Oleh: Martin Simamora
Dunia
dalam Kegelapan, Terang Manusia Datang Mengalahkan Kegelapan itu
Jelang natal, sudah
menjadi kebiasaan atau tradisi bagi gereja atau keluarga-keluarga Kristen untuk
memasang pohon natal. Pohon yang menarik bukan saja karena ornamen-ornamen atau
hiasan-hiasannya yang khas, tetapi karena lampu-lampu yang bukan saja
berkelap-kelip tetapi bahkan bisa menari dalam pola-pola yang indah. Tentu saja
natal bukan soal memiliki dan memajang pohon natal yang megah dan mahal, sebab
lampu-lampunya sendiri bukanlah terang bagi dunia ini sendiri. Alkitab sendiri
memang secara tegas menunjukan bahwa natalnya Yesus atau inkarnasi Allah Sang
Firman menjadi manusia merupakan kedatangan terang dari Allah ke dalam dunia.
Mari kita membaca bagaimana injil Yohanes menyatakannya:
Yohanes
1:1-2 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan
Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya
bersama-sama dengan Allah.
Yohanes
1:4 Dalam
Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang
manusia.
Ia yang pada mulanya
bersama-sama dengan Allah, menjadi manusia. Tetapi bukan sekedar menjadi
manusia agar sama dengan manusia sebab dalam Ia pada mulanya bersama-sama
dengan Allah itu menjadi manusia, di dalam dirinya ada hidup, dan hidup itu
adalah terang manusia.
Terang
Manusia:
Relasi Sang Terang
Manusia dengan Umat Manusia dalam
Kegelapan yang Melingkupi Segenap Dunia
Semua kini tertuju kepada Dia
yang pada mulanya bersama-sama dengan Allah yang telah menjadi manusia,
bukan sekedar tertuju tanpa sebuah tujuan yang mencengkram dunia ini sehingga
menyatakan keberadaan dunia ini secara mutlak bergantung kepadanya:
Yohanes
1:9-10Terang yang sesungguhnya, yang
menerangi setiap orang, sedang
datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia
tidak mengenal-Nya.
Natal bukan sekedar
kedatangan-Nya ke dalam dunia ini untuk menjadi manusia sehingga sama dengan
manusia, tetapi ia sendiri lebih besar daripada semua manusia dalam satu-satunya
hal yang memang sama sekali tidak
dimiliki oleh setiap manusia, yaitu:
“Ia
menerangi setiap orang”
Sehingga istilah
Terang Manusia, memang telah mendudukan Yesus jauh lebih besar daripada manusia
siapapun juga. Ia satu-satunya yang memiliki terang yang hanya dimiliki oleh
Yesus Sang Firman yang telah menjadi manusia, atau dengan kata lain Ia adalah:
Terang dari Allah datang ke dalam dunia
ini. Sehingga dapat dimengerti injil Yohanes memberikan pernyataan semacam ini
mengenai Siapakah Yesus:
Firman itu telah menjadi manusia,
dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan
yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan
kebenaran.-Yohanes 1:14
Hendak menunjukan
jati diri Terang Manusia sebagai tak
terputuskan dengan jati dirinya saat Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
“Firman itu telah menjadi manusia” bukan saja menunjukan inkarnasi tetapi
menegaskan mengapa” Dalam Dia ada
hidup dan hidup itu adalah terang
manusia.” Itu karena Ia adalah Firman- Sang Firman yang bersabda dalam rupa
manusia.
Terang Manusia,
dengan demikian, bukan menunjukan bahwa Yesus adalah manusia yang memiliki
sebuah moralitas yang begitu mulia dan tinggi, bukan juga menunjukan bahwa Ia
adalah manusia yang mulia sehingga
memiliki kehidupan dan relasi yang begitu dekat dengan Allah Pencipta
Langit dan Bumi ini, sehingga Ia adalah Terang Manusia. Tetapi
karena Ia adalah Firman yang menjadi manusia-Sang Firman yang datang
dari Bapa dan satu dengan Bapa sementara Ia ada di dunia ini:
Tidak
seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada
di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya- Yohanes 1:18
Dunia dalam kegelapan
lebih dari kegelapan karena ketiadaan terang! Injil Yohanes dengan segera menunjukan
bahwa: dunia TIDAK mengenalnya (Yoh
1:10). Injil ini bahkan lebih spesifik lagi menyatakan:
Ia
telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia
datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang
kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.- Yohanes 1:10-11
Dunia ini tak merasa
sedang diliputi kegelapan dan melihat Yesus tidak bersinar begitu terik seperti
matahari. Dunia memiliki mataharinya sendiri dan memiliki pemerintahannya sendiri dan memiliki
rakyatnya atau kepunyaannya sendiri, semua milik dunia ini hanya dapat melihat,
mendengar dan mentaati tuannya yaitu dunia ini. Dan ini adalah sebuah
pemerintahan dunia yang secara sempurna mengikat setiap manusia. Terkait hal
ini, Yesus sendiri berkata secara gamblang:
Dan
inilah hukuman itu: Terang telah datang
ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab
perbuatan-perbuatan
mereka jahat.- Yohanes 3:19
“Sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat (poneros)”,
sedang menunjukan bahwa manusia-manusia
di dalam kegelapan adalah manusia-manusia
yang terlatih dan mahir untuk melayani kehendak dunia sebagai milik dunia ini,
daripada terlatih untuk melayani kehendak Terang dari Allah. Umat manusia,
dengan demikian, dalam pandangan Yesus, berada di dalam penyanderaan yang
sangat fatal oleh dunia ini sehingga menyebabkan: lebih menyukai kegelapan.
Ini sendiri, hampir-hampir sebuah gagasan
yang konyol dari seorang yang disebut Terang Manusia, kalau saja “lebih
menyukai kegelapan” didasarkan olehnya pada realitas manusia lebih menyukai
kriminalitas, kebejatan, kejahatan, amoralitas, konspirasi jahat, karakter
buruk dan seterusnya dan tak mampu untuk membedakan, mempertimbangkan dan
membuat keputusan dan pilihan untuk tidak melakukannya. Dapat dikatakan, tanpa
Yesus, manusia dapat membedakan mana
yang hitam, putih bahkan abu-abu dan kemudian membuat keputusan yang bijaksana
dan benar dalam moralitas, karakter dan
kebenaran-kebenaran universal.
Tetapi
Yesus tidak pernah sama sekali
menggagaskannya secara demikian ketika bersabda “tetapi manusia lebih menyukai
kegelapan dari pada terang.” Itu nyata pada Yesus Sang Terang Manusia sejak
ia berkata: “tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang” yang
mana terang itu adalah dirinya yang telah datang ke dalam dunia ini: “Terang
telah datang ke dalam dunia,” sebagaimana ia mengatakannya kepada Nikodemus.
Karena itulah, perbuatan-perbuatan
jahat manusia dalam sabda Yesus
tersebut, harus dipandang melampaui apa yang dipahami sebagai
perbuatan-perbuatan jahat dalam tatar
moralitas dan karakter “dunia’ manusia; bahwa “manusia lebih menyukai
kegelapan dari pada terang” bukan soal
moralitas dan bukan soal keberpihakan pada kejahatan dan membenci segala rupa
kebaikan yang bernilai bagi kemanusiaan kita. Mengapa harus demikian? Karena
Yesus melakukan perbandingan frontal
antara kegelapan terhadap terang yaitu dirinya sendiri. Menolak dirinya atau tidak menyukai dirinya saja, karena itu telah
dinyatakannya sebagai perbuatan yang jahat. Jadi ini hendak menyatakan relasi dirinya
terhadap dunia ini dan terhadap manusia dunia ini sebagai dasar tunggal-Nya
untuk menyatakan: Terang telah datang ke
dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab
perbuatan-perbuatan
mereka jahat.
Itu sebabnya
kegelapan versus terang akan senantiasa
berpijak pada dirinya sebagai
pemilik hidup dan hidup itu adalah terang manusia (Yohanes 1:4), bukan menyoal
moralitas dan kemuliaan karakter manusia. Ini nyata dalam sabda-sabda
pengajarannya ketika berbicara Ia adalah terang dunia:
Kita
harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan
datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang
dunia."- Yohanes 9:4-5
Yesus menyatakan
keesensialan dirinya bagi dunia- bagi segenap manusia bahwa tak ada yang dapat untuk sekedar
diharapkan di dunia ini tanpa dirinya sehingga dapat lepas dari kegelapan itu:
selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.
Menariknya, dalam hal ini, Yesus, sekali lagi, menunjukan bahwa saat Ia
berkata Akulah terang dunia, tidak sedang menyatakan betapa semua manusia tidak
memiliki moralitas atau moralitas yang baik yang tidak diperlukan bagi kemanusiaan. Itu bukan pokok
kebenarannya, karena moralitas yang baik tidak dapat “menyembuhkan” kebutaan
manusia sebagai akibat berada dalam kegelapan dunia ini. Ini bahkan bukan
sekedar kegelapan karena ketiadaan terang, sebab sekalipun matahari bersinar dan sekalipun siang masih terbit, ia
tetap berkata: Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia. Moralitas
manusia sementara bermanfaat bagi kemanusiaan dan peradabannya dan membuktikan
bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang tetap memiliki jejak-jejak samar
relasinya dengan Allah, tetap tak membuat manusia itu memproduksi kemuliaan sehingga memiliki terang manusia pada dirinya sendiri. Jika demikian, bagaimana
mungkin manusia memahami kebenaran semacam ini; jika ini bukan soal moralitas
dan karakter mulia yang harus
diperjuangkan untuk dimiliki manusia, bagaimana mungkin manusia menerima bahwa sekalipun mungkin
untuk memiliki moralitas dan karakter mulia dalam perjuangan, tetap manusia itu
berada dalam kegelapan? Bagaimana menerima kebenaran yang berbunyi: Selama Aku
di dalam dunia, Akulah terang dunia? Jawabnya, hanya jika Yesus memelekannya.
Bagi ahli Farisi, sekedar memelekan mata yang buta adalah tidak mungkin
dilakukan oleh manusia:
Karena
itu orang-orang Farisipun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek.
Jawabnya: "Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh
diriku, dan sekarang aku dapat melihat." Maka kata
sebagian orang-orang Farisi itu: "Orang ini tidak datang dari Allah, sebab
Ia tidak memelihara hari Sabat." Sebagian pula berkata: "Bagaimanakah
seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?" Maka timbullah
pertentangan di antara mereka.- Yohanes 9:15-16
Mengkomplikasikan “Aku adalah Terang Dunia” terhadap Moralitas dan karakter yang mulia pada
seorang manusia, itu adalah soalan yang telah timbul sejak era Yesus.
Orang-orang Farisi berkata mengenai Yesus adalah sebagai berikut: Orang ini
tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat. Sebagian lagi
berkata tentang dia: bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat
demikian?
Problem besar bagi
manusia dalam memandang Yesus adalah terang dunia adalah: Ia bukan berasal dari
Allah, Ia pelanggar hari Sabat, dan Ia adalah seorang berdosa. Sementara ini
adalah dilema bagi semua manusia dalam memandang Yesus, Sang Terang Manusia menyediakan
solusi tak terbantahkan untuk menyanggah tudingan dan menggenapi perkataannya:
Akulah terang dunia. Bahkan dalam cara yang dapat diperiksa dan diuji oleh
manusia itu sendiri:
Tetapi
orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru dapat
melihat lagi, sampai mereka memanggil orang tuanya dan bertanya kepada mereka:
"Inikah anakmu, yang kamu katakan bahwa ia lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat
melihat?" Jawab orang tua itu: "Yang kami tahu ialah, bahwa dia
ini anak kami dan bahwa ia lahir buta, tetapi bagaimana ia sekarang dapat
melihat, kami tidak tahu, dan siapa yang memelekkan matanya, kami tidak tahu
juga. Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah dewasa, ia dapat berkata-kata
untuk dirinya sendiri." Orang tuanya berkata demikian, karena mereka takut
kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang Yahudi itu telah sepakat bahwa
setiap orang yang mengaku Dia sebagai Mesias, akan dikucilkan. Itulah sebabnya
maka orang tuanya berkata: "Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya
sendiri." Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu
dan berkata kepadanya: "Katakanlah
kebenaran di hadapan Allah; kami tahu bahwa orang itu orang
berdosa." Jawabnya: "Apakah
orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa
aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat." Kata mereka kepadanya:
"Apakah yang diperbuat-Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan matamu?"
Jawabnya:
"Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu
hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?"
Sambil
mengejek mereka berkata kepadanya: "Engkau murid orang itu tetapi kami
murid-murid Musa. Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi
tentang Dia itu kami tidak tahu dari mana Ia datang." Jawab orang itu
kepada mereka: "Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang,
sedangkan Ia telah memelekkan mataku. Kita
tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang
yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang
yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu
tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa."-
Yohanes 9:18-33
Pernyataan Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang
dunia, bukan pernyataan main-main, dan Yesus Sang Terang Dunia tidak
bermain-main dengan dirinya dan perkataannya. Dirinya dan perkataannya adalah
kebenaran, kebenaran yang memerintah di dunia ini. Adalah problem besar bagi
orang-orang Yahudi jika benar ada orang buta dapat melihat kembali. Karena jika
benar terjadi, maka pelakunya pasti
lebih dari nabi. Maka situasinya menjadi begitu serius, sumpah diperlukan: “Katakanlah kebenaran di hadapan Allah.”
Ketika Yesus berkata
kepada Nikodemus: Terang telah datang ke
dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab
perbuatan-perbuatan
mereka jahat, realitasnya jauh lebih pelik. Manusia lebih menyukai
kegelapan dari pada terang, sejatinya bukanlah soal manusia-manusia yang lebih
suka dosa, pemberontakan dan anti hukum Tuhan. Bukan sama sekali. Faktanya para
ahli Farisi sangat berhati-hati dalam melihat kesembuhan seorang buta, bahkan
memperhatikan sumber kesembuhan itu apakah seorang yang berdosa atau tidak: “kami tahu bahwa orang itu orang berdosa.”
Tetapi problem ini tidak berakhir pada sebuah polemik tetapi pada kebenaran yang diucapkan oleh mulut orang
yang telah dimelekan matanya dari kebutaan, dengan berkata:
- Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat
- Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya
- Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa
Sementara orang-orang
Yahudi berspekulasi bahwa Yesus adalah orang berdosa, pada sisi lainnya yaitu
orang yang telah dapat melihat atau sembuh dari kebutaan telah memberikan 3
kebenaran yang tak terbantahkan sama sekali. Itu sebabnya ia diusir: “Jawab
mereka: "Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak
mengajar kami?" Lalu mereka mengusir dia ke luar” (Yohanes 9:34).
Dalam Dia ada hidup
dan hidup itu adalah terang manusia (Yohanes 1:4) yang bersinar
gemilang di dalam dunia yang berada dalam kegelapan: Terang itu
bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan
itu tidak menguasainya (Yohanes 1:5) memang bukan saja diajarkan tetapi
ditunjukan oleh Yesus sebagai sebuah realitas yang sedang berjalan dan
memerintah dunia ini:
Yohanes
12:35-36 Kata Yesus kepada mereka: "Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama
terang itu ada padamu, percayalah
kepadanya, supaya kegelapan
jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak
tahu ke mana ia pergi. Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada
padamu, supaya kamu menjadi
anak-anak terang."
Supaya saya dan anda
menjadi anak-anak terang, itulah tujuan natalnya Sang Firman kedalam dunia
ini! Bahwa supaya saya dan anda menjadi
anak-anak terang sangat erat dengan apakah saya dan anda percaya kepada-Nya sebagai dasar untuk mampu tidak berjalan
dalam kegelapan. Dan ini bukan kebenaran retorika, sebagaimana Yesus memelekan
mata orang buta sehingga mengenal siapakah Yesus, maka sebuah perubahan pasti
akan berlangsung didalam diri saya dan anda. Kalau orang buta yang disembuhkan
tadi dapat berkata mengenai Yesus adalah:
- Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat
- Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya
- Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa
Maka kitapun harus
memiliki pengenalan sejati yang semacam ini. Pengenalan yang bukan saja membuat
kita memberitakan kesaksian sebagai yang telah memiliki terang kepada mereka
yang masih berada dalam kegelapan! Maksud saya, dengan Yesus berkata “Selama
terang itu ada padamu, percayalah
kepadanya, supaya kegelapan
jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak
tahu ke mana ia pergi. Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada
padamu, supaya kamu menjadi
anak-anak terang”, maka itu bukanlah retorika tetapi kehidupan. Kehidupan
yang dapat melihat kebenaran dan yang membuat kita akan memegang erat-erat
kebenaran itu walau harus dihakimi berdasarkan kitab suci moralitas:
Sambil
mengejek mereka berkata kepadanya: "Engkau
murid orang itu tetapi kami murid-murid
Musa. Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang
Dia itu kami tidak tahu dari mana Ia datang."
Sementara mereka
memperlakukan Kitab Musa sebagai sebuah kitab moralitas untuk menghakimi Yesus
sebagai: berdosa, melanggar hari Sabat, dan bukan berasal dari Allah. Yesus
Sang Terang berkata:
Yohanes
9:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab
Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang
kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun
kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk
memperoleh hidup itu.
Yohanes
9:45-46 Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa;
yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh
pengharapanmu. Sebab jikalau kamu
percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia
telah menulis tentang Aku.
Yesus adalah Terang
Manusia; Yesus adalah Terang Dunia dan dunia beserta manusia berada dalam
kegelapan, bukan sama sekali tentang semua manusia tanpa moralitas dan tanpa
karakter mulia dalam kemanusiaannya. Tetapi itu semua tidak mampu menghasilkan
kebenaran yang menuntun mereka kepada hidup. Yesus berkata bahwa mereka
menyelidiki kitab-kitab suci tetapi tidak mau datang kepada-Nya untuk
memperoleh hidup. Ini tentu sebuah kehidupan yang saleh dan bertekun dalam
firman, namun pada itu sendiri, tidak dapat melahirkan sebuah mata yang dapat
melihat bahwa kitab-kitab suci itu member kesaksian tentang Yesus Terang
Manusia yang memberikan hidup.
Ketika dikatakan
natal adalah Terang dari Allah sedang
menyinari manusia, maka kita harus mengerti pada saat Ia menyinari manusia,
pada saat itulah menjadi nyata keberadaan manusia itu: Terang telah datang ke
dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan
mereka jahat- Yohanes 3:19. Dan perbuatan-perbuatan jahat manusia itu lebih
besar atau lebih tepatnya harus dikatakan melampaui pentingnya moralitas dan
karakter manusia yang menghargai kemanusiaan sebagai pemberian Allah, karena
bukan untuk memulihkan dan menebus ketakberdayaan manusia untuk memulihkan
moralitas dan karakter manusia, bukan itu! Tetapi ini:
Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya
setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam
kegelapan.- Yohanes
12:46
Sementara masih di dunia ini namun tidak tinggal di dalam kegelapan,
maka dibutuhkan lebih agung daripada membangun karakter, moralitas dan
kemanusiaan yang baik dan semakin mulia sebagai ciptaan Allah. Hal itu benar
karena pada semuanya itu, tidak akan pernah menghasilkan kehidupan yang
dilepaskan dari kegelapan. Jangan
mengira jika berada dalam kegelapan maka tidak bertekun mempelajari kitab suci untuk mengejar
kebenaran; jangan mengira jika
berada dalam kegelapan tidak menghargai hari Sabat; jangan merngira jika berada dalam kegelapan tidak peduli dengan
dosa, moralitas, karakter dan manakah yang benar dan manakah yang salah. Dan
pada saat yang sama, kita juga harus memahami bahwa Yesus dalam berkata Akulah
terang dunia, bukan hendak menunjukan antihukum atau antimoral, tetapi ia
hendak menunjukan bahwa pada semuanya itu tak berkuasa untuk membuat manusia
lepas dari kegelapan dan hidup memiliki terang Allah! Mari membaca sebuah percakapan yang luar biasa
ini:
Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata:
"Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup
yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku
tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk
ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang
mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri,
jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri." Kata
orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang
masih kurang?" Kata
Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala
milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh
harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Ketika orang
muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak
hartanya. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan
Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui
lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Ketika
murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat
diselamatkan?" Yesus
memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi
bagi Allah segala sesuatu mungkin."- Matius 19:16-26
Juga bacalah ini:
Kemudian
Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar
dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Dan ada seorang yang berkata
kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"Jawab
Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu
yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk
masuk, tetapi tidak akan dapat. Jika tuan rumah telah bangkit dan telah
menutup pintu, kamu akan berdiri di luar
dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu!
dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari
mana kamu datang. Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum
di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi
Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu
dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu
sekalian yang melakukan kejahatan! Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak
gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di
dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar. Dan orang akan
datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk
makan di dalam Kerajaan Allah. Dan
sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan
ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir."-Lukas
13:22-30
Bagaimana menjelaskan
“Dan
sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang
terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang
terakhir” terhadap berjuang memiliki kebenaran dihadapan
Allah berdasarkan ketaatan terhadap hukum Allah, membangun moralitas dan
membangun karakter mulia? Tidak akan dapat saling menjelaskan karena memang
bukan itu dasarnya tetapi pada: darimanakah
engkau datang?
Yesus Sang Terang
pada satu kesempatan pernah bersabda demikian:
Matius
10:1-3 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan
tidak melalui pintu, tetapi
dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi
siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk
dia penjaga membuka pintu dan domba-domba
mendengarkan suaranya dan ia memanggil
domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.
Mereka yang disebut
domba-domba yang dipimpin Sang Gembala adalah domba-domba yang merupakan
kawanan yang terpelihara dan terjaga secara baik dalam sebuah kawasan
terproteksi agar tak ada bahaya yang dapat mengancam dan tak ada resiko yang
mengakibatkan domba-domba terlepas tanpa diketahui Sang Gembala. Demikian juga dengan siapa yang
menggembalakan, tidak bisa sembarangan dan hanya bagi gembala sejati saja,
pintu kandang akan dibukakan. Gembala inilah yang memiliki dan mengenal
domba-domba-Nya. Uniknya, Yesus bukan saja gembala itu sendiri tetapi ia adalah
pintu itu sendiri bagi para domba untuk masuk:
Yohanes
10:7-9 Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah
pintu ke domba-domba itu…. Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku,
ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.
Apa hubungan penolakan Tuan rumah terhadap ketokan pintu memohon masuk dengan
jawaban: dari mana kamu datang dan Aku tidak tahu dari mana kamu datang,
hanya bisa dijawab dengn pengajaran Yesus sebagaimana disajikan Yohanes 10:7,9.
Sementara kita masih
di dunia ini dengan segala problemanya dan pergumulan hidup, kita dibuat menjadi
mampu untuk menjadi anak-anak terang, dimampukan berjuang semaksimalnya untuk bersinar di dunia ini:
Dan
inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada
kamu: Allah adalah terang dan di
dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. Jika kita katakan, bahwa
kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita
berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika
kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita
beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu,
menyucikan kita dari pada segala dosa. Jika kita berkata, bahwa kita tidak
berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam
kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia
akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. 1Yohanes 1:1-10
Begitu penting untuk
menjadi anak-anak terang memiliki kehidupan yang sungguh-sungguh tidak
menganggap remeh dosa, tidak menggangap dosa sebagai hal yang elok dipertontonkan
sehingga ketika korupsi,misalnya, tidak lagi malu. Ketika rasul Yohanes
menuliskan: Jika kita katakan, bahwa kita
beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita
berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran, di situ ia sedang menunjukan
bahwa persekutuan dengan Kristus akan membawa saya dan anda pada kehidupan yang
bukan saja kudus tetapi tidak bersekutu dengan
kegelapan (ini hanya mungkin karena Yesus dan jika dimiliki dan memiliki Yesus).
Maka adalah omong kosong juga untuk
berkata hidup dalam kebenaran, tetapi menyangkali firman Kristus yang berbunyi
: Aku adalah Terang dunia dan tidak
ada manusia tanpa Kristus memiliki
terang tersebut. Kehidupan anak-anak terang bukan untuk berjuang agar mampu
untuk tidak berbuat dosa sehingga membuat darah penyucian dosa oleh Yesus
tidak
dibutuhkan, bahkan jiwa perjuangan hidup kita tidak terletak
pada kemampuan saya untuk mencapai tidak berdosa sama sekali, tetapi
pada penundukan dan pengakuan, bahwa penyucian hidup dari noda dosa, ini bergantung
total pada-Nya sebagaimana telah dikerjakan oleh Yesus dalam ketaatannya kepada
Bapa: dan
darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan
kita dari pada segala dosa. Jika
kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri
dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia
adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan
menyucikan kita dari segala kejahatan.
Formula yang berbunyi:
jika
kita berkata, bahwa kita tidak berdosa maka kita menipu diri kita sendiri,
ini bukan formula pembenaran untuk tak masalah untuk berdosa, dan dengan
demikian tidak membangun hidup penuh dedikasi dalam kekudusan di dalam
persekutuan dengan Anak, tetapi formulasi kebenaran tersebut untuk
menyatakan atau memiliki maksud kebenaran yang menyingkapkan mengapa
Allah mengutus Anak kedalam dunia ini, yaitu untuk membasuh dosa kita. Bahwa darah Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada
segala dosa. Saat
kita berkata bahwa kita tidak
berdosa atau kita mampu untuk tidak berdosa pada akhirnya,
maka kita sedang mengatakan: Yesus
sedang berkhayal terhadap ketakberdayaan manusia untuk pada akhirnya tak bisa
tidak berdosa dan membutuhkan pengorbanannya di kayu salib, lebih jauh lagi
Bapa adalah pendusta sampau berani memerintahkan nabinya untuk bernubut
mengenai tujuan kelahiran Yesus adalah:
Siapakah
yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan
kekuasaan TUHAN dinyatakan? Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan
sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada
sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia
dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa
menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap
dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan
kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas
Allah. Tetapi dia tertikam oleh
karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang
mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh
bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba,
masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan
kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri
ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke
pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting
bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan penghukuman ia
terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia
terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia
kena tulah. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam
matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat
kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. Tetapi TUHAN berkehendak
meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah,
ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan
terlaksana olehnya. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan
menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai
orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan
kejahatan mereka dia pikul. Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang
besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai
jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut
dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung
dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.- Yesaya
53:1-12
Pernyataan yang
berbunyi: Jika kita berkata,
bahwa kita tidak berdosa, maka kita
menipu diri kita, hendak menunjukan: itulah sebabnya Ia taat hingga mati, dan mati pada kayu salib,
bahwa manusia tidak dapat menyucikan dirinya berdasarkan ketaatan pada hukum
Taurat selain oleh darah-Nya:
Ibrani 10:5-8
Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan
tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--. Kepada
korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu Aku
berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk
melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." Di atas Ia berkata:
"Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak
Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" --meskipun
dipersembahkan menurut hukum Taurat--.
Ibrani 10:10-13
Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk
selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus. Selanjutnya
setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang
mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan
dosa. Tetapi
Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk
selama-lamanya di sebelah kanan Allah, dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya,
di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan
kaki-Nya.
Sehingga kita dapat
mengetahui bahwa pernyataan ini: “dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan
kita dari pada segala dosa. Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka
kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita
mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni
segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”,bukan sama sekali
sebuah konsep rendahan dan nista bahwa darah Yesus adalah semacam “bleaching” atau “pemutih” bagi noda-noda dosa yang kapan saja bisa anda
pakai semau-maunya. Bukan itu sama sekali. Percayalah ia tidak dapat anda permainkan, karena satu hal saja: ia mempersembahkan
dirinya dan darahnya sendiri dan sendirian kepada Bapa, bukan di
hadapan manusia! Perhatikan ini:
betapa
lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri
kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan
hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat
beribadah kepada Allah yang hidup.- Ibrani
9:14
Sebab
Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya
merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri
untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita. Dan Ia bukan masuk untuk
berulang-ulang mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap
tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri.- Ibrani 9:24-25
Ia
adalah terang dunia karena Ia berhasil melenyapkan
kegelapan pengharapan kita akan kelepasan absolut dari kuatnya dosa mencengkram
hidup ini, yang secara sempurna digambarkan dalam pelayanan para imam yang
berdosa semacam ini dan Yesus adalah Imam yang gemilang pada dirinya dan pada
pelayanannya:
Dan
Ia bukan
masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun
masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri. Sebab
jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja
menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya.-
Ibrani 9:25-26
Siapakah
Yesus bagimu, itu akan menentukan bagaimana anda
merayakan inkarnasi Sang Firman menjadi manusia. Mari periksa diri kita
sendiri, mulailah dari memeriksa bagaimana anda beriman kepada Yesus Sang
Terang Manusia itu. Berdoalah kepada Bapa agar
Roh Kudus menuntun anda kepada kebenaran akan Yesus Kristus, sebagaimana
Sang Anak telah menyatakannya kepada Roh Kudus (Yohanes 16:13:15)
Selamat menyambut natal,
Selamat Natal 2017 bagi para pembaca dalam kasih
Kristus
Salam hormat & kasih,
Martin Simamora
beserta isteriku Shinta Ningrum br.Sigalingging dan putraku Natan Prakoso Simamora.
Merry Christmas!
Soli
Deo Gloria
No comments:
Post a Comment