Oleh: Martin Simamora
Tinggal
Didalam Kristus, Sebuah Desain Masa Depanmu dalam Pemerintahan Bapa
Yesus berkata begini
pada satu kesempatan:
Yohanes
15:4-5 Tinggallah di dalam Aku dan Aku
di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari
dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak
berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok
anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku
di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat
berbuat apa-apa.
Pertanyaan tersukar
untuk dijawab terkait masa depan, adalah: seproduktif apakah kelak, setinggi
apakah kualitasnya, dan setangguh apakah untuk dapat bertahan dalam cuaca-cuaca
terburuk sehingga tetap produktif. Tentu saja teks Yohanes 15:4-5 tidak sedang
membicarakan sebuah masa depan bisnis atau ekonomi, tetapi masa depan iman dan
kehidupan beriman yang produktif.
Ini adalah kehidupan
beriman yang diselenggarakan dan didesain dalam sebuah bentang tujuan untuk
dicapai: hari ini akan menghasilkan sebuah produktivitas pada sebuah hari di
masa depan untuk dipanen oleh pemiliknya. Begini kehidupan beriman itu:
- Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam
kamu
-
juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku
Ketika
Yesus berkata “tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu” maka ini
sebenarnya sebuah kehidupan beriman yang bukan saja unik tetapi tak terjelaskan
dalam langgam-langgam logika manusia, sebab, sementara kita sebagai manusia bisa
memahami ajakan tinggalah di dalam Aku sebagai semacam undangan untuk
mengikutnya yang senilai dengan ini: “Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya dan mengikut Aku.” (Matius 16:24) tetapi akan tak mungkin dimasuki
oleh langgam-langgam logika manusia ketika ia berujar “juga kamu tidak berbuah,
jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.” Yesus sendiri tahu sekali bahwa yang
sedang disampaikannya adalah hal yang memiliki jarak yang sangat jauh dengan
apa yang dapat dipahami manusia, siapapun. Itu sebabnya Ia sendiri membawanya
dalam sebuah perumpamaan agar langgam-langgam logika manusia dapat
bergemerincing melantukan nada-nada sabda Kristus. Ia memulainya dengan: “Akulah
pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.” (Yohanes 15:1) untuk membangun
hal terpenting pada dirinya yaitu: Ia memiliki relasi dengan Bapa dalam cara
dan nilai yang sangat agung dan mulia:” Akulah pokok anggur, Bapakulah
pengusahanya.” Bahwa Kristus adalah sebuah sumber kehidupan dan pertumbuhan
yang masa depannya ada dalam pengusahaan Bapa. Pengusaha manapun akan berbicara
“good future time” dalam bisnis-bisnisnya. Dalam hal ini Yesus sedang
mengintroduksi Sang Pengusaha agung yaitu Bapa-Nya dan diri-Nya sendiri adalah
sebuah Investasi Bapa untuk melahirkan kehidupan-kehidupan produktif yang datang
dari desain Bapa-Nya. Kedua, bahwa hal ini memang jauh sekali untuk dapat
disentuh oleh langgam-langgam logika manusia, karena Yesus sendiri harus
menempatkan dirinya sebagai satu-satunya yang harus dipercayai atau sumber
kebenaran atas perkataannya, ketimbang pemahaman dan pengertian manusia agar
desain investasi Bapa memang menghasilkan sebuah tujuan yang dimaui-Nya, itu
sebabnya Yesus bersabda: juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak
tinggal di dalam Aku.
Ini
adalah masa depan, namun dibicarakan sebagai sebuah produktivitas yang tak
memiliki alternatif apapun juga untuk
ditempuh oleh manusia agar dapat menghasilkan produk yang sama berdasarkan
desain Sang Bapa.
Ini
adalah masa depan yang rancangannya memang milik Sang Pengusaha dan hanya akan
produktif jika desain investasi dan desain pengembangannya sejalan dengan
ketetapan Sang Pengusaha:
Yohanes
15:2-4Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap
ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu
memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di
dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari
dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu
tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
Ini
adalah salah satu percakapan Yesus
dengan para murid-Nya mengenai mengikutnya, beriman kepadanya dan hidup bagi
dan didalamnya dalam sebuah paparan yang kongkrit yaitu pohon, berbuah, dan
produktivitas sebuah kehidupan yang dikehendakinya semacam ini: "Setiap
orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan
mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan
memperolehnya.” (Matius 16:24-25) dapat dipenuhi oleh setiap orang yang menjadi
pengikut Yesus. Karena mengikut Yesus tidak berhenti pada menyangkal diri dan
mengikutnya tetapi bagaimana produktif sebagaimana desain Bapanya dalam Kristus
bagi setiap orang yang menjadi pengikutnya. Kehidupan menyangkal diri dan memikul salib dengan demikian merupakan reflektor
untuk menggambaran kedalaman, keluasan, keluhuran dan kemuliaan sebuah relasi
yang harus dimiliki oleh seorang pemercayanya dengan Yesus Kristus, lebih dari
sekedar totalitas yang menuntun manusia untuk meniadakan egonya ketika ia
berjumpa dengan Kristus. Ini bukan soal pengosongan diri demi berlangsungya
pemerintahan Tuhan atas dirinya; ini
bukan soal mengejar pengosongan kepentingan diri demi memerintahnya kepentingan
Tuhan atas diri ini. Ini bukan soal semata mematikan diri sampai-sampai tak
lagi mampu meminta selain menghamba sebagai sebuah kebahagiaan. Kristus tidak
memiliki desain demikian sebab Bapa Sang Pengusaha, justru berbicara kehidupan
dan produktivitas diri yang dihasilkan dari sebuah kehidupan yang menyangkal
diri dan memikul salib yang konversi produktifnya adalah:
Tinggallah
di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari
dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu
tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku- Yohanes 15:4
Ini
adalah relasi ego seorang manusia dengan seorang Kristus yang telah masuk ke
dalam ego seorang saya dan seorang anda, tanpa sebuah paksaan selain sebuah
kehidupan yang tak mungkin disangkali dan dihindarkan: sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya
sendiri, kalau Ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak
berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Ketika ego seorang aku
berelasi dengan seorang Kristus, maka ego tidak sim salabim lenyap dan
pupus sehingga menjadi manusia-manusia pasif dan apatis tanpa kehidupan,
kehendak dan semangat untuk mengaktualisasikan dirinya. Namun dalam semua itu,
Yesus berkata pada saya dan anda : Aku
di dalam Kamu. Ketika ia berkata Aku di dalam kamu, ini sebuah pernyataan
yang luar biasa karena Ia tidak berniat sedikitpun mengkerdilkan dan membungkam
kehendakku, tetapi Ia membangun kehidupan pokok anggur di dalam saya dan anda
agar berbuah sebagaimana desain Bapa.
Bagaimana bisa kehidupan mengikut Yesus dapat berbasiskan menyangkal diri dan
memikul salib, itu hanya terjadi jika “saya dicangkokan pada Yesus,” karena
tidak ada cabang yang bisa mencangkokan
dirinya sendiri pada sebuah batang pohon:
Roma
11:21-24 Sebab kalau Allah tidak
menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu. Sebab
itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas
orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu
tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamupun akan dipotong juga. Tetapi merekapun akan
dicangkokkan kembali, jika mereka tidak tetap dalam ketidakpercayaan
mereka, sebab Allah
berkuasa untuk mencangkokkan mereka kembali. Sebab jika kamu telah
dipotong sebagai cabang dari pohon zaitun liar, dan bertentangan
dengan keadaanmu itu kamu telah dicangkokkan pada pohon zaitun sejati,
terlebih lagi mereka ini, yang menurut asal mereka akan dicangkokkan pada pohon
zaitun mereka sendiri.
Seorang
aku atau anda dengan demikian akan dibawa
masuk ke dalam kehidupan yang begitu merupakan kebutuhan dan masa depan yang didambakannya: ia
memiliki kehidupan bernilai dan produktif. Ia akan mengalami ini: Sama
seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri.
Seorang
aku dan anda yang memiliki relasi semacam ini pada Yesus akan mengalami ini: “dan
setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah”
(Yohanes 15:2).
Kalau
kehidupan yang kita miliki adalah dalam relasi semacam ini: sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari
dirinya sendiri, maka apapun yang dimintanya demi produktivitasnya pasti
dipenuhi Bapa Sang Pengusaha: “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan
firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki,
dan kamu akan menerimanya” (Yohanes 15:7). Bagaimana kita bisa pasti
akan hal ini? Maksudnya apakah ini pada teks “mintalah apa saja yang kamu
kehendaki, dan kamu akan menerimanya” tidak
menjadi ego-sentris sementara aku tidak kehilangan ego kemanusiaanku
sementara aku terus membangun kehidupan di dalam Kristus? Jawaban untuk ini
terletak pada Bapa Sang Pengusaha yang tak akan menjadikan dirinya seperti
Sinterklas dengan kantong besar yang penuh dengan hadiah untuk menjawab semua
permintaan anak-anak di malam natal. Inilah yang akan dilakukan Bapa bagi
setiap ego kita:
Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya
dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah-
Yohanes 15:2
Israel
adalah anak-anaknya, tetapi tidak semua
adalah anak-anak yang dilahirkan untuk
mau menerima Kristus sebagaimana Kitab Suci berkata:
Kamu
menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu
mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi
kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh
hidup itu.- Yoh 5:39-40
Aku
tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh
Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada
Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang
kamu dengar dari bapamu." Jawab mereka kepada-Nya: "Bapa kami ialah
Abraham." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau sekiranya kamu anak-anak
Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi
yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan
kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang
demikian tidak dikerjakan oleh Abraham.- Yohanes 8:37-41
Apakah
sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap
firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan
keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak
hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia
berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta
dan bapa segala dusta. Tetapi karena Aku mengatakan kebenaran kepadamu, kamu
tidak percaya kepada-Ku. Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku
berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya
kepada-Ku? Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah
sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari
Allah." Orang-orang Yahudi menjawab Yesus: "Bukankah benar kalau kami
katakan bahwa Engkau orang Samaria dan kerasukan setan?" Jawab Yesus:
"Aku tidak kerasukan setan, tetapi Aku menghormati Bapa-Ku dan kamu tidak
menghormati Aku. Tetapi Aku tidak mencari hormat bagi-Ku: ada Satu yang
mencarinya dan Dia juga yang menghakimi. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai
selama-lamanya." Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya:
"Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah
mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti
firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita
Abraham, yang telah mati! Nabi-nabipun telah mati; dengan siapakah Engkau
samakan diri-Mu?" Yohanes 8:43-53
Kita
baru saja melihat betapa menyakitkannya bagi
anak-anak Israel yang adalah keturunan-keturunan Abraham yang seharusnya
menerima Mesias itu dan menerima kehidupan dari Mesias itu, tetapi dipotong
dari pokok anggur Kristus. Yesus berkata kepada mereka: sesungguhnya barangsiapa
menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut selama-lamanya. Ketika
dipotong dari pokok anggur Kristus maka itulah “mengalami maut sampai
selama-lamanya.” Bandingkan dengan perkataan Yesus pada Yohanes 5:24-25.
Bapakulah
Pengusahanya dan Yesuslah pokok anggurnya. Ini adalah dasar dari segala sesuatu
untuk kehidupan seorang Kristen, keimanan seorang Kristen, perjalanan hidup
yang penuh tantangan dan bagaimana menghadapinya untuk bertahan. Hanya Bapa dan Anak yang dapat membangunkan hubungan
yang mustahil sebagai sebuah paksaan, semacam ini: “dan setiap ranting yang berbuah,
dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah” karena memang batang
dan ranting adalah satu kesatuan!
Bandingkan dengan pernyataan Yesus dalam sebuah doanya kepada Bapa:
Dan bukan untuk
mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga
untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya
mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku
di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa
Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka
kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama
seperti Kita adalah satu: Aku di
dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi
satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau
mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka
juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan
kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan
kepada-Ku, sebab
Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia
dijadikan.- Yohanes 17:20-24
Masa
depan itu penuh tantangan, resiko dan ketakpastian bagi manusia. Itu sebabnya
manusia memang cenderung mengambil alih semua kendali hidupnya kala dalam
masalah dan menempatkan doa sebagai sebuah mekanisme penguat dan mekanisme
penahan daya destruksi jika semua perencanaan dan skala prioritas menjadi
runtuh. Ini berbeda dengan Yesus yang menempatkan Bapa-Nya sebagi hal primer terkait masa depan
yang baik sementara di dunia yang bisa saja sangat berbahaya:
Selama
Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah
Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga
mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari
pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis
dalam Kitab Suci…Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia,
tetapi supaya Engkau melindungi
mereka dari pada yang jahat.- Yohanes 17:12,15
Hanya
jika kita memiliki relasi semacam ini: Sama seperti ranting tidak dapat berbuah
dari dirinya sendiri maka kita tetap mampu untuk mengaktualisasikan
diri sebagai anak-anak Bapa di dunia ini namun tetap produktif, sekeras apapun
intimidasi dan ancaman itu:
Matius
13:25-30 Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan
benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan
mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan
ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan
di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba
itu kepadanya: Jadi
maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia
berkata: Jangan,
sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah
keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan
berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah
berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."
Masa
depan yang akan saya dan anda hadapi
tidak akan pernah semakin lunak dan lembut; resiko makin kompleks sebagaimana
juga dengan tantangan dan ketakpastian. Dunia kemarin relatif lebih damai
dibandingkan jelang akhir tahun ini, apapun bisa dihasilkan oleh sebuah
kegentingan dalam ketakpastian yang berkepanjangan itu. Jadi bagaimana dengan
saya dan anda? Harus tiarap dan dibeliti oleh kecemasan? Tidak dan tidak
mungkin karena kehidupan harus berlangsung dan menjadi produktif di dalam Tuhan
bagi Tuhan di hadapan dunia ini demi kemuliaan Bapa, juga harus berjalan.
Dan
hei… sadarilah satu ini, sementara kita bisa saja terlihat lemah, namun
sebetulnya saya dan anda adalah manusia-manusia perkasa yang mampu hidup
berdampingan dengan pekerjaan-pekerjaan musuh.
Sang Tuan berkata: “jangan”
terhadap usulan para hambanya untuk mencabuti lalang. Kita akan berpikir jika
tidak disterilkan dari resiko dan tantangan berat, maka mustahil bisa produktif
dan panen! Bagaimanapun tidak ada tehnik pertanian semacam ini akan dilakukan;
langgam-langgam logika kita akan menolaknya. Tetapi pada saat yang sama Yesus
pun melalui perumpamaan itu menegaskan bahwa Ia adalah pokok anggur yang akan
memberikan kehidupan produktif sementara lalang
bukan saja begitu lebat tetapi Sang Tuan memerintahkan biarlah keduanya
tumbuh bersama.
Kita
orang-orang perkasa, namun hanya jika
tinggal di dalam Kristus; hanya jika kita milik kepunyaannya sehingga
kita hanya akan hidup berdasarkan Desain Masa
Depan dalam Genggaman Tangan Bapa.
Jadi
bersukacitalah walau mungkin harus bersedih, kecewa, gagal memetik panen yang
didambakan dari buah kerja tangan kita. Jangan mengandalkan kekuatan diri
tetapi semakin bijak dan semakin tenang. Agar apa? Agar kita dapat berdoa dan
dapat membangun kebijakan dan visi di atas pemerintahan Bapa atas ego saya dan
anda: dan setiap ranting yang berbuah,
dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah (Yohanes 15:2).
Selamat
menyelesaikan segala sesuatunya di tahun 2017 ini dan sambutlah 2018 dengan
pengharapan dan kedewasaan di dalam Tuhan dan terhadap dunia ini yang akan semakin kompleks dan penuh
tantangan dan ketakpastian, sebab Ia menentukanmu menjadi manusia-manusia
perkasa dalam dunia penuh tantangan.
Soli Deo Gloria
No comments:
Post a Comment