F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Ketika Tuhan Menghujani Parade Daud - Bagian 3


Bacalah terlebih dahulu bagian 1 di sini dan bagian  2 di sini


Oleh : Bob Deffinbaugh, Th.M


Pandangan Mikhal yang Merendahkan Suaminya
(2 Samuel 6:16 , 20-23)


(16) Ketika tabut TUHAN itu masuk ke kota Daud, maka Mikhal, anak perempuan Saul, menjenguk dari jendela, lalu melihat raja Daud meloncat-loncat serta menari-nari di hadapan TUHAN. Sebab itu ia memandang rendah Daud dalam hatinya. …  (20) etika Daud pulang untuk memberi salam kepada seisi rumahnya, maka keluarlah Mikhal binti Saul mendapatkan Daud, katanya: "Betapa raja orang Israel, yang menelanjangi dirinya pada hari ini di depan mata budak-budak perempuan para hambanya, merasa dirinya terhormat pada hari ini, seperti orang hina dengan tidak malu-malu menelanjangi dirinya!" (21) Tetapi berkatalah Daud kepada Mikhal: "Di hadapan TUHAN, yang telah memilih aku dengan menyisihkan ayahmu dan segenap keluarganya untuk menunjuk aku menjadi raja atas umat TUHAN, yakni atas Israel, --di hadapan TUHAN aku menari-nari, (22) bahkan aku akan menghinakan diriku lebih dari pada itu; engkau akan memandang aku rendah, tetapi bersama-sama budak-budak perempuan yang kaukatakan itu, bersama-sama merekalah aku mau dihormati."(23) Mikhal binti Saul tidak mendapat anak sampai hari matinya.

Terlihat hanya ada satu orang di seluruh orang Israel yang tidak, yang  tidak akan,  masuk kedalam semangat suka cita dan selebrasi, dan orang itu adalah Mikhal, isteri Daud. Penulis kitab Tawarikh hanya menulis sedikit saja mengenai hal ini, mengkhususkan hanya satu ayat  mengenai hal ini dan memberitahukan kepada kita bahwa Mikhal memandang  dengan  rasa kebencian pada suaminya didalam hatinya atas peran suaminya dalam selebrasi tersebut ( 1 Tawarikh 15:29). Penulis 1  dan 2 Samuel memiliki ayat yang serupa ( 2 Samuel 6:16), tetapi kemudian si penulis meneruskannya dengan menggambarkan  konfrontasi  antara Daud dengan Mikhal sebagai berikut, dan memberitahukan kepada kita apa akibatnya ( ayat 20-23).


Mari pertama-tama kita mengamati apa rupanya yang menjadi persepsi Mikhal  terhadap keseluruhan even tersebut. Mikhal tidak terlibat dalam selebrasi itu; dia adalah seorang  penonton, bukan seorang yang terlibat didalamnya. Dia  mengamati dari jendela istana, melihat tabut  memasuki kota (ayat 16). Segenap   bangsa memenuhi jalan-jalan. Meskipun, segenap bangsa telah menyertai tabut itu sejah tabut itu meninggalkan  rumah Obed-edom. Dia  tidak turut   dalam karavan yang mengiringi tabut itu. Dia kelihatannya ingin menjadi bagian dari iringan itu.  Meskipun dia  sendiri tidak bergairah terhadap peristiwa ini, anda akan berpikir bahwa dia akan membuat semacam penampilan   yang akan dikenang bersama suaminya, tetapi ini tidak terjadi.



Setelah semua selebrasi ini berakhir, Daud kembali ke rumah untuk memberkati rumah tangganya. Mikhal tidak berhasrat untuk menjadi bagiannya, dan demikianlah dia melanjutkan untuk   “menghujani” pujian dan berkat Daud. Dia pasti telah berdiri di pintu selagi Daud tiba, dengan kedua tangannya   yang tidak terbuka menyambut dan sebuah  muka muram pada wajahnya. Sebelum  Daud sempat mengucapkan sepatah katapun, dia  terlihat melampiaskan amarahnya pada Daud. Apa yang telah dia lihatm atau dia pikir telah dia lihat, itukah yang telah membuatnya sedemikian murka?Dengan perkataannya sendiri, dia telah melihat seorang raja, seorang pria dengan kedudukan dan kuasa, bertingkah seperti seorang tolol. Dia telah melihat seorang  pria berpakaian dalam cara yang tidak senonoh—tidak telanjang, tetapi menampilkan kepada anda dalam cara  berpakaian yang jauh dari  pantas dengan kedudukannya---dan Mikhal  tertampar keras pada wajahnya karena  hal semacam ini. Daud telah bertingkah bagaikan seorang  yang tolol; dia telah mempermalukan dirinya sendiri, dan yang paling pasti dia telah  mempermalukan Mikhal.


Sebelum kita beralih pada persepsi atau apa yang ada didalam benak Daud dari situasi yang sama ini, mari pertama-tama kita melihat pada apa yang  penulis katakan pada kita. Bagaimana si penulis melihat Daud di sini? Apakah penulis melakukan penilaian atas situasi yang melingkupi Mikhal? Pertama-tama kita harus memperhatikan bahwa penulis kita tidak menyatakan bahwa Daud telah telanjang atau berpakain secara tidak pantas. Dia tidak mengatakan kepada kita bahwa Daud telah menari dengan sekuat tenaganya, dan bahwa dia saat itu sedang mengenakan sebuah baju efod dan kain lenan ( 2 Sam 6:14). Penulis mengatakan bahwa ketika isterinya Mikhal melihat ini, dia memandang  rendah Daud didalam hatinya (  2 Sam 6:16).



Penulis kitab Tawarikh mengatakan lebih banyak lagi mengenai  perbuatan-perbuatan Daud:

(25) Maka Daud dan para tua-tua Israel dan para pemimpin pasukan seribu pergi untuk mengangkut tabut perjanjian TUHAN itu dari rumah Obed-Edom dengan sukacita.(26) Dan oleh karena Allah menolong orang Lewi yang mengangkat tabut perjanjian TUHAN itu, maka dipersembahkanlah tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan. (27) Daud memakai jubah dari kain lenan halus, juga segala orang Lewi yang mengangkat tabut itu dan para penyanyi, dan Kenanya yang mengepalai pengangkutan dan para penyanyi. Daud juga memakai baju efod dari kain lenan.(28) Seluruh orang Israel mengangkut tabut perjanjian TUHAN itu dengan diiringi sorak dan bunyi sangkakala, nafiri dan ceracap, sambil memperdengarkan permainan gambus dan kecapi. ( 1 Tawarikh 15:25-28)



Hal pertama yang akan saya tekankan disini adalah bahwa Daud tidak bertindak sendirian. Dia melakukan selebrasi   bersama-sama dengan seluruh Israel. Jika dia menari, maka semuanya menari, dan semuanya termasuk para pemimpin utama Israel. Apakah Daud bersukacita penuh dan  bersemangat? Maka demikian juga dengan setiap orang lainnya;baiklah, hampir setiap orang kecuali Mikhal, tentu saja. Apakah Daud  berpakaiankan sebuah kain lenan efod? Itu adalah pakaian yang dikenakan Samuel saat dia melayani Tuhan ( 1 Sam 2:18). Itu adalah pakaian yang dikenakan para imam ( 1 Tawarikh 15:27).



Mikhal tidak marah  terhadap Daud karena melakukan sesuatu yang salah dan membuatnya berdiri jauh dari semua bangsa. Dia marah kepada Daud karena berperilaku seperti orang-orang kebanyakan, rakyat biasa, dan terlihat seperti seorang imam  rendahan. Dia marah kepada Daud karena dia tidak berperilaku seperti raja  seperti saat dia menyembah Tuhan. Dia telah merendahkan dirinya. Dia telah  membuat dirinya tidak berarti. Dia telah merendahkan dirinya. Dan Mikhal tidak akan memaafkan Daud karena melakukan   hal demikian.  Jika Tuhan menghujani parade pertama Daud dengan menimpakan kematian kepada Uza, Mikhal telah menghujani parade Daud yang kedua, dengan memandang rendah suaminya dan mengkritiknya karena  berperilaku tidak sepantasnya seorang raja.



Kata-kata Daud kepada isterinya adalah kata-kata yang kuat dan berangkali terlihat kasar, tetapi hal ini disebabkan kata-kata tersebut  mencerminkan kejahatan hati Mikhal. Seorang yang benar tidak dapat mengecam  Mikhal dengan gampangan. Daud memiliki beberapa hal untuk disampaikan kepada isterinya :



(1)Perilakunya, yang didapati Mikhal sangat menjijikan, dilakukan  “dihadapan Tuhan” (2 Sam 6:21).  Tindakan-tindakan Daud berangkali telah dilihat oleh isterinya, tetapi tindakan Daud itu bukan untuk kepentingan dia; tindakan-tindakan Daud dilakukan bagi atau ditujukan untuk Tuhan. Daud tidak sedang pentas untuk isterinya. Dia bahkan tidak sedang  melakukan pertunjukan terhadap orang banyak. Dia sedang melakukannya untuk Tuhan. Penyembahannya tidak dimaksudkan  untuk menyenangkan Mikhal. Saya diingatkan dengan kata-kata Paulus disini:



Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus. (Galatia 1:10)



(3) Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya. (4) Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita. (5) Karena kami tidak pernah bermulut manis--hal itu kamu ketahui--dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi--Allah adalah saksi—(6) juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus. ( 1 Tesalonika 2:3-6)


Penyembahan atau ibadah telah menjadi sebuah pertunjukan di hari-hari kita saat ini, saya  takut, itu adalah sebuah pertunjukan untuk audiens bukan untuk Tuhan. Kata-kata Daud kepada isterinya dapat diterapkan kepada kita  secara keseluruhan. Penyembahan atau ibadah semestinya “  dihadapan  Tuhan,” diselenggarakan untuk kesukaan-Nya dan   berkenan dihadapan-Nya, bukan manusia. Apa yang dilewatkan dengan begitu banyaknya pada  ibadah hari ini bisa  jadi hanya merupakan pertunjukan untuk menyenangkan manusia.



(2)Daud tidak akan berhenti  melakukan perayaan, khususunya ketika dia yang ingin dia senangkan adalah juga Dia yang telah mengangkat dia  (2 Sam 6:21). Saya pikir Mikhal telah menjadi jijik  karena Daud  telah merayakannya, karena Daud bersuka cita penuh. Mikhal seperti kebanyakan orang-orang Kristen hari ini yang terlihat berkata, “Hapus senyum itu dari wajahmu. Tidakkah kamu tahu bahwa kamu sedang berada  didalam gereja?” Daud sedang  berselebrasi karena dia memang sangat harus merayakannya. Dia sedang  merayakan kepemimpinannya, dan  kepemimpinan ini telah diberikan kepada dia oleh Tuhan. Bagaimana kemudia perayaan ini menjadi salah? Adalah salah untuk menolak bersuka cita atas  kesukaan yang telah Tuhan berikan.


Saya bertanya-tanya, sudah  berapa  lamakah bagi kebanyakan kita sejak terakhir kali kita melakukan sesuatu yang penuh sukacita, penuh semangat, dengan dengan penuh antusias? Tidak ada yang baik dengan menjadi muram. Tidak ada pembenaran untuk bermuram kala Tuhan sendiri bersuka cita, ketika Tuhan sedang bersuka cita. Kita semestinya bersuka cita tidak hanya dengan mereka (rekan persekutuan) yang bersuka cita ( Roma 12:15). Kita mesti bersuka cita dengan Tuhan yang bersuka cita. Saya takut kita lebih seperti Mikhal daripada seperti Daud ketika kita merayakan suka cita Tuhan kita dan perbuatan-perbuatan-Nya.


(3)Ketiga, Daud telah mengingatkan isterinya bahwa dia sedang bertingkah seperti ayahnya, dan bahwa suaminya adalah orang yang telah  Tuhan angkat sebagai raja  menggantikan kedudukan ayahnya. Tuhan telah meninggikan Daud  melampaui Saul, ayah Mikhal. Tuhan telah membuat Daud raja menggantikan Saul. Tuhan telah menyingkirkan seluruh keluarga Saul dan telah memulai kembali seluruhnya dengan Daud dan keluarganya. Disini Mikhal, mengambil tempat ayahnya. Bagaimana bisa Mikhal menjadi begitu bangga, bangga akan statusnya sebagau puteri raja  (Saul)? Mengapa dia telah menghina Daud sedemikian hebatnya, sekalipun dia adalah pilihan Tuhan menjadi  raja Israel? Hal ini hanya terjadi karena dia adalah puteri ayahnya. Tidakah ini menggusarkannya bahwa Daud telah memenangkan hati rakyat, dan bahwa suaminya telah menolak untuk menjauhkan dirinya dari mereka yang dia perintah? Bukannya berdiri disamping suaminya, sebagaimana yang dilakukan Yonatan, dia malah berdiri melawan suaminya. Dan dalam hal ini, dia persis seperti ayahnya. Tetapi agar dia menjadi diingatkan bahwa Tuhan telah menyingikirkannya. Dan demikian juga Daud mengesampingkan Mikhal. Apakah Daud telah berhenti  berintimasi dengan Mikhal atau Tuhan semata telah menutup kandungannya, Mikhal meninggal tanpa anak. Hal ini kita ketahui sebagai sebuah sumber kedukaan yang hebat, kesedihan,dan malu dari bab pertama pada kitab 1 Samuel. Penghakiman Tuhan telah menimpanya.


(4)Keempat, Daud memerintah rakyatnya sebagai seorang hamba yang   bersahaja, dan bukan sebagai seorang tirani. Mikhal  telah memandang rendah dan mengkritisi Daud karena  tidak berperilaku seperti seorang raja. Respon Daud terlihat seperti itu sebab Tuhan telah menjadikan dia raja, dia  menjadi raja  bertipikal yang Tuhan maui. Dia tidak akan menjadi  seorang raja seperti Saul, ayah Mikhal, karena Tuhan telah menyingkirkan Saul, menyingkirkan raja bertipikal seperti itu. Tuhan telah membangkitkan Daud menjadi jenis raja yang telah Tuhan  tunjuk untuk menjadi raja. Daud telah mengidentifikasikan dirinya dengan rakyat  ketimbang membedakan dirinya dari mereka. Bahkan, Daud berpakaian dan  beribadah kepada Tuhan “sebagai seorang imam” ( 2 Sam 6:14-19; 1 Tawarikh 15:25-27). Tidakah Tuhan menyebut Israel menjadi sebuah “kerajaan para imam” (Keluaran 19:6)?Mengenakan sebuah kain   lenan efod, Daud   telah menjalankan sebuah bentuk keimamatan yang sah.



Saul telah bersalah merebut peran Samuel sebagai seorang imam dan nabi ( 1 Samuel 13:8-9). Hal ini salah sebab tindakan itu  merupakan  ketidakpatuhan terhadap perintah yang jelas. Daud telah menjalankan keimamatannya dalam sebuah cara yang  menyenangkan Tuhan. Tetapi didalam benak  Mikhal, posisi merendahkan diri ini ada  dalam perendahan  harga diri seorang raja, dan kerena itulah dia telah memandang rendah suaminya karena merendahkan dirinya dihadapan rakyatnya.



Selanjutnya : Bagian AKHIR : EmpatPelajaran Penting  Bagi Kita

When God Rained on David’s Parade (2 Samuel 6:1-23) |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora







No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9