Bacalah terlebih dahulu bagian 1 di sini ,bagian 2 di sini dan bagian 3 di sini
Oleh : Bob Deffinbaugh, Th.M
Kesimpulan
Jika respon kita terhadap kebangkitan Kristus sedemikian signifikannya, apa yang mencegah seseorang --yang sepenuh hati percaya kepada kebangkitan-Nya-- dari keselamatan dimana kematian, penguburan, dan kebangkitannya dijanjikan untuk diberikan? Saya percaya ada beberapa alasan mengapa beberapa orang yang percaya kepada kebangkitan tidak selamat.
Pertama, kita gagal memahami kondisi diri kita yang sebenarnya terkait dengan kematian dan kebangkitan Kristus. Karena Yesus Kristus tidak bersalah, Anak Allah yang tanpa dosa, kematian-Nya adalah untuk kepentingan kita, dan bukan untuk dosa-dosa Yesus . Petrus menyatakannya seperti ini :
Oleh : Bob Deffinbaugh, Th.M
Kesimpulan
Jika respon kita terhadap kebangkitan Kristus sedemikian signifikannya, apa yang mencegah seseorang --yang sepenuh hati percaya kepada kebangkitan-Nya-- dari keselamatan dimana kematian, penguburan, dan kebangkitannya dijanjikan untuk diberikan? Saya percaya ada beberapa alasan mengapa beberapa orang yang percaya kepada kebangkitan tidak selamat.
Pertama, kita gagal memahami kondisi diri kita yang sebenarnya terkait dengan kematian dan kebangkitan Kristus. Karena Yesus Kristus tidak bersalah, Anak Allah yang tanpa dosa, kematian-Nya adalah untuk kepentingan kita, dan bukan untuk dosa-dosa Yesus . Petrus menyatakannya seperti ini :
1 Petrus 2:22-25
Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.
Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.
Jika Kristus tidak mati bagi dosa-dosa-Nya, tetapi untuk
dosa-dosa manusia, maka pertama-tama kita harus mengakui bahwa kita adalah
orang-orang berdosa, dan yang Dia bawa ke atas kayu salib adalah dosa-dosa
kita. Dalam sebuah cara yang sangat pribadi, dosa-dosaku yang menempatkan Yesus
di kayu salib.
Saya bahkan harus
mengatakannya lebih dari ini bahwa keberdosaanku sangat berhasrat untuk
terlibat dalam menolak Kristus dan menuntut eksekusi-Nya, seperti halnya yang telah dilakukan oleh orang banyak
sebagaimana yang tercatat didalam injil-injil. Keberdosaanku tidak hanya membuat Kristus perlu untuk mati—keberdosaanku
berkeinginan untuk turut serta dalam penyaliban Kristus. Sangatlah mudah untuk
mengutuk kumpulan orang banyak yang plin plan, dimana beberapa hari sebelumnya mengagung-agungkan
Yesus sebagai Raja, dan kemudian berteriak kepada Pilatus untuk
menyalibkan-Nya, dan meminta untuk membebaskan Barabas, seorang pembunuh,
sebagai gantinya. Saya telah turut serta
ada di sana, saya telah berteriak untuk
penyaliban Kristus.
Problem terbesar yang kita hadapi bukan menerima penyaliban Kristus, dan fakta bahwa “Dia hidup” saat ini. Problem terbesar yang kita hadapi sebagai orang-orang berdosa adalah pengakuan akan fakta bahwa kita saat ini mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa kita, dan telah kehilangan bagian dalam kematian, penguburan, dan kebangkitan-Nya secara kekal. Ini adalah kondisi kita yang telah mati tak berdaya dalam dosa-dosa kita yang membuat kebangkitan Kristus menjadi sebuah kebenaran vital yang dibutuhkan ( bandingkan Efesus 2:1-10).
Kedua, kita gagal untuk secara tepat memahami keagungan,kuasa, dan kekudusan yang mengagumkan dari Yesus yang telah bangkit sebagaimana Dia adanya saat ini,dan sebagaimana Dia akan terhadirkan ketika kita berdiri dihadapan-Nya. Tidak hanya kita cenderung untuk meminimalisasi keseriusan akan kondisi kita; kita juga gagal memahami keagungan, kesucian, dan kuasa dari Kristus dalam kondisi-Nya saat ini. Mari saya tantang anda, sahabatku, untuk membaca deskripsi Kristus yang telah bangkit, yang telah disampaikan oleh rasul Yohanes kepada kita dalam Kitab Wahyu. Jika hal ini tidak dapat menginspirasi sebuah kegentaran yang kudus akan murka Allah yang akan datang, maka tidak akan ada yang bisa.
Problem terbesar yang kita hadapi bukan menerima penyaliban Kristus, dan fakta bahwa “Dia hidup” saat ini. Problem terbesar yang kita hadapi sebagai orang-orang berdosa adalah pengakuan akan fakta bahwa kita saat ini mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa kita, dan telah kehilangan bagian dalam kematian, penguburan, dan kebangkitan-Nya secara kekal. Ini adalah kondisi kita yang telah mati tak berdaya dalam dosa-dosa kita yang membuat kebangkitan Kristus menjadi sebuah kebenaran vital yang dibutuhkan ( bandingkan Efesus 2:1-10).
Kedua, kita gagal untuk secara tepat memahami keagungan,kuasa, dan kekudusan yang mengagumkan dari Yesus yang telah bangkit sebagaimana Dia adanya saat ini,dan sebagaimana Dia akan terhadirkan ketika kita berdiri dihadapan-Nya. Tidak hanya kita cenderung untuk meminimalisasi keseriusan akan kondisi kita; kita juga gagal memahami keagungan, kesucian, dan kuasa dari Kristus dalam kondisi-Nya saat ini. Mari saya tantang anda, sahabatku, untuk membaca deskripsi Kristus yang telah bangkit, yang telah disampaikan oleh rasul Yohanes kepada kita dalam Kitab Wahyu. Jika hal ini tidak dapat menginspirasi sebuah kegentaran yang kudus akan murka Allah yang akan datang, maka tidak akan ada yang bisa.
Ketiga, kita gagal menerima
peristiwa kematian dan kebangkitan Kristus secara pribadi.
Ada begitu banyak orang-orang religius yang telah menerima kebangkitan Kristus sebagai benar secara
akademik, tetapi mereka tidak menerimanya
secara pribadi. Izinkan saya untuk
menyampaikan dua buah contoh biblikal dari mereka
yang menerima peristiwa kebangkitan
Kristus bagi dirinya secara pribadi.
Pada Kisah Para Rasul bab dua, kita mendapatkan bahwa gereja telah dibaptis oleh Roh Kudus pada hari Pentakosta. Manifestasi-menifestasi yang tidak biasa dari Roh menyebabkan adanya sebuah keramaian orang banyak yang besar di Yerusalem. Petrus menggunakan kesempatan ini untuk menjelaskan bahwa ini adalah manifestasi dari kuasa Roh Kudus yang merupakan sebuah bagian penggenapan nubuat Yoel. Nubuat ini berbicara mengenai kedatangan ‘Hari Tuhan’ ketika Tuhan akan menghakimi dosa-dosa umat-Nya. Petrus kemudian melanjutkan untuk memperlihatkan bahwa kuasa Roh telah dicurahkan pada orang-orang yang telah dipilih ini karena Dia telah bangkit dari kematian, sebuah fakta dimana kubur kosong dan nas-nas Perjanjian Lama telah memberikan kesaksian. Petrus secara berani telah memproklamasikan bahwa selagi mereka bertanggungjawab atas kematian Kristus, Tuhan bermaksud untuk menyelamatkan mereka oleh kematian-Nya,dan telah membatalkan perbuatan-perbuatan mereka dengan membangkitkan Anak-Nya dari kubur. Hal mendasar dari pesan Petrus adalah ini :
Kisah Para Rasul 2:36
Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."
Disini kita mendapatkan penjelasan dalam sebuah
ringkasan. Mereka telah bersalah menolak dan menyalibkan Kristus. Oleh
kebangkitan Kristus, Tuhan telah membatalkan
tindakan-tindakan mereka, dan telah membuktikan bahwa Anak-Nya adalah
Messias (penanggung orang berdosa yang telah dijanjikan dalam Perjanjian Lama)
dan Tuhan, Dia yang akan datang untuk
menghakimi, sebagaimana telah dinubuatkan oleh Yoel. Menerima hal ini secara pribadi, banyak dari mereka
yang ada dalam keramaian orang banyak (saat Roh turun pada Pentakosta) telah
mengakui dosa-dosa mereka dan mengaku iman kepada Kristus sebagai Juru selamat
mereka ( bandingkan dengan Kisah Para Rasul 2:37-41).
Saul yang kemudian dikenal sebagai Paulus, juga mengalami
perjumpaan pribadi dengan Kristus yang telah bangkit, sebagaimana dicatat
beberapa kali dalam Kisah Para Rasul
(bandingkan dengan bab 9, 22, dan 26). Ketika Paulus dicegat oleh Kristus dalam perjalanannya menuju
Damaskus, dia telah mengakui Kristus
sebagai Tuhan,dan dia telah melihat
keburukan dosa-dosanya sendiri, sekalipun mereka religius dan terpuji dalam
pandangan manusia (bandingkan dengan Filipi bab 3). Hal itu terjadi kala Saul
melihat keberdosaannya sendiri dan keagungan Kristus dan kuasa yang telah
mengubahnya.
Kebangkitan Yesus
Kristus adalah salah satu peristiwa yang paling signifikan dalam sejarah. Saya
berdoa agar anda, seperti halnya mereka yang ada di Yerusalem pada saat Pentakosta (Kisah Para Rasul 2) dan seperti
Saul (Kisah Para Rasul 9), akan mengenali keseriusan akan kondisi keberdosaannu,
kekudusan dan keajaiban Tuhan, dan akan meletakan percaya kepada DIa sebagai Juru selamatmu dan
Tuhan. Saya mendorongmu untuk mempercayakan dirimu kepada Dia, dalam kematian,
penguburan, dan kebangkitan-Nya, tak hanya dalam sebuah cara yang intelektual dan akademik, tetapi dalam
sebuah cara yang sangat personal, sebagai
satu-satunya ketentuan dari Tuhan untuk
keselamatanmu.
SELESAI
The Significance of the Resurrection | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
The Significance of the Resurrection | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment