyatakannya, dan itu adalah kebenaran tunggal. Pada injil Markus, kita melihat beragamnya pandangan orang yang sangat mungkin lahir dari pengalaman dan persepsi selama mendengar perkataan dan melihat berbagai perbuatan Yesus, tetapi hanya ada satu kebenaran yang berdiri di atas diri Yesus sendiri yaitu :”Engkau adalah Mesias! Sementara memang Petrus yang mengatakannya, tetapi validasinya bukan dari Petrus itu sendiri tetapi dari-Nya dengan  memberikan respon “melarang dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.” Di sini  substansinya bukan pada “melarang dengan keras” terkait siapakah dia sebenarnya sementara beragamnya pandangan tentang dirinya, tetapi betapa kebenaran tentang siapakah dirinya hanya bersumber dari dirinya Sang Kristus itu sendiri. Pada Yesus, terhadap murid-muridnya, Ia senantiasa menunjukan bahwa kebenaran sebuah kebenaran terletak atau ditegakan di atas dirinya sendiri sebagai Ia adalah kebenaran yang menyatakan sebuah kebenaran terkait apapun penjelasan terkait dirinya dan terkait ajarannya, sebagaimana terlihat pada interaksi berikut ini:

0 Yesus Kristus adalah Firman yang Menjadi Manusia (Yohanes 1:14)- Bagian 5

Oleh: Martin Simamora

Meninjau Ajaran "Yesus dapat Berdosa Namun Memilih Tidak Melakukannya" sebagaimana  Diajarkan Pdt. Erastus Sabdono

serial menyambut Natal:  Yesus dan relasi kematiannya di kayu salib: Bukan karena Ia telah menjadi manusia berdosa sehingga mengalami maut, dan karena melepaskan haknya sebagai Anak Allah



Apakah yang terlintas dalam benak anda ketika mendengar Yesus Kristus mengalami kematian?  Akan ada yang berkata: jika demikian Yesus adalah Mesias yang berdosa sebab Alkitab berkata upah dosa adalah maut (misal sebagaimana dinyatakan Roma 6:23, sehingga  ia,kalaupun Tuhan, adalah yang berdosa sehingga tidak suci. Sejak era Yesus, kematian pada dirinya adalah sebuah kontroversi:

Yohanes 12:33-34  Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati. Lalu jawab orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?"

Kematiannya sendiri dalam Pembicaraan Yesus
Ketika kita mencoba memandang Yesus  adalah manusia dan Tuhan yang berdosa berdasarkan fakta Alkitab bahwa ia memang mengalami kematian, maka kita juga harus menerima fakta Alkitab bahwa kematiannya merupakan salah satu topik terpenting yang  tidak hanya dibicarakan secara tertutup tetapi juga secara publik; tidak  semata sebagai sebuah peristiwa di dalam sejarah tetapi juga sebuah peristiwa yang harus terjadi sebab untuk itulah Ia datang, menggenapi apa yang telah dituliskan di dalam Kitab suci. Mari kita membaca pembicaraan-pembicaraan Yesus tersebut:

Pembicaraan kematiannya olehnya sendiri secara publik

0 Yesus Kristus adalah Firman yang Menjadi Manusia (Yohanes 1:14)- Bagian 4

Oleh: Martin Simamora

Meninjau Ajaran "Yesus dapat Berdosa Namun Memilih Tidak Melakukannya" sebagaimana  Diajarkan Pdt. Erastus Sabdono

serial menyambut Natal:  kemanusiaan Yesus dan relasinya terhadap dosa dan peristiwa kematian di kayu salib: apakah ia menjadi sama dengan semua manusia Sehingga berdosa dan membutuhkan pertobatan?




A. Yesus dan relasinya terhadap dosa
Teks Filipi 2:6 secara definitif memotretkan Yesus dalam sebuah kemanusiaan  dan sebuah keilahian yang tak terbayangkan dan tak terjelaskan dari sudut pandang manusia. Hal ini nampak jelas dari pernyataan rasul Paulus dalam menjelaskan keilahian Yesus Kristus tak terputuskan, sekalipun Ia sendiri melakukan tindakan penghambaan bagi dirinya sendiri, sehingga teks tersebut berbunyi:

“yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan”
teks yang hendak menyatakan dua elemen penting yang tak terpisahkan terkait keilhian Yesus yaitu:
-dalam rupa Allah (being in the form of God-KJV)
-milik (thought it not robbery-KJV)

Ketika  rasul Paulus menyatakan siapakah Yesus Kristus, dengan sebuah permulaan Ia telah ada sejak kekekalan bukan sebagai: salah satu malaikat yang mulia atau salah satu bentuk keilahian lain yang bersifat atau mendekati Allah tetapi memang berhakekat Allah atau being in the form of God, maka sejak titik inilah, kemanusiaan Yesus memiliki kehidupannya. Bahwa kehidupannya ditentukan dan hanya bersumber dari Ia dalam rupa Allah sebagai Ia apa adanya sebagaimana Ia ada. Itu sebabnya merupakan kepemilikan yang otentik dan sebuah kehakekatan: thought it not robbery. Dalam hal ini Paulus sendiri menyatakan bahwa keilahian Yesus itu, sehingga Ia dikatakan sehakekat dengan Allah dalam kemanusiaannya, bukan merupakan sebuah pengangkatan Yesus sebagai Allah atau penggelaran Yesus dengan titel Allah.

0 Yesus Kristus adalah Firman yang Menjadi Manusia (Yohanes 1:14)- Bagian 3

Oleh: Martin Simamora

Meninjau Ajaran "Yesus dapat Berdosa Namun Memilih Tidak Melakukannya" sebagaimana  Diajarkan Pdt. Erastus Sabdono

serial menyambut Natal:  Benarkah Yesus adalah Manusia Berdosa Karena Ia telah menanggalkan Haknya sebagai Anak Tunggal dan dengan demikian Ia telah terpisah sama sekali dari Bapa atau Berdosa?




Pesan substantif  yang hendak dinyatakan oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono adalah, bahwa Yesus telah melepaskan haknya sebagai Anak Allah, tepatnya begini ia menuliskan pemikirannya: ”Teks ayat 6 itu hendak menjelaskan bahwa Yesus Kristus telah melepaskan hak-Nya sebagai Anak Allah.” Bagian yang saya beri penekanan dangan huruf tebal dan garis bawah merupakan pernyataan yang  tidak main-main pada siapakah Yesus setelah itu,   dimana setelah itu dalam pemikiran pendeta Erastus terletak atau berada dalam bingkai “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan.”

Pendeta Erastus, bukan sekedar melakukan tafsirnya bahwa Filipi 2:6 bermakna “Yesus telah melepaskan haknya sebagai Anak Allah” tetapi melalui  sejumlah analisa kata  pada teks ayat 6 tersebut, ia mengisi makna “melepaskan Anak haknya sebagai Anak Allah” lebih dari sekedar dari sorga turun ke bumi  dalam rupa manusia, sebab ia membawa Yesus dalam tafsirannya sebagai Yang  dari sorga turun ke bumi dalam rupa manusia menjadi sama dengan manusia berdosa dan membutuhkan pertobatan. Ini sendiri memiliki implikasi bahwa Yesus sendiri dengan demikian jikapun ia adalah ilahi, ia memiliki aspek kecemaran dosa sehingga tidak lagi sehakekat dengan Bapa dalam Ia telah menjadi manusia.  Hal yang akan saya tinjau juga pada bagian-bagian mendatang atau pada serial terpisah.

Tetapi, saya juga mau memberikan catatan penting, sebetulnya analisa kata dan teks yang dilakukannya tidak begitu bernilai dan apalagi membantu memahami teks secara jujur, karena analisa kata yang dilakukannya, pada kenyataannya dibangun isolatif terhadap seluruh gagasan teks terhadap teks-teks  terdekatnya. Ini sendiri menjelaskan mengapa Yesus kemudian baginya adalah manusia berdosa yang membutuhkn pertobatan.

Untuk menolong, mari kita membaca kembali teks Filipi 2:6:

0 Yesus Kristus adalah Firman yang Menjadi Manusia (Yohanes 1:14)

Oleh: Martin Simamora


Meninjau Ajaran "Yesus dapat Berdosa Namun Memilih Tidak Melakukannya" sebagaimana  Diajarkan Pdt. Erastus Sabdono

serial menyambut Natal: Yesus dapat Berdosa Karena Memang Ke-Natal-an Yesus Bertujuan Menjadi Sama dengan Manusia Berdosa yang Membutuhkan Pertobatan


Bacalah lebih dulu: “Pengantar

Pandangan “Yesus dapat berdosa namun memilih tidak melakukannya” telah dibangun  pondasinya oleh Pdt. Dr.Erastus Sabdono sejak halaman-halaman awal pada Diktat Kuliah Sistematika Theologia “KRISTOLOGI.” Saya mengajak anda untuk melihat  Bab I ‘Pentingnya Mengenal Kristologi” pada halaman 13, sebagaimana saya sajikan dibawah ini beserta penekanan yang saya berikan untuk menunjuk pokok pikiran utama yang sedang dikemukakan olehnya untuk mendukung gagasan “Yesus dapat berdosa namun memilih tidak melakukannya”:


Pendeta Erastus Sabdono, pada bagian ini, membangun gagasannya berdasarkan Filipi 2:6 yang berbunyi (anda bisa menemukan sub judul Filipi 2:6 pada halaman 12):“yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap  kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,” yang kemudian ditinjaunya berdasarkan analisis kata atau leksikon pada kata demi kata teks 2:6 dalam bahasa Yunaninya. Berdasarkan analisa kata demi kata pada teks tersebut, ia kemudian, sebagaimana pada halaman 13  pada paragraf yang saya sorot, menuliskan: “dari analisis teks ini tersimpulkan bahwa  Yesus tidak menganggap keberadaan-Nya yang mulia sebagai sesuatu yang berharga sehingga Ia mempertahankan-Nya (a thing to be grasped), tetapi dengan rela melepaskannya.”Inilah yang menjadi jembatan baginya untuk membangun sebuah Yesus yang berdosa sebagaimana seutuhnya semua manusia adalah berdosa. Beginilah pendeta Dr. Erastus Sabdono menuliskannya pada paragraf selanjutnya   yang juga saya beri sorotan khusus. Di situ ia menyatakan:

Teks ayat 6 hendak menjelaskan bahwa Yesus Kristus telah melepaskan hak-Nya sebagai Anak Allah. Sikap seperti ini telah ditunjukan sejak Ia memberi diri dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Matius 3:1-1). Dengan kesediaan-Nya dibaptis Ia menyamakan diri-Nya dengan manusia berdosa yang memerlukan pertobatan. Hal ini dilakukan oleh Tuhan Yesus agar Ia dapat menggenapkan seluruh kehendak Allah.”

Berdasarkan simpulan tersebut, pendeta Erastus Sabdono, sebenarnya sedang menyatakan bahwa kelahiran Yesus Kristus adalah kedatangan Anak Allah yang telah melepaskan ke-Anak Allah-annya dengan sebuah tujuan: agar  Yesus Kristus menjadi sama dengan manusia berdosa yang memerlukan pertobatan. Atau perhatikan grafis berikut ini:

0 Yesus Kristus adalah Firman yang Menjadi Manusia (Yohanes 1:14)



 Meninjau  Ajaran "Yesus dapat Berdosa Namun Memilih Tidak Melakukannya" sebagaimana  Diajarkan Pdt. Erastus Sabdono

(serial menyambut Natal: Pengantar)


Sederhananya ketika kita membaca  Yohanes 1:14 “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita,” ini dinyatakan sebagai inkarnasi. Harus diketahui bahwa kata inkarnasi tidak terdapat di dalam Alkitab. Kata inkarnasi berasal dari  kata latin in dan caro (daging), bermakna clothed in flesh atau berbalutkan tubuh daging, tindakan mengenakan tubuh daging. Satu-satunya penggunaannya dalam theologia hanya untuk merujukan pada kebelaskasihan ilahi Allah, tindakan penuh kerelaan Anak Allah dalam Ia mengenakan sebuah tubuh manusia. Dalam  doktrin Kristen, inkarnasi secara ringkas dinyatakan bahwa  Yesus Kristus, Anak Allah kekal, telah menjadi seorang manusia. Ini adalah salah satu peristiwa agung yang terjadi dalam sejarah semesta. Peristiwa tanpa tanding. (Prof. Lehman Strauss, LittD, Why God Became Man, Bible.org).

Yohanes 1:14 sendiri dalam bagian Perjanjian Baru telah diperingatkan dan dinyatakan sebagai sebuah peristiwa yang tak dapat begitu saja dipahami dan dijelaskan dari sudut pandang dan common sense atau akal sehat manusia. Jika kita merujuk pada rasul Paulus maka kita akan mendapatkan sebuah catatan yang begitu menunjukan bahwa apa yang disebut sebagai inkarnasi tidak memiliki patron yang bagaimanapun bagi manusia untuk memahaminya:

Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan."- 1 Timotius 3:16

Ketika rasul Paulus menyatakan agunglah rahasia ibadah kita, maksud rahasia di sini bukan bermaksud sebuah kemisterian  yang esoteris atau terbatas pada kalangan tertentu/tertutup yang berbasiskan pada apapun juga yang mungkin untuk dilakukan manusia untuk membangun pengertian, pemahaman dan ajaran berdasarkan koginisi dan spiritualisme manusia yang berjuang memahami Yesus, tetapi terkait  dengan “Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia.” Dan sebetulnya kosa kata inkarnasi itu sendiri bukan basis atau dasar untuk memahami Yohanes 1:14 itu sendiri sebab Ia sesungguhnya dalam menjadi manusia lebih besar dari sekedar menjadi manusia sebagaimana rasul Paulus menyatakannya: “diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat.”

Kalau  ditanyakan soal inkarnasi dan kemanusiaan manusia Yesus dalam relasinya terhadap Ia sebelum mengambil rupa manusia- apakah ia tetap dalam keagungan yang sama secara divinitas, maka jawab rasul Paulus tidak ada perubahan kedivinitasan malah dinyatakan bahwa Ia begitu penting untuk menampakan dirinya dalam rupa manusia kepada malaikat-malaikat, walau Ia menjadi manusia bukan untuk menebus malaikat-malaikat. Ini sendiri memang dapat kita saksikan dalam injil-injil bahwa ia memiliki relasi yang begitu istimewa terhadap malaikat-malaikat:

0 Acara Natal ISCS 6 Januari 2017 (3 Bagian)

"Natal Sebagai Momen Merajut Kebhinekaan dalam Keprihatinan Nasional"
Dipersembahkan oleh

Institute for Syriac Culture Studies
Video I


Video II

0 Renungan Reflektif Menyambut Natal 2016:

Oleh: Martin Simamora

Dimanakah Damai Sejahteramu Kauletakan, Pada Kristus Ataukah Pada Menurutmu Sendiri?


Ketika Kristus dilahirkan ke dalam dunia ini, berapa banyakah manusia yang memadang kedatangannya sebagai teramat penting.  Bukan sekedar  teramat penting sebagaimana saya dan anda memahami maksud  yang terkandung di dalam kata “penting” itu sendiri. Pada era jelang kelahiran Yesus hanya ada segelintir manusia yang mampu memandang ia yang dijanjikan Allah itu begitu penting untuk dikenali sehingga menjadi dasar tunggal baginya untuk menutup mata dalam kedamaian yang begitu menenteramkan jiwa. Dan kalaupun itu dapat terjadi, semata karena Allah sendiri menunjukan kebenaran semacam itu kepadanya sebagaimana Alkitab mencatatkan perihal itu bagi saya dan anda:

Lukas 2:25-32 Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."

Berdasarkan penuntunan Roh Kudus saja ia dimampukan untuk memandang dan mengerti bahwa Mesias begitu penting bukan saja bagi kehidupannya saat ini tetapi bagi kehidupan setelahnya. Tak ada damai yang lebih dahsyat daripada apa yang telah dinyatakan Roh Kudus baginya: dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan

Dan beginilah pujian yang dilantukan oleh mulutnya:

0 Sebuah Khotbah Menyambut Natal: “Kelahiran Yesus Kristus adalah:…”

Oleh: Martin Simamora



bagaimana Ia Sang Firman menjadi manusia [Yohanes 1:1,14]?

Lukas 1:18  Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.


Natal bukan peristiwa Allah yang melawat manusia sebagaimana Adanya IA, sebab itu mustahil. Allah yang kudus tak mungkin berjumpa dengan manusia didalam keapadaan Allah yang begitu mulia-kudus dan tak terjamahkan oleh manusia. Coba perhatikan situasi ini:

■Keluaran 19:18-21 Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena TUHAN turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat. Bunyi sangkakala kian lama kian keras. Berbicaralah Musa, lalu Allah menjawabnya dalam guruh. Lalu turunlah TUHAN ke atas gunung Sinai, ke atas puncak gunung itu, maka TUHAN memanggil Musa ke puncak gunung itu, dan naiklah Musa ke atas. Kemudian TUHAN berfirman kepada Musa: "Turunlah, peringatkanlah kepada bangsa itu, supaya mereka jangan menembus mendapatkan TUHAN hendak melihat-lihat; sebab tentulah banyak dari mereka akan binasa.


Sekalipun Allah datang ke dunia, namun mustahil bagi manusia untuk  berjumpa dengan-Nya secara bebas, selain hanya yang diperkenan-Nya berdasarkan kasih karunia-Nya seperti Musa yang hanya bisa  melihat dari kejauhan saja tanpa  mengalami kebinasaan karena tangan Allah menaunginya:

0 Kamulah Saksi-Saksi-Ku Hingga Ke Ujung Dunia [3]


Hingar bingar natal , Penolakan Kabar Injil & Kebisuan Yang Dari Allah

Oleh: Martin Simamora


Bacalah lebih dulu bagian 2       

Akan menjadi Natal yang keberapakah bagimu, pada Desember ini? Pernahkah anda berpikir dan bertanya kepada dirimu sendiri, keyakinan apakah yang sedang kuanut dan kujalani ini? Kristus, siapakah dia dan mengapa kelahirannya begitu penting sehingga gereja dan setiap orang beriman merayakannya? Tahukah aku, apa yang sesungguhnya yang sedang kupercayai?

Sementara Natal akan dihingar-bingarkan oleh pesta-pora  atau ‘gala sale’ atau berlomba membangun pohon natal terbesar, termegah dan terindah, atau santa claus yang akan begitu memesona anak-anak, ketimbang Kristus?

Nampaknya kita memerlukan sebuah kebisuan untuk mengerti apakah kehendak Allah sesungguhnya di dalam  peristiwa natal. Apakah dan siapakah yang seharusnya disaksikan oleh gereja pada peristiwa natal? Apakah masih sama dengan apa yang diinginkan Allah sedia kala, atau jangan-jangan, natal-natal kita kini sungguh asing dan bahkan tanpa sebuah kebangunan rohani dan pengobaran dedikasi bagi Kristus, bahwa saya dan anda adalah abdi Kristus.  Zakharia, seorang  imam keturunan Harun dan benar tak bercacat dihadapan Tuhan, pun harus dibisukan karena dirinya telah dihingar bingarkan oleh pemikiran-pemikirannya dan hasrat-hasratnya sendiri, bukan Tuhan.

0 Kamulah Saksi-Saksi-Ku Hingga Ke Ujung Dunia [2]


Ketika Kristus Kausingkirkan Dari  Takhta Keberimananku

Oleh: Martin Simamora


Bacalah sebelumnya bagian 1

Atas nama kebebasan berpikir dan atas nama kemanusiaan itu sendiri, maka siapapun berhak untuk memperlakukan Yesus sebagai Dia yang BUKAN lagi bertakhta didalam kehidupanku, pada segala aspeknya. Inilah sebuah  penolakan penuhanan akan dirinya bahkan oleh seorang yang mengaku masih Kristen. Bahwa Dia  bukan lagi adalah sang empunyaku, aku-ku adalah milik-Nya.


Saya hanya akan menuliskan sebuah hal yang singkat saja, sebagai sebuah perenungan yang teramat serius di  menjelang pengenangan akan kasih Allah yang begitu akbar [Yoh 3:16]. Dan saya  teringat akan sebuah catatan maha penting di dalam Kisah Para Rasul, pada sebuah peristiwa terbuka atau diketahui oleh  publik :

Kisah Para Rasul 3:12-23 Petrus melihat orang banyak itu lalu berkata: "Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu dan mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri? Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan. Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi. Dan karena kepercayaan dalam Nama Yesus, maka Nama itu telah menguatkan orang yang kamu lihat dan kamu kenal ini; dan kepercayaan itu telah memberi kesembuhan kepada orang ini di depan kamu semua. Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu. Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita. Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus. Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu. Bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu. Dan akan terjadi, bahwa semua orang yang tidak mendengarkan nabi itu, akan dibasmi dari umat kita.

Ada 2 hal yang tak mungkin lagi dialami oleh anda dan saya:

0 Kamulah Saksi-Saksi-Ku Hingga Ke Ujung Dunia:

"Satu-Satunya Atau Munafiklah Untuk selama-lamanya"
Oleh: Martin Simamora


Bagi para malaikat sorga, kelahiran Sang Kristus adalah sebuah kegirangan yang tak terbayangkan atau terpahami bagi umat manusia, bahkan sukar  untuk dirasionalkan apakah pentingnya, bayi itu bagi dunia? Tetapi jelas, sorga merayakannya! Mari kita melihat aktivitas mahluk-mahluk sorgawi itu, yang sekonyong-konyong menyeruak atmosfir bumi:

Lukas 2:8-10 Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:


Lukas 2:13-14 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.

Tentu saja, sementara para malaikat begitu percaya bahwa Sang Mesias adalah kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan menjadi damai sejahtera di bumi, terkhusus bagi manusia yang berkenan baginya, ada juga orang-orang  mengaku Kristen dan mengaku pendeta atau mengaku gembala-gembala atas para domba-domba milik Kristus, namun tak akan sesukacita dan sepercaya para malaikat itu sendiri. Sementara para malaikat percaya bahwa Sang Mesias adalah satu-satunya yang merupakan kemuliaan Allah dan satu-satunya yang menjadi damai sejahtera  di bumi, terkhusus bagi manusia yang berkenan kepada-Nya. Menerima dan datang kepada-Nya.


Sebuah problem yang menjadi akar lahirnya keberimanan kepada Kristus yang tak lagi sebagaimana yang dikehendaki Allah. Tentu saja, setitik pemupusan kegemilangan Kristus segera akan membuat keberimanan dalam Kristus jatuh ke dalam sebuah relativitas pada segenap aspek Kristus. Hal yang sama sekali tak ada di dalam deklarasi Allah.

0 BOLEHKAH MERAYAKAN NATAL? (2)



Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div

BOLEHKAH MERAYAKAN NATAL? (2)



Bacalah lebih dulu bagian 1
5)Natal berasal dari kekafiran.
Internet
1.“Catatan-catatan sejarah di dalam Ensiklopedia, yang bisa kita dapatkan di perpustakaan-perpustakaan, dan yang dapat dipercaya, memberikan fakta-fakta ini: bahwa Natal berasal dari bangsa kafir. Jika ditelusuri, Natal merupakan kepanjangan dari penyembah-penyembah matahari di antara bangsa-bangsa kafir. Banyak hari kelahiran dari para pemimpin kafir dirayakan oleh bangsa Babilonia. Semua perayaan penyembahan berhala ini berasal dari bangsa kafir. Kata Christmas (Natal) berarti Misa Kristus. Kata ini kemudian disingkat menjadi Christ-Mass; dan akhirnya menjadi Christmas. Kita kenal misa ini sebagai Misa Roma Katolik. Tetapi dari mana mereka mendapatkannya? Oleh karena kita mengenalnya lewat Gereja Roma Katolik, dan tidak ada wewenang selain Gereja Roma Katolik, marilah kita selidiki Ensiklopedia Katolik, yang diterbitkan oleh denominasi ini. Di bawah judul Christmas (Natal) engkau akan menemukan kata-kata ini: Natal tidak terdapat pada perayaan-perayaan Gereja jaman dahulu … Bukti awal dari perayaan ini adalah dari Mesir. Adat kebiasaan dari para penyembah berhala yang berlangsung sekitar bulan Januari ini kemudian dijadikan Natal. ... ENSIKLOPEDIA AMERICANA, edisi 1969, berkata: Natal, nama ini berasal dari bahasa Inggris kuno Chrites Maesse dan ejaan sekarang ini nampaknya mulai digunakan pada sekitar abad ke 16. Semua gereja Kristen kecuali gereja Armenia merayakan hari kelahiran Kristus pada tanggal 25 Desember. Tanggal ini tidak dikenal di negeri Barat sampai kira-kira pertengahan abad ke 4 dan di Timur sampai kira-kira seabad kemudian”.

0 Yesus : Pewahyuan Akbar Tuhan (2)



Oleh: Pastor Dr.J.Ligon Duncan III


Yesus : Pewahyuan Akbar Tuhan (2)




Bacalah lebih dulu : Bagian 1


Kembali kita melihat gagasan yang sama di dalam Filipi 2:5-6 “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan.” Penekanannya adalah, bahwa Yesus memiliki bentuk yang persis, memiliki substansi yang persis pada Tuhan. Seperti apakah Tuhan, dimanifestasikan di dalam Tuhan Yesus Kristus karena natur-Nya. Yesus turut memiliki natur atau substansi Tuhan, dan keserupaan Kristus terhadap Tuhan kerana esensi  siapakah Dia sesungguhnya. Anda tahu bahwa anda dapat menciptakan sebuah keserupaan yang palsu. Pada derajat yang bagaimanapun anda dapat menyerupai sesuatu dan tidak  menjadi atau memiliki realitanya. Tetapi ini tidak terjadi pada kasus Yesus Kristus, Dia seperti Tuhan, Dia menyingkapkan, karena di dalam esensinya=hakekatnya Dia juga turut memiliki ketuhanan Tuhan.

Perhatikan juga sebuah hal kelima yang kita pelajari di dalam ayat 3. Dia tidak hanya  cahaya memancarkan kemuliaan Allah dan sebuah represenstasi atau gambaran jitu akan naturNya, tetapi Dia menopang segala sesuatu oleh firman  kuasaNya (Ibrani 1:3). Dalam frasa itu, kita diberitahukan bahwa Yesus adalah penopang yang providensial, Dia adalah penopang yang providensial atas dunia ini. Kembali, jika kita kembali  ke Kolose 1; anda akan melihat Paulus menekankan hal yang sama. Dalam ayat 17 kita membaca “Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.” Dan demikianlah keterlibatan Yesus dalam karya Providensial ditekankan. Dia pada dasarnya bukan seperti Atlas dalam mitologi Yunani. Tugas Atlas adalah  menahan atau menopang dunia di atas pundaknya. Tetapi penopangan Yesus  jauh lebih dinamik daripada itu. Dia menopang segala sesuatu secara bersamaan. Itu bukan hanya Dia sedang menopang sebuah obyek yang statik. Dia menopang segala sesuatu secara bersamaan, dan Dia  memegang kendali providensial atas sejarah, yang mana merupakan sebuah hal yang sedang berlangsung dan dinamik. Sehingga Yesus jauh melampaui gambaran Atlas dalam mitologi Yunani. PerkataanNya bukan hanya mempengaruhi; perkataanNya menghasilkan atau mengerjakan apa yang dimaksudkan perkataan itu sendiri.

0 BOLEHKAH MERAYAKAN NATAL? (1)



Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div

BOLEHKAH MERAYAKAN NATAL? (1)


 Pro & kontra perayaan Natal.
Selama ratusan, atau bahkan ribuan tahun, Natal dirayakan / diperingati oleh orang-orang kristen di seluruh dunia, dari segala macam aliran dan bahkan sekte. Tetapi akhir-akhir ini muncul orang-orang kristen yang menentang perayaan Natal, dan kelihatannya makin lama makin banyak orang-orang kristen yang menentang perayaan Natal, dan mereka menentang dengan cara yang sangat fanatik dan keras, dan menyerang / menghakimi orang-orang kristen yang merayakan Natal. Kalau ini dibiarkan, maka:

  • Natal bisa berkurang kesemarakannya, dan menurut saya itu akan sangat merugikan kekristenan. 
  • orang-orang kristen yang kurang mempunyai pengertian Kitab Suci bisa terseret ke dalam gerakan anti Natal ini. 
  • Karena itu mari kita membahas persoalan ini, supaya bisa memberi jawaban kepada orang-orang yang anti Natal.


Macam-macam alasan untuk menentang perayaan Natal dan jawabannya:
1)Orang kristen dilarang merayakan hari ulang tahun, dan dengan demikian merayakan hari ulang tahun Yesus tentu juga salah.

0 Yesus : Pewahyuan Akbar Tuhan



Oleh: Pastor Dr.J.Ligon Duncan III

Yesus : Pewahyuan Akbar  Tuhan
Teks: Ibrani 1:2-4



Jika anda membawa Alkitab-Alkitabmu, saya mengundang anda untuk membuka bersamaku Kitab Ibrani untuk mempelajarinya. Kita telah diberitahu sebelumnya bahwa Kitab Ibrani menuturkan  perihal pemeliharaan atau penjagaan iman (oleh Tuhan). Dan itu mengingatkan kita akan beragam ancaman-ancaman atau tantangan-tantangan terhadap iman Kristen dan kitab ini mengarahkan kita pada satu fondasi  kokoh dan da sumber kuasa yang vital bagi Kekristenan dan  itu merupakan sebuah pemahaman akan supremasi dan kecukupan akan Tuhan Yesus Kristus. Selalu dan berulang, Kitab Ibrani mengarahkan kita kembali  kepada Yesus sebagai jawaban  bagi pertanyaan yang sedang kita pertanyakan, atau Yesus adalah jawaban bagi problem yang sedang kita hadapi. Dan begitulah Ibrani akan menekankan finalitas pewahyuan Tuhan di dalam Tuhan Yesus dan seperti kita katakan  pada kesempatan terdahulu, Kitab Ibrani ini dimulai dengan Yesus. Keyakinan diri yang total di dalam diri Yesus harus menjadi basis hidup baru kita dan identitas kita sebagai orang-orang Kristen.


Memang penting untuk menyadari  bahwa semua hal mengenai keselamatan  hanya ditemukan di dalam Yesus. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih besar daripada mengenal Yesus. Tidak ada yang  melampaui mengenal Yesus yang merupakan kunci kepada  yang  dianggap sebagai sebuah pengalaman spiritual yang lebih tinggi. Dan demikian juga ayat-ayat pertama Kitab ini menekankan  tema penting ini. Lihat kembali bersama saya pada  Ibrani 1: dan  kita akan melihat  pada empat ayat pertama, dan secara khusus ayat-ayat 2,3 dan 4.

0 Selamat Natal



Oleh: Martin Simamora



Selamat Natal


Mengapa anda mengucapkan Selamat Natal? Saya berpendapat lebih tepat dan memang memiliki kebenaran  terdasar untuk berkata : Selamat bagimu, sebab anda telah menerima Yesus sebagai Juruselamat, Penebus dan Tuhan pribadimu. Tentu saya tidak akan mengharamkan siapapun untuk berucap  Selamat  (hari) Natal, namun pada kesempatan indah ini, saya hendak mengajak kita semua untuk menangkap makna terhakiki mengapa Putera Allah satu-satunya itu, hadir atau datang atau natal ke dunia ini? Bagi saya pribadi natal bermakna, saya oleh kasih Allah yang besar, menjadi memiliki momentum keselamatan yang sejati atau yang sesungguhnya atau yang otentik, sebab Yesus yang telah natal di Bethlehem, juga mau dan telah natal di dalam diri saya. Dan tergenapilah sudah deklarasi sorga oleh malaikat, yang sebetulnya merupakan deklarasi yang  sangat personal dan dan sangat  mesra atau penuh dengan nuansa cinta kasih yang mulia. Mari kita baca sebagaimana  injil Lukas menyampaikanya bagi kita:

Lukas 2:8-11Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.”

Saya sebagai  seorang bersuku Batak telah menjadi bagian dari penerima kesukaan besar bagi seluruh bangsa. Dari Bethlehem telah sampai kepada seorang yang bersuku Batak; dari Sorga telah sampai berita itu kepada seorang bersuku Batak. Dan demikian juga siapapun anda dan suku apapun anda, berita injil atau kabar baik itu telah sampai kepada telinga anda. Tinggal anda bagaimana mengapresiasi berita dari sorga itu, apakah menerimanya ataukah menganggapnya sebagai angin lalu saja.
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9