Oleh : Bob Deffinbaugh, Th.M
Pengantar
Andaikan kejatuhan manusia harus terjadi pada era kita saat kini, siapapun sulit membayangkan konsekuensi-konsekuensinya. Saya akan membayangkan bahwa lembaga pembela kemerdekaan sipil semacam American Civil Liberties Union akan dengan segera mengajukan tuntutan—melawan Tuhan dan dalam upaya membela Hawa dan suaminya(urutannya memang demikian), Adam. Tuntutan hukumnya berangkali akan ditekankan pada dasar-dasar dari sebuah tindakan pengusiran illegal. “Dan pada akhirnya,”kita akan diberitahukan bahwa,”dugaan tindakan dosa ini telah dilakukan didalam sebuah taman pribadi, dan oleh sepersetujuan dua orang dewasa.” Namun dari semuanya kita akan diberitahukan bahwa tindak kriminal tersebut (jika memang benar-benar ada tindakan semacam ini) dan penghukuman sepenuhnya diluar kewajaran. Mungkinkah Tuhan benar-benar serius menanggapi isi tuntutan yang dilaporkan ini? Karena hanya oleh sebuah gigitan pada semacam “buah terlarang” pria dan wanita ini diusir dan akan menderita berbagai konsekuensi di seumur hidupnya? Dan lebih daripada ini, bahwa terkait dengan tindakan satu orang ini dan semua umat manusia menderita berbagai hal jahat yang kita alami?
Mereka yang
tidak memandang Alkitab secara serius atau secara literal mengalami sedikit
kesulitan disini. Mereka pada dasarnya akan menyatakan bab ke 3 Kitab Kejadian
sebagai sebuah mitos. Bagi mereka bab 3
semata sebuah kisah yang simbolik yang berupaya keras untuk mencatat
hal-hal sebagaimana adanya.
Detail-detail kisah kejatuhan
bukan masalah Karena detail-detail
tersebut bukanlah fakta, tetapi fiksi.
Kelompok
Injili berangkali cenderung untuk
menghibur diri mereka sendiri dengan mengingatkan bahwa kisah ini
merupakan kisah lampau dan jauh. Karena
kejatuhan manusia telah terjadi diwaktu
yang lampau sekali, kita cenderung untuk tidak menghadapi isu-isu yang menyolok mata kita
dari nas ini.
Namun
sejumlah pertanyaan serius tetap mengemuka dalam hubungannya dengan
kejatuhan manusia. Mengapa,misalnya,
harus Adam yang diasumsikan penanggungjawab
utama ketika Hawa adalah karakter utama dalam kisah tersebut?Membahasakan
pertanyaan ini dalam istilah-istilah yang lebih masa kini, mengapa Adam
dipersalahkan kala Hawa sendiri yang
bercakap-cakap?
Lebih lanjut, kita harus memberikan perhatian kepada beratnya konsekuensi-konsekuensi atas dimakannya buah terlarang itu dalam sorotan bahwa masalah ini lebih sebuah hal yang agak sepele. Apakah yang demikian jahatnya mengenai dosa ini sehingga membawa tanggapan yang demikian keras dari Tuhan?
Lebih lanjut, kita harus memberikan perhatian kepada beratnya konsekuensi-konsekuensi atas dimakannya buah terlarang itu dalam sorotan bahwa masalah ini lebih sebuah hal yang agak sepele. Apakah yang demikian jahatnya mengenai dosa ini sehingga membawa tanggapan yang demikian keras dari Tuhan?
Struktur
bab-bab pertama dari Kitab Kejadian menuntut penggambaran kejatuhan manusia. Dalam Kejadian 1 dan 2
kita membaca sebuah penciptaan yang sempurna yang mendapatkan pengesahan Tuhan
sebagai ciptaan yang baik (bandingkan dengan Kejadian 1:10,12,18,21). Pada bab
4 kita menemukan kecemburuan dan
pembunuhan. Pada bab-bab selanjutnya umat manusia menjadi semakin buruk saja.
Apakah yang telah terjadi? Kejadian 3
menjawab pertanyaan ini.
Dan demikianlah bab ini vital karena bab ini menjelaskan dunia dan masyarakat sebagaimana yang kita lihat saat ini. Bab ini memberitahukan kita strategi-strategi Setan dalam menggoda manusia. Kejadian 3 menjelaskan dasar-dasasr bagi nas-nas Perjanjian Baru yang membatasi wanita mengambil posisi-posisi kepemimpinan didalam gereja. Kejadian 3 menantang kita untuk mempertimbangkan apakah kita akan melanjutkan “kejatuhan” sebagaimana yang telah dilakukan Adam dan isterinya.
Akan tetapi Kejadian 3, bukanlah sebuah bab yang akan kita sesali untuk dipelajari. Kejadian 3 memberikan gambaran masuknya dosa kedalam ras manusia dan kerasnya konsekuensi-konsekuensi ketidakpatuhan manusia. Tetapi dibalik keberdosaan manusia dan hukuman-hukuman yang menuntut, ada wahyu tentang anugerah Tuhan. Dia mencari orang berdosa dan menyediakan manusia berdosa dengan sebuah selubung untuk menutup dosa. Dia menjanjikan seorang Juru selamat yang melaluinya peristiwa yang sepenuhnya tragis ini akan diubahkan menjadi kemenangan dan keselamatan.
Dosa Manusia
(Kejadian 3:1-7)
Si ular tiba-tiba saja muncul didalam ayat ini secara kasar dan tanpa pengantar. Adam, Hawa, dan taman adalah hal-hal yang telah dipersiapkan untuk kita jumpai, karena sebelumnya kita telah melihat mereka. Si ular dikatakan menjadi salah satu ciptaan Tuhan, oleh karena itu, kita harus memahami makhluk ini secara literal. Meskipun makhluk ini adalah ular yang memang benar-benar ular, pewahyuan belakangan memberitahukan kepada kita bahwa binatang tersebut telah digunakan oleh Setan, yang digambarkan sebagai seekor naga dan ular (bandingkan dengan II Korintus 11:3; Wahyu 12:9; 20:2).
Sementara
kita mungkin berharap tahu jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan terkait
asal-usul kejahatan, Musa tidak memiliki
maksud untuk menyediakan informasi bagi kita disini. Poin yang ingin
Tuhan buat adalah :bahwa kita berdosa.
Mengejar lebih jauh penyebab-penyebab kejahatan hanya akan menyingkirkan
tanggungjawab kita atas dosa dari fokus perhatian kita.
Perhatikan secara khusus pendekatan yang diambil Setan disini. Dia tidak datang sebagai seorang ateis, atau sebagai orang yang sejak semula menantang iman Hawa kepada Tuhan[Saya suka cara Helmut Thielicke menjelaskan hal ini: “Pembukaan dialog ini sepenuhnya saleh, dan si ular memperkenalkan dirinya sebagai seekor binatang yang serius dan religius. Dia tidak berkata:”Saya adalah seekor monster ateistik dan sekarang aku akan mengambil alih tamanmu, ketakbersalahan dan loyalitasmu, dan menjungkirbalikan semuanya.” Sebaliknya dia berkata: “Anak-anak, hari ini kita akan berbicara mengenai agama, kita akan mendiskusikan hal-hal utama.” How the World Began (Philadelphia: Fortress Press, 1961), hal. 124.]. Setan bisa saja memanifestasikan dirinya sebagai tokoh jahat, tetapi sering kali sebagai seorang “malaikat terang” ( II Korintus 11:14). Setan kerap berdiri dibelakang mimbar, memegang sebuah Alkitab di tangannya.
Kalimat Setan yang
penuh selidik adalah signifikan. Kata tersebut “sungguh-sungguh”(Kejadian 3 ayat1) menetes
dengan sindirian. Efek dari kalimat ini adalah :”Pastilah Tuhan tidak akan
mengatakan hal ini, benar kan?” Juga firman Tuhan (tidakkah/tentulah Tuhan
berkata,”(ayat 1)
adalah menarik. Musa telah menggunakan ekspresi “TUHAN ALLAH”,“Yahweh Elohim”:
“Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah” (Kejadian 3:1).
Tetapi ketika Setan merujuk TUHAN Allah, semata dikatakan Tuhan. Penghilangan ini merupakan petunjuk perilaku pemberontakan Setan terhadap Tuhan yang Maha Kuasa.
Pendekatan awal Setan adalah untuk memperdaya, bukan untuk menyangkal; menyebabkan keraguan-keraguan, bukan ketidakpatuhan. Setan telah datang kepada Hawa sebagai seorang penanya. Dia dengan sengaja mengacaukan perintah Tuhan, tetapi dalam sebuah cara yang tidak langsung, “Saya berangkali salah disini, jadi koreksi saya bila saya salah.”
Nah semestinya Hawa tidak pernah memulai percakapan itu. Percakapan itu sepenuhnya merupakan penyimpangan dari rantai otoritas Tuhan. Rantai itu adalah Adam, Hawa, ciptaan. Adam dan Hawa harus mengekspresikan peraturan Tuhan atas ciptaan-Nya ( Kejadian 1:26). Hawa pastilah tak diragukan akan menolak pembicaraan semacam itu jika percakapan itu tidak dilakukan dalam sebuah cara yang telah diadakan oleh Setan.
Apakah Setan memulai
dengan menantang aturan Tuhan atau iman Hawa kepada Tuhan, pilihannya akan
menjadi mudah jika demikian. Tetapi setan secara keliru telah menyampaikan perintah Tuhan itu. Dia telah menyampaikan pertanyaan sehingga
kelihatan bahwa dia telah salah informasi dan harus dikoreksi. Sedikit dari
kita dapat menghindari godaan untuk memberitahukan kepada orang lain bahwa
mereka salah. Dan demikian juga disini, keajaiban dari segala keajaiban, Hawa
mulai melakukan percakapan untuk meniti
jalan ketidakpatuhan meskipun dimaksudkan bahwa dia sedang membela Tuhan
dihadapan si ular.
Tidakah anda memperhatikan bahwa Setan tidak menyebutkan baik
pohon kehidupan atau pohon pengetahuan akan yang baik dan jahat?Betapa ini sebuah
serangan yang terselubung!Pertanyaannya membawa pohon terlarang menjadi pusat
pemikiran Hawa, tetapi tanpa sedikitpun menyebutkannya. Hawa termakan. Dengan
pertanyaanya, Setan tidak berhasil membangun percakapan dengan Hawa, tetapi dia
juga telah mengalihkan mata Hawa dari ketetapan-ketetapan kemurahan Tuhan dan
menyebabkan dia untuk hanya berpikir pad
larangan Tuhan. Setan tidak ingin kita untuk memikirkan secara mendalam
anugerah Tuhan, tetapi dengan penuh sentimen merenungkan
larangan-larangan-Nya.
Dan dalam cara yang persis seperti inilah, apa yang tidak terlihat itu telah berlangsung didalam benak Hawa. Hawa telah memperlihatkan perubahan sikapnya dengan sejumlah gejala yang “Freudian slips”- sebuah kesalahan verbal atau ingatan. Sekalipun Tuhan berkata ,” Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas”(Kejadian 2:16), Hawa berkata, “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami maka”(Kejadian 3:2), Hawa menghilangkan “semua”dan “dengan bebas”, dua buah kata yang menekankan kemurahan Tuhan.
Dan dalam cara yang persis seperti inilah, apa yang tidak terlihat itu telah berlangsung didalam benak Hawa. Hawa telah memperlihatkan perubahan sikapnya dengan sejumlah gejala yang “Freudian slips”- sebuah kesalahan verbal atau ingatan. Sekalipun Tuhan berkata ,” Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas”(Kejadian 2:16), Hawa berkata, “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami maka”(Kejadian 3:2), Hawa menghilangkan “semua”dan “dengan bebas”, dua buah kata yang menekankan kemurahan Tuhan.
Seperti halnya Hawa yang
memiliki sebuah impresi yang sudah terdistorsi akan kerasnya larangan
Tuhan pada buah pohon pengetahuan akan
baik dan jahat. Dia-Hawa
telah mengungkapkan instruksi Tuhan dengan kata-kata ini :” Jangan kamu
makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati”(Kejadian 3:3).
Tetapi Tuhan
telah berkata, “tetapi pohon pengetahuan
tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada
hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kejadian 2:17).
Meskipun membesar-besarkan larangan pada titik dimana dia mengatakan bahkan meraba pohon sudah merupakan kejahatan, Hawa tanpa disadarinya telah meremehkan penghukuman Tuhan dengan menghilangkan kata “pastilah,” dan dengan tidak menyampaikan bahwa kematian akan datang pada hari pelanggaran dilakukan. Dengan kata lain, Hawa telah memberikan penekanan kepada kekerasan Tuhan, tetapi meremehkan fakta bahwa penghukuman akan dilaksanakan dengan pasti dan segera.
Meskipun membesar-besarkan larangan pada titik dimana dia mengatakan bahkan meraba pohon sudah merupakan kejahatan, Hawa tanpa disadarinya telah meremehkan penghukuman Tuhan dengan menghilangkan kata “pastilah,” dan dengan tidak menyampaikan bahwa kematian akan datang pada hari pelanggaran dilakukan. Dengan kata lain, Hawa telah memberikan penekanan kepada kekerasan Tuhan, tetapi meremehkan fakta bahwa penghukuman akan dilaksanakan dengan pasti dan segera.
Serangan pertama Setan pada perempuan yang merupakan seorang pencari agama, dalam
sebuah upaya untuk menciptakan keraguan-keraguan mengenai kebaikan Tuhan dan
untuk mengarahkan perhatiannya pada apa
yang dilarang sebagai berlawanan dengan
semua yang telah diberikan secara bebas. Serangan kedua merupakan serangan berani dan nekat.
Sekarang dalam situasi tipu daya dan keraguan ada penyangkalan, yang diikuti
dengan fitnahan akan karakter Tuhan. :” "Sekali-kali kamu
tidak akan mati” (Kejadian 3:4).
Bersambung ke Bagian II
The Fall of Man (Genesis 3:1-24) | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
Bersambung ke Bagian II
The Fall of Man (Genesis 3:1-24) | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment