Oleh : Arthur W. Pink
KEADILAN ALLAH (4)
credit : Institut des Sciences Cognitives |
Bacalah lebih dulu bagian 3
MANIFESTASI
Keadilan Allah
Mari kita pastikan tidak ada kesalahan mengenai hal ini sejak semula, bahwa itu adalah manifestasi keadilan Allah dibawah penyelenggaraan atau pengadaan yang Dia telah lembagakan, yang akan kita ulas. Hal ini tidak dapat dikemukakan secara terlampau kuat, bahwa ada sebuah perbedaan luas antara keadilan Allah ketika itu dipandang secara absolut,dan ketika dipandang secara relatif—sebuah perbedaan senyata dan sebesar seperti yang ada antara independensi esensialnya, dan pembatasan-pembatasan yang Dia telah lakukan secara sukarela. Keadilan Allah dipandang secara absolut, terdiri dari hak-hak Ilahinya sendiri untuk melakukan apa saja yang Dia maui. Keadilan Allah dipandang secara relatif, terdiri dari rute atau alur tindakan dalam hubungan dengan mahluk-mahluk yang Dia telah tempatkan dalam sebuah konstitusi moral, dimana disitu Dia telah mengikrarkan diri-Nya sendiri kepada sebuah urutan/tatanan prosedur tertentu.
Perbedaan tajam ini jauh lebih
daripada sekedar sebuah kepresesian
yang filosopis: itu adalah sebuah fakta
dasar. Allah yang akbar adalah secara absolut bebas untuk menciptakan atau tidak
menciptakan, tepat sebagaimana Dia telah memandangnya telah memenuhi maksud-Nya.
Tidak ada desakan—baik dari dalam atau dari luar—bagi Dia untuk membawa mahluk-mahluk kedalam eksistensi. Dia
telah memutuskan untuk meneruskan menjadi tindakan-tindakan penciptaan,
semata-mata demi atau untuk kemuliaan-Nya sendiri.
Dalam cara seperti ini, Allah secara keseluruhan bebas untuk menciptakan mahluk-mahluk jenis apapun yang Dia maui—itu adalah semata-mata baginya untuk menentukan apakah mereka harus menjadi entitas-entitas rasional atau tidak. Sehingga demikian juga, adalah pada-Nya untuk memutuskan apakah ya atau tidak kejahatan harus masuk kedalam dunia-Nya dan dosa merusak pekerjaan-pekerjaan tangan-Nya.
Lebih jauh lagi, adalah sepenuhnya pada opsi-Nya apakah Dia seharusnya segera
melenyapkan pelaku-pelaku jahat atau apakah eksistensi mereka dibiarkan ada
berlama-lama; dan jika dibiarkan ada
lama, apakah kelaliman/ketidakadilan harus diampuni atau dihukum; dan jika dihukum
dalam cara apa dan untuk berapa lama. Sayang sekali, betapa bebalnya
generasi kitab suci ini!Aye-aye atau Daubentonia madagascariensis |
Dalam cara seperti ini, Allah secara keseluruhan bebas untuk menciptakan mahluk-mahluk jenis apapun yang Dia maui—itu adalah semata-mata baginya untuk menentukan apakah mereka harus menjadi entitas-entitas rasional atau tidak. Sehingga demikian juga, adalah pada-Nya untuk memutuskan apakah ya atau tidak kejahatan harus masuk kedalam dunia-Nya dan dosa merusak pekerjaan-pekerjaan tangan-Nya.
"Aparat keamanan bersenjata menyerbu sebuah bank dimana terjadi aksi penyaderaan yang diduga dilakukan jaringan Al Qaeda Credit : Euronews |
Secara absolut dipandang, maka, keadilan Allah bersama dengan kedaulatan-Nya. Itu hendak mengatakan, apapun yang Allah dekritkan dan apapun yang dia lakukan adalah adil—tidak lain dan tidak bukan karena hal itu dilakukan dari kehendak agungnya sendiri. Tetapi secara relatif dipandang, keadilan Allah terdiri dari penyelenggaraan pemerintahan-Nya dalam imparsialitas (ketakberpihakan/keadilan yang tegak lurus) yang ketat, hukum yang Dia telah berkenan untuk diberlakukan, sehingga Dia memberikan kepada masing-masing manusia berada dibawah hukum-Nya, ganjaran atau imbalan semestinya.
Diatas kita telah menyebutkan “pembatasan-pembatasan” tersebut yang mana Allah secara sukarela mengambil bagi diri-Nya sendiri: jangan sampai ini disalahmengerti atau terdistorsi maknanya, kita harus segera mendefinisikan makna kita. Itu telah menyukakan Allah untuk membentuk sebuah tujuan atau rencana, gambaran umum luas yang disingkapkan dalam Firman-Nya, dan Dia sekarang bertindak seturut Firman-Nya. Itu telah memuaskan/berkenan kepada Allah untuk membentuk sebuah maksud atau rencana dan ancaman-ancaman, dan Dia telah mengikrarkan diri-Nya sendiri untuk menggenapinya.
Kita kemudian akan menimbang cermat keadilan Ilahi itu sebagai dimanifestasikan dibawah penyelenggaraan/penyediaan yang Tuhan Allah telah putuskan sebelumnya.
Pertama, itu dibuktikan dengan kesaksian, oleh HATI NURANI kita.
Karena itu menyukakan atau berkenan bagi Pencipta untuk
menjadikan manusia sebuah mahluk rasional dan menempatkan dia dibawah
hukum eksternal, Dia juga telah melihat pas/sesuai
dengan maksudnya untuk menyediakan bukti didalam diri manusia itu, bahwa dia
adalah subyek terhadap sebuah Pemerintah yang benar dan adil. Manusia tidak
hanya diberikan dengan sebuah kemampuan
mental yang memampukan dia untuk membedakan benar dan salah—tetapi dengan kesadaran akan sesuatu melalui indera-indera
/persepsi-persepsi yang secara intuitif merasakan bahwa keadilan layak untuk pujian, dan ketidakadilan layak
untuk penghukuman. Ini adalah sebuah
bagian “kerja hukum tertulis dalam hati
mereka”(Roma 2:15) oleh Pencipta manusia. Itu adalah
konsekuensi kemampuan atau kecakapan moral bahwa orang yang jahat “mengetahui
(didalam diri mereka sendiri) penghakiman Allah, bahwa mereka yang melakukan
hal-hal semacam itu layak akan kematian” (Roma 1:32). Karena
itulah semenjak permulaan waktu, dan sepanjang abad-abad-- bahkan orang kafir yang paling hina
moralnya dan bebal
intelektualnya berupaya melakukan segala cara melalui sarana dan
instrumen (jelas saja, cara yang tidak benar di mata Allah) dalam upaya meredakan murka
Ilahi.
Itu adalah area tanggungjawab hati nurani kita, untuk menakar tindakan-tindakan kita dalam skala-skala Hukum Allah ( atau apa yang kita pahami menjadi Hukum-Nya) dan menjatuhkan hukuman sesuai dengan keselarasan mereka atau kekurangselasarasan dengan standard itu. Itu telah diistilahkan secara benar sebagai deputi atau wakil kecil pemerintahan-“viceregent” (karena Allah tidak dalam posisi bertahkta di hati manusia itu) Allah didalam jiwa-jiwa kita, karena hati nurani tidak hanya melakukan pemantauan dengan mengingatkan kita akan kewajiban kita dan untuk melakukan yang dituntut hukum—tetapi juga (hati nurani) adalah sebuah hakim yang lebih rendah kedudukannya yang mengajukan kita dihadapan pengadilannya dan mendeklarasikan kita tidak bersalah atau bersalah. Hukuman-hukumannya bekerja pada asumsi bahwa Hukum Allah adalah “kudus, adil dan baik,” dengan tuntutan-tuntutan yang terikat untuk dipatuhi.
Dan seperti Roma 2 katakan pada kita, kemampuan atau kecakapan moral ini bekerja pada mereka yang benar-benar tidak menerima Hukum Allah yang tertulis—seperti mereka yang menerima. Jadi kita melihat bagaimana mahluk-mahluk membawa didalam diri mereka—seorang saksi yang untuk memperlihatkan keadilan Allah bagi pembentukan/penegakan pikirannya sebanyak karya-Nya menyeimbangkan awan-awan.
Pekerjaan-pekerjaan hati nurani memang benar-benar menakjubkan, karena mereka kerap menelanjangi kesombongan dan kepura-puraan yang paling munafik, dan menyadarkan kita akan dosa pada saat/momen itu - ketika kita melakukan semua argumen -argumen salah dengan maksud memperdaya untuk membenarkan perilaku kita yang sakit jiwa atau tidak masuk akal.
Dalam cara ini, hak-hak Allah sebagai Pemerintah Tertinggi untuk menempatkan manusia dibawah hukum dan untuk menerapkan sanksi-sanksinya, dimanifestasikan didalam dia bahkan ditengah-tengah upaya-upayanya untuk menolak tuntutan-tuntutan-Nya dan melarikan diri dari penghukuman-penghukuman-Nya. Ini mendukung tegas klaim-klaim Allah, menemani kita kemanapun kita pergi dan membuat suaranya terdengar didalam kesendirian dan juga didalam bersama dengan orang-orang lain. Hati nurani mencela orang-orang yang tidak pernah berpikir akan teguran, dan [hati nurani] berbicara dengan kekuatan yang memiliki pengaruh pada jiwa dan pikiran seperti membuat raja-raja untuk gemetar atas takhta-takhta mereka. Hati nurani memeriksa kita kala kita merencanakan rancangan-rancangan jahat dan jika tidak diperhatikan, mengacaukan atau merusak kesukaan kita meskipun kita berupaya untuk menikmati keinginan-keinginan kita yang jahat.
Bersambung ke Bagian 5
The Justice of God |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
Itu adalah area tanggungjawab hati nurani kita, untuk menakar tindakan-tindakan kita dalam skala-skala Hukum Allah ( atau apa yang kita pahami menjadi Hukum-Nya) dan menjatuhkan hukuman sesuai dengan keselarasan mereka atau kekurangselasarasan dengan standard itu. Itu telah diistilahkan secara benar sebagai deputi atau wakil kecil pemerintahan-“viceregent” (karena Allah tidak dalam posisi bertahkta di hati manusia itu) Allah didalam jiwa-jiwa kita, karena hati nurani tidak hanya melakukan pemantauan dengan mengingatkan kita akan kewajiban kita dan untuk melakukan yang dituntut hukum—tetapi juga (hati nurani) adalah sebuah hakim yang lebih rendah kedudukannya yang mengajukan kita dihadapan pengadilannya dan mendeklarasikan kita tidak bersalah atau bersalah. Hukuman-hukumannya bekerja pada asumsi bahwa Hukum Allah adalah “kudus, adil dan baik,” dengan tuntutan-tuntutan yang terikat untuk dipatuhi.
Dan seperti Roma 2 katakan pada kita, kemampuan atau kecakapan moral ini bekerja pada mereka yang benar-benar tidak menerima Hukum Allah yang tertulis—seperti mereka yang menerima. Jadi kita melihat bagaimana mahluk-mahluk membawa didalam diri mereka—seorang saksi yang untuk memperlihatkan keadilan Allah bagi pembentukan/penegakan pikirannya sebanyak karya-Nya menyeimbangkan awan-awan.
Pekerjaan-pekerjaan hati nurani memang benar-benar menakjubkan, karena mereka kerap menelanjangi kesombongan dan kepura-puraan yang paling munafik, dan menyadarkan kita akan dosa pada saat/momen itu - ketika kita melakukan semua argumen -argumen salah dengan maksud memperdaya untuk membenarkan perilaku kita yang sakit jiwa atau tidak masuk akal.
Dalam cara ini, hak-hak Allah sebagai Pemerintah Tertinggi untuk menempatkan manusia dibawah hukum dan untuk menerapkan sanksi-sanksinya, dimanifestasikan didalam dia bahkan ditengah-tengah upaya-upayanya untuk menolak tuntutan-tuntutan-Nya dan melarikan diri dari penghukuman-penghukuman-Nya. Ini mendukung tegas klaim-klaim Allah, menemani kita kemanapun kita pergi dan membuat suaranya terdengar didalam kesendirian dan juga didalam bersama dengan orang-orang lain. Hati nurani mencela orang-orang yang tidak pernah berpikir akan teguran, dan [hati nurani] berbicara dengan kekuatan yang memiliki pengaruh pada jiwa dan pikiran seperti membuat raja-raja untuk gemetar atas takhta-takhta mereka. Hati nurani memeriksa kita kala kita merencanakan rancangan-rancangan jahat dan jika tidak diperhatikan, mengacaukan atau merusak kesukaan kita meskipun kita berupaya untuk menikmati keinginan-keinginan kita yang jahat.
Bersambung ke Bagian 5
The Justice of God |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment