Oleh : Arthur W. Pink
Ketika Gn. Vesuviues meletus secara teramat dahsyat dan mengakibatkan perubahan fundamental pada 79 Masehi, kota dekat Roma bernama Pompeii telah terkubur sedalam beberapa kaki oleh abu dan batu. Sisa reruntuhan kota tetap terkubur selama itu sampai kota terkubur ini ditemukan oleh sebuah tim pengukur tanah pda 1748. Saat para Arkeolog menggali situs ini,mereka mendapatkan situs ini memiliki banyak kantong-kantong udara dimana para korban yang jasadnya telah terurai, telah diawetkan oleh rongga dalam reruntuhan-reruntuhan vulkanik yang mengeras. Dengan mengisi rongga-rongga ini dengan semen, mereka dapat membuat cetakan-cetakan gips, seperti satu yang ditunjukan disini, yang menyingkapkan detail yang luar biasa akan penderitaan penduduk-penduduk Pompeii dalam saat-saat terakhir dalam hidup mereka.
Credit : Time & Life Pictures/Getty Images - National Geographic
Credit : Time & Life Pictures/Getty Images - National Geographic
Murka
Allah
Teramat menyedihkan menemukan begitu banyak yang mengaku orang-orang Kristen yang terlihat menganggap murka Allah seperti sesuatu yang mana mereka harus membuat sebuah permintaan maaf, atau dia setidaknya ingin hal semacam itu tidak ada. Meskipun beberapa diantaranya tidak akan bergerak terlampau jauh untuk secara terbuka mengakui bahwa mereka menganggap hal ini sebagai sebuah cacat atau cela pada karakter Ilahi, namun demikian mereka jauh dari mempertimbangkan hal itu dengan senang; mereka tidak suka memikirkan hal itu, dan mereka jarang mendengarkan hal itu disebutkan tanpa sebuah kebencian tersembunyi yang bangkit didalam hati mereka melawannya. Bahkan dengan mereka yang lebih berpikiran jernih dalam penilaian mereka, tidak sedikit terlihat membayangkan bahwa ada sebuah kekejaman mengenai murka ilahi yang membuatnya sedemikian menakutkan untuk membentuk sebuah tema yang berguna untuk perenungan. Sementara yang lainnya berlabuh pada delusi bahwa murka Allah tidak konsisten dengan kebaikan-Nya, dan karenanya berupaya membuangnya dari pemikiran-pemikiran mereka.
Ya, ada banyak yang meninggalkan sebuah visi tentang murka beranggapan bahwa mereka diminta untuk memandang pada semacam noda kotor dalam karakter ilahi atau semacam cacat moral pada pemerintahan ilahi. Tetapi apa kata kitab suci? Selagi kita membuka mereka kita menemukan bahwa Tuhan tidak melakukan upaya untuk menutupi fakta-fakta terkait murka-Nya. Dia tidak malu untuk membuat hal ini diketahui bahwa pembalasan dan amarah adalah kepunyaan-Nya. Tantangan-Nya sendiri adalah :
- Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorangpun tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku. (Ulangan 32:39-41)
BIS : Lihatlah, Aku Allah Yang Esa, tak ada Allah kecuali Aku. Aku membunuh danmenghidupkan, melukai dan menyembuhkan. Bila Aku bertindak, tak seorang pun dapat melawan.
Sebuah studi konkordansi akan memperlihatkan bahwa ada lebih banyak referensi-referensi dalam kitab suci untuk marah, amuk dan murka Allah, daripada untuk kasih dan kelemahlembutannya. Karena Tuhan adalah kudus, Dia membenci semua dosa; dan karena Dia membenci semua dosa, murka-Nya berkobar terhadap orang berdosa ( Maz 7:11).
Sekarang murka Allah pada tingkat yang sama dengan sebuah kesempurnaan ilahi seperti halnya dengan kesetiaan-Nya, kuasa, atau belas kasih. Memang harus seperti itu, karena tidak ada cela atau cacat apapun, tidak ada cacat sekecilpun dalam karakter Allah; namun akan ada jika “murka” absen dari diri-Nya!
Pengabaian terhadap dosa adalah sebuah cacat moral, dan dia yang membenci dosa bukanlah sebuah kusta moral.
- Bagaimana bisa Dia yang adalah puncak semua kemuliaan terlihat sama puasnya terhadap kebajikan dan keburukan, hikmat dan kebodohan?
- Bagaimana bisa Dia yang secara tak terhingga kudus mengabaikan dosa dan menolak untuk memanifestasikan “kekerasan”-Nya (Roma 11:22) terhadap dosa?
- Bagaimana bisa Dia, yang senang hanya pada yang murni dan indah, tidak muak dan benci dengan yang nazis dan keji?
Sifat Tuhan membuat neraka sebagai hal real yang penting, tidak boleh tidak dan secara kekal dibutuhkan, seperti halnya surga. Bukan hanya tidak ada ketidaksempurnaan Tuhan, tetapi tidak ada kesempurnaan didalam Dia yang kurang sempurna dibandingkan dengan yang lainnya.
Murka Allah adalah kejijikan kekal-Nya atas semua yang tidak benar. Adalah ketidaksenangan dan kemarahan dari keadilan ilahi terhadap kejahatan. Itu adalah kekudusan Tuhan yang menyebabkan aktivitas melawan dosa. Itu adalah pergerakan yang menyebabkan penghukuman adil yang Dia timpakan pada para pelaku kejahatan. Tuhan marah terhadap dosa karena itu adalah sebuah pemberontakan melawan otoritas-Nya, sebuah tindakan salah terhadap kedaulatan-Nya yang tidak dapat dilanggar. Pemberontak-pemberontak melawan pemerintahan Tuhan akan dibuat mengenal bahwa Allah adalah Tuhan. Mereka akan dibuat untuk merasakan betapa besar keagungan yang mereka hina, dan betapa amat mengerikan murka mengancam yang mereka anggap sangat kecil. Murka Allah itu bukanlah pembalasan yang ganas dan berbahaya, mengakibatkan cidera untuk kepentingan hal tersebut, atau sebagai balasan untuk yang mengalami cidera. Tidak, walaupun Tuhan akan mempertahankan kekuasaan-Nya sebagai Pemerintah Alam Semesta, Dia tidak akan menjadi pembalas dendam.
Murka Ilahi adalah salah satu dari kesempurnaan-kesempuranaan Allah yang tidak hanya terbukti dari pertimbangan-pertimbangan yang telah disajikan diatas, tetapi juga dengan jelas ditegakan oleh pernyataan deklarasi-deklarasi Firman-Nya sendiri. “Karena murka Allah disingkapkan dari surge” (Roma 1:18).
-
Robert
Haldane memberikan ulasan pada
ayat ini sebagai berikut :
It was revealed when the sentence of death was first pronounced, the earth cursed, and man driven out of the earthly paradise, and afterwards by such examples of punishment as those of the Deluge, and the destruction of the Cities of the Plain by fire from heaven, but especially by the reign of death throughout the world. It was proclaimed in the curse of the law on every transgression, and was intimated in the institution of sacrifice, and in all the services of the Mosaic dispensation. In the eighth chapter of this epistle, the Apostle calls the attention of believers to the fact that the whole creation has become subject to vanity, and groaneth and travaileth together in pain. The same creation which declares that there is a God, and publishes His glory, also proves that He is the Enemy of sin and the Avenger of the crimes of men...But above all, the wrath of God was revealed from heaven when the Son of God came down to manifest the divine character, and when that wrath was displayed in His sufferings and death, in a manner more awful than by all the tokens God had before given of His displeasure against sin. Besides this, the future and eternal punishment of the wicked is now declared in terms more solemn and explicit than formerly. Under the new dispensation, there are two revelations given from heaven, one of wrath, the other of grace.
[Ayat ini telah menyingkapkan ketika hukuman mati pertama kali dinyatakan, bumi telah dikutuk, dan manusia telah diusir keluar dari firdaus dunia, dan setelah itu oleh sejumlah contoh-contoh penghukuman seperti mereka yang ditimpa bah, dan penghancuran Kota-Kota dataran di Gurun dengan api dari langit, tetapi secara khusus oleh berkuasanya pemerintahan kematian diseluruh dunia. Telah diproklamasikan dalam kutuk hukum atas setiap pelanggaran, dan telah dinyatakan secara tersirat dalam pelembagaan persembahan korban, dan didalam semua ibadah-ibadah pembebasan yang diperintah sepesifik dalam Mosaik. Pada bab ke delapan dari epistel ini, Rasul Paulus meminta perhatian orang-orang percaya pada fakta bahwa seluruh ciptaan telah tunduk pada keangkuhan, dan mengeluh dan menderita bersama-sama dalam kesakitan. Ciptaan yang sama mendeklarasikan bahwa ada seorang Tuhan, dan mempublikasikan kemuliaan-Nya, juga membutktikan bahwa Dia adalah Musuh dosa dan Pembalas kejahatan-kejahatan manusiaTetapi diatas itu semua, murka Allah telah disingkapkan dari surga ketika Anak Allah telah datang turun untuk memanifestasikan karakter ilahi-Nya, dan ketika murka itu dipertontonkan dalam penderitaan-penderitaan dan kematian-Nya, dalam sebuah cara yang lebih mengerikan daripada bukti-bukti atau ekspresi-ekspresi Allah yang telah diberikan sebelumnya atas ketidaksukaanNya terhadap dosa. Disamping ini, penghukuman masa mendatang dan kekal atas yang jahat sekarang ini telah dideklarasikan dalam cara yang lebih serius dan eksplisit daripada sebelumnya. Dalam perintah Tuhan yang baru, ada dua penyingkapan yang telah diberikan dari surga, satu adalah murka dan yang lainnya adalah anugerah. ]
Kembali, bahwa murka Allah adalah sebuah kesempurnaan ilahi yang secara gamblang didemonstrasikan oleh apa yang telah kita baca dalam:
- Mazmur 95:11 :” Kepadanya Akau telah bersumpah dalam murka-Ku.”
- Ada dua keadaan Tuhan “bersumpah” : dalam membuat janji-janji ( Kejadian 22:16), dan dalam mengucapkan penghakiman-penghakiman ( Ulangan 1:34 dan seterusnya). Dalam hal yang pertama, Dia bersumpah dalam belas kasih kepada anak-anak-Nya, dalam hal yang kedua, Dia bersumpah untuk melenyapkan warisan generasi jahat oleh Karena bersungut dan ketidakpercayaan.
- Sebuah sumpah adalah untuk peneguhan yang serius dan sakral (Ibrani 6:16). Dalam Kejadian 22:16 Tuhan berkata,”Demi diri-Ku sendiri Aku bersumpah.” Dalam Mazmur 89:35 Dia mendeklarasikan,” Sekali Aku telah bersumpah demi Kekudusan-Ku.” Sementara itu dalam Mazmur 95:11 Dia menegaskan ,”Aku bersumpah dalam murka-Ku.” Jadi Jehovah yang akbar itu sendiri mendasarkan pada “murka”-Nya sebagai sebuah kesempurnaan yang setara dengan “kekudusan”-Nya : Dia bersumpah demi yang satu sama derajatnya demi yang lainnya!
- Kembali, sebagaimana dalam Kristus “ berdiam seluruh kepenuhan Allah secara jasmani” (Kolose 2:9), dan sebagaimana semua kesempurnaan ilahi secara nyata dan luar biasa diperlihatkan oleh Dia ( Yohanes 1:18), oleh karena itu kita membaca , “Murka Anak Domba” (Wahyu 6:16).
Murka Allah adalah sebuah kesempurnaan karakter ilahi yang terhadap hal ini kita harus sering merenungkannya.
- Pertama, bahwa hati dapat menjadi
dikesankan sebagaimana seharusnya oleh kebencian Tuhan atas dosa. Kita selalu cenderung untuk menganggap dosa secara gampangan, mengabaikan kengeriannya, untuk berdalih atas hal itu. Tetapi semakin kita
mempelajari dan memikirkan dan
merenungkan secara mendalam kebencian Tuhan atas dosa dan pembalasan –Nya yang mengerikan terhadap
dosa, seperti juga kita harus menyadari
kengerian dosa.
- Kedua, untuk memperanakan sebuah takut yang benar dalam jiwa kita bagi Tuhan :” Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. “Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan” (Ibrani 12:28-29). Kita tidak dapat melayani dia “ secara berkenan” kecuali ada hormat yang seharusnya untuk keagungan-Nya yang teramat dahsyat dan “takut yang ilahi” atas marah-Nya yang benar; dan hal-hal ini adalah yang paling baik untuk diangkat dengan sering mengingat bahwa “Tuhan kita adalah api yang menghanguskan.”
- Ketiga, untuk menarik jiwa-jiwa kita dalam pujian yang sepenuh jiwa karena telah dibebaskan dari “murka yang akan datang” ( 1 Tesalonika 1:10).
Kesiapan kita atau keengganan kita untuk merenungkan murka Allah menjadi sebuah tes yang pasti akan sikap hati kita yang sejati terhadap Tuhan. Jika kita tidak sungguh-sungguh bersukacita dalam Tuhan, karena apa yang ada didalam diri-Nya sendiri, dan karena semua kesempurnaan yang secara kekal tinggal diam dalam Diam, maka bagaimanakah kasih Allah berdiam dalam kita? Setiap dari kita harus menjadi sungguh-sungguh berjaga dalam doa yang sungguh-sungguh melawan rekaan sebuah imajinasi Tuhan dalam pemikiran-pemikiran kita yang dipolakan menurut kecenderungan-kecenderungan jahat kita.
Dari Perjanjian Lama Allah telah mengeluhkan,
“engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau” (Maz 50:21).
Jika kita tidak bersukacita “ pada mengingat kekudusannya”(Maz 97:12), jika kita tidak bersukacita karena mengetahui bahwa dalam sebuah Hari yang segera datang, Allah akan membuat sebuah tontonan paling mulia akan murka-Nya dengan melakukan pembalasan atas semua yang sekarang ini melawan Dia, ini adalah bukti positif bahwa hati-hati kita tidak dalam penundukan terhadap Dia, bahwa kita masih hidup dalam dosa-dosa kita, dan kita sedang dalam perjalanan menuju api kekal.
Bersorak-sorailah, hai bangsa-bangsa karena umat-Nya, sebab Ia
membalaskan darah hamba-hamba-Nya (Ulangan 32:43). Dan kembali kita membaca--
(1)Kemudian dari pada itu aku mendengar seperti suara yang nyaring dari himpunan besar orang banyak di sorga, katanya: "Haleluya! Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan adalah pada Allah kita, (2) sebab benar dan adil segala penghakiman-Nya, karena Ialah yang telah menghakimi pelacur besar itu, yang merusakkan bumi dengan percabulannya; dan Ialah yang telah membalaskan darah hamba-hamba-Nya atas pelacur itu." (3) Dan untuk kedua kalinya mereka berkata: "Haleluya! Ya, asapnya naik sampai selama-lamanya." (Wahyu 19:1-3)
(1)Kemudian dari pada itu aku mendengar seperti suara yang nyaring dari himpunan besar orang banyak di sorga, katanya: "Haleluya! Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan adalah pada Allah kita, (2) sebab benar dan adil segala penghakiman-Nya, karena Ialah yang telah menghakimi pelacur besar itu, yang merusakkan bumi dengan percabulannya; dan Ialah yang telah membalaskan darah hamba-hamba-Nya atas pelacur itu." (3) Dan untuk kedua kalinya mereka berkata: "Haleluya! Ya, asapnya naik sampai selama-lamanya." (Wahyu 19:1-3)
Menjadi sukacita besar orang-orang kudus pada hari itu ketika Allah akan membuktikan kemegahan-Nya, menjalankan kekuasaan-Nya yang dahsyat, membesarkan keadilan-Nya, dan melemparkan para pemberontak angkuh yang telah berani menentang Dia.
- Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? (Maz 130:3).
Berangkali setiap kita menanyakan pertanyaan ini, karena ada tertulis,
- “Orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman” (Maz 1:5).
- Betapa terlukanya jiwa Kristus dipenuhi pemikiran-pemikiran Tuhan sedang menandai kejahatan-kejahatan umat-Nya ketika pelanggaran-pelanggaran itu ditimpakan atas-Nya! Dia telah dicengangkan dan sangat berat ( Markus 14:33).
- Kesengsaraan-Nya yang mengerikan, keringat-Nya yang berdarah, permohonan dengan ratap tangis yang kuat dan permohonan-permohonan ( Ibrani 5:7),
- doa-doa-Nya yang diulangi (“jika mungkin, biarlah cawan ini berlalu daripada-Ku),
- teriakan terakhir-Nya yang menakutkan (“Allahku, Allahku, mengapa Engkau telah meninggalkan-Ku?”)
semua memanifestasikan hal yang sangat menakutkan, sedang dinantikan diri-Nya yang telah dia miliki bagi Tuhan untuk “menandai ketidakadilan.” Sehingga orang-orang berdosa yang malang berteriak,” Tuhan, siapakah yang tahan,” ketika Anak Allah sendiri begitu gemetar dibawah beban murka-Nya, Jika kamu, pembacaku, tidak “lari berlindung” kepada Kristus, satu-satunya Juru selamat, “Bagaimana kamu berbuat dalam gelombang besar Yordan? (Yeremia 12:5).
The Wrath of God| diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment