Untuk dapat memahami bagian akhir ini secara lebih baik, bacalah terlebih dahulu bagian 1di sini
Oleh : Bob Deffinbaugh, Th.M
Pelaku Kejahatan Sebenarnya Disingkapkan
(Roma 7:13-25)
Jika Hukum bukan penjahat sesungguhnya dari kisah ini, lalu apa? Pada ayat 13-25, Paulus sedang mengejar pelaku kejahatan sebenarnya dan menyingkapkannya. Dalam proses untuk menempatkan tanggung jawab atas tindakan jahat pada tempatnya, Paulus juga melanjutkan untuk mempertahankan Hukum sebagai yang kudus dan baik. Ayat 13 membangkitkan sejumlah pertanyaan dasar dalam bentuk yang sedikit berbeda. "Jika demikian, adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku?”Esensi pertanyaan ini adalah: Baiklah, jadi Hukum secara instrinsik bukanlah hal jahat. Namun demikian Hukum bertanggungjawab pada kematian, begitu kan? Rangkuman jawaban Paulus : bahwa pemanfaat Hukum oleh dosa adalah sungguh-sungguh dan benar-benar baik untuk lebih menunjukan kematian merupakan bukti kejahatan dosa yang semakin kuat.
Ketika saya mengajar sekolah di sebuah
penjara negara Washington, saya bertemu dengan seorang tahanan yang
mengatakan kepada saya bahwa dia yakin bahwa mempelajari psikologi akan
memberikan manfaat baginya, bahkan dalam
tindak kejahatan. Faktanya anak muda ini mempersiapkan dirinya untuk merancang sebuah layanan konsultasi
dalam hal kejahatan. Dia mempelajari semua
hal semaksimalnya selama berada didalam penjara sehingga dia dapat
membangun sebuah bisnis yang dapat mendisain perampokan-perampokan bank dan hal yang disukai pelaku kejahatan yang tidak terlalu mahir. Dan
untuk jasa-jasanya, dia tentu saja akan
mengenakan biaya. Kita tentu sekarang
tidak akan berkata bahwa pendidikan adalah pelaku kejahatan sesungguhnya,
tetapi sebaliknya bahwa orang ini menyalahgunakan apa yang pada dasarnya baik,
yang menunjukan kepadanya apa yang
menjadi bandit sesungguhnya.
Energi Atom
pada dasarnya baik, dan dapat digunakan untuk meyelamatkan banyak jiwa manusia
dan memiliki banyak sekali manfaat.
Tetapi ketika energi Atom
disalahgunakan untuk menghancurkan kehidupan dengan cara lebih cepat dan
efektif daripada yang pernah diimpikan, hal ini memberitahukan kepada kita
kebobrokan yang ada didalam diri manusia, bukan mengenai apapun yang jahat dari
energi atom. Seks itu kudus dan baik dalam
hal tujuan-tujuan untuk apa seks
diciptakan oleh Tuhan. Manusia telah menyalahgunakan dan telah menyimpangkanya, dan hal ini
menyingkapkan kepada kita kejahatan manusia.
Sehingga Hukum itu kudus, benar dan baik, dan
penyalahgunaanya hanya membuktikan
kejahatan dosa yang begitu hebatnya.
Ketika kita mempercakapkan hal pengudusan, atau kerja kebenaran Tuhan didalam kehidupan Kristen, akar masalah bukan Hukum itu sendiri, tetapi hal yang membuat Hukum itu lemah, daging kita. Problem pengudusan kita tidak ditemukan dalam Hukum, tetapi didalam diri manusia itu sendiri. Ayat 13-25 menyingkapkannya bagi kita (1) Kondisi orang Kristen (2)Konflik didalam diri orang Kristen; dan (3)kesimpulan-kesimpulan argumentasi Paulus. Mari kita lihat hal-hal ini secara lebih dekat.
Kondisi Orang Kristen[ Tiga macam analisa pada bagian ini diadaptasi dari sebuah eksposisi yang sangat baik dari Roma 5-8 oleh John R. W. Stott, Men Made New (Downers Grove: InterVarsity Press, 1966), hal. 75-76.] Problem orang Kristen adalah: didalam dirinya dia memiliki dua natur, masing-masing menarik dirinya dalam arah yang berbeda. Natur dosa, Paulus menyebutnya ‘manusia lama’ (Roma 6:6) atau ‘daging’ (Roma 7:14,18). Natur ini sangat bertentangan dengan manusia baru, ciptaan baru didalam Kristus ( 2Korintus 5:17), dan Roh Tuhan (Galatia 5:17). Walaupun ‘diri yang lama’ secara kedudukannya telah dimatikan didalam Kristus, pada prakteknya ‘diri yang lama’ ini masih sangat hidup dan sehat keadaannya didalam diri orang kudus, mendesaknya untuk melanjutkan dosa. Orang Kristen normal mengalami secara progresif pengesampingan karakteristik-karakteristik ‘dirinya yang lama’ dan mengenakan kualitas-kualitas manusia baru didalam Kristus (Kolose 3:10 dan seterusnya). Tantangan dari surat-surat Perjanjian Baru adalah untuk menjadi siapakah kita sekarang ini, dan untuk menyingkirkan siapakah kita dahulu.
Ketika kita mempercakapkan hal pengudusan, atau kerja kebenaran Tuhan didalam kehidupan Kristen, akar masalah bukan Hukum itu sendiri, tetapi hal yang membuat Hukum itu lemah, daging kita. Problem pengudusan kita tidak ditemukan dalam Hukum, tetapi didalam diri manusia itu sendiri. Ayat 13-25 menyingkapkannya bagi kita (1) Kondisi orang Kristen (2)Konflik didalam diri orang Kristen; dan (3)kesimpulan-kesimpulan argumentasi Paulus. Mari kita lihat hal-hal ini secara lebih dekat.
Kondisi Orang Kristen[ Tiga macam analisa pada bagian ini diadaptasi dari sebuah eksposisi yang sangat baik dari Roma 5-8 oleh John R. W. Stott, Men Made New (Downers Grove: InterVarsity Press, 1966), hal. 75-76.] Problem orang Kristen adalah: didalam dirinya dia memiliki dua natur, masing-masing menarik dirinya dalam arah yang berbeda. Natur dosa, Paulus menyebutnya ‘manusia lama’ (Roma 6:6) atau ‘daging’ (Roma 7:14,18). Natur ini sangat bertentangan dengan manusia baru, ciptaan baru didalam Kristus ( 2Korintus 5:17), dan Roh Tuhan (Galatia 5:17). Walaupun ‘diri yang lama’ secara kedudukannya telah dimatikan didalam Kristus, pada prakteknya ‘diri yang lama’ ini masih sangat hidup dan sehat keadaannya didalam diri orang kudus, mendesaknya untuk melanjutkan dosa. Orang Kristen normal mengalami secara progresif pengesampingan karakteristik-karakteristik ‘dirinya yang lama’ dan mengenakan kualitas-kualitas manusia baru didalam Kristus (Kolose 3:10 dan seterusnya). Tantangan dari surat-surat Perjanjian Baru adalah untuk menjadi siapakah kita sekarang ini, dan untuk menyingkirkan siapakah kita dahulu.
Konflik Orang Kristen. Akibat dilema orang Kristen adalah: bahwa dia
mendapatkan dirinya tersiksa dalam arah-arah yang saling berlawanan. Untuk
setiap keputusan ada dua pilihan yang saling berlawanan, dua hasrat. Orang
Kristen adalah sebuah medan perang maya dimana dua kekuatan yang saling berlawanan
yang menuntut sebuah perjuangan hidup
dan mati. Manusia rohani atau ciptaan baru berhasrat untuk melayani Tuhan,
tetapi mendapatkan dirinya difrustrasikan oleh fakta bahwa daging,manusia lama,
masih mendominasi dan diresapi oleh
dosa. Apa yang dia hasratkan untuk dilakukan, dia tidak dapat melakukannya. Apa
yang Paulus pandang tak layak sebagai orang Kristen, dia
lakukan juga.
Banyak yang berupaya untuk menghindari hal yang sangat nyata ini dengan bersikukuh bahwa ayat-ayat ini yang menggambarkan konflik besar yang terjadi didalam rasul Paulus menggambarkan sebuah perjuangan didalam diri rasul tersebut sebelum pertobatannya. Mari saya sebutkan beberapa fakta yang tidak memberikan ruang sama sekali untuk pandangan seperti itu.
(1)Konteksnya adalah orang yang dikuduskan bukan keselamatan. Apa tujuan dari sebuah penjelasan perjuangan-perjuangan Paulus sebelum pertobatannya dapat berperan dalam konteks hidup diluar kebenaran sebagai seorang Kristen? Konteks ini menuntut bahwa perjuangan Paulus menjadi orang-orang kudus, berupaya untuk menjalani kehidupan yang takut akan Tuhan.
(2) Ada sebuah konflik. Konflik dan penderitaan atas tindakan melakukan dosa bukan hal yang dialami oleh orang-orang yang tidak percaya-bukan Kristen. Paulus setuju dengan Hukum, dia berhasrat untuk melakukan apa yang baik dan berkenan pada Tuhan. Ini bukanlah hasrat yang dimiliki oleh orang yang tidak percaya. Paulus membenci kejahatan yang dia lakukan. Dapatkah hal ini (konflik semacam ini) menjadi hal yang terjadi pada mereka yang tidak diselamatkan? Satu-satunya penjelasan yang masuk akal untuk perjuangan ini adalah bahwa Paulus telah berjuang sebagai seorang Kristen.
(3) Perubahan dalam kalimat mendukung perjuangan Paulus sebagai seorang Kristen. Ketika Paulus telah mengatakan cara kedatangan Hukum yang membangkitkan dosa seperti sebuah raksasa yang sedang tidur dalam ayat 7-11, dalam kalimat-kalimat ini , kata kerjanya berbentuk masa lampau. Tetapi didalam penggambaran perjuangannya melawan dosa, semua kalimatnya berbentuk sekarang “…bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging …” (the Law is spiritual, but I am of the flesh) Roma 7:14. Satu-satunya alasan untuk sebuah perubahan dalam kalimat adalah untuk membuatnya gamblang bahwa Paulus kini sedang berbicara tentang perjungannya dalam hal pengudusan.
(4) Pengalaman kita sebagai seorang Kristen bertalian dengan pengalaman Paulus. Saya tidak mengenal seorang Kristen yang tidak menemukan identifikasi yang nyata dengan rasul Paulus dalam perjuangan yang dia gambarkan. Pengalaman kita sebagai orang Kristen adalah berupaya untuk hidup secara saleh, kita hidup sangat persis dengan apa yang Paulus gambarkan dalam ayat-ayat ini.
Ada dua kesimpulan utama yang Paulus ungkapkan pada Roma 7
(1)Hukum itu kudus, benar, dan baik. Hukum itu baik karena Hukum itu menyingkapkan kebenaran Tuhan dan keberdosaan manusia. Hukum itu mendorong kita kepada Kristus. Hukum itu juga baik, karena akun dalam manusia rohaniku setuju dengan Hukum itu dan ingin mematuhinya.
(2)Hukum itu tidak pernah dapat menguduskan orang Kristen karena kelemahan daging. Hukum itu tidak dapat dan tidak melakukan penaklukan atas natur keberdosaan kita; Hukum itu menstimulasi natur keberdosaan kita. Satu-satunya obat bagi daging adalah kematian, dan kematian ini telah dilakukan di kayu salib. Kuasa untuk menjalani kehidupan Kristen tidak ditemukan didalam diri sendiri, tetapi didalam Roh Kudus yang berasal dari Tuhan. Inilah yang menjadi berita Roma 8.
Banyak yang berupaya untuk menghindari hal yang sangat nyata ini dengan bersikukuh bahwa ayat-ayat ini yang menggambarkan konflik besar yang terjadi didalam rasul Paulus menggambarkan sebuah perjuangan didalam diri rasul tersebut sebelum pertobatannya. Mari saya sebutkan beberapa fakta yang tidak memberikan ruang sama sekali untuk pandangan seperti itu.
(1)Konteksnya adalah orang yang dikuduskan bukan keselamatan. Apa tujuan dari sebuah penjelasan perjuangan-perjuangan Paulus sebelum pertobatannya dapat berperan dalam konteks hidup diluar kebenaran sebagai seorang Kristen? Konteks ini menuntut bahwa perjuangan Paulus menjadi orang-orang kudus, berupaya untuk menjalani kehidupan yang takut akan Tuhan.
(2) Ada sebuah konflik. Konflik dan penderitaan atas tindakan melakukan dosa bukan hal yang dialami oleh orang-orang yang tidak percaya-bukan Kristen. Paulus setuju dengan Hukum, dia berhasrat untuk melakukan apa yang baik dan berkenan pada Tuhan. Ini bukanlah hasrat yang dimiliki oleh orang yang tidak percaya. Paulus membenci kejahatan yang dia lakukan. Dapatkah hal ini (konflik semacam ini) menjadi hal yang terjadi pada mereka yang tidak diselamatkan? Satu-satunya penjelasan yang masuk akal untuk perjuangan ini adalah bahwa Paulus telah berjuang sebagai seorang Kristen.
(3) Perubahan dalam kalimat mendukung perjuangan Paulus sebagai seorang Kristen. Ketika Paulus telah mengatakan cara kedatangan Hukum yang membangkitkan dosa seperti sebuah raksasa yang sedang tidur dalam ayat 7-11, dalam kalimat-kalimat ini , kata kerjanya berbentuk masa lampau. Tetapi didalam penggambaran perjuangannya melawan dosa, semua kalimatnya berbentuk sekarang “…bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging …” (the Law is spiritual, but I am of the flesh) Roma 7:14. Satu-satunya alasan untuk sebuah perubahan dalam kalimat adalah untuk membuatnya gamblang bahwa Paulus kini sedang berbicara tentang perjungannya dalam hal pengudusan.
(4) Pengalaman kita sebagai seorang Kristen bertalian dengan pengalaman Paulus. Saya tidak mengenal seorang Kristen yang tidak menemukan identifikasi yang nyata dengan rasul Paulus dalam perjuangan yang dia gambarkan. Pengalaman kita sebagai orang Kristen adalah berupaya untuk hidup secara saleh, kita hidup sangat persis dengan apa yang Paulus gambarkan dalam ayat-ayat ini.
Beberapa
orang berupaya mengajukan penjelasan lain untuk menghindarkan penerimaan bahwa
Paulus sebagai seorang Kristen yang telah dewasa dapat mengalami perjuangan
rohani semacam ini melawan dosa. Mereka mengakui bahwa Paulus adalah seorang
Kristen disini, tetapi seorang Kristen duniawi. Paulus disini adalah dirinya
pada awal-awal sebagai seorang Kristen. Mereka akan mengatakan bahwa setiap
orang Kristen harus melalui Roma 7 agar
mencapai kemenangan pada Roma 8. Saya
dapat menyetujui bahwa sebelum kemenangan
ada perjuangan, tetapi saya harus
selalu katakan bahwa perjuangan semacam
ini tidak akan pernah berakhir dalam kehidupan ini, dan bahwa
kemenangan-kemenangan (atas pergumulan ini-red) yang telah dimenangkan masih jauh dari pasti atau selesai. Saya dapat bersepakat dengan Stott ketika dia
menyatakan :
…Ini adalah konflik seorang manusia Kristen, yang mengenal kehendak Tuhan, mengasihi kehendak Tuhan, menginginkannya, mendambakannya, tetapi yang mendapatkan bahwa tetap tidak dapat dilakukan oleh dirinya sendiri. Keseluruhan dirinya (pikirannya dan kehendaknya) diarahkan pada kehendak Tuhan dan Hukum Tuhan. Dia rindu untuk melakukan yang baik. Dia membenci perbuatan jahat—dia membencinya dengan kebencian yang kudus. Dan jika dia melakukan dosa, perbuatan itu berlawanan dengan pikirannya, kehendaknya, kesetujuannya; perbuatan dosa itu melawan seluruh tujuan hidupnya. Disinilah terletak konflik orang Kristen.
Sahabatku, anda dan saya tidak akan pernah keluar dari Roma 7 dalam kehidupan ini. Berharap penuh, manusia lama akan secara progresif ditaklukan, tetapi manusia lama tidak akan dilenyapkan hingga kita meninggalkan tabernakel duniawi ini. Saya menduga hampir semua kita telah mengetahui hal semacam ini terjadi pada diri kita sendiri, dan masih berlangsung. Itu sebabnya mengapa Paulus menyimpulkan dengan sebuah kata kemenangan, dikombinasikan dengan sebuah deskripsi perjuangan yang terus menerus dalam ayat 25:” Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.”
Janji pada Roma 8:1 bukan mengatakan bahwa tidak ada lagi dosa, tetapi tidak ada lagi penghukuman. Tidak akan ada hal yang menggembirakan daripada lenyapnya dosa sama sekali dalam hidup ini, tetapi tidak ada orang yang lebih diyakinkan bahwa hal semacam itu tidak terjadi, dan menurut firman Tuhan, hal semacam ini tidak akan terjadi. Tidak ada penghukuman, itulah sebuah janji yang dapat kita bawa dalam hidup ini!
…Ini adalah konflik seorang manusia Kristen, yang mengenal kehendak Tuhan, mengasihi kehendak Tuhan, menginginkannya, mendambakannya, tetapi yang mendapatkan bahwa tetap tidak dapat dilakukan oleh dirinya sendiri. Keseluruhan dirinya (pikirannya dan kehendaknya) diarahkan pada kehendak Tuhan dan Hukum Tuhan. Dia rindu untuk melakukan yang baik. Dia membenci perbuatan jahat—dia membencinya dengan kebencian yang kudus. Dan jika dia melakukan dosa, perbuatan itu berlawanan dengan pikirannya, kehendaknya, kesetujuannya; perbuatan dosa itu melawan seluruh tujuan hidupnya. Disinilah terletak konflik orang Kristen.
Sahabatku, anda dan saya tidak akan pernah keluar dari Roma 7 dalam kehidupan ini. Berharap penuh, manusia lama akan secara progresif ditaklukan, tetapi manusia lama tidak akan dilenyapkan hingga kita meninggalkan tabernakel duniawi ini. Saya menduga hampir semua kita telah mengetahui hal semacam ini terjadi pada diri kita sendiri, dan masih berlangsung. Itu sebabnya mengapa Paulus menyimpulkan dengan sebuah kata kemenangan, dikombinasikan dengan sebuah deskripsi perjuangan yang terus menerus dalam ayat 25:” Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.”
Janji pada Roma 8:1 bukan mengatakan bahwa tidak ada lagi dosa, tetapi tidak ada lagi penghukuman. Tidak akan ada hal yang menggembirakan daripada lenyapnya dosa sama sekali dalam hidup ini, tetapi tidak ada orang yang lebih diyakinkan bahwa hal semacam itu tidak terjadi, dan menurut firman Tuhan, hal semacam ini tidak akan terjadi. Tidak ada penghukuman, itulah sebuah janji yang dapat kita bawa dalam hidup ini!
Kesimpulan-Kesimpulan
Ada dua kesimpulan utama yang Paulus ungkapkan pada Roma 7
(1)Hukum itu kudus, benar, dan baik. Hukum itu baik karena Hukum itu menyingkapkan kebenaran Tuhan dan keberdosaan manusia. Hukum itu mendorong kita kepada Kristus. Hukum itu juga baik, karena akun dalam manusia rohaniku setuju dengan Hukum itu dan ingin mematuhinya.
(2)Hukum itu tidak pernah dapat menguduskan orang Kristen karena kelemahan daging. Hukum itu tidak dapat dan tidak melakukan penaklukan atas natur keberdosaan kita; Hukum itu menstimulasi natur keberdosaan kita. Satu-satunya obat bagi daging adalah kematian, dan kematian ini telah dilakukan di kayu salib. Kuasa untuk menjalani kehidupan Kristen tidak ditemukan didalam diri sendiri, tetapi didalam Roh Kudus yang berasal dari Tuhan. Inilah yang menjadi berita Roma 8.
Aplikasi
(1) Kita Harus memiliki pemahaman bahwa pengudusan, seperti halnya pembenaran, adalah pekerjaan Tuhan. Kebutuhan terbesar orang berdosa adalah menyadari kerusakannya yang telak dan fakta bahwa dia terhilang tanpa pengharapan. Pembenaran adalah pekerjaan Tuhan untuk kepentingan manusia, yang telah diterima dengan iman, tanpa upaya-upaya apapun. Kebutuhan terbesar orang kudus adlaah bahwa dia sepenuhnya tidak berdaya menjalani kehidupan yang menyenangkan Tuhan dalam kekuatan daging. Dia kemudian harus menyadari bahwa didalam Kristus, dia telah mati dan telah dibangkitkan kepada hidup yang baru, dan bahwa Tuhan membuat hal ini mungkin melalui karya Roh Kudus.
(1) Kita Harus memiliki pemahaman bahwa pengudusan, seperti halnya pembenaran, adalah pekerjaan Tuhan. Kebutuhan terbesar orang berdosa adalah menyadari kerusakannya yang telak dan fakta bahwa dia terhilang tanpa pengharapan. Pembenaran adalah pekerjaan Tuhan untuk kepentingan manusia, yang telah diterima dengan iman, tanpa upaya-upaya apapun. Kebutuhan terbesar orang kudus adlaah bahwa dia sepenuhnya tidak berdaya menjalani kehidupan yang menyenangkan Tuhan dalam kekuatan daging. Dia kemudian harus menyadari bahwa didalam Kristus, dia telah mati dan telah dibangkitkan kepada hidup yang baru, dan bahwa Tuhan membuat hal ini mungkin melalui karya Roh Kudus.
(2)Kita harus menyadari bahwa jalan menuju kuasa
rohani adalah melalui ketidakberdayaan diri. Sebagaimana dikatakan Stott, masalah besar manusia
adalah memiliki pandangan yang begitu tinggi akan dirinya sendiri. Dan walaupun
demikian, begitu banyak orang pada hari ini yang tertarik kepada orang-orang
Kristen yang menjalani kehidupan Kristen
dengan kekuatannya sendiri. Penekanan di hampir semua kebangunan rohani, dan
hampir semua permohonan-permohonan yang
dicanangkan ulang adalah penekanan pada diri sendiri. Pengudusan dihadirkan sebagai hasil yang pasti mengikuti
sejumlah langkah sederhana. Itu bukan, dalam perkiraanku, pengajaran yang
berasal dari Firman Tuhan. Kehidupan Kristen adalah sebuah kehidupan perjuangan
yang terus menerus, akan kemenangan-kemenangan dan kekalahan-kekalahan, dan
kemenangan Kristen hanya dating ketikan kita secara total tidak mengandalkan/mempercayai
diri sendiri, dan bergantung pada
pemeliharaan Tuhan. Betapa seringnya kita
melempar kerja pintu depan pembenaran, dan mengundang mereka di pintu
belakang pengudusan.
(3)Kita harus mendapatkan dari Roma
7 sebuah pemahaman biblikal atas Hukum
ini. Hukum itu tidak jahat, tetapi baik. Hukum itu
memiliki sejumlah fungsi-fungsi. Hukum itu tidak pernah diberikan untuk
menyelamatkan atau untuk menguduskan, tetapi sebaliknya diberikan untuk
menyingkapkan dosa kita dan untuk menuntun kita kepada Kristus. Hal ini masih berlaku hingga hari ini dan sebuah
standard kebenaran sebagaimana Hukum itu
pada era Perjanjian Lama. Hukum itu menyingkapkan kepada kita kebenaran dan
kekudusan Tuhan (Ibrani 12:18, 29;
Ulangan 28:58). Pada Perjanjian Baru,
baik motif untuk menjalankan Hukum, dan metoda untuk menjalankannya
sudah sangat berubah. Motif untuk menjalankan Hukum itu bukan agar diselamatkan
dan dikuduskan, tetapi agar dapat mendatangkan hormat dan mulia kepada Tuhan
yang kita layani. Metoda untuk menjalankan Hukum itu tidak berasal dari
upaya-upaya diri manusia, tetapi kemampuan
itu disediakan oleh kuasa Roh Kudus.
Merdeka dari Hukum sebagai tuan tidak
berarti Hukum itu jahat; hal ini pada dasarnya bermakna bahwa Hukum tidak
berdaya karena kelemahan daging. Hukum itu mendorong kita kepada Kristus, dan
Kristus membebaskan kita dari dosa.
Selesai
Sanctification-Humanly
Impossible! (Roma 7) | diterjemahkan dan diedit oleh :Martin Simamora
No comments:
Post a Comment