Oleh: Martin Simamora
Meninjau
Ajaran "Yesus dapat Berdosa Namun Memilih Tidak Melakukannya"
sebagaimana Diajarkan Pdt. Erastus
Sabdono
serial
menyambut
Natal: Yesus dan relasi
kematiannya di kayu salib: Bukan karena Ia telah menjadi manusia berdosa
sehingga mengalami maut, dan karena melepaskan haknya sebagai Anak Allah
Bacalah lebih
dulu “bagian sebelumnya”
Karena itulah,
sorotan terkuat dan paling penting terkait relasi Yesus terhadap kematiannya di
kayu salib adalah “siapakah” ia menurut Bapa-Nya, bukan menurut pandangan yang bersifat multipaham pada masyarakat umum
di eranya. Hal ini jelas terlihat pada sejumlah momentum penting seperti:
Markus
8:27-30 Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di
sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya,
kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Ada
yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan:
Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi." Ia
bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka
jawab Petrus: "Engkau adalah
Mesias!" Lalu Yesus melarang
mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.
Tentang siapakah ia
menurut banyak orang, akan sangat beragam dan akan sangat relatif, tidak ada
kepastian dan tak mungkin menjadi kebenaran definitif. Tetapi Yesus menegaskan
bahwa apapun dan bagaimanapun pandangan yang mencuat di kalangan masyarakat
mengenai dirinya, ia adalah bukan
“ada yang mengatakan”, tetapi ia adalah
sebagaimana ia menyatakannya, dan itu adalah kebenaran tunggal. Pada injil
Markus, kita melihat beragamnya pandangan orang yang sangat mungkin lahir dari
pengalaman dan persepsi selama mendengar perkataan dan melihat berbagai
perbuatan Yesus, tetapi hanya ada satu kebenaran yang berdiri di atas diri
Yesus sendiri yaitu :”Engkau adalah Mesias! Sementara memang Petrus yang
mengatakannya, tetapi validasinya bukan dari Petrus itu sendiri tetapi dari-Nya
dengan memberikan respon “melarang dengan keras supaya jangan
memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.” Di sini substansinya bukan pada “melarang dengan
keras” terkait siapakah dia sebenarnya sementara beragamnya pandangan tentang
dirinya, tetapi betapa kebenaran tentang siapakah dirinya hanya bersumber dari
dirinya Sang Kristus itu sendiri. Pada Yesus, terhadap murid-muridnya, Ia
senantiasa menunjukan bahwa kebenaran sebuah kebenaran terletak
atau ditegakan di atas dirinya sendiri sebagai Ia adalah kebenaran yang menyatakan sebuah kebenaran terkait apapun
penjelasan terkait dirinya dan terkait ajarannya, sebagaimana terlihat pada
interaksi berikut ini:
Markus
4:9-12 Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar,
hendaklah
ia mendengar!" Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan
kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu. Jawab-Nya:
"Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada
orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, Jawab-Nya:
"Kepadamu telah diberikan rahasia
Kerajaan Allah, tetapi kepada
orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan,
Pada Markus 8:27-30
ada 2 hal mendasar yang berbeda:
1.Mereka yang berada di luar persekutuan dengan
Yesus Kristus
2.Mereka yang berada di dalam persekutuan dengan
Yesus Kristus
Dengan kata lain,
bukan sekedar pengikut kehebatan atau pesona atau apa yang dapat Yesus lakukan
namun tak mengalami kehidupan
pemuridan dan kehidupan yang diberi kemampuan melihat dan mendengarkan diri-Nya
sehingga dapat berkata siapakah Yesus dalam sebuah kebenaran yang berpondasikan
di atas dan di dalam Yesus saja. Hal serupa terjadi pada Markus 4:9-12, bahkan
kali ini dengan sebuah kalimat “siapa mempunyai telinga untuk mendengar,
hendaklah ia mendengar”, yang jelas-jelas bukan dalam makna indrawi alamiah
sekalipun dalam sebuah proses rasional
dan koginitif, tetapi dalam makna hanya jika Allah menyatakannya maka
manusia tersebut akan masuk ke dalam proses rasional dan kognitif yang sanggup “meraba”
Yesus. Itu jelas kala Yesus berkata “kepada
orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan.” Bahwa
memang untuk memahami Yesus dalam totalitasnya
secara utuh, dalam ia sepenuhnya manusia dan dalam ia sepenuhnya ilahi,
setiap murid sangat bergantung dan berpijak pada diri Yesus: ucapannya dan
tindakannya yang dibukakan bagi mereka. Coba kita memperhatikan kebenaran ini
sebagaimana dijelaskan oleh rasul Yohanes dalam epistelnya:
Apa
yang telah ada sejak semula, yang telah
kami dengar, yang telah kami lihat
dengan mata kami, yang telah kami
saksikan dan yang telah kami raba
dengan tangan kami tentang Firman hidup--itulah yang kami tuliskan kepada
kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami
bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada
bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah
kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga,
supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah
persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Dan semuanya ini
kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.- 1
Yohanes1:1-4
Proses rasional dan
kognitif:
-kami
mendengar
-kami
lihat
-kami
saksikan
-kami
raba
dengan tangan kami
Semua
aktivitas-aktivitas tersebut adalah alami, tidak ada yang supernatural sebab semua orang di era Yesus yang mengikuti
Yesus kemanapun juga ia pergi, secara umum harus dikatakan, pasti:
1
|
Mendengarnya
berkata-kata
|
2
|
Melihatnya
berjalan, duduk, mengajar, makan, berinteraksi mulai dari kalangan elit
hingga rakyat jelata paling hina, ditangkap, didera, diadili, ditukar dengan
penjahat agar tersalibkan, mati dan dikuburkan
|
3
|
Merabanya dengan tangan, sebab kala
ia dalam beberapa kesempatan dikerumuni begitu banyak massa, pasti ada banyak
tangan yang menjamahnya
|
Tetapi
Alkitab menyaksikan, pada puncaknya hanya
beberapa saja yang dapat berkata bahwa Ia adalah: Firman Hidup. Hanya beberapa saja yang dapat mendengar perkataannya sehingga sanggup
berkata: Ia adalah Mesias, sekalipun tetap berkembang kontroversi
kemesiasannya yang semacam ini sebelum kematian dan setelah kematiannya:
Sejak sebelum
kematiannya:
Lalu
jawab orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya;
bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan?
Siapakah Anak Manusia itu?"- Yohanes 12:34
|
Lalu
Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata
kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak
percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." Karena itu tadi
Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu
tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." Banyak
yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang
mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang
Kukatakan kepada dunia." Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara
kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah
meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku
tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal,
sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus
Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang
berkenan kepada-Nya."- Yohanes 8:21-29
|
Setelah kematiannya
dan kebangkitannya:
Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa
Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu
telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi... Lalu Ia
berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga
kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!
Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam
kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis
tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala
kitab nabi-nabi.- Lukas 24:21,24-27
|
Ia
berkata kepada mereka: "Inilah
perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi
semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab
nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka,
sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis
demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang
mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang
pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai
dari Yerusalem.- Lukas 24:44-47
|
Keesokan
harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan
orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, dan mereka berkata: "Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari
Aku akan bangkit. Karena
itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau
tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan
kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan
yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama." Kata
Pilatus kepada mereka: "Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah
kubur itu sebaik-baiknya." Maka pergilah mereka dan dengan
bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur itu dan menjaganya.-
Matius 27:62-66
|
Ketika
mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan
memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka
mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada
serdadu-serdadu itu dan berkata:
"Kamu
harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan
mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh
wali negeri, kami
akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan
apa-apa." Mereka
menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada
mereka. Dan ceritera
ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.- Matius
28:11-15
|
Siapakah
Yesus menurut anda? Bagaimanakah kematian Yesus, menurut anda, menjelaskan
mengenai diri Yesus itu sendiri?Apakah hendak menunjukan bahwa Ia telah melepaskan haknya sebagai Anak Allah, sebagaimana
diajarkan oleh pendeta Erastus Sabdono? Ia
yang sebelumnya ada bersama-sama dengan Allah saat telah menjadi manusia
maka itu menunjukan ia telah sama dengan semua manusia: berdosa dan membutuhkan
pertobatan, sebagaimana diajarkan pendeta Erastus Sabdono? Apakah kematian
Yesus menunjukan bahwa ia memang berdosa, jika ia memang tidak berdosa, mengapa
ia harus mengalami kematian?
Pernyataan Yesus
bahwa Ia sama sekali tidak berdosa dan sepenuhnya mahakudus dalam
kemanusiaannya yang dapat mengalami
berbagai bentuk penderitaan yang terperih dan terkeji untuk dialami oleh sebuah
tubuh manusia, itu nyata diucapkannya sehubungan dengan bahwa ia akan mengalami
kematian yang telah disabdakan/ atau diajarkannya dalam berbagai kesempatan
baik secara publik maupun kepada para muridnya saja:
Apabila
kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan
bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal,
sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus
Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku
senantiasa berbuat apa yang berkenan
kepada-Nya."
Yesus berkata
mengenai hal yang sangat tinggi bagi seorang manusia, bahwa ia tidak memiliki
kebercelaan yang bagaimanapun juga sehingga bernoda dan menyuram sedikit apapun
juga dengan berkata AKU SENANTIASA berbuat apa yang BERKENAN. Ketika Yesus
berkata: Tetapi Aku BERBICARA tentang hal-hala, SEBAGAIMANA DIAJARKAN BAPA
KEPADAKU, maka ini adalah sebuah kebercelaan dalam sebuah nilai bahwa Yesus
bersabda sebagaimana Bapa bersabda termasuk dalam hal-hal tersuram dalam
hidupnya, semacam ini:
Kemudian
mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung
banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli
Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.- Markus
8:31
|
Yesus
dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak
mau hal itu diketahui orang; sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia
berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan
manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia
akan bangkit."- Markus 9:30-31
|
kata-Nya:
"Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan
kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia
hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak
mengenal Allah, dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh,
dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit."- Markus
10:33-34
|
Tidak ada sama sekali
elemen keberdosaan dalam pra
ruang-waktu-materi terhadap pengajaran ini. Kita harus paham, ketimbang sebagai
sebuah peristiwa prediksi dan apalagi sebuah predestinasi, semua itu adalah sebuah pengajaran
dan kebenaran yang merupakan sabda Bapa sendiri bagi dunia yang diucapkan oleh
Yesus sendiri. Ini hal terpenting yang Yesus ajarkan, sehingga tak mengherankan
dalam sebuah episode pasca kebangkitannya dari kematian,ia berujar begitu
keras:
Lalu
Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu,
sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!
Bukankah
Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?"-
Lukas 24:25-26
Bahkan pengajaran
suram bagi telinga dan pengertian
manusia itu, menjadi dasar fundamental perintah agung Yesus terhadap para
muridnya:
Lukas
24:46-48 Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus
menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi:
dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan
kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini.
“kamu
adalah saksi dari semuanya ini” bukan sebuah
kebenaran yang dibangun dari sebuah rekonstruksi multipaham dari setiap para
murid dan dari setiap para saksi, tetapi saksi mengenai sebuah peristiwa yang
mustahil dimengerti berdasarkan manusia sehingga selaras dengan sabda Bapa, kecuali Yesus harus terlebih
dahulu memberikan sebuah kebenaran tunggal yang berbunyi: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara
orang mati pada hari yang ketiga.” Sejak saat itu segenap kitab nabi, kitab
taurat dan Mazmur, oleh karena Yesus telah dinyatakannya sendiri telah tergenapkan pada dirinya
terkait apakah yang harus terjadi pada diri Mesias kala Ia datang ke dunia ini.
Mari, sekali lagi, kita membaca ini:
Ia
berkata kepada mereka: "Inilah
perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis
tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur."-
Lukas 24:44
Tiga bagian penting
Kitab Suci telah dikatakan Yesus adalah kitab-kitab yang menuliskan tentang
Yesus dan yang hanya bisa digenapi oleh Yesus.
Kematiannya adalah
kebenaran sabda yang bukan saja sebuah ketaatan lahiriah dan batiniah tetapi
sebuah ketaatan divinitas. Sehingga memang saat kita mengatakan ketaatan pada
diri Yesus, ini tak terelakan akan memisahkan dirinya dari semua manusia
berdosa dan dosa itu sendiri, karena tidak akan ada dosa dalam sebuah ketaatan
tak bercela dan sekaligus ketaatan yang melahirkan penggenapan demi penggenapan
firman yang ada dalam:
-kitab
taurat Musa
-kitab
nabi-nabi
-kitab
Mazmur
Ini
memang mustahil untuk dipahami bahkan
bagi mereka yang begitu bertekun dan metaati kitab suci sebagai dasar untuk
memahami-Nya secara terlepas dari penerimaan terhadap diri-Nya:
Kamu
menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu
mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi
kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh
hidup itu.- Yohanes 5:39-40
Tetapi
Ia tidak hanya sekedar berkata: Ia datang untuk menggenapinya seolah
kematiannya adalah peristiwa yang begitu membahagiakan bagi kemanusiaannya dan
tubuh dagingnya secara dingin sehingga sebuah kegilaan sebagaimana para muridnya bersangka. Tidak demikian. Ini
memang sebuah kematian yang mendatangkan duka dan sebuah keberpisahan yang
walau ia sudah bersabda akan bangkit kembali, bagi Yesus sendiri itu merupakan
kedukaan untuk berpisah dengan para muridnya. Ia sungguh peduli dan hatinya
tidak dingin seperti robot tanpa perasaan, tetapi pada saat yang sama ia juga
bukan manusia yang begitu emosional dan begitu sentimentil sehingga
kemanusiaannya menjadi tesuramkan oleh ketidaktaan yang mulai membenih begitu
hals tersamar untuk dideteksi kemanusiaan,atau pengendalian dirinya untuk taat
pada Bapa menjadi kehilangan ketaatan divinitasnya berganti dengan berjuang keras
dengan kekuatan dagingnya, karena kedivinitasannya atau keilahiannya untuk
sementara waktu harus meninggalkannya sendirian agar ia benar-benar manusia-
tidak seperti itu. Tidak pernah demikian! Ini nampak dalam bagaimana ia
meletakan dirinya dalam sebuah ketaatan divinitas yang memeritah segenap emosi
dan rasa kesendiriannya yang begitu dahsyat:
Yohanes 17:1-5 Demikianlah
kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: "Bapa, telah tiba
saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau. Sama
seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup,
demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah
Engkau berikan kepada-Nya. Inilah hidup yang
kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar,
dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Aku telah
mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang
Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Aku telah mempermuliakan Engkau di
bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk
melakukannya.
|
Yohanes 17:7-12 Sekarang
mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari
pada-Mu. Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah
Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu
benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa
Engkaulah yang telah mengutus Aku. Aku berdoa untuk
mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau
berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah
milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam
mereka.
Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia,
tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa
yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu,
yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka
menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku
bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu
yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa,
supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.
|
Kematiannya,
murid-muridnya yang sendirian, berbagai
peristiwa kelabu lainnya yang bermunculan
mengelilingi peristiwa kematian keji termasuk peristiwa penghianatan
yang pada akhirnya keluar dari penjagaan Yesus sehingga tidak termasuk ke dalam
cakupan doa yang berbunyi “peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu
nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama
seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu”
tidak sama sekali hendak membuktikan bahwa Yesus tak sekudus dan tak seilahi
sebagaimana yang disangkakan oleh orang Kristen selama ini. Satu-satunya penjelasan
terkait berbagai peristiwa kelam pada
Yesus tidak bisa didasarkan pada: apakah pandangan-pandangan yang muncul pada
saat itu, atau apakah pernyataan resmi penguasa Roma saat itu. Tidak mungkin,
karena peristiwa kematian Yesus telah dijelaskan jauh-jauh hari oleh Yesus
sebagai sebuah kebenaran yang terletak dan berlandaskan hanya pada dirinya
sendiri, sebab dalam semua hal kelam itu
hanya satu tujuan Yesus: “supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.” Kita
melihat penggenapan semacam ini, bukan menunjukan hati Kristus yang dingin dan
manusianya fiktif, sebab tak menggentarkan
kemanusiaannya dan kemanusiaannya membuta rasa pada apa yang akan menimpa para
muridnya. Ia manusiawi sekali dalam peristiwa-peristiwa kelamnya tetapi di saat
yang sama kemanusiawiannya dalam pemerintahan kedivinitasannya. Ini tak perlu
dikontradiksikan dan dipolemikan jika saja dalam membaca sabdanya, kita dapat
berkata bahwa Ia adalah “Firman Hidup” yang berjalan di muka bumi ini dan bahwa Ia adalah sebagaimana Ia pernah
bersabda: sebab
Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
Tetapi,
sekali lagi, dalam ia Kristus yang dapat merasakan gejolak emosi menjelang
masa-masa berat yang harus ditanggungnya, ia begitu peduli dan begitu memperhatikan
nasib murid-murid terkasihnya. Dalam Ia berkata “sebab Aku senantiasa berbuat
apa yang berkenan kepada-Nya” ia tak menjadi dingin dan mati rasa terhadap
realitas yang segera menyergap para muridnya, sebagaimana terunjukan dalam doa
yang berbunyi:
Dan
Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi
mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang
telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti
Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara
mereka dalam nama-Mu
Ia
sebentar lagi akan membiarkan para murid sendirian untuk masuk ke dalam
kematian yang akan benar-benar meninggalkan mereka. Ia tak mungkin membawa
mereka berjalan bersamanya masuk ke dalam kematian itu, sebab hanya ia saja
yang dapat menggenapkan maksud Bapa terkait apa yang harus terjadi dalam ia
mati secara demikian. Hanya ia saja yang dapat menggenapi apa yang hanya telah
dituliskan Kitab Suci memang hanya dia
yang mampu menggenapi sebab Dialah Sang Penggenap dalam rupa manusia-hanya
Firman Hidup yang dapat menggenapi setiap firman yang telah disabdakan Allah
kepada para nabi kudusnya:
Lukas
24:44-45 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah
Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis
tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab
nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga
mereka mengerti Kitab Suci.
Pikiranmu
bukan pikiran Kristus dan dengan demikian bukan pikiran Kitab Suci terkait kemanusiaan Yesus, kematian Yesus, relasi kemanusiaan
Yesus terhadap dosa dan relasi kemanusiaan Yesus terhadap kematiannya dan
bahkan mati di kayu salib.
Filipi
2:6 atau Natalnya Yesus, dengan demikian memang tidak memiliki gagasan ia berdosa dan tidak mungkin kudus tanpa kehendak dosa sebagaimana diusung oleh
pendeta Erastus Sabdono, kecuali ia sendiri harus menyatakan bahwa Yesus
berdusta mengenai hal ini: sebab Aku senantiasa
berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
Soli Deo Gloria
Lampiran:
No comments:
Post a Comment