Pengantar
Mo, salah satu penghuni sebuah penjara berpengaman maksimum
dimana saya menyelenggarakan sebuah seminar, adalah seorang rekan yang sangat
penting. Walau Mo sama sekali tidak memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai
seorang pegulat Sumo, dia nyaris
saja memiliki wibawa yang besar untuk menjadi
pesumo. Untuk sosok seukuran dan sekuat dia, pada dasarnya dia telah kehilangan
semua gigi bagian depannya. Ketika Mo secara sukarela menyajikan musik khusus
untuk seminar ini, sahabatku Dick Plowman, seorang mantan jemaat kami dan rekan pelayanan penjara, memperkenalkan Mo
kepada hadirin: “Sekarang mari kita saksikan, lagu nomor berapa yang akan Mo
nyanyikan bagi kita? Baik! Lagu manapun
yang dia inginkan!”
Mo adalah sosok pria
besar dan kuat, seorang pria yang hampir semua penghuni penjara tidak ingin untuk menantang atau menyerangnya.
Karena kekuatannya, dia dapat melakukan apapun
yang dia inginkan dalam batas-batas sistem penjara. Kuasa dan kekuatan fisik yang kuat dari
seorang pria yang jahat memang sebuah kenyataan yang menakutkan. Kuasa
seorang yang baik membuat nyaman. Tetapi
hal-hal lain yang dimiliki seseorang
menentukan bagaimana kuasanya dipandang.
Sebaiknya anda membaca
bagian-bagian ini terlebih dahulu :
Kuasa Tuhan (1) :"Masakan kuasa TUHAN akan kurang untuk melakukan itu?”
Kuasa Tuhan (1) :"Masakan kuasa TUHAN akan kurang untuk melakukan itu?”
Kuasa
Tuhan (2) :"Kuasa
Tuhan dalam Kitab Keluaran"
Kuasa
Tuhan (3) : Kuasa
Tuhan dalam Perjanjian Baru
Kuasa
Tuhan (4) : Kuasa Tuhan dalam Kehidupan Orang-Orang Percaya
Kuasa
Tuhan (5 Selesai) : “Betapa
Hebat Kuasa-Nya Bagi Kita yang Percaya, Sesuai Dengan Kekuatan Kuasa-Nya”
Didalam dan pada
kuasa Tuhan itu sendiri tidaklah selalu hal yang nyaman manakala dipandang dalam terang sejumlah
atribut-atribut Tuhan lainnya. Dua diantaranya adalah “kebaikan” Tuhan dan “kebijaksanaan”
Tuhan. Tuhan yang memiliki se gala kuasa adalah
juga Tuhan yang baik dan bijak; Kuasa
Tuhan menjadi sebuah sumber kenyamanan yang hebat dan penyemangat bagi orang Kristen. Pelajaran ini menimbang atribut
kebaikan Tuhan, dan pelajaran kita selanjutnya akan mempelajari atribut
kebijaksanaan Tuhan. Sebuah tinjauan singkat
pada sejumlah kebenaran penting mengenai kebaikan Tuhan diharapkan membantu
untuk memperlihatkan kepada kita
pentingnya mempelajari kebaikan Tuhan.
Kebaikan Tuhan adalah Salah Satu Atributnya
Mazmur 107:1
Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
Mazmur 31:19
Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia!
Hosea 3:5
Sesudah itu orang Israel akan berbalik dan akan mencari TUHAN, Allah mereka, dan Daud, raja mereka. Mereka akan datang dengan gementar kepada TUHAN dan kepada kebaikan-Nya pada hari-hari yang terakhir.
Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
Mazmur 31:19
Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia!
Hosea 3:5
Sesudah itu orang Israel akan berbalik dan akan mencari TUHAN, Allah mereka, dan Daud, raja mereka. Mereka akan datang dengan gementar kepada TUHAN dan kepada kebaikan-Nya pada hari-hari yang terakhir.
Pentingnya Kebaikan Tuhan
Kebaikan Tuhan bukan sekedar sebuah atribut yang dimiliki
Tuhan tetapi kebenaran mendasar yang
harus dipegang erat oleh setiap orang Kristen. Menimbang beberapa alas an kebaikan
Tuhan adalah penting bagi kita.
(1)“Kebaikan”
Tuhan mengemuka dalam pembukaan bab-bab
dalam Alkitab.
Berulang kali, Tuhan menyatakan setiap hal yang Dia
ciptakan adalah “baik” (Lihat Kejadian 1:4,10,18 ; 1 Timotius 4:4). Pada
bab 2, Tuhan telah melihat bahwa “tidak baik” bai Adam untuk menjadi sendiri, dan oleh sebab itu Dia telah
menciptakan seorang isteri baginya (Kejadian 2:18-25). Di taman Eden dimana
Tuhan telah menempatkan Adam dan Hawa, ada “pohon pengetahuan yang baik dan jahat.” Dari buah pohon satu ini,
pria dan wanita itu dilarang untuk memakannya. Kita akan kembali ke soal “kebaikan”
di taman Eden, karena ini merupakan kebenaran yang sangat penting. Cukup untuk
mengatakan isu-isu “kebaikan” dan “jahat” sangat menonjol dalam permulaan
Alkitab.
(2)Kebaikan Tuhan menjadi totalitas seluruh
atribut-atribut Tuhan.
Kebai
kan Tuhan kemudian menjadi dipandang
sebagai salah satu sisi natur dan karakter kemuliaan-Nya dan juga keseluruhan
penyataan final akan natur dan karakternya.
Keluaran
33:19
Tetapi firman-Nya: "Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani."
Tetapi firman-Nya: "Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani."
Keluaran
34:5-7
Turunlah
TUHAN dalam awan, lalu berdiri di sana dekat Musa serta menyerukan nama TUHAN. Berjalanlah
TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan
pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan
kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran
dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari
hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya,
kepada keturunan yang ketiga dan keempat."
(3) Tidak dapat memisahkan apa yang baik dari Tuhan
Anda
tidak dapat memiliki kebaikan tanpa Tuhan, sebagaimana juga anda tidak dapat
memiliki Tuhan tanpa kebaikan. Tuhan itu baik :
Mazmur 16:2
Mazmur 16:2
Aku
berkata kepada TUHAN: "Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku
selain Engkau!"
Matius
19:16-17
da seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."
da seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."
Tidak
ada manusia yang baik :
Mazmur
14:1
Untuk
pemimpin biduan. Dari Daud. Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada
Allah." Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik.
Mazmur
53 :1
Untuk
pemimpin biduan. Menurut lagu: Mahalat. Nyanyian pengajaran Daud. Orang bebal
berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah!" Busuk dan jijik kecurangan
mereka, tidak ada yang berbuat baik.
Roma
3:9-18
Jadi
bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain? Sama sekali
tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani,
bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa, seperti ada tertulis: "Tidak
ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak
ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua
tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. Kerongkongan
mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka
mengandung bisa. Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah, kaki mereka cepat
untuk menumpahkan darah. Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan
mereka, dan jalan damai tidak mereka kenal; rasa takut kepada Allah tidak ada
pada orang itu."
Tuhan adalah sumber setiap hal yang baik :
Yakobus
1:17
Setiap
pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas,
diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan
karena pertukaran.
Tuhan
tidak pernah menahan apapun yang memang benar-benar baik dari anak-anak-Nya
Mazmur
84:11
Sebab
TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia
tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela.
Kita
pada dasarnya tidak memisahkan “baik” dari “Tuhan.” Disinilah masyarakat kita, dan khususnya sistem
pendidikan kita memperhatikannya. Anda tidak dapat mengajarkan nilai-nilai,
anda tidak dapat mengajarkan moralitas, tanpa mengajarkan tentantang Tuhan. “Jadilah kamu kudus,” Kata Tuhan, “Karena Aku kudus” (Lihat
1 Petrus 1:16; Imamat 11:44 dan seterusnya).
(4)
Takdir kekekalan manusia ditentukan oleh keputusannya terkait bagaiana dia
dapat sungguh-sungguh menjadi baik dalam pandangan Tuhan (Lihat Yohanes
5:28-29; Roma 3:1-26; Titus 3:3-7).
(5)
Terlepas dari pengungkapan ilahi atas kitab
suci, kita tidak dapat mengenali kebaikan sejati, karena hal ini tidak dapat
dipahami terlepas dari mengenal Tuhan
dan memandang hidup ini dari sudut pandang Tuhan.
Ini tepat dengan apa yang ditunjukan Mazmur 73 yang akan kita amati, karena ini
akan memberikan sebuah definisi “baik”
yang secara radikal berbeda.
Baik
Disimpulkan dalam Mazmur 73
Asaf,
seorang Lewi , pemimpin para musisi Daud ( 1 Tawarikh 16:4-7,37), mengkomposisi
Mazmur 73. Keyakinanku adalah bahwa tema sentral Mazmur 73 adalah kebaikan
Tuhan. Ayat –ayat pertama dan terakhir dari Mazmur ini mengandung kata “baik.” Melalui perjalanan
waktu dan Mazmur ini, Asaf menggarisbawahi sebuah perubahan radikal dalam pemahamannya akan makna istilah “baik.” Karena kekeliruan Asaf akan
makna “baik” yang pada dasarnya sama
seperti orang-orang Kristen evangelikal dewasa ini, kita harus memahami pesan
dari Mazmur ini dan makna dari istilah “baik.”
Asaf
menggambarkan sebuah masa dalam hidupnya ketika dia mengalami
perjuangan-perjuangan rohani yang serius. Pemikirannya adalah :bahwa kebaikan Tuhan,
terurtama kebaikan-Nya terhadap bangsanya sendiri :”Pastilah Tuhan baik kepada
Israel, kepada mereka yang murni hatinya!” (ayat 1)
Bagi
Asaf, peneguhan kebenaran ini bermakna bahwa Tuhan itu “baik” kepada Israel,berkat-berkat Tuhan secara terus-menerus dicurahkan kepada mereka
orang-orang Yahudi. Pada sisi lain, orang-orang tidak benar bakal menemukan berbagai kesulitan. Kini ada
sebuah elemen kebenaran disini,
sebagaimana dapat kita lihat dari berkat-berkat dan kutuk-kutuk pada Ulangan28-30. Tetapi keduanya tidaklah benar, dan ini bahkan merupakan bukti dalam
Kitab Ulangan :
Ulangan 8:2-3
Ingatlah kepada
seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang
gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan
mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah
engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak. Jadi Ia merendahkan hatimu,
membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan
yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti,
bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang
diucapkan TUHAN.
Asaf
kepada para pembacanya mengakui bahwa dia
telah bergeser jauh dari jalur seharusnya. Dia telah terlampau jauh dari
kebenaran sehingga dia nyaris saja
hancur. Dalam kata-katanya,” kakiku nyaris tergelincir” (ayat 2). Dia
tampaknya sedang mengakui bahwa dia mempertimbangkan untuk menyerahkan imannya
dan meninggalkan jalan kebenaran,
menganggapnya bahwa hal itu tidak
memberikan manfaat yang nyata.
Problem
Asaf pada utamanya terkait dengan cara pandang yang terdistorsi. Pertama dan paling utama, dia telah menjadi cemburu
pada mereka yang jahat. Tidak seperti Lot, seorang yang jiwanya benar terusik
oleh dosa , Asaf berharap agar dia dapat ada di jalan mereka yang jahat. Dia
tidak membenci dosa-dosa mereka; dia cemburu dengan keberhasilan orang berdosa
(ayat 3). Kedua, dia merasa memiliki kebenaran diri sendiri. Dia memandang
dirinya sebagai pribadi yang lebih baik daripada dia sebenarnya. Dia nampaknya
beranggapan bahwa dia berhak atas berkat-berkat Tuhan dan menyimpulkan
bahwa “kehidupannya yang benar” itu
telah menjadi sia-sia :
Mazmur 73:13
Mazmur 73:13
Sia-sia
sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda
tak bersalah.
Ayat
ini juga memberitahukan bahwa Asaf
memandang penderitaan-penderitaan berasal dari Tuhan. Tuhan sedang menghukum
dia, dia seharusnya, menjadi orang yang saleh. Ketiga, Asaf nampaknya
terjerembab dalam mengasihi dirinya sendiri. Ini sangat sulit untuk memandang
hidup secara jernih ketika anda memandangnya melalui dua mata yang dipenuhi
linangan air mata. Dan air mata ini adalah air mata mengasihi diri sendiri.
Saya
yakin kata- kata Asaf dalam ayat 4-9 yang menggambarkan orang jahat adalah
sebuah penggambaran mereka yang Asaf
lihat didalam jemaah orang-orang
Israel yang dating beribadah. Asaf sedang berbicara tentang orang-orang Yahudi
yang jahat ketimbang orang-orang non Yahudi penyembah berhala. Saya juga yakin
bahwa analisa Asaf sangat terganggu dan tidak akurat.
Asaf membuat sejumlah generalisasi yang hampir memukul rata
semua orang dalam paruh pertama Mazmur tersebut, menyiratkan bahwa
semua orang jahat itu makmur dan orang
benar , termasuk dirinya,menderita. Dia secara keliru menganggap orang jahat
selalu sehat dan kaya dan berpikir tidak seorang jahat pun mengalami kesulitan-kesulitan
hidup. Bahkan didalam kematian, mereka terluput dari ketidaknyamanan. Dia nampaknya
berpikir bahwa mereka yang makmur adalah semua orang yang arogan,
menghujat Tuhan,menantang Tuhan untuk mengetahui atau memperhatikan apa yang
dilakukan orang yang jahat.
Ada
sejumlah kebenaran di sini. Beberapa orang jahat yang makmur sebagaimana yang
telah digambarkan Asaf mengenai mereka.
Tetapi Asaf terlampau melakukan generalisasi, membuatnya terlihat bahwa
Tuhan memberkati semua orang yang jahat
dan menghukum semua orang benar. Orang jahat
bangga dengan kejahatan-kejahatan mereka dan diberkati. Orang benar
mempraktekan kebenarannya dan dihukum karena melakukanya. Sejauh kepedulian
Asaf, ada sebuah alasan baik untuk menimbang bergabung dengan yang jahat
ketimbang melawannya ( Lihat ayat 10-14)
Tetapi Asaf salah,
dan mengenai ini dia akui di beberapa poin dalam Mazmur.
Mazmur
73:2-3
Tetapi
aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir. Sebab aku
cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik
Ayat
15
Seandainya aku berkata: "Aku mau berkata-kata seperti itu," maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan anak-anakmu.
Seandainya aku berkata: "Aku mau berkata-kata seperti itu," maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan anak-anakmu.
Ayat
21-22
Ketika
hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya, aku dungu dan
tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu.
Titik balik
dalam Mazmur ini adalah ayat 15. Sampai
titik ini, Asaf memandang hidup ini dati perspektif manusia yang terdistorsi,
Bagi dia, kebaikan Tuhan berarti
kesehatan dan kemakmuran, tidak seperti “ pengkhotbah injil hidup yang nyaman” dewasa ini. Tetapi sebagaimana yang
diakui Asaf, dia salah. Pada ayat 15-28,
dia menjelaskan mengapa dia salah, diakhiri dengan sebuah definisi “baik” yang sama sekali berbeda.
Ketika
Asaf masuk “kedalam tempat kudus Tuhan.” Dia dapat “memperhatikan kesudahan mereka” (ayat
17). Kini Asaf memandang kemakmuran orang-orang jahat dalam terang kekekalan
ketimbang semata dari sudut pandang waktu/fana. Mereka yang nampaknya
mengerjakan begitu baik dalam kejahatan
mereka, Asaf sekarang melihat dalam
bahaya besar. Kaki mereka ada di sebuah tempat yang licin. Hanya sesaat
saja mereka akan menghadapi penghakiman Tuhan. Hari pembayaran mereka atas dosa
yang mereka buat mungkin tidak datang dalam kehidupan ini, tetapi pasti akan datang dalam kekekalan
:
Ayat
18-20
Sesungguhnya
di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur. Betapa
binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan! Seperti
mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka
Kaupandang hina.
Betapa bodohnya , bahkan menjijikan, Asaf telah berpikir
bahwa orang jahat dapat menghindar dari dosa mereka, dan tidak aka nada hari
perhitungan. Betapa bodohnya untuk
berkesimpulan bahwa Tuhan telah menghukumnya karena menghindari cara-cara orang jahat yang berdosa. Asaf kini melihat hubungannya
dengan Tuhan dalam terang yang benar. Kekekalan memberikan baginya pengharapan yang cerah dari hadirat Tuhan
yang mulia. Tetapi melengkapi berkat
masa depan ini, Asaf bersukacita dengan
terhadap hadirat Tuhan dalam hidup ini :
Ayat 23-26
Ayat 23-26
Tetapi
aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku. Dengan nasihat-Mu Engkau
menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan. Siapa
gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang
kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan
bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.
Asaf kini melihat kemakmuran pada orang-orang yang jahat telah mengeraskan hati mereka terhadap Tuhan. Mereka menjadi bangga, arogan, dan tidak membutuhkan Tuhan. Asaf juga melihat “penderitaan”-nya, apapun juga bentuknya, sebagai sumber berkat yang besar. Penderitaan dan kesengsaraannya menarik dirinya lebih dekat kepda Tuhan; kemakmuran pada orang-orang jahat menjauhkan mereka dari Tuhan. Pencobaan-pencobaannya benar-benar sebuah karunia dari Tuhan untuk kebaikan Asaf. Perjuangannya telah membawa dia kedalam sebuah intimasi yang lebih dalam dengan Tuhan dan membuas semua kesedihan dan kesengsaraan jiwa bernilai. Mempercayai Tuhan dan menjalani kehidupan yang kudus tidak hanya sarana-sarana berkat-berkat kekal; semuanya itu juga merupakan berkat besar sesaat.
Asaf kini melihat kemakmuran pada orang-orang yang jahat telah mengeraskan hati mereka terhadap Tuhan. Mereka menjadi bangga, arogan, dan tidak membutuhkan Tuhan. Asaf juga melihat “penderitaan”-nya, apapun juga bentuknya, sebagai sumber berkat yang besar. Penderitaan dan kesengsaraannya menarik dirinya lebih dekat kepda Tuhan; kemakmuran pada orang-orang jahat menjauhkan mereka dari Tuhan. Pencobaan-pencobaannya benar-benar sebuah karunia dari Tuhan untuk kebaikan Asaf. Perjuangannya telah membawa dia kedalam sebuah intimasi yang lebih dalam dengan Tuhan dan membuas semua kesedihan dan kesengsaraan jiwa bernilai. Mempercayai Tuhan dan menjalani kehidupan yang kudus tidak hanya sarana-sarana berkat-berkat kekal; semuanya itu juga merupakan berkat besar sesaat.
Sekarang
Asaf mengerti “kebaikan” Tuhan adalah
sebuah cara yang berbeda. Asaf telah memiliki sebuah definsi baru untuk “baik.” Pada ayat 1, “baik” bermakna tidak adanya kesakitan,
kesulitan, masalah, kesedihan, kesehatan yang
buruk, atau tidak adanya
kemiskinan. Pada ayat 28, “baik”
berarti sesuatu yang jauh lebih baik daripada kemakmuran jasmaniah :
Ayat 28:
Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.
Ayat 28:
Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.
Kedekatan
kepada Tuhan—persekutuan yang erat dengan
Tuhan—adalah kebaikan kita
yang tertinggi. Kita kemudian mungkin berkata bahwa apapun
yang mengganggu kedekatan kita dengan
Tuhan, persekutuan kita dengan Tuhan, pada dasarnya adalah hal jahat. Dan
apapun yang membawa kita masuk ke
persekutuan yang lebih dekat dengan Tuhan pada dasarnya “baik.” Ketika Tuhan membawa penderitaan dan kesulitan kedalam
kehidupan kita, keyakinan diri kita akan
kebaikannya seharusnya tidak menjadi terancam. Sebaliknya, kita seharusnya
menjadi yakin akan kebaikannya kepada kita.
Pada
akhirnya,penderitaan Ayub membawa dia lebih dekat kepada Tuhan; jadi itu baik, dan
Tuhan baik dalam membawa dirinya ke situasi yang tidak menyenangkan. Penderitaan Paulus membawa dirinya lebih
dekat kepada Tuhan, dan dia telah melihat hal itu sebagai berkat ( Filipi 3:10).
Hajaran Tuhan dalam kehidupan orang Kristen tidak hanya bukti bahwa kita
anak-anak Kristus, namun merupakan bukti Tuhan bekerja didalam diri
kita untuk kebaikan kita :
Ibrani 12 :1-13
Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah. Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya. Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah; dan luruskanlah jalan bagi kakimu, sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi sembuh.
Ibrani 12 :1-13
Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah. Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya. Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah; dan luruskanlah jalan bagi kakimu, sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi sembuh.
Roma 8:28
Kita tahu
sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil
sesuai dengan rencana Allah.
Bersambung : Bagian 2- Selesai
The Goodness of God, Study By: Bob Deffinbaugh | diterjemahkan oleh : Martin Simamora
The Goodness of God, Study By: Bob Deffinbaugh | diterjemahkan oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment