Tuhan akan mentransformasi pemikiran dan
tindakan-tindakannya. Pertimbangkanlah ilustrasi-ilustrasi bagaimana kuasa
Tuhan telah mengubah kehidupan sejumlah orang didalam Alkitab.
Pertama, mari kita arahkan perhatian kita kepada Abraham. Dia
adalah seorang manusia yang di permulaan hidupnya, memiliki keraguan yang
sedemikian buruknya terhadap kuasa Tuhan. Tetapi pada akhirnya, dia sendiri
percaya pada kuasa Tuhan yang
memampukannya bertindak dalam sebuah cara yang membuatnya menjadi sebuah model
atau teladan iman bagi semua orang Kristen.
Di awal-awal
kehidupannya, Abraham kurang
percaya terhadap kuasa Tuhan. Dia melakukan perjalanannya menuju tanah
Kanaan dalam kepatuhan terhadap apa yang
diperintahkan Tuhan kepadanya :
Bacalah bagian terdahulu sebelumnya :
- Kuasa Tuhan (1) :"Masakan kuasa TUHAN akan kurang untuk melakukan itu?”
- Kuasa Tuhan (2) :"Kuasa Tuhan dalam Kitab Keluaran"
- Kuasa Tuhan (3) : Kuasa Tuhan dalam Perjanjian Baru
Kejadian 12:1-3
(1) Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; (2) Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. (3) Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."
Tetapi ketika kelaparan melanda tanah tersebut, Abraham
memutuskan pergi ke Mesir, sebuah keputusan yang nampaknya tidak lahir dari
iman kepada kuasa Tuhan atau janji-janji
Tuhan. Ketika dia dan Sarai tiba disana,
mereka bersepakat tentang bagaimana mereka tidak seperti bagaimana biasanya mereka berperilaku dihampir sepanjang pernikahan mereka, lihat :
Kejadian 20:1-2
(1) Lalu Abraham berangkat dari situ ke Tanah Negeb dan ia menetap antara Kadesh dan Syur. Ia tinggal di Gerar sebagai orang asing. (2) Oleh karena Abraham telah mengatakan tentang Sara, isterinya: "Dia saudaraku," maka Abimelekh, raja Gerar, menyuruh mengambil Sara.
Kejadian 20:1-2
(1) Lalu Abraham berangkat dari situ ke Tanah Negeb dan ia menetap antara Kadesh dan Syur. Ia tinggal di Gerar sebagai orang asing. (2) Oleh karena Abraham telah mengatakan tentang Sara, isterinya: "Dia saudaraku," maka Abimelekh, raja Gerar, menyuruh mengambil Sara.
Mereka menipu
orang-orang lain mengenai hubungan mereka berdua. Hal ini terlihat dari
kata-kata Abraham dalam :
Kejadian 12:11-13
Kejadian 12:11-13
(11) Pada waktu ia akan masuk ke Mesir,
berkatalah ia kepada Sarai, isterinya: "Memang aku tahu, bahwa engkau
adalah seorang perempuan yang cantik parasnya. (12) Apabila
orang Mesir melihat engkau, mereka akan berkata: Itu isterinya. Jadi mereka
akan membunuh aku dan membiarkan engkau hidup. (13) Katakanlah,
bahwa engkau adikku, supaya aku diperlakukan mereka dengan baik karena engkau,
dan aku dibiarkan hidup oleh sebab engkau."
Dan
Kejadian 20:11-13
(11) Lalu Abraham berkata: "Aku berpikir: Takut akan Allah tidak ada di tempat ini; tentulah aku akan dibunuh karena isteriku. (12) Lagipula ia benar-benar saudaraku, anak ayahku, hanya bukan anak ibuku, tetapi kemudian ia menjadi isteriku. (13) Ketika Allah menyuruh aku mengembara keluar dari rumah ayahku, berkatalah aku kepada isteriku: Tunjukkanlah kasihmu kepadaku, yakni: katakanlah tentang aku di tiap-tiap tempat di mana kita tiba: Ia saudaraku."
(11) Lalu Abraham berkata: "Aku berpikir: Takut akan Allah tidak ada di tempat ini; tentulah aku akan dibunuh karena isteriku. (12) Lagipula ia benar-benar saudaraku, anak ayahku, hanya bukan anak ibuku, tetapi kemudian ia menjadi isteriku. (13) Ketika Allah menyuruh aku mengembara keluar dari rumah ayahku, berkatalah aku kepada isteriku: Tunjukkanlah kasihmu kepadaku, yakni: katakanlah tentang aku di tiap-tiap tempat di mana kita tiba: Ia saudaraku."
Abraham khawatir
ketika dia membawa isterinya ke
negeri asing. Karena “tidak ada
takut akan Tuhan di negeri itu” :
Kejadian 20:11
(11) Lalu Abraham berkata: "Aku berpikir: Takut akan Allah tidak ada di tempat ini; tentulah aku akan dibunuh karena isteriku
(11) Lalu Abraham berkata: "Aku berpikir: Takut akan Allah tidak ada di tempat ini; tentulah aku akan dibunuh karena isteriku
Abram berpikir kuasa
Tuhan nampaknya tidak berdaya. Nampaknya Abraham berpikir bahwa kuasa
Tuhan memadai untuk melindungi dia hanya
jika dia berada di tempat yang benar dan ketika masyarakat di tempat itu takut
akan Tuhan.
Betapa bodohnya sekarang kita memandang pemikiran Abram.
Tuhan tidak hanya melindungi Abram, Tuhan juga melindungi Sarai, isteri Abram.
Abram tetap hidup, dan Sarai tidak menjadi isteri orang lain. Abram juga makmur
di tempat-tempat asing ini, yang membuatnya tidak hanya sekedar dapat hidup
tetapi menjadi lebih kaya, lihat :
Kejadian 12:20-13:2
(20) Lalu Firaun memerintahkan beberapa orang untuk mengantarkan Abram pergi, bersama-sama dengan isterinya dan segala kepunyaannya…(2) Adapun Abram sangat kaya, banyak ternak, perak dan emasnya.
(20) Lalu Firaun memerintahkan beberapa orang untuk mengantarkan Abram pergi, bersama-sama dengan isterinya dan segala kepunyaannya…(2) Adapun Abram sangat kaya, banyak ternak, perak dan emasnya.
Kejadian 20:14-16
(14) Kemudian Abimelekh mengambil kambing domba dan lembu sapi, hamba laki-laki dan perempuan, lalu memberikan semuanya itu kepada Abraham; Sara, isteri Abraham, juga dikembalikannya kepadanya. (15) Dan Abimelekh berkata: "Negeriku ini terbuka untuk engkau; menetaplah, di mana engkau suka." (16) Lalu katanya kepada Sara: "Telah kuberikan kepada saudaramu seribu syikal perak, itulah bukti kesucianmu bagi semua orang yang bersama-sama dengan engkau. Maka dalam segala hal engkau dibenarkan."
(14) Kemudian Abimelekh mengambil kambing domba dan lembu sapi, hamba laki-laki dan perempuan, lalu memberikan semuanya itu kepada Abraham; Sara, isteri Abraham, juga dikembalikannya kepadanya. (15) Dan Abimelekh berkata: "Negeriku ini terbuka untuk engkau; menetaplah, di mana engkau suka." (16) Lalu katanya kepada Sara: "Telah kuberikan kepada saudaramu seribu syikal perak, itulah bukti kesucianmu bagi semua orang yang bersama-sama dengan engkau. Maka dalam segala hal engkau dibenarkan."
Faktanya, Tuhan
sangat berkuasa untuk
menutup rahim setiap wanita yang tinggal
dalam kerajaan Abimelekh di Gerar, Kejadian 20:17-18:
(17) Lalu Abraham berdoa kepada Allah, dan Allah menyembuhkan Abimelekh dan isterinya dan budak-budaknya perempuan, sehingga mereka melahirkan anak. (18) Sebab tadinya TUHAN telah menutup kandungan setiap perempuan di istana Abimelekh karena Sara, isteri Abraham itu.
(17) Lalu Abraham berdoa kepada Allah, dan Allah menyembuhkan Abimelekh dan isterinya dan budak-budaknya perempuan, sehingga mereka melahirkan anak. (18) Sebab tadinya TUHAN telah menutup kandungan setiap perempuan di istana Abimelekh karena Sara, isteri Abraham itu.
Abram tidak percaya bahwa kuasa Tuhan sanggup untuk
memampukan dia dan isterinya untuk melahirkan seorang anak laki-laki karena
mereka telah bertambah tua, dan Sarai
mandul. Sehingga Abram mencari cara untuk melahirkan seorang anak laki-laki
dengan cara yang lebih mudah, pertama dengan mengangkat seorang budak sebagai
anaknya laki-laki, Kejadian 15:2
(2) Abram menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan
Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak,
dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu."
Dan kemudian dengan menghasilkan seorang anak laki-laki dengan
mengambil pembantu isterinya, Hagar, sebagai wanita lain dalam hidupnya selain
isterinya sendiri (Kejadian 16). Tuhan
memiliki maksud untuk memberikan
seorang anak laki-laki dalam sebuah cara yang dapat mendemonstrasikan
kuasa-Nya, dengan memberikan kelahiran
seorang anak laki-laki secara ajaib dalam usia mereka yang telah lanjut melalui
seorang perempuan yang mandul disepanjang kehidupannya.
Tes besar dalam kehidupan Abraham datang ketika Tuhan
memanggilnya untuk membawa anaknya, anak laki-laki dimana dia menaruhkan semua
pengharapannya, dan mengorbankannya di
Gunung Moria :
Kejadian 22:1-19
(1) Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan." (2) Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." (3) Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. (4) Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. (5) Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu."…
Kejadian 22:1-19
(1) Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan." (2) Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." (3) Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. (4) Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. (5) Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu."…
Disini, Abraham mematuhi Tuhan, dan Perjanjian Baru memberitahukan kepada kita
secara terang bagaimana Abarham dapat
melakukannya—dia diyakinkan akan kuasa Tuhan untuk membangkitkan anaknya
laki-laki dari kematian :
Ibrani 11:17-19
(17) Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, (18) walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu." (19) Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.
Ibrani 11:17-19
(17) Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, (18) walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu." (19) Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.
Kata kuncinya adalah “
Tuhan Sanggup.” Keyakinan Abraham bahwa “Tuhan sanggup” merupakan kepercayaannya kepada kuasa Tuhan untuk membangkitkan dari
kematian. Abraham telah mengalami kebangkitan iman, tepat sebagaimana kita
harus memilikinya :
Roma 10:9
(9) Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu,
bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan
Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.
Pertumbuhan Abraham dalam iman sejalan dengan kepercayaannya yang meningkat kepada kuasa
Tuhan—apakah kuasa untuk memberikan dua orang ini “hal baik sebagaimana hal
kematian” dalam kaitan untuk melahirkan seorang anak laki-laki :
Roma 4:18-21
(18) Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." (19) Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. (20) Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, (21) dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.
Roma 4:18-21
(18) Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." (19) Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. (20) Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, (21) dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.
Atau kuasa untuk membangkitkan seorang anak laki-laki dari
kematian.
Abraham, yang memulai dengan iman yang kecil akan kuasa
Tuhan, telah bertumbuh memiliki iman
yang besar akan kuasa Tuhan. Dalam
beberapa hal, iman Daud akan kuasa Tuhan lenyap seiring waktu. Ketika kita
pertama kali diperkenalkan dengan Daud, dia sedang bersiap untuk melakukan
pertarungan dengan Goliat, seorang raksasa yang yang dengan sombongnya
mengucapkan penghujatan melawan Tuhan. Daud
yakin bukan pada kemampuan-kemampuannya, tetapi pada kemampuan Tuhan
untuk membungkam penghujat ini dengan membuatnya mati melalui Daud dan pengumbannya :
1 Samuel 17:22,26-37
1 Samuel 17:22,26-37
(22) Lalu Daud menurunkan barang-barangnya
dan meninggalkannya di tangan penjaga barang-barang tentara. Berlari-larilah
Daud ke tempat barisan; sesampai di sana,
bertanyalah ia kepada kakak-kakaknya apakah mereka selamat. (26)
Lalu berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya: "Apakah
yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang
menghindarkan cemooh dari Israel?
Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan
barisan dari pada Allah yang hidup?" (27) Rakyat itupun
menjawabnya dengan perkataan tadi: "Begitulah akan dilakukan kepada orang
yang mengalahkan dia." (28) Ketika Eliab, kakaknya yang
tertua, mendengar perkataan Daud kepada orang-orang itu, bangkitlah amarah
Eliab kepada Daud sambil berkata: "Mengapa engkau datang? Dan pada
siapakah kautinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di padang gurun? Aku kenal sifat pemberanimu dan
kejahatan hatimu: engkau datang ke mari dengan maksud melihat
pertempuran." (29) Tetapi jawab Daud: "Apa yang telah
kuperbuat? Hanya bertanya saja!" (30) Lalu berpalinglah ia
dari padanya kepada orang lain dan menanyakan yang sama. Dan rakyat memberi
jawab kepadanya seperti tadi. (31) Terdengarlah kepada orang
perkataan yang diucapkan oleh Daud, lalu diberitahukanlah kepada Saul. Dan Saul
menyuruh memanggil dia. (32) Berkatalah Daud kepada Saul:
"Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi
melawan orang Filistin itu." (33) Tetapi Saul berkata
kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu
untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya
telah menjadi prajurit." (34) Tetapi Daud berkata kepada
Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila
datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, (35) maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu
dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap
janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. (36) Baik singa
maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak
bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia
telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup." (37) Pula kata Daud:
"TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang,
Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu." Kata Saul
kepada Daud: "Pergilah! TUHAN menyertai engkau."
Problem Daud adalah : bahwa dia seperti bangsa Israel, mulai
memperhitungkan kepada dirinya sendiri atas apa yang telah Tuhan lakukan melalui
kuasa-Nya. Tuhan telah memperingatkan orang-orang Israel mengenai kebanggaan palsu
ini :
Ulangan 8:11-14, 17-18:
Ulangan 8:11-14, 17-18:
(11) Hati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN,
Allahmu, dengan tidak berpegang pada perintah, peraturan dan ketetapan-Nya,
yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; (12) dan supaya, apabila engkau sudah
makan dan kenyang, mendirikan rumah-rumah yang baik serta mendiaminya, (13) dan
apabila lembu sapimu dan kambing dombamu bertambah banyak dan emas serta
perakmu bertambah banyak, dan segala yang ada padamu bertambah banyak, (14)
jangan engkau tinggi hati, sehingga engkau melupakan TUHAN, Allahmu, yang
membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan,
(17) Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. (18) Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.
(17) Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. (18) Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.
Saya percaya inilah yang sebenarnya terjadi pada Daud.
Terlampau banyak memperhitungkan pada dirinya sendiri untuk apa yang telah Tuhan kerjakan, sepertinya ini telah menyebabkan dua dosa yang sangat serius dan
menghancurkan. Dua kali dalam catatan biografi kegagalan Daud untuk pergi ke medan perang pada saat
dimana para raja biasanya pergi ke medang perang :
2 Samuel 11:1-4
2 Samuel 11:1-4
(1) Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju
berperang, maka Daud menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya dan
seluruh orang Israel.
Mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem.
(2) Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat
pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari
atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok
rupanya. (3) Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang
berkata: "Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het
itu." (4) Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu
datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai
membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke
rumahnya.
1 Tawarikh 20:1
(1) Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Yoab membawa keluar bala tentaranya, lalu ia memusnahkan negeri bani Amon, kemudian ia maju dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem. Yoab memukul kalah Raba dan meruntuhkannya.
1Tawarikh 21:1-4
(1) Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Yoab membawa keluar bala tentaranya, lalu ia memusnahkan negeri bani Amon, kemudian ia maju dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem. Yoab memukul kalah Raba dan meruntuhkannya.
1Tawarikh 21:1-4
(1) Iblis bangkit melawan orang Israel
dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel. (2) Lalu berkatalah Daud
kepada Yoab dan kepada para pemuka rakyat: "Pergilah, hitunglah orang Israel
dari Bersyeba sampai Dan, dan bawalah hasilnya kepadaku, supaya aku tahu jumlah
mereka." (3) Lalu berkatalah Yoab: "Kiranya TUHAN menambahi
rakyat-Nya seratus kali lipat dari pada yang ada sekarang. Ya tuanku raja,
bukankah mereka sekalian, hamba-hamba tuanku? Mengapa tuanku menuntut hal ini?
Mengapa orang Israel
harus menanggung kesalahan oleh karena hal itu?" (4) Namun titah raja itu
terpaksa diikuti oleh Yoab, maka pergilah Yoab menjelajahi seluruh Israel,
kemudian kembali ke Yerusalem.
Bisa jadi dua peristiwa ini yang pengisahannya terpisah satu
sama lain, merupakan akibat dari kegagalan yang sama pada saat Daud seharusnya pergi
ke medan perang
dengan pasukan-pasukanya namun dia tidak pergi. Dalam kedua kasus, Israel berperang bersama Rabbah.
Dalam kedua kejadian ini, di musim semi ketika para raja lazimnya pergi berperang, Daud tidak pergi. Dia tinggal di
kediamannya. Dan akibatnya dia berakhir
di tempat tidur bersama seorang isteri prajuritnya yang loyal dan pada akhirnya
berakhir menjadi sebuah sekutu rahasia dengan pasukan musuh, yang dia gunakan untuk membunuh prajurit
bernama Uriah untuk “menyembunyikan” dosanya. Dalam kejadian kedua, Daud
menghitung pasukan-pasukannya, yang melahirkan sebuah malapetaka kemarahan Tuhan terhadap bangsa Israel.
Akibat dosa Daud
terlihat menyolok dalam teks-teks Perjanjian Lama. Tujuan saya disini
adalah untuk mempertimbangkan mengapa Daud tinggal di rumahnya ketimbang pergi
ke medan perang
sebagaimana normalnya para raja melakukannya dan sebagaimana seharusnya dilakukan Daud. Saya
menimbang bahwa Daud mulai memperhitungkan pada dirinya sendiri atas
kemenangan-kemenangan yang Tuhan
kerjakan melalui kuasa-Nya. Daud nampaknya begitu percaya diri
menaklukan musuh-musuhnya sehingga dia bahkan tidak perlu pergi ke medan perang bersama dengan pasukan-pasukanya. Dia dapat
berperan sebagai komandan dan kepala pasukan
sementara diantara lembar-lembar ini, dan tepat disini, diantara lembar-lembar itu,
Daud mengalami kekalahan terbesar dalam kehidupannya. Sehingga oleh sebab itu
Daud memerintahkan Yoab dan para pemuka Israel
untuk menghitung pasukan-pasukan Israel. Walaupun Yoab
sangat mendesaknya untuk tidak melakukannya, Daud bersikukuh, dengan
konsekuensi besar bagi orang-orang Israel.
Tetapi mengapa menghitung
orang-orang Israel?
Untuk alasan yang sama banyak dari kita
yang terus menghitung “keputusan-keputusan yang kita buat untuk Kristus”
atau “kehadiran kita minggu ini” ( bukan bahwa itu salah untuk melakukannya).
Banyak dari kita ingin memiliki angka-angka karena kita percaya ada kekuatan
dalam angka-angka. Daud nampaknya ingin mengetahui jumlah orang-orang Israel sehingga dia dapat merasa yakin untuk memenangkan pertempuran-pertempuran
yang dia lakukan melawan musuh-musuh bangsa Israel. 300 orang Gideon tidak akan memberikan keyakinan yang
besar bagi Daud pada saat seperti ini dalam kehidupannya. Daud nampaknya
memandang kemenangan-kemenangan Israel
sebagai kemenangan-kemenangannya dan kekuatan Israel pada angka-angka sebagai
kekuatannya. Dia telah menjadi salah.
Daud tidak pernah menjadi lebih kuat daripada didalam kelemahan-kelemahannya
saat sebagai pemuda, ketika dia berdiri tegap melawan Goliat dalam kuasa Tuhan
dan tidak dengan kekuatannya sendiri.
Kehidupan Daniel dan ketiga sahabatnya, sebagaimana tercatat
dalam Kitab Daniel, memberikan contoh lainya bagaimana iman pada kuasa Tuhan menghasilkan
pahlawan-pahlawan iman. Ketika Daniel menolak untuk berhenti berdoa kepada “Tuhan”-nya, raja Darius
dengan ragu-ragu memaksa untuk melempar mereka kedalam sebuah sarang
singa. Kata-kata terakhir Darius sebelum
dia meninggalkan Daniel dalam kandang singa-singa, “"Allahmu yang
kausembah dengan tekun, Dialah kiranya yang melepaskan engkau!" (Daniel
6:16)
Raja benar, dan
kata-kata yang dia ucapkan untuk menanggapi keyakinan Daniel memberikan nilai
kepada yang seharusnya, kepada Tuhan, yang oleh kuasa-Nya, Daniel telah
dilepaskan dari “kuasa singa-singa”
:
Daniel 6:26-27
Daniel 6:26-27
(26)Bersama ini kuberikan perintah, bahwa di seluruh
kerajaan yang kukuasai orang harus takut dan gentar kepada Allahnya Daniel,
sebab Dialah Allah yang hidup, yang kekal untuk selama-lamanya;
pemerintahan-Nya tidak akan binasa dan kekuasaan-Nya tidak akan berakhir. Dia
melepaskan dan menolong, dan mengadakan tanda dan mujizat di langit dan di
bumi, Dia yang telah melepaskan Daniel dari cengkaman singa-singa."
Demikian juga, melalui iman ketiga sahabat Daniel akan kuasa
Tuhan sehingga Nebukadnezar juga membuat pengakuan yang serupa. Nebukadnezar
memiliki sebuah patung emas yang besar dimana ditetapkan bahwa semua orang
harus menyembah patung itu ketika musisi raja memainkan musik. Sadrakh, Mesakh
dan Abednego telah menolak untuk menyembah kepada patung raja, membuat raja
kesal dan membuat ancaman ini :
Daniel 3:14-15
(14) berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: "Apakah benar, hai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? (15) Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?"
Daniel 3:14-15
(14) berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: "Apakah benar, hai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? (15) Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?"
Betapa ini adalah sebuah tantangan terhadap kuasa Tuhan! Perhatikan respon ketiga sahabat Daniel. Tanggapan pertama mereka yang paling utama adalah sebuah ungkapan iman kepada kuasa Tuhan untuk melakukan apapun yang Dia pilih. Ungkapan kedua adalah sebuah ekspresi penundukan diri sebagai manusia terhadap kehendak Tuhan, yang bisa saja membebaskan mereka dari api atau membebaskan mereka melalui sebuah kematian yang mengerikan (bandingkan dengan Filipi 1:19-24) :
Daniel 3:16-18
(16) Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. (17) Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; (18) tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
(16) Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. (17) Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; (18) tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
Kenyataannya, Tuhan membebaskan ketiga orang ini dalam sebuah cara yang tidak
pernah mereka bayangkan. Ketimbang menjauhkan mereka dari dalam api, Tuhan
membawa mereka melalui api, hidup-hidup, dan tanpa sedikitpun bau asap pakaian
mereka (Lihat Daniel 3:27). Nebukadnezar segera belajar hal lain terkait kuasa Tuhan membandingkannya
dengan “kuasanya” sendiri, dia sampai kepada kesadarannya dan mengeluarkan
pernyataan ini bagi untuk didengarkan dan diperhatikan :
Daniel 4:1-33, 34-37
(1) Dari raja Nebukadnezar kepada orang-orang dari segala
bangsa, suku bangsa dan bahasa, yang diam di seluruh bumi:
"Bertambah-tambahlah kiranya kesejahteraanmu! (2) Aku berkenan memaklumkan
tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang telah dilakukan Allah yang maha tinggi
kepadaku. (3) Betapa besarnya tanda-tanda-Nya dan betapa hebatnya
mujizat-mujizat-Nya! Kerajaan-Nya adalah kerajaan yang kekal dan
pemerintahan-Nya turun-temurun!... (34) Tetapi setelah lewat waktu yang
ditentukan, aku, Nebukadnezar, menengadah ke langit, dan akal budiku kembali
lagi kepadaku. Lalu aku memuji Yang Mahatinggi dan membesarkan dan memuliakan
Yang Hidup kekal itu, karena kekuasaan-Nya ialah kekuasaan yang kekal dan
kerajaan-Nya turun-temurun. (35) Semua penduduk bumi dianggap remeh; Ia berbuat
menurut kehendak-Nya terhadap bala tentara langit dan penduduk bumi; dan tidak
ada seorangpun yang dapat menolak tangan-Nya dengan berkata kepada-Nya:
"Apa yang Kaubuat?" (36) Pada waktu akal budiku kembali kepadaku,
kembalilah juga kepadaku kebesaran dan kemuliaanku untuk kemasyhuran kerajaanku.
Para menteriku dan para pembesarku menjemput
aku lagi; aku dikembalikan kepada kerajaanku, bahkan kemuliaan yang lebih besar
dari dahulu diberikan kepadaku. (37) Jadi sekarang aku, Nebukadnezar, memuji,
meninggikan dan memuliakan Raja Sorga, yang segala perbuatan-Nya adalah benar
dan jalan-jalan-Nya adalah adil, dan yang sanggup merendahkan mereka yang
berlaku congkak.
Bersambung : Bagian 5
The Power of God ,Study By: Bob Deffinbaugh | diterjemahkan oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment