Bacalah terlebih dahulu bagian 1 di sini ,bagian 2 di sini dan bagian 3 di sini
Oleh : Bob Deffinbaugh, Th.M
Empat Pelajaran Penting Bagi Kita
Teks ini dipenuhi dengan pelajaran-pelajaran bagi kita. Pertama, ada pelajaran-pelajaran yang dapat kita pelajari dari Uza. Kita tidak tahu banyak mengenai Uza. Kita tidak tahu pasti tentang hubungannya dengan Tuhan. Kita tidak tahu apa motivasinya pada waktu meraih dan menyentuh tabut. Pada umumnya saya cenderung untuk menilai dia dalam keraguan. Saya cenderung untuk berpikir bahwa dia sebenarnya kuatir tabut itu mungkin jatuh ke tanah, dan menyentuh tabut itu tidak terlihat baginya menjadi sebuah masalah serius jika dia sedang berupaya untuk menyelamatkan tabut itu.
Kita tahu
bahwa Uza tumbuh besar bersama dengan tabut didalam rumahnya ( 1 Sam 7:1-2; 2 Sam 6:2-4). Apakah dia
menjadi terlalu terbiasa dengan benda-benda kudus? Ini pasti sebuah
kemungkinan. Bahaya yang sama juga ada bagi kita. Setiap minggu kita mengenang
karya penebusan Kristus di salib Kalvari dengan merayakan komuni di meja
perjamuan Tuhan. Orang-orang kudus di Korintus mulai melihat hal ini sebagai
sebuah ritual, dan perilaku mereka di meja perjamuan tidak menyenangkan Tuhan.
Paulus berkata kepada orang-orang kudus
ini bahwa mereka telah gagal untuk “menilai
tubuh secara benar” (1 Korintus 11:29). Karena kegagalan ini, sejumlah orang
Korintus telah terserang penyakit, dan
beberapa orang bahkan mati ( 1 Korintus 11:30). Marilah kita sepenuhnya menyadari
akan kekudusan Tuhan dan kesakralan
ibadah kita, Tuhan tidak menganggap ringan
ketidaksensitifan kita terhadap kekudusan-Nya.
Ananias dan
Safira lebih mempedulikan apa yang orang pikirkan daripada bagaimana Tuhan memandang mereka.
Dan karena itu mereka berdusta kepada Roh Kudus dengan berkata bahwa mereka telah memberikan semua
dari hasil penjualan properti mereka,
dan bukan mengatakan hanya sebagian dari hasil penjualan ( Kisah Para Rasul
5:1-11). Tuhan adalah kudus yang
memanggil umatnya kepada kekudusan ( lihat 1 Petrus 1:14-16). Dia memandang
dosa kita secara sangat serius. Ketika
Herodes gagal memberikan kepada Tuhan kemuliaan dan menerima pujian
manusia sebagai pujian kepada Tuhan, Tuhan menimpakan kematian kepadanya (
Kisah Para Rasul 12:20-23). Memandang rendah kekudusan Tuhan dapat
menjadi hal mematikan.
Uza adalah pengingat
bagi kita bahwa kekudusan Tuhan demikian
kudusnya sehingga manusia yang berdosa tidak dapat mendekat padanya, kecuali
Tuhan memberikan sarana-sarana untuk mendekat. Setelah kejatuhan manusia di
dalam Taman Eden Tuhan telah mengusir Adam dan Hawa dari taman
itu. Tuhan telah menyediakan bagi mereka penutup, tetapi hal ini hanyalah
sebuah solusi yang parsial. Ketika Tuhan
membebaskan bangsa Israel dari belenggu Mesir, Dia memberikan kepada
mereka Hukum-Nya. Kemuliaan dan kemegahan-Nya telah disingkapkan kepada orang-orang
Israel:
(16) Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan. (17) Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Allah dan berdirilah mereka pada kaki gunung.(18) Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena TUHAN turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat.(19) Bunyi sangkakala kian lama kian keras. Berbicaralah Musa, lalu Allah menjawabnya dalam guruh.(20) Lalu turunlah TUHAN ke atas gunung Sinai, ke atas puncak gunung itu, maka TUHAN memanggil Musa ke puncak gunung itu, dan naiklah Musa ke atas. ( Keluaran 19:16-20)
Lebih dari dua kali Tuhan menegakan perbatasan-perbatasan, lewat dari garis batas itu tidak ada manusia atau binatang dapat melaluinya. Tuhan sudah membuat Musa memperingatkan orang-orang akan bahaya terlampu dekat kepada Dia:
(12) Sebab itu haruslah engkau memasang batas bagi bangsa itu berkeliling sambil berkata: Jagalah baik-baik, jangan kamu mendaki gunung itu atau kena kepada kakinya, sebab siapapun yang kena kepada gunung itu, pastilah ia dihukum mati. (13) Tangan seorangpun tidak boleh merabanya, sebab pastilah ia dilempari dengan batu atau dipanahi sampai mati; baik binatang baik manusia, ia tidak akan dibiarkan hidup. Hanya apabila sangkakala berbunyi panjang, barulah mereka boleh mendaki gunung itu." (Kel 19:12-13)
(16) Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan. (17) Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Allah dan berdirilah mereka pada kaki gunung.(18) Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena TUHAN turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat.(19) Bunyi sangkakala kian lama kian keras. Berbicaralah Musa, lalu Allah menjawabnya dalam guruh.(20) Lalu turunlah TUHAN ke atas gunung Sinai, ke atas puncak gunung itu, maka TUHAN memanggil Musa ke puncak gunung itu, dan naiklah Musa ke atas. ( Keluaran 19:16-20)
Lebih dari dua kali Tuhan menegakan perbatasan-perbatasan, lewat dari garis batas itu tidak ada manusia atau binatang dapat melaluinya. Tuhan sudah membuat Musa memperingatkan orang-orang akan bahaya terlampu dekat kepada Dia:
(12) Sebab itu haruslah engkau memasang batas bagi bangsa itu berkeliling sambil berkata: Jagalah baik-baik, jangan kamu mendaki gunung itu atau kena kepada kakinya, sebab siapapun yang kena kepada gunung itu, pastilah ia dihukum mati. (13) Tangan seorangpun tidak boleh merabanya, sebab pastilah ia dilempari dengan batu atau dipanahi sampai mati; baik binatang baik manusia, ia tidak akan dibiarkan hidup. Hanya apabila sangkakala berbunyi panjang, barulah mereka boleh mendaki gunung itu." (Kel 19:12-13)
(20) Lalu
turunlah TUHAN ke atas gunung Sinai, ke atas puncak gunung itu, maka TUHAN
memanggil Musa ke puncak gunung itu, dan naiklah Musa ke atas(21) Kemudian
TUHAN berfirman kepada Musa: "Turunlah, peringatkanlah kepada bangsa itu,
supaya mereka jangan menembus mendapatkan TUHAN hendak melihat-lihat; sebab
tentulah banyak dari mereka akan binasa. (22) Juga para imam yang datang
mendekat kepada TUHAN haruslah menguduskan dirinya, supaya TUHAN jangan melanda
mereka."(23) Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Tidak akan mungkin
bangsa itu mendaki gunung Sinai ini, sebab Engkau sendiri telah memperingatkan
kepada kami, demikian: Pasanglah batas sekeliling gunung itu dan nyatakanlah
itu kudus." (24) Lalu TUHAN berfirman kepadanya: "Pergilah, turunlah,
kemudian naiklah pula, engkau beserta Harun; tetapi para imam dan rakyat tidak
boleh menembus untuk mendaki menghadap TUHAN, supaya mereka jangan
dilanda-Nya."(25) Lalu turunlah Musa mendapatkan bangsa itu dan menyatakan
hal itu kepada mereka.(Ulangan
19:20-25)
Saya teringat dengan kata-kata Musa, berbicara kepada orang-orang Israel sebelum mereka memasuki tanah yang telah dijanjikan:
(15) Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. (16) Tepat seperti yang kamu minta dahulu kepada TUHAN, Allahmu, di gunung Horeb, pada hari perkumpulan, dengan berkata: Tidak mau aku mendengar lagi suara TUHAN, Allahku, dan api yang besar ini tidak mau aku melihatnya lagi, supaya jangan aku mati.(17) Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik;(18) seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.(19) Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban. (Ulangan 18:15-19)
Di sana, di Gunung Sinai, orang-orang Israel mulai memahami kekudusan dan kemuliaan Tuhan. Mereka secara benar memiliki pengertian bahwa untuk menjadi terlampau dekta pada Tuhan akan berakibat fatal. Mereka telah memutuskan bahwa mereka membutuhkan seorang mediator untuk mengetengahi dengan Tuhan untuk kepentingan mereka. Mereka meminta Musa untuk mengisi peran ini, dan dia telah menyetujuinya, memuji mereka atas keputusan mereka. Mereka bukan orang yang berperilaku pengecut (atau setidaknya bukan benar-benar pengecut); mereka bijak. Orang yang berdosa membutuhkan seorang mediator untuk mendekati Tuhan yang kudus.
Saya teringat dengan kata-kata Musa, berbicara kepada orang-orang Israel sebelum mereka memasuki tanah yang telah dijanjikan:
(15) Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. (16) Tepat seperti yang kamu minta dahulu kepada TUHAN, Allahmu, di gunung Horeb, pada hari perkumpulan, dengan berkata: Tidak mau aku mendengar lagi suara TUHAN, Allahku, dan api yang besar ini tidak mau aku melihatnya lagi, supaya jangan aku mati.(17) Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik;(18) seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.(19) Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban. (Ulangan 18:15-19)
Di sana, di Gunung Sinai, orang-orang Israel mulai memahami kekudusan dan kemuliaan Tuhan. Mereka secara benar memiliki pengertian bahwa untuk menjadi terlampau dekta pada Tuhan akan berakibat fatal. Mereka telah memutuskan bahwa mereka membutuhkan seorang mediator untuk mengetengahi dengan Tuhan untuk kepentingan mereka. Mereka meminta Musa untuk mengisi peran ini, dan dia telah menyetujuinya, memuji mereka atas keputusan mereka. Mereka bukan orang yang berperilaku pengecut (atau setidaknya bukan benar-benar pengecut); mereka bijak. Orang yang berdosa membutuhkan seorang mediator untuk mendekati Tuhan yang kudus.
Tabernakel, tabut,
imam-imam dan korban-korban menyediakan sebuah solusi jangka pendek, tetapi
masih ada kebutuhan akan sebuah solusi
permanen bagi masalah dosa manusia dalam
mendekati Tuhan yang kudus. Tuhan sendiri
yang telah memecahkan masalah ini didalam diri Yesus Kristus. Dalam
inkarnasinya (kelahirannya sebagai seorang anak di Bethlehem), Tuhan yang
mengambil wujud tubuh manusia. Dia telah disamakan dengan manusia berdosa untuk
menyediakan sebuah solusi abadi bagi masalah dosa kita, dan bahaya mendekat
pada Dia.
Kita hanya
dapat berdiri didalam takjub kedatangan
Yesus Kristus dalam inkarnasi-Nya
( kelahirannya, datang ke dunia sebagai Tuhan-manusia yang tanpa dosa). Dengan
kagum, kita baca kata-kata dari rasul Yohanes:
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.(Yohanes 1:14)
(1) Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup--itulah yang kami tuliskan kepada kamu. (2) Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.(3) Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.(1 Yohanes1:1-3)
Melalui Dia maka kita memiliki pengampunan dari Tuhan dan keberanian untuk masuk kedalam hadirat Tuhan:
(5) Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,(6) yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.(1 Tim 2:5-6)
(19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,(21) dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. (22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. (23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. (Ibrani 10:19-23)
Undangan Injil dalam Perjanjian Baru adalah: bahwa manusia berdosa ditarik mendekat kepada Tuhan melalui darah Yesus Kristus :
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.(Yohanes 1:14)
(1) Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup--itulah yang kami tuliskan kepada kamu. (2) Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.(3) Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.(1 Yohanes1:1-3)
Melalui Dia maka kita memiliki pengampunan dari Tuhan dan keberanian untuk masuk kedalam hadirat Tuhan:
(5) Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,(6) yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.(1 Tim 2:5-6)
(19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,(21) dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. (22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. (23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. (Ibrani 10:19-23)
Undangan Injil dalam Perjanjian Baru adalah: bahwa manusia berdosa ditarik mendekat kepada Tuhan melalui darah Yesus Kristus :
(16) Sebab
itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia,
supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat
pertolongan kita pada waktunya. (Ibrani 4:16)
(25) Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.(Ibrani 7:25)
(8) Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati! (Yakobus 4:8)
Peringatan dari Alkitab : bahwa Yesus Kristus akan mendekat pada saat penghakiman pada semua yang telah menolak untuk mendekat pada-Nya melalui iman:
(5) Aku akan mendekati kamu untuk menghakimi dan akan segera menjadi saksi terhadap tukang-tukang sihir, orang-orang berzinah dan orang-orang yang bersumpah dusta dan terhadap orang-orang yang menindas orang upahan, janda dan anak piatu, dan yang mendesak ke samping orang asing, dengan tidak takut kepada-Ku, firman TUHAN semesta alam.(Mal 3:5)
(25) Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.(Ibrani 7:25)
(8) Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati! (Yakobus 4:8)
Peringatan dari Alkitab : bahwa Yesus Kristus akan mendekat pada saat penghakiman pada semua yang telah menolak untuk mendekat pada-Nya melalui iman:
(5) Aku akan mendekati kamu untuk menghakimi dan akan segera menjadi saksi terhadap tukang-tukang sihir, orang-orang berzinah dan orang-orang yang bersumpah dusta dan terhadap orang-orang yang menindas orang upahan, janda dan anak piatu, dan yang mendesak ke samping orang asing, dengan tidak takut kepada-Ku, firman TUHAN semesta alam.(Mal 3:5)
Sudahkah anda mendekat
kepada Tuhanmelalui iman didalam Yesus Kristus, satu-satunya ketentuan Tuhan
bagi manusia untuk masuk kedalam persekutuan bersama dengan diri-Nya? Jika
belum, saya mendesak anda untuk
melakukannya pada jam saat ini juga. Tuhan akan membiarkan kita pergi ke
neraka dalam cara yang kita sukai, tetapi jika kita akan pergi ke surge, harus dengan cara
sarana-sarana yang telah disediakan oleh
Tuhan sendiri—darah yang telah tercurah dari
Yesus Kristus, Tuan kita.
Kita
dapat belajar dari Mikhal. Mikhal berperan sebagai semacam prototipe
pembenaran diri sendiri oleh ahli Taurat
dan Farisi di era Yesus. Seperti Mikhal yang telah menikmati posisinya sebagai
puteri raja, demikian jugalah dengan ahli-ahli taurat yang telah menikmati
posisi istimewa mereka sebagai para pemimpin rohani Israel. Mereka takut kehilangan kekuasaan mereka, dan mereka takut kehilangan
status mereka. Mereka menantang Yesus terkait otoritas-Nya. Mereka memandang
pada Yesus dengan hina karena Dia
dikaitkan dengan orang rendahan. Sama seperti Mikhal tidak berbuah (memiliki
anak), demikian jugalah pada orang-orang Farisi. Mereka yang mau beribadah pada
Tuhan harus datang kepada Dia dalam kerendahan hati, bukan dalam kebanggaan.
Sejauh ini kisah kita bertutur, Mikhal merupakan satu-satunya orang yang tidak
bersuka cita beribadah kepada Tuhan. Tidak heran, karena dia dikuasai oleh
dirinya sendiri.
www.stpaulsmedford.org |
Kita
dapat belajar dari Daud. Daud berperan sebagai sebuah prototipe
Kristus dalam teks kita dan seterusnya. Dia adalah seorang raja dan seorang imam (dia mengenakan sebuah kain lenan efod).
Daud tidak mengenakan jubah-jubah
kebangsawanannya dan telah merendahkan
dirinya, persis seperti Yesus
Kristus yang tidak menggunakan jubah-jubah kebangsawanannya
dan telah merendahkan diri ( Filipi 2:5-8; lihat juga Yohanes 13:1 dan seterusnya). Daud
telah menolak adanya pembedaan kelas-kelas apapun ketika berhubungan dengan
beribadah. Ibadah yang benar tidak akan membiarkan adanya
pengelompokan-pengelompokan yang inferior dan yang superior. Injil membuat
manusia menjadi setara. Kita semua adalah orang berdosa, telah dihukum pada
penghukuman kekal Tuhan. Dan kita semua yang telah diselamatkan tanpa perlu adanya kepantasan dan upaya-upaya, semata
berdasarkan pada karya penebusan Kristus di
salib Kalvari. Bagaimana kemudian Daud dapat melakukan apapun tetapi sepenuhnya rendah hati dalam beribadah kepada Tuhan,
sekalipun isterinya memandang rendah
pada dirinya?
Akhirnya, artikel ini memiliki sebuah nilai besar katakanlah dalam hubungannya dengan kontroversi kharismatik/non kharismatik didalam gereja dewasa ini. Ada dua ekstrem, ada dua pengutuban, dan kita cenderung untuk bergerak ke salah satunya (dan terkadang ke satu sisi lantas ke sisi lainnya). Pertama adalah bebas sebebas-bebasnya(sembrono). Daud dan semua yang orang yang lain demikian hanyut didalam penyembahan mereka, mereka kelihatannya lupa siapakah yang sedang mereka sembah—Tuhan yang kudus. Kita dapat sedemikian terbawanya dengan elemen emosi dari penyembahan kita sehingga kita sama sekali kehilangan penguasaan diri. Dalam momen yang menggairahkan, hal-hal yang jelas-jelas Tuhan larang terlihat agak permisif, bahkan perlu dilakukan (seperti memegang tabut). Uza demikian larut dalam kegairahan membawa pulang tabut Tuhan, tetapi dia lupa untuk memberikan perhatian yang cukup pada Tuhan dan Firman-Nya. Uza telah mati karena ketidakhormatan-Nya. Marilah kita jangan pernah melupakan hal ini. Antusiasme tidak pernah merupakan sebuah pembenaran untuk ketidakpatuhan kepada Firman Tuhan.
Bagi kebanyakan orang, bahaya yang saya ungkapkan ini, sulit untuk dipandang berbahaya. Kita tidak dalam bahaya dalam menjalankan ibadah kita. Ibadah kita yang demikian kaku atau demikian tertata rapi sehingga tidak ada kemungkinan ada kejadian yang tidak direncanakan untuk terjadi. Dengar baik-baik. Saya tidak menentang struktur, dan ada banyak hal yang bisa dikatakan untuk sebuah apresiasi keagungan Tuhan dalam ibadah kita. Tetapi beberapa dari kita tidak mengangkat tangan kita atau mengeluarkan suara karena kita terlalu angkuh untuk melakukannya. Seperti Mikhal, kita lebih peduli dengan martabat kita daripada dengan Tuhan. Mari kita mewaspadai dari menghindari antusiasme dalam ibadah kita karena kita berpikir hal itu merendahkan kita.
Akhirnya, artikel ini memiliki sebuah nilai besar katakanlah dalam hubungannya dengan kontroversi kharismatik/non kharismatik didalam gereja dewasa ini. Ada dua ekstrem, ada dua pengutuban, dan kita cenderung untuk bergerak ke salah satunya (dan terkadang ke satu sisi lantas ke sisi lainnya). Pertama adalah bebas sebebas-bebasnya(sembrono). Daud dan semua yang orang yang lain demikian hanyut didalam penyembahan mereka, mereka kelihatannya lupa siapakah yang sedang mereka sembah—Tuhan yang kudus. Kita dapat sedemikian terbawanya dengan elemen emosi dari penyembahan kita sehingga kita sama sekali kehilangan penguasaan diri. Dalam momen yang menggairahkan, hal-hal yang jelas-jelas Tuhan larang terlihat agak permisif, bahkan perlu dilakukan (seperti memegang tabut). Uza demikian larut dalam kegairahan membawa pulang tabut Tuhan, tetapi dia lupa untuk memberikan perhatian yang cukup pada Tuhan dan Firman-Nya. Uza telah mati karena ketidakhormatan-Nya. Marilah kita jangan pernah melupakan hal ini. Antusiasme tidak pernah merupakan sebuah pembenaran untuk ketidakpatuhan kepada Firman Tuhan.
Bagi kebanyakan orang, bahaya yang saya ungkapkan ini, sulit untuk dipandang berbahaya. Kita tidak dalam bahaya dalam menjalankan ibadah kita. Ibadah kita yang demikian kaku atau demikian tertata rapi sehingga tidak ada kemungkinan ada kejadian yang tidak direncanakan untuk terjadi. Dengar baik-baik. Saya tidak menentang struktur, dan ada banyak hal yang bisa dikatakan untuk sebuah apresiasi keagungan Tuhan dalam ibadah kita. Tetapi beberapa dari kita tidak mengangkat tangan kita atau mengeluarkan suara karena kita terlalu angkuh untuk melakukannya. Seperti Mikhal, kita lebih peduli dengan martabat kita daripada dengan Tuhan. Mari kita mewaspadai dari menghindari antusiasme dalam ibadah kita karena kita berpikir hal itu merendahkan kita.
Dua ekstrem disingkapkan dalam teks kita, dan kedua-duanya salah. Ibadah yang penuh antusias, yang merendahkan kekudusan Tuhan dan melanggar Firman Tuhan, adalah salah, dan tidak peduli seberapa hebat antusiasme yang anda tambahkan, itu tetap salah sampai ibadah secara benar memandang Tuhan dan sampai ibadah itu secara benar mendekati Tuhan. Ibadah yang megah, menghindari emosi dan antusiasme, yang sepenuhnya karena kita terlalu angkuh untuk merendahkan diri kita dihadapan Tuhan , juga sama salahnya. Ibadah yang pertama menghasilkan ketandusan; maka ibadah yang kedua menghasilkan kematian. Marilah kita berupaya untuk beribadah kepada Tuhan seperti yang pada akhirnya dilakukan oleh Daud dan Israel, yang berselaras dengan Firman-Nya, dengan kerendahan hati, dengan hati yang dipenuhi dengan suka cita dan ucapan syukur, dan dengan antusiasme.
Selesai
When God Rained on David’s Parade (2 Samuel 6:1-23) |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment