Sudah ada begitu banyak
temuan di Turki belakangan ini terkait sebuah “Alkitab” yang diyakini ditulis dalam bahasa
Aram, 1500 tahun lampau. Media muslim, demikian juga berbagai kanal media
barat, dengan cepat menerkam berita ini, mengklaim Alkitab ini berisikan
ayat-ayat yang dikaitkan dengan Yesus
Kristus, dimana Kristus memprediksikan kedatangan Muhammad. Tidak ada kanal
media yang telah mempublikasikan sebuah faksimili yang bersikan ayat-ayat ini.
“Alkitab” ini ditulis pada media kulit dengan huruf-huruf emas. Gambar ini adalah sampul depan yang memperlihatkan inskripsi-inskripsi dalam bahasa Aramik dan gambar sebuah salib.
“Alkitab” ini ditulis pada media kulit dengan huruf-huruf emas. Gambar ini adalah sampul depan yang memperlihatkan inskripsi-inskripsi dalam bahasa Aramik dan gambar sebuah salib.
Bagi siapapun penutur asli bahasa Assyria modern (juga dikenal neo Aramik), dan bahasa inilah yang menjadi bahasa umum Assyria saat ini, inskripsi ini dengan mudah dapat dibaca. Pada bagian paling bawah dari inskripsi tersebut, bagian yang paling jelas terlihat dari foto-foto yang dipublikasikan, berbunyi sebagai berikut:
Transliterasi: b-shimmit maran paish kteewa aha ktawa al idateh d-rabbaneh d-dera illaya b-ninweh b'sheeta d-alpa w-khamshamma d-maran
Terjemahan: Dalam nama Tuhan Kita, buku ini dituliskan pada tangan-tangan para rahib dari biara tinggi Niniweh, pada tahun ke 1.500 dalam tahun Tuhan kita.
Niniweh merupakan ibu kota kuno Assyria dan terletak di utara Irak masa kini, dekat Mosul.
View Larger Map
Ada kesalahan-kesalahan ejaan yang dapat segera diketahui
Kata pertama,b’shimmit maran (dalam nama Tuhan kita), dieja secara keliru dengan sebuah ‘t’ yang semestinya sebuah ‘d’. Dalam bahasa Assyria ‘d’ adalah genitif , dan ‘d’ memprefikskan kata yang mengikutinya. Kata itu seharusnya dibaca b-shimma d-maran, bukan b-shimmit maran (perhatikan, kata terakhir dari kalimat tersebut dieja secara tepat d-maran (dari Tuhan kita”))
Kata pertama juga mengandung kesalahan pengejaan. Ejaan yang tepat untuk “nama” dalam bahasa Assyrian adalah ashma, dengan ‘a’ pada awal tidak dibunyikan. Oleh karena itu, ketika diejakan dengan tepat,”dalam nama Tuhan kita” semestinya ditulis sebagai b-ashma d-maran.
Kata idateh salah dalam pengejaannya, kata itu semestinya diakhiri dengan sebuah ‘a’, idata. Juga frasa al idateh ( pada tangan-tangan) tidak benar, frasa itu semestinya dibaca b-idata (oleh tangan-tangan).
Kalimat pada bagian paling bawah menggunakan kata ktawa (buku) untuk merujuk pada buku tersebut, tetapi dalam bahasa Assyria Alkitab tidak pernah dirujuk sebagai sebuah “buku”. Orang mengatakannya awreta (Perjanjian Lama), khdatta (Perjanjian Baru), atau ktwa qaddeesha ( buku suci). Berdasarkan hal ini, karena tidak ada satupun yang pernah melihat bagian dalam “Alkitab” ini, kita tidak dapat memastikan jika ini adalah sebuah alkitab pada faktanya.
Paling penting, Alkitab ini dituliskan dalam bahasa Assyria Moderen, yang telah distandardisasi pada tahun 1840an. Alkitab pertama dalam bahasa Assyria Moderen diproduksi tahun 1848. Jika buku ini dituliskan pada tahun 1.500 M maka buku ini semestinya dituliskan dalam bahasa Assyria Klasik.
Sangat tidak mungkin bagi para rahib untuk membuat kesalahan-kesalahan pada hal yang mendasar. Buku ini tetap dilihat sebagai sebuah buku palsu atau bahkan jenis buku apakah ini.
Inskripsi pada bagian paling bawah juga berbunyi bahwa buku ini dituliskan pada tahun 1.500M. Jika buku ini memang mengandung ayat-ayat yang memprediksikan kedatangan Muhammad,maka ini bukanlah sebuah pencapaian yang hebat untuk memprediksikan sesuatu 870 tahun setelah fakta, karena Muhammad mendirikan Islam pada 630 M.
Hampir semua kanal media, baik media Muslim dan Kristen, menuliskan kisah ini dengan judul-judul yang yang menyuarakan “Alkitab berusia 1.500 Tahun memprediksikan kedatangan Muhammad”--tanpa bukti sedikitpun.
Bagi pihak Muslim, implikasi-implikasi dari judul-judul utama semacam
ini adalah sebuah hal yang diinginkan,
bahwa Yesus Kristus adalah seorang Nabi, seperti halnya Muhammad, dan bukan
Anak Allah. Menurut pemberitaan media Al
Bawaba, menteri pariwisata dan kebudayaan Turki, Ertugrul Gunay, bertutur ” sejalan dengan
keyakinan Islami, Injil (Alkitab ini) memperlakukan Yesus sebagai manusia biasa
dan bukan seorang Tuhan. Alkitab ini menolak ide-ide Tritunggal Kudus dan
Penyaliban dan mengungkapkan bahwa Yesus telah memprediksi kedatangan Nabi
Muhammad.”
Mengomentari pada kesalahan-kesalahan dalam Buku itu, media Al Bawaba menyatakan dalam artikel lainnya:
Sebagai contoh, buku ini mengatakan bahwa ada 9 langit dan langit ke 10 adalah firdaus sementara dalam Quran hanya ada 7 langit saja dan mengklaim bahwa Perawan Maria telah melahirkan Yesus tanpa sedikitpun rasa sakit semenatar kisah Quran mengatakan bahwa Maria melahirkan dengan rasa sakit.
Mengomentari pada kesalahan-kesalahan dalam Buku itu, media Al Bawaba menyatakan dalam artikel lainnya:
Sebagai contoh, buku ini mengatakan bahwa ada 9 langit dan langit ke 10 adalah firdaus sementara dalam Quran hanya ada 7 langit saja dan mengklaim bahwa Perawan Maria telah melahirkan Yesus tanpa sedikitpun rasa sakit semenatar kisah Quran mengatakan bahwa Maria melahirkan dengan rasa sakit.
Menurut injil ini, Yesus
berkata kepada imam-imam Yahudi bahwa dia bukan Mesias dan bahwa Mesias itu adalah Muhammad. Ini berarti sebuah
penyangkalan eksistensi Mesias, yang
faktanya adalah Yesus Kristus, dan membuat Yesus dan Muhammad terlihat
seperti mereka adalah satu orang dan
orang yang sama.
Buku ini juga mengandung informasi
yang lemah dalam kredibilitas historis seperti kehadiran 3 pasukan,
masing-masing terdiri dari 200.000 serdadu, sementara di Palestina keseluruhan populasi 2.000 tahun lampau bahkan tidak mencapai 200.000. Sebagai
tambahan, Palestian kala itu dijajah oleh
bangsa Roma dan mustahil bahwa Palestina diperbolehkan untuk memiliki
pasukan apapun atau pasukan-pasukannya sendiri.
Kalimat terakhir pda bab 217 berkata bahwa 100 pon (pound) batu-batu telah ditempatkan diatas tubuh Kristus. Ini mengkonfirmasii bahwa injil ini dituliskan dalam waktu belakangan ini karena pertama untuk penggunaan pon (pound) sebagai satuan unit berat berasal dari Ottoman dalam eksperimen-eksperimen mereka dengan Italia dan Spanyol dan satuan pon tidak pernah dikenal selama era Yesus.
Kalimat terakhir pda bab 217 berkata bahwa 100 pon (pound) batu-batu telah ditempatkan diatas tubuh Kristus. Ini mengkonfirmasii bahwa injil ini dituliskan dalam waktu belakangan ini karena pertama untuk penggunaan pon (pound) sebagai satuan unit berat berasal dari Ottoman dalam eksperimen-eksperimen mereka dengan Italia dan Spanyol dan satuan pon tidak pernah dikenal selama era Yesus.
Bab 20 juga menyatakan bahwa kota-kota
Yerusalem dan Nazaret adalah kota-kota Pelabuhan.
YERUSALEM
View Larger Map
NAZARETH
View Larger Map
Artikel ini juga diakhiri dengan
“Menurut banyak studi, injil ini dikaitkan dengan St.Barnabas yang ditulis oleh
seorang Yahudi Eropa pada abad
pertengahan yang sangat mengenal Quran dan Injil-Injil. Dia lantas memadukan
fakta-fakta dari Quran dan Injil-Injil
dan maksud-maksudnya hingga kini tetap
tidak diketahui.”
Tetapi walaupun demikian ketersedian informasi atas “Alkitab” ini, hampir semua kanal media,
Muslim, Liberal dan organisasi-organisasi sekular telah menggambarkan temuan ini sebagai sesuatu yang
membahayakan Kekristenan, mengabaikan banyak problem dalam buku ini dan
menyajikannya sebagai fakta yang benar. Faktanya, dalam semangat mereka untuk
mendukung narasi anti Kristen, mereka telah menahan atau menyembunyikan
informasi yang mempertanyakan keotentikan buku tersebut. Bagi organisasi-organisasi
ini dan individu-individu, merupakan alat lainnya dalam arsenal mereka untuk
menyerang fondasi-fondasi doktrin Kristen.
Assyrian International News Agency -Peter BetBasoo Ashur
Giwargis | Martin Simamora
No comments:
Post a Comment