Oleh : Bob Deffinbaugh
Untuk memiliki pengertian yang lebih baik atas artikel ini, sangat dianjurkan untuk membaca terlebih dahulu : Kejatuhan Manusia
Pengantar
Ketika kita berdosa, kita kerap melakukannya dengan pengharapan yang sia-sia bahwa kita akan memiliki kenikmatan dalam jumlah yang maksimal dan penghukuman yang minimum. Akan tetapi, hal yang seperti ini jarang terjadi.
Saya suatu kali pernah mendengarkan kisah seorang pria dan isterinya yang memutuskan untuk pergi ke bioskop drive-in. Mereka berpikir bahwa harganya terlalu mahal dan merencanakan untuk menyampaikan keberatan kepada manajemen bioskop. Ketika mereka sudah tidak jauh dari bioskop tersebut, sang suami masuk kedalam bagasi mobil. Kesepakatannya memang demikian bahwa isterinya akan mengeluarkan suaminya setelah sang isteri sudah masuk kedalam teater.
Semuanya meleset, setidaknya rencana itu berhasil sejauh mendapatkan tiket masuk. Tetapi ketika si isteri menghampiri bagasi mobil untuk mengeluarkan sang suami, dia menyadari bahwa kunci bagasi ada di dompet sang suami. Dal keputus asaan dia harus memanggil manajer bioskop, polis, dan tim penyelamat. Mereka tidak menonton filem serta juga tidak bisa membuka bagasi. Seperti inilah jalan dosa. Perjalanannya pendek dan harganya mahal.
Pada
pandangan pertama, mengambil buah
terlarang dan memakannya terlihat seperti hal yang sepele, semata sebuah
perbuatan yang kurang baik saja. Tetapi Kejadian bab tiga membuat hal ini jelas bahwa ini adalah sebuah soal yang tidak main-main/gawat.
Manusia harus memilih untuk percaya kepada Setan daripada Tuhan. Adam dan Hawa
telah menyimpulkan bahwa Tuhan terlampau keras dan kejam. Mereka telah
memutuskan untuk mencari jalan sendiri untuk pemenuhan diri sendiri yang
berlawanan dengan kehambaan.
Ular telah
memberikan saran, memang benar, si ular
menyampaikan pernyataan yang lancang, bahwa
tidak ada efek-efek yang sangat berbahaya akan dialami dalam ketidakpatuhan
terhadap Tuhan, tetapi hanya akan mengalami sebuah tingkatan eksistensi yang lebih tinggi. Tetapi dalam bab ke 4
Kitab Kejadian kita dengan cepat melihat
bahwa janji-janji Setan sangat menyolok
bohong. Berikut ini adalah upah-upah dosa yang nyata, mulai menampakan
wujudnya.
Buah Kejatuhan dalam Kehidupan Kain
(Kejadian 4:1-15)
Persatuan seksual Adam dan Hawa telah melahirkan anak pertama, seorang anak laki-laki yang dinamai Hawa : Kain. Nama ini berangkali dipahami sebagai sebuah permainan kata-kata. Kata ini terdengar serupa dengan kata Ibrani Qanah yang berarti “untuk mendapatkan” atau “untuk memperoleh”. Dalam bahasa setempat saat ini berangkali akan dinami ‘sudah didapatkan’[bandingkan dengan H. C. Leupold, Exposition of Genesis (Grand Rapids: Baker-Book House, 1942), I, hal. 189.]
Signifikansi nama tersebut adalah : bahwa nama itu merefleksikan iman Hawa, karena dia telah berkata, “Aku telah mendapat(Qaniti, dari Qanah)seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN”[Kejadian 4:1)
Sementara ada sejumlah diskusi diantara para ahli Alkitab terkait makna tepat dari pernyataan ini[Secara literal Hawa mengatakan, “Saya telah mendapatkan seorang putera.” Apakah Hawa percaya bhawa dia telah melahirkan Juru selamat?Ini mungkin, tentu saja. Berangkali lebih seperti Hawa telah mengetahui bahwa Tuhan telah memampukannya untuk melahirkan seorang anak, seorang anak yang melaluinya kelepasannya akan datang segera], Hawa telah mengakui aktifitas Tuhan dalam mengaruniakan anaknya. Saya percaya bahwa Hawa telah memahami nubuat Kejadian 3:15 bahwa salah satu keturunannya akan membawa penebusan baginya. Berangkali dia memandang pada Kain sebagai penebusnya. Jika demikian maka dia telah ditakdirkan untuk kekecewaan.
Buah Kejatuhan dalam Kehidupan Kain
(Kejadian 4:1-15)
Persatuan seksual Adam dan Hawa telah melahirkan anak pertama, seorang anak laki-laki yang dinamai Hawa : Kain. Nama ini berangkali dipahami sebagai sebuah permainan kata-kata. Kata ini terdengar serupa dengan kata Ibrani Qanah yang berarti “untuk mendapatkan” atau “untuk memperoleh”. Dalam bahasa setempat saat ini berangkali akan dinami ‘sudah didapatkan’[bandingkan dengan H. C. Leupold, Exposition of Genesis (Grand Rapids: Baker-Book House, 1942), I, hal. 189.]
Signifikansi nama tersebut adalah : bahwa nama itu merefleksikan iman Hawa, karena dia telah berkata, “Aku telah mendapat(Qaniti, dari Qanah)seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN”[Kejadian 4:1)
Sementara ada sejumlah diskusi diantara para ahli Alkitab terkait makna tepat dari pernyataan ini[Secara literal Hawa mengatakan, “Saya telah mendapatkan seorang putera.” Apakah Hawa percaya bhawa dia telah melahirkan Juru selamat?Ini mungkin, tentu saja. Berangkali lebih seperti Hawa telah mengetahui bahwa Tuhan telah memampukannya untuk melahirkan seorang anak, seorang anak yang melaluinya kelepasannya akan datang segera], Hawa telah mengakui aktifitas Tuhan dalam mengaruniakan anaknya. Saya percaya bahwa Hawa telah memahami nubuat Kejadian 3:15 bahwa salah satu keturunannya akan membawa penebusan baginya. Berangkali dia memandang pada Kain sebagai penebusnya. Jika demikian maka dia telah ditakdirkan untuk kekecewaan.
Meskipun Hawa bisa jadi telah keliru dalam pengharapan-pengharapannya untuk sebuah kemenangan yang cepat atas si ular dengan kelahiran anak pertamanya, Hawa benar dalam menantikan pelepasannya melalui benihnya. Hawa, karena itu, benar secara umum tetapi keliru dalam hal khusus.
Optimisme
Hawa terlihat menyusut saat melahirkan
putera keduanya, Habel. Nama ini
bermakna ‘kesombongan,’ ‘nafas,’
atau ‘menguap.’ Berangkali Hawa telah
belajar kali ini bahwa konsekuensi-konsekuensi dosa tidak dengan cepat
berlalui darinya. Hidup akan melibatkan
upaya keras dan sebuah upaya baik yang terlihat sebagai upaya sia-sia.
Kain adalah simbol pengharapan Hawa; Habel adalah simbol keputusasaannya.
Habel adalah seorang penjaga kawanan ternak, sementara Kain adalah seorang pengolah tanah (petani). Tidak ada bagian manapun dimana Musa mengisyaratkan bahwa salah satu pekerjaan ini lebih rendah terhadap pekerjaan lainnya. Tidak juga disebutkan dalam kisah ini hal para leluhur pada acara-acara televisi dimana mereka telah menipiskan tema menjadi pertarungan antara para petani yang kotor dan para peternak.
Habel adalah seorang penjaga kawanan ternak, sementara Kain adalah seorang pengolah tanah (petani). Tidak ada bagian manapun dimana Musa mengisyaratkan bahwa salah satu pekerjaan ini lebih rendah terhadap pekerjaan lainnya. Tidak juga disebutkan dalam kisah ini hal para leluhur pada acara-acara televisi dimana mereka telah menipiskan tema menjadi pertarungan antara para petani yang kotor dan para peternak.
Problem Kain tidak ditemukan pada sarana-sarana kehidupannya, tetapi didalam dirinya sendiri.
(3) Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan;(4) Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu,(5) tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya… (Kejadian 4:3-5a)
Orang-Orang Israel yang pertama kali membaca kata-kata Musa ini akan mengalami sedikit kesulitan dalam menangkap problem pada kurban Kain. Mereka telah menerima hal ini sebagai bagian dari Lima Kitab Musa. Dengan demikian,mereka memahami bahwa manusia tidak dapat mendekati Tuhan tanpa penumpahan darah korban. Meskipun tidak ada korban-korban penumpahan darah[“Persembahan disini adalah sebuah minha,dimana dalam dunia manusia adalah sebuah hadiah penghormatan atau kepatuhan dan sebagai sebuah hal ritual, dapat dipersembahkan baik sebagai persembahan-persembahan hewan atau lebih sering disampaikan dalam bentuk biji-bijian (missal I Sam 2:l7; Lukas 2:1).” Derek Kidner, Genesis: An Introduction and Commentary (Chicago: InterVarsity Press, 1967), hal. 75.], manusia hanya dapat memiliki akses menuju Tuhan melalui sebuah penumpahan darah. Persembahan Kain tidak memenuhi ketentuan-ketentuan Tuhan dalam Hukum Taurat.
“Tetapi Kain
tidak memiliki pewahyuan semacam ini!” Seseorang berangkali keberatan. Sangat
benar. Tetapi kemudian kita semua harus
mengakui bahwa tidak satupun dari kita mengetahui pewahyuan apa yang telah dia
miliki. Spekulasi apapun pada subyek ini pastilah dugaan belaka.
Dengan mengatakan hal ini, saya harus menunjukan bahwa tidak perlu bagi Musa untuk memberitahukan kepada kita. Orang-orang sezamannya memiliki dasar yang lebih dari cukup untuk menangkap signifikansi penumpahan darah, karena preskripsi Hukum yang sangat teliti terkait korban-korban dan ibadah-ibadah orang Kristen di zaman kita kini memberikan keuntungan dalam memandang masalah ini jauh lebih jernih dalam terang salib, dan dari pewujudan bahwa Yesus adalah “Anak Domba Allah yang telah menanggung dosa dunia’ (Yohanes 1:29)
Meskipun kita tidak mengetahui apa yang Tuhan telah wahyukan kepada Adam atau kepada anak-anaknya, kita telah dipastikan bahwa mereka telah tahu apa yang harus mereka lakukan. Ini jelas terlihat dari kata-kata Tuhan kepada Kain:
(6) Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?(7) Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."( Kejadian 4:6-7)
Pertanyaan Tuhan secara jelas menyiratkan bahwa kemarahan Kain tidak memiliki dasar. Meskipun kita tidak mengetahui hal-hal spesifik apa terkait “melakukan hal baik” yang diperlu dilakukan, Kain telah melakukannya. Problem Kain bukan pada salah satu instruksi yang tidak dijalankan, tetapi pada pembangkangan dan pemberontakan melawan Tuhan.
Kain, seperti
kebanyakan orang pada hari ini, ingin datang pada Tuhan, tetapi dia ingin melakukannya
dengan caranya sendiri. Ini mungkin bisa dilakukan di kios Hamburger. Mereka akan membolehkanmu
melakukannya dengan “caramu” seperti iklan komersial mengkampenyakannya, tetapi
Tuhan tidak akan membiarkan kita. Seperti seorang temanku berkata,”Kamu
dapat pergi ke surga dengan cara Tuhan,
atau kamu dapat pergi ke neraka dengan
cara apapun yang kamu maui.”
Perhatikan bahwa Kain bukan orang yang tidak religius. Dia percaya kepada Tuhan, dan dia menginginkan persetujuan Tuhan. Tetapi dia ingin datang kepada Tuhan dalam cara-caranya, bukan pada cara-cara Tuhan. Neraka seperti saya katakana sebelumnya, akan dihuni oleh orang religius.
Perhatikan bahwa Kain bukan orang yang tidak religius. Dia percaya kepada Tuhan, dan dia menginginkan persetujuan Tuhan. Tetapi dia ingin datang kepada Tuhan dalam cara-caranya, bukan pada cara-cara Tuhan. Neraka seperti saya katakana sebelumnya, akan dihuni oleh orang religius.
Kain tidak
ingin mendekati Tuhan melalui penumpahan darah. Kain lebih cenderung untuk menawarkan buah hasil upayanya. Kain memiliki sebuah kemampuan bertani yang luar biasa, tangan
yang berlumur darah tidak membuatnya tertarik. Manusia hari ini sedikit
berbeda. Banyak
orang seperti setan-setan (bandingkan
dengan Yakobus 2:19), percaya kepada Tuhan, dan yang mengakui Yesus sebagai
Anak Allah. Tetapi mereka menolak untuk
tunduk kepada Dia sebagai Tuan. Mereka menolak korban-Nya dan kematiannya yang menggantikan kita pada Salib sebagai pembayaran atas dosa-dosa
mereka. Mereka ingin datang kepada Tuhan dengan cara-cara mereka. Berita injil
sangat jelas : tidak ada pendekatan kepada Tuhan kecuali melalui apa yang telah
Kristus raih melalui kematian di Salib.
(6) Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.(Yohanes 14:6)
(12) Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."(Kisah Para Rasul 4:12)
(22) Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.(Ibrani 9:22)
(19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. ( 1 Petrus 1:19; bandingkan dengan Lukas 22:20; Kisah Para Rasul 20:28; Roma 3:25; 5:9; Efesus 1:7)
Betapa besar kemurahan Tuhan mencari Kain dan dengan lemah lembut menanyakan dia mengenai kemarahan yang penuh dengan dosa. Betapa jelas pesan restorasi dan peringatan terkait bahaya yang telah dia hadapi. Tetapi nasihat Tuhan telah ditolaknya.
Bersambung ke Bagian II
The Fruits of The Fall (Genesis 4:1-26) | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment