Oleh : Morgan Bennett
Artikel dengan judul diatas , diangkat dan diadopsi dari sebuah artikel yang disajikan oleh Morgan Bennett, Juris Doctor candidate, di Public Discourse, The Whiterspoon Institute. Diharapkan artikel ini memberikan peringatan serius bahwa pornografi adalah bahaya yang amat mematikan, sama mematikannya dengan jika anda kecanduan Kokain atau Heroin, bahkan riset-riset otak belakangan ini menunjukan bahaya yang lebih dahsyat daripada yang disebabkan Kokain. Biarlah Tuhan Yesus Kristus menjadi sumber pertolongan dan pemulihan bagi siapapun untuk lepas dari candu pornografi/narkotika baru.
Narkotika Baru : Pornografi
Riset neurologika baru menyingkapkan bahwa pornografi sama berpotensi adiktif seperti heroin atau kokain.
Suatu hari, aku mendengar seorang pria berkata bahwa Starbucks adalah “dealer narkotika terbesar di Amerika Serikat.” Tetapi bagaimana jika saya katakan kepadamu bahwa internet “ adalah dealer narkotika terbesar di Amerika Serikat?”
Sebuah badan riset mendukung pernyataan semacam ini terkait sebuah jenis “narkotika” baru : pornografi internet. The National Survey on Drug Use and Health telah memperkirakan bahwa pada 2008 ada 1,9juta pengguna kokain. Menurut Central Intelligence Agency, ada sebuah perkiraan pengguna heroin sebesar 2juta di Amerika Serikat, dengan sekitar 600.000 hingga 800.000 dianggap pecandu-pecandu kelas berat. Bandingkan angka-angka ini dengan 40 juta pengguna reguler pornografi online di Amerika.
Riset Neurologikal telah menyingkapkan bahwa efek pornografi internet pada otak manusia sama kuatnya—jika tidak lebih kuat—dibandingkan dengan substansi-substansi adiktif kimia seperti kokain atau heroin. Dalam sebuah pernyataan tertulis dihadapan Kongres, Dr. Jeffrey Satinover, seorang psikiatris, psikoanalis, dan mantan Fellow di Psychiatry di Yale, telah memberi peringatan sebagai berikut:
With the advent of the computer, the delivery system for this addictive stimulus [internet pornography] has become nearly resistance-free. It is as though we have devised a form of heroin 100 times more powerful than before, usable in the privacy of one’s own home and injected directly to the brain through the eyes. It’s now available in unlimited supply via a self-replicating distribution network, glorified as art and protected by the Constitution.
[Dengan datangnya komputer, sistem penyampai/pengantar bagi stimulus adiktif ini (pornografi internet) telah menjadi hampir bebas dari resistensi atau penolakan. Hal ini seolah-olah kita telah merancang sebuah jenis heroin yang 100 kali lebih kuat daripada sebelumnya, dapat digunakan dalam privasi di rumah sendiri dan menyuntikannya secara langsung ke otak melalui mata. Itu sekarang tersedian dalam pasok tak terbatas melalui sebuah jaringan distribusi yang mereplikasi (memperbanyak) sendiri, telah dimuliakan sebagai seni dan telah dilindungi oleh Konstitusi.]
Ada tiga alasan utama, pornografi internet secara radikal berbeda dari bentuk-bentuk sebelumnya :
-
kemudahan
mendapatkannya (affordability, K.
Doran, Assistant Professor of Economics di
Notre Dame University, mengestimasi bahwa 80% hingga 90% pengguna porno, menontin konten online gratis)
- Aksesibiltas (Akses 24 jam 7 hari dimanapun dengan sebuah
akses internent), dan yang paling penting--
- Anonimitas atau identitas pengakses yang terlindungi (dirahasiakan) atau anonim.
Tiga faktor ini berkombinasi dengan penggambaran yang memberikan pengalaman oleh orang yang sesungguhnya mempertunjukan tindakan-tindakan seks yang nyata pada saat penonton mengamati telah menciptakan sebuah narkotik yang kuat—dalam makna yang paling hurufiah.
Namun banyak orang akan berpendapat bahwa pornografi hanyalah “ bahasa,” sebuah bentuk “ekspresi” seksual yang harus dilindungi sebagai hak konstitusional dibawa Amandemen Pertama (First Amandment).
Pertanyaan dari First Amandment memang tak tersanggahkan merupakan halangan utama untuk menjernihkan sebuah sudut legal—dan Morgan Bennet mengangkat pertanyaan ini pada esai Public Discourse mendatang. Saat ini dia menekankan pada perspektif sains, ujarnya, karena temuan-temuan regional belakangan ini telah mengekspos bahwa pornografi internet menjadi sesuatu yang jauh, jauh lebih daripada sekedar “expresi ide/gagasan.”
Narkotika Baru : Pornografi Internet
credit: omicsgroup.co.in |
Sementara istilah “kecanduan obat (drug addiction)” secara khusus digunakan untuk menjelaskan substansi-substansi kimia yang secara fisik dimasukkan kedalam tubuh melalui mulut (atau dihirup atau disuntik) , pornografi internet—dimasukan melalui kedua mata—mempengaruhi otak secara kimia dan secara fisik dalam sebuah cara yang serupa dengan substansi-substansi kimia illegal tersebut. William M.Struthers, Profesor Psikologi di Wheaton College, menjelaskan dalam bukunya Wired for Intimacy: How Pornography Hijacks the Male Brain bahwa kerja pornografi “melalui sirkuit syaraf yang sama, memiliki efek-efek yang sama sehubungan dengan toleransi dan penarikan/pengakhiran, dan memiliki setiap ciri khas lainnya pada seorang pecandu.”
Credit : drugabuse.gov |
Ini karena bagian-bagian sama pada otak bereaksi terhadap substansi-substansi illegal dan ransangan seksual. Dopamin, kimia yang dipicu oleh rangsangan seksual dan orgasme, juga kimia yang memicu sebuah jalur komunikasi pada neuron-neuron dalam otak . Seperti diungkapkan Donald L. Hilton Jr., MD, seorang praktisi bedah syaraf dan seorang associate Profesor klinikal bedah syaraf di University of Texas :
Pornography is a visual pheromone, a powerful 100 billion dollar-per-year brain drug that is changing sexuality even more rapidly through the cyber-acceleration of the Internet. It is “inhibiting orientation” and “disrupting pre-mating communication between the sexes by permeating the atmosphere.”
Pornografi adalah sebuah feromon ( substansi kimi pada hewan atau serangga yang diproduksi untuk memikat pasangannya secara seksual) visual, sebuah obat otak yang begitu kuat senilai 100 milyar per tahun yang mengubah seksualitas bahkan secara lebih cepat melalui akselerasi/percepatan cyber internet. Itu adalah “orientasi yang membelenggu” dan “merusak komunikasi pra mencari pasangan antara jenis kelamin dengan menembus atmosfir.”
Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa banyak substansi dan aktifitas-aktifitas—seperti menonton TV, makanan, belanja, dan lain-lain—dapat menyebabkan kecanduan—membentuk zat-zat kimia dalam otak, namun demikian pastilah kita tidak ingin pemerintah meregulasi berapa banyak kita menonton, berapa sering kita belanja, atau berapa banyak kita makan.
-
Credit: The University of Texas |
Meskipun ada banyak orang dengan kecanduan TV, makanan, dan belanja, Dr Hilton berpendapat bahwa gambar-gambar seksual adalah “unik diantara imbalan natural” karena imbalan-imbalan seksual tidak seperti makanan atau imbalan natural lainnya, menyebabkan “perubahan persisten dalam plastisitas sinaptik.” Dengan kata lain, pornografi internet mengerjakan lebih banyak daripada hanya melejitkan level dopamin dalam otak untuk kesenangan sensual. Itu secara hurufiah mengubah hal fisik didalam otak sehingga jalur-jalur komunikasi baru neurologikal membutuhkan material pornografi agar memicu imbalan sensasi yang diinginkan.
Jadi bagaimana pornografi internet dibandingkan dengan
substansi-substansi adiktif kimia seperti kokain
atau heroin?
- Kokain dianggap sebuah stimulan yang meningkatkan level-level dopamin dalam otak. Dopamin merupakan transmiter neuro primer yang dilepaskan substansi-substansi yang paling adiktif, sebab zat seperti ini menyebabkan sebuah hasrat yang “tinggi” dan berlanjut untuk sebuah pengulangan perasaan kepuasan yang tinggi , ketimbang sekedar sebuah kelanjutan melalui jalan endorphin (kelompok protein-protein yang terjadi dalam otak dan memiliki sifat penghilang rasa sakit yang khas tipikal opium dan candu sejenisnya , ditemukan pertama kali tahun 1970an,mencakup enkephalin, beta –endorphin, dan dynorphin— Concise Encyclopedia, editor Anchor).
credit: addictions.com |
-
Sementara Heroin disisi lain, adalah sebuah candu (opiate), yang
memiliki sebuah efek merilekskan. Kedua jenis narkotik ini memicu kimia
toleransi, yang membutuhkan jumlah
obat-obatan yang lebih tinggi setiap
kali digunakan untuk mencapai intensitas
efek yang sama.
- Pornografi, dengan membangkitkan (efek “tinggi” via dopamin ) dan menyebabkan sebuah orgasme (efek “lepas” melalui candu), adalah sebuah tipe polydrug (pelibatan lebih dari satu jenis obat) yang memicu baik tipe-tipe kecanduan kimia-kimia otak dalam satu pukulan, meningkatkan propensitas/kecenderungan serta juga kekuatannya untuk mendesak atau menekan sebuah pola peningkatan toleransi.
Toleransi dalam kasus pornografi tidak harus
membutuhkan kuantitas pornografi yang
lebih besar tetapi konten pornografi yang jauh lebih tidak biasa/ berbeda, seperti tindakan-tindakan seksual yang lebih
tabu/dipantangkan, pornografi anak, atau pornografi sadomasokistik.
Aspek kecanduan atau
ketagihan pornografi lainnya yang mengejutkan:
Melampaui kecanduan dan karakteristik-karakteristik penyalahgunaan substansi-substansi narkotika yang amat berbahaya adalah kepermanenannya:
-
Sementara
substansi-substansi narkotika dapat dimetabolisasikan keluar dari tubuh,
gambar-gambar
pornografi tidak dapat dibuang keluar dari
otak karena gambar-gambar pornografi disimpan dalam memori otak.
- Sementara penyalahguna substansi kimia/narkotika mungkin mengakibatkan bahaya permanen pada tubuh mereka atau otak mereka akibat penggunaan obat, substansi narkotik itu sendiri tidak tinggal tetap dalam tubuh setelah dimetabolisasi keluar dari tubuh. Tetapi dengan pornografi, tidak ada kerangka waktu pemantangan yang dapat menghapus “gulungan-gulungan” gambar-gambar pornografik dalam otak yang dapat terus memberi bahan bakar bagi siklus kecanduan.
Kesimpulannya, riset otak mengkonfirmasikan fakta kritikal bahwa pornografi adalah sebuah narkotik sistem penyampaian yang memiliki sebuah efek dahsyat dan istimewa pada otak manusia dan sistem syaraf. Lebih merupakan sejenis dengan kokain daripada buku-buku atau pidato-pidato publik, pornografi internet bukan semacam “bahasa ekspresi” yang dilindungi oleh Amandemen Pertama (Konstitusi AS) dari penyensoran. Untuk menegaskan bahwa ini hal yang harus diperhatikan secara amat, amat serius, camkanlah apa yang dikemukakan oleh Dr. Doige :
“Mereka yang menggunakan [pornografi] tidak memiliki pemahaman sejauh mana otak-otak mereka dibentuk oleh pornografi.” Memang ,mereka tidak tahu apa-apa bahwa pornografi sedang mengembangkan “ peta-peta baru dalam otak mereka.”
No comments:
Post a Comment