Setan telah meyakinkan Hawa bahwa memakan buah dari pohon terlarang akan
membuatnya menjadi “ seperti Tuhan, mengenal hal baik dan benar” (ayat 5). Saya
khawatir motivasi Hawa bisa jadi mirip
dengan kondisi yang digambarkan Yesaya 14:14. Kebenarannya adalah : bahwa
memakan buah dari “ pohon pengetahuan mengenai benar
dan jahat” tidak akan membuat Hawa “
seperti Tuhan.” Memakan buah itu
berarti ketidakpatuhan; itu adalah dosa. Tuhan itu benar dan siapapun tidak dapat menjadi
seperti Dia dengan cara berbuat dosa.
Hawa telah tertipu, sangat tertipu. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Paulus dalam
1Timotius 2:14 : Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan
itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa.
Tetapi
apakah salah bagi Hawa yang berkeinginan untuk menjadi bijak/memiliki hikmat? Tentunya bukan keinginan yang jahat untuk menjadi berhikmat, bukan?
Ketika “pengetahuan” adalah pengetahuan
dari yang jahat, maka pengabaian adalah
hal tak terelakan. Tetapi apakah Tuhan menginginkan Adam dan Hawa dalam
pengabaian? Apakah Tuhan melarangnya menjadi bijak? Tidak sama sekali! Tuhan
menginginkan Adam dan Hawa menjadi bijak
terkait apa yang baik dan mengabaikan apa yang jahat:
Bacalah lebih dahulu bagian sebelumnya :
HIKMAT TUHAN (1) : “Sebab Rancangan-Ku Bukanlah Rancanganmu”
Roma 16:19
Kabar tentang ketaatanmu telah terdengar oleh semua orang. Sebab itu aku bersukacita tentang kamu. Tetapi aku ingin supaya kamu bijaksana terhadap apa yang baik, dan bersih terhadap apa yang jahat
Kebijakan Setan adalah sebuah pengetahuan akan yang “jahat” dan yang “baik.” Dan dalam mengetahui hal yang “jahat”, Adam dan Hawa menjadi terasingkan dari sukacita dari yang “baik.”
Kabar tentang ketaatanmu telah terdengar oleh semua orang. Sebab itu aku bersukacita tentang kamu. Tetapi aku ingin supaya kamu bijaksana terhadap apa yang baik, dan bersih terhadap apa yang jahat
Kebijakan Setan adalah sebuah pengetahuan akan yang “jahat” dan yang “baik.” Dan dalam mengetahui hal yang “jahat”, Adam dan Hawa menjadi terasingkan dari sukacita dari yang “baik.”
Adam dan Hawa telah
diberikan setiap kesempatan dan dorongan
oleh Tuhan untuk mengenal Dia, untuk
menjadi seperti Dia, dan menjadi bijak dalam
setiap hal yang baik. Mari kita camkan beberapa cara Tuhan yang membuat
semua ini mungkin. Pertama mereka dapat menjadi bijak dalam hal baik dengan
menjadi murid-murid penciptaan :
Mazmur
104:24-26
Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu. Lihatlah laut itu, besar dan luas wilayahnya, di situ bergerak, tidak terbilang banyaknya, binatang-binatang yang kecil dan besar. Di situ kapal-kapal berlayar dan Lewiatan yang telah Kaubentuk untuk bermain dengannya.
Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu. Lihatlah laut itu, besar dan luas wilayahnya, di situ bergerak, tidak terbilang banyaknya, binatang-binatang yang kecil dan besar. Di situ kapal-kapal berlayar dan Lewiatan yang telah Kaubentuk untuk bermain dengannya.
Mazmur 136:5
Kepada Dia yang menjadikan langit dengan kebijaksanaan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya
Amsal 3:19-20
Dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar bumi, dengan pengertian ditetapkan-Nya langit, dengan pengetahuan-Nya air samudera raya berpencaran dan awan menitikkan embun.
Kepada Dia yang menjadikan langit dengan kebijaksanaan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya
Amsal 3:19-20
Dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar bumi, dengan pengertian ditetapkan-Nya langit, dengan pengetahuan-Nya air samudera raya berpencaran dan awan menitikkan embun.
Amsal
8:22-31
(22)TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. (23) Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada (24) Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air (25) Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir (26) sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama (27) Ketika Ia mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya, (28) ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras,(29) ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi, (30) aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya; (31) aku bermain-main di atas muka bumi-Nya dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku.
(22)TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. (23) Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada (24) Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air (25) Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir (26) sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama (27) Ketika Ia mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya, (28) ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras,(29) ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi, (30) aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya; (31) aku bermain-main di atas muka bumi-Nya dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku.
Yeremia 10:12
Tuhanlah yang menjadikan bumi dengan kekuatan-Nya, yang menegakkan dunia dengan kebijaksanaan-Nya, dan yang membentangkan langit dengan akal budi-Nya
Tuhanlah yang menjadikan bumi dengan kekuatan-Nya, yang menegakkan dunia dengan kebijaksanaan-Nya, dan yang membentangkan langit dengan akal budi-Nya
Yeremia
51:15-16
Tuhanlah yang menjadikan bumi dengan kekuatan-Nya, yang menegakkan dunia dengan kebijaksanaan-Nya, dan yang membentangkan langit dengan akal budi-Nya Apabila Ia memperdengarkan suara-Nya, menderulah bunyi air di langit, Ia menaikkan kabut awan dari ujung bumi, Ia membuat kilat serta dengan hujan, dan mengeluarkan angin dari perbendaharaan-Nya.
Apakah Adam dan Hawa ingin menjadi bijak? Maka biarlah mereka belajar mengenai penciptaan dimana mereka merupakan bagian dari penciptaan itu. Apakah mereka ingin mengenal yang “baik?” Maka mereka dapat mengetahui hal “baik” didalam penciptaan-Nya :
Kejadian 1:24-25
Berfirmanlah Allah: "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar." Dan jadilah demikian Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik
Tuhanlah yang menjadikan bumi dengan kekuatan-Nya, yang menegakkan dunia dengan kebijaksanaan-Nya, dan yang membentangkan langit dengan akal budi-Nya Apabila Ia memperdengarkan suara-Nya, menderulah bunyi air di langit, Ia menaikkan kabut awan dari ujung bumi, Ia membuat kilat serta dengan hujan, dan mengeluarkan angin dari perbendaharaan-Nya.
Apakah Adam dan Hawa ingin menjadi bijak? Maka biarlah mereka belajar mengenai penciptaan dimana mereka merupakan bagian dari penciptaan itu. Apakah mereka ingin mengenal yang “baik?” Maka mereka dapat mengetahui hal “baik” didalam penciptaan-Nya :
Kejadian 1:24-25
Berfirmanlah Allah: "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar." Dan jadilah demikian Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik
Apakah Adam dan Hawa
berkeinginan untuk mengenal hal “baik” dan ingin menjadi bijak, seperti Tuhan? Maka biarlah mereka menggunakan
setiap keunggulan yang Tuhan berikan kepada mereka didalam persekutuan komuni yang indah. Akan terlihat bahwa Tuhan berjalan di Taman
setiap hari bersama dengan Adam dan isterinya (Kejadian 3: 8 “Ketika mereka
mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada
waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah
di antara pohon-pohonan dalam taman.”). Dan pada waktu itu mereka telah berbuat
dosa dengan tidak mematuhi Tuhan, mereka
berupaya menghindari diri mereka dari hadapan Tuhan. Betapa banyaknya yang
mereka dapat pelajari mengenai Dia dan dari Dia!
Apakah Adam dan Hawa berkeinginan untuk menjadi bijak dan mengerti? Maka patuhilah Tuhan :
Apakah Adam dan Hawa berkeinginan untuk menjadi bijak dan mengerti? Maka patuhilah Tuhan :
Ulangan 4:6
Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi
Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi
Mazmur
111:10
Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya.
Setan telah memperdaya Hawa untuk mempercayai ketidakpatuhan merupakan jalan menuju kebijakan ketika jalan yang sesungguhnya adalah kebalikannya, dan hal ini masih tetap demikian, dan ini benar. Hikmat bukan penyebab kepatuhan tetapi merupakan akibat dari kepatuhan. Kita mematuhi Tuhan bukan karena kita cukup bijak untuk mematuhi-Nya, tetapi karena kita percaya kepada Tuhan dan kebijaksanaan-Nya yang diungkapkan didalam perintah-perintah-Nya. Dengan tidak mematuhi Tuhan, Adam dan Hawa membuktikan ketidakpercayaan mereka kepada Tuhan dan hikmat-Nya yang tiada batas.
Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya.
Setan telah memperdaya Hawa untuk mempercayai ketidakpatuhan merupakan jalan menuju kebijakan ketika jalan yang sesungguhnya adalah kebalikannya, dan hal ini masih tetap demikian, dan ini benar. Hikmat bukan penyebab kepatuhan tetapi merupakan akibat dari kepatuhan. Kita mematuhi Tuhan bukan karena kita cukup bijak untuk mematuhi-Nya, tetapi karena kita percaya kepada Tuhan dan kebijaksanaan-Nya yang diungkapkan didalam perintah-perintah-Nya. Dengan tidak mematuhi Tuhan, Adam dan Hawa membuktikan ketidakpercayaan mereka kepada Tuhan dan hikmat-Nya yang tiada batas.
Akhirnya,
Adam dan Hawa dapat memiliki kebijakan dengan
memakan buah dari pohon lain,
yang ditempatkan secara menyolok, berangkali ditempatkan secara sangat
menyolok, di tengah taman itu—pohon kehidupan. Pemahaman kita akan Kejadian 3
benar-benar dipertajam dengan sebuah pertimbangan dari Amsal 3.
Amsal 3:1-20
(1) Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, (2) karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu (3) Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu (4) maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia (5) Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. (6) Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. (7) Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;(8) itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu (9) Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,(10) maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya (11) Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. (12) Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi. (13) Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian (14) karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas (15) Ia lebih berharga dari pada permata; apapun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya (16) Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan (17) Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata (18) Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia.(19) Dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar bumi, dengan pengertian ditetapkan-Nya langit, (20) dengan pengetahuan-Nya air samudera raya berpencaran dan awan menitikkan embun.
(1) Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, (2) karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu (3) Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu (4) maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia (5) Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. (6) Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. (7) Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;(8) itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu (9) Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,(10) maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya (11) Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. (12) Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi. (13) Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian (14) karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas (15) Ia lebih berharga dari pada permata; apapun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya (16) Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan (17) Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata (18) Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia.(19) Dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar bumi, dengan pengertian ditetapkan-Nya langit, (20) dengan pengetahuan-Nya air samudera raya berpencaran dan awan menitikkan embun.
Dari
pelajaran singkat teks ini, sejumlah kebenaran merupakan bukti itu sendiri dan
berperan sebagai sebuah komentar yang sangat membantu pada Kejadian 3 dan
kejatuhan manusia. Pertama, kita didorong untuk menginginkan
hikmat sebagai sesuatu yang bernilai tertinggi (lihat ayat 13-18). Hikmat
Tuhan harus sangat diinginkan. Setan
mengalihkan hasrat-hasrat Hawa menjadi berlawanan terhadap hal seharusnya—yang membawanya
dari menuju hikmat menjadi menuju ke kebodohan—dari hidup menuju mati. Kedua,
kita telah diberitahukan bahwa hikmat Tuhan adalah bukti dalam peciptaan ( ayat
19-20). Adam dan Hawa menguasai semua
ciptaan untuk mengajarkan mereka hikmat
Tuhan. Tuhan tidak menahan hikmat-Nya
dari mereka, tetapi menyajikannya dihadapan mereka. Ketiga, hikmat tidak mencegah
disiplin, tetapi mengakuinya sebagai sebuah bukti kasih akan Tuhan (ayat
11-12). Hawa dituntun untuk mempercayai
hal yang sebaliknya. Setan menyatakan bahwa Tuhan menahan buah terlarang karena
Dia egois dan tidak memiliki kasih. Keempat, hikmat adalah akibat dari kepatuhan
(ayat 1-2). Setan telah meyakinkan Hawa
bahwa kebijakan merupakan akibat
dari ketidakpatuhannya. Kelima, untuk
memiliki kebijakan yang sejati, kita harus berhenti untuk percaya kepada diri
kita sendiri dan pada penilaian kita sendiri
akan apa yang “baik” dan lebih percaya kepada hikmat Bapa dan
perintah-perintah-Nya. Keenam, kita seharusnya melihat bahwa hikmat adalah
sebuah “ pohon kehidupan” (ayat
2,18). Saya tidak berpikir bahwa gambar
dari sebuah “pohon kehidupan” adalah
tanpa tujuan/maksud. Memakan buah dari “pohon kehidupan” adalah jalan menuju himat, dimana itulah sebabnya Setan berupaya
mengubah fokus perhatian dan keinginan Hawa dari pohon ini ke
pohon terlarang itu.
Bersambung : Bagian 3
The Wisdom of God Study By: Bob Deffinbaugh | diterjemahkan/diedit oleh : Martin Simamora
Bersambung : Bagian 3
The Wisdom of God Study By: Bob Deffinbaugh | diterjemahkan/diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment