Oleh : Pdt. Budi Asali, M.Div
Lazarus
dan Orang Kaya (1)
Luk 16:19-31 - “(19) ‘Ada seorang kaya yang selalu
berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hariia bersukaria dalam
kemewahan. (20) Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan
borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, (21) dan ingin menghilangkan
laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing
datang dan menjilat boroknya. (22) Kemudian matilah orang miskin itu, lalu
dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (23) Orang kaya itu juga
mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia
memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di
pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku.
Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan
menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25)
Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang
baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat
hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami
dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau
pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami
tidak dapat menyeberang. (27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta
kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih
ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh,
agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. (29) Tetapi
kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka
mendengarkan kesaksian itu. (30) Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi
jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan
bertobat. (31) Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian
Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh
seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.
I) Perumpamaan atau
cerita yang betul-betul terjadi?
Para penafsir memperdebatkan apakah
bagian ini merupakan suatu perumpamaan atau cerita yang betul-betul terjadi.
Kebanyakan penafsir menganggap cerita ini sebagai perumpamaan, tetapi ada
beberapa di sini mempunyai pandangan berbeda.
- Wiersbe’s Expository Outlines (New Testament): “Luke did not say that this narrative was a parable; perhaps it was an actual occurrence” (= Lukas tidakmengatakan bahwa cerita ini adalah suatu perumpamaan; mungkin cerita ini merupakan suatu kejadian sungguh-sungguh).
- Calvin:
“Some look upon it as a simple parable; but, as the name Lazarus occurs
in it, I rather consider it to be the narrative of an actual fact. But that
is of little consequence, provided that the reader comprehends the doctrine
which it contains” (= Sebagian orang
memandangnya sebagai suatu perumpamaan; tetapi karena nama Lazarus ada di
dalamnya, saya menganggapnya sebagai suatu cerita dari fakta yang
sungguh-sungguh terjadi. Tetapi itu kecil akibat / konsekwensinya, asalkan
pembaca mengerti doktrin / ajaran yang dikandungnya) - hal 184.
Catatan: bukan hanya nama ‘Lazarus’, tetapi terutama nama
‘Abraham’, ada dalam cerita ini. Tak pernah ada perumpamaan dengan nama orang,
apalagi nama orang yang betul-betul ada / pernah hidup, dimasukkan di dalam
perumpamaan itu. Sebagai tambahan dari saya,
suatu perumpamaan biasanya ada dongengnya, dan lalu ada artinya atau realitanya
(bdk. Mat 13:3-9,18-23 Mat
13:24-30,36-43). Kalau cerita ini dongengnya, lalu mana / apa arti atau
realitanya? Dan kalau ini dongengnya, bagaimana mungkin ada nama-nama
orang-orang yang pernah sungguh-sungguh hidup masuk di dalamnya?
- Adam Clarke: “This account of the rich man and Lazarus is either a parable or a real history. If it be a parable, it is what may be; if it be a history, it is which has been. Either a man may live as is here described, and go to perdition when he dies; or, some have lived in this way, and are now suffering the torments of an eternal fire. The accounts is equally instructive in which soever of these lights it is viewed” (= Cerita tentang orang kaya dan Lazarus, atau merupakan suatu perumpamaan, atau suatu sejarah yang sungguh-sungguh. Jika itu adalah suatu perumpamaan, itu merupakan sesuatu yang bisa terjadi; jika itu merupakan suatu sejarah, itu adalah apa yang telah terjadi. Atau seseorang bisa hidup seperti yang digambarkan di sini, dan pergi ke neraka pada saat ia mati; atau, beberapa orang telah hidup dengan cara ini, dan sekarang sedang menderita siksaan dari api yang kekal. Cerita ini sama-sama bersifat instruktif dalam terang yang manapun cerita ini dipandang) - hal 464.
Saya
berpendapat bahwa bagian akhir dari kata-kata Clarke maupun Calvin di atas
merupakan sesuatu yang penting.
Sebetulnya tak terlalu jadi soal apakah cerita ini merupakan suatu
perumpamaan atau bukan. Menurut saya itu tak akan terlalu membedakan penafsiran
dari tekst ini. Karena itu banyak juga penafsir yang tak membahas sama
sekali tentang apakah cerita ini merupakan suatu perumpamaan atau bukan.
II) Bagian yang
kelihatan (ay 19-22a,23a).
Bagian yang kelihatan adalah kehidupan
dari 2 orang dalam cerita ini (Lazarus dan orang kaya) sampai mereka mati dan
dikuburkan.
Sekarang mari kita mempelajari beberapa hal
dari bagian ini.
1)
Kedua orang itu sama-sama adalah orang Yahudi.
a) Untuk Lazarus itu terlihat dari
namanya.
Nama Lazarus berasal dari kata Ibrani
EL AZAR yang berarti ‘God has helped’ (= Allah telah menolong).
b) Untuk orang kaya ini
terlihat dari:
- Ia menyebut Abraham dengan sebutan ‘bapa’ (ay 24,27,30), dan
Abraham menyebutnya dengan sebutan ‘anak’ (ay 25). Sebutan ‘bapa’
maupun ‘anak’ di sini tidak mungkin diartikan dalam arti rohani (seperti
misalnya dalam Luk 19:9), karena orang kaya ini jelas bukan orang beriman.
Jadi sebutan ‘bapa’ maupun ‘anak’ harus diartikan secara jasmani, dan ini
menunjukkan bahwa orang kaya ini adalah keturunan Abraham.
- Orang kaya ini mempunyai 5 saudara, dan Abraham mengatakan bahwa kelima saudaranya itu mempunyai ‘kesaksian Musa dan para nabi’ (ay 29), yang jelas menunjuk pada Perjanjian Lama. Bahwa mereka mempunyai Perjanjian Lama, jelas menunjukkan bahwa mereka adalah orang Yahudi (bdk. Ro 3:1-2). Kalau mereka adalah orang Yahudi, maka jelas bahwa orang kaya itu juga adalah orang Yahudi.
Catatan:
para penafsir biasanya menyebut orang kaya ini dengan sebutan ‘Dives’,
yang sebetulnya bukan merupakan suatu nama tetapi merupakan suatu kata
bahasa Latin untuk ‘kaya’ (Barclay, hal 213).
2)
Kedua orang ini mempunyai 2 kehidupan yang sangat kontras (ay 19-21).
a) Yang satu sangat kaya, yang
lain sangat miskin.
Dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia
dikatakan bahwa Lazarus adalah seorang ‘pengemis’ (ay 20). Demikian
juga KJV dan NIV menterjemahkan ‘beggar’ (= pengemis).Tetapi sebetulnya
kata Yunani yang dipakai hanyalah berarti ‘orang miskin’. Karena itu RSV/NASB
yang menterjemahkan ‘apoor man’ (= seorang miskin), merupakan terjemahan
yang lebih benar.
- Barnes’ Notes:“‘Beggar. ’Poor man. The original word does not mean ‘beggar,’ but simply that he was ‘poor.’ It should have been so translated to keep up the contrast with the‘rich man.’” (= ‘Pengemis’. Orang miskin. Kata orisinilnya tidak berarti ‘pengemis’ tetapi hanya bahwa ia ‘miskin’. Itu seharusnya diterjemahkan demikian untuk memelihara / melanjutkan kontras dengan ‘orang kaya’.) - hal 234.
Catatan: Lenski mengatakan bahwa kalau kata PTOCHOS digunakan
sebagai kata benda maka artinya memang adalah ‘pengemis’.
Selanjutnya
perlu diketahui bahwa untuk kata ‘orang miskin’ ini digunakan kata Yunani
PTOCHOS. Dalam bahasa Yunani ada beberapa kata yang bisa diartikan ‘orang
miskin’, yaitu PTOCHOS, PENES, dan PENICHROS, tetapi artinya sebetulnya agak
berbeda. Kata PENES dan PENICHROS juga berarti ‘orang miskin’ tetapi ini
menunjuk kepada orang miskin yang masih mempunyai sedikit uang.Tetapi kata
PTOCHOS menunjuk kepada orang miskin yang sama sekali tidak mempunyai apa-apa.
Pulpit Commentary mengomentari kata PTOCHOS dalam Mat 5:3 sebagai berikut:
- “PTOCHOS,
in classical and philosophical usage, implies alower degree of poverty than
PENES (2Cor 9:9)” [= PTOCHOS, dalam
penggunaan klasik dan filosofis, menunjukkan tingkat kemiskinan yang lebih
rendah dari PENES (2Kor
9:9)] - hal 147.
"anak-anak di area paling miskin di India"
Credit : foodrelief.org
- “The PENES may be so poor that he earns his bread by daily labour; but the PTOCHOS is so poor that he only obtains his living by begging... The PENES has nothing super fluous, the PTOCHOS nothing at all” (= Orang yang PENES adalah orang yang begitu miskin sehingga ia mendapatkan roti / makanannya melalui kerja keras setiap hari; tetapi orang yang PTOCHOS adalah orang yang begitu miskin sehingga ia hanya mendapatkan penghidupannya melalui pengemisan ... Orang yang PENES tidak mempunyai apapun secara berlebihan, orang yang PTOCHOS sama sekali tidak mempunyai apapun) - hal 147.
Perbedaan
ini ditunjukkan secara menyolok dalam cerita tentang seorang janda miskin yang
memberikan seluruh uangnya kepada Tuhan dalam
Luk 21:1-4
- “(1) Ketika Yesus mengangkat mukaNya, Ia melihat orang-orang kaya
memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. (2) Ia melihat juga
seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. (3) Lalu Ia
berkata: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi
lebih banyak dari pada semua orang itu. (4) Sebab mereka semua memberi
persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya,
bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.’”.
Dalam Luk 21:2 ada kata ‘miskin’ dan demikian juga dalam Luk 21:3,
tetapi dalam Luk 21:2 digunakan kata
Yunani PENICHROS dan dalam Luk 21:3 digunakan kata Yunani PTOCHOS. Mengapa
berbeda? Karena dalam Luk 21:2 sekalipun janda itu miskin, tetapi ia masih
mempunyai uang sedikit (2 peser), dan karenanya digunakan kata PENICHROS.
Tetapi setelah uangnya dipersembahkan semua, ia tidak mempunyai apa-apa lagi,
sehingga dalam Luk 21:3 digunakan kata PTOCHOS.
b) Yang satu ‘setiap
hari bersukaria dalam kemewahan’ / berpesta (ay 19); yang lain ‘ingin
menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu’
(ay 21).
- William Barclay: “In that time there were no knives, forks or napkins. Food was eaten with hands and, in every wealthy houses, the hands were cleansed by wiping them on hunks of bread, which were then thrown away. That was what Lazarus was waiting for” (= Pada jaman itu tidak digunakan pisau, garpu atau serbet. Makanan dimakan dengan tangan dan dalam setiap rumah orang kaya, tangan dibersihkan dengan mengusapkannya pada potongan roti, yang lalu dibuang. Itulah yang ditunggu oleh Lazarus) - hal 213-214.
"Poverty in the shadow of plenty (kemiskinan dalam bayang kelimpahan)" di jalan Tbilisi - negara Georgia- Credit :Amanda Rivkin, NatGeo |
c) Yang satu mempunyai rumah; yang
lain berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu (ay20). Kelihatannya orang kaya itu cukup baik, karena ia
membiarkan Lazarus tidur di emperan rumahnya. Coba rumah saudara emperannya
ditiduri pengemis, apa nggak ngamuk?
d) Yang satu berpakaian ‘jubah ungu dan kain halus’
(ay 19a); yang lain bahkan
tidak bisa membeli perban untuk membalut luka-lukanya sehingga anjing-anjing
menjilati luka-lukanya (ay 21b).
- Pulpit Commentary: “This purple, the true sea purple, was a most precious and rare dye, and the purple garment so dyed was a royal gift, and was scarcely used save by princes and nobles of very high degree. ... The fine linen (byssus) was worthtwice its weight in gold” (= Warna ungu ini, sungguh-sungguh ungu laut, merupakan bahan celup / pewarna yang paling berharga dan jarang, dan pakaian ungu yang dicelup bahan pewarna seperti itu merupakan pemberian yang megah / indah, dan jarang dipakai kecuali oleh pangeran-pangeran dan bangsawan-bangsawan dari tingkat yang sangat tinggi. ... Kain lenan halus harganya 2 x beratnya dalam emas) - hal 66.
- Wycliffe Bible Commentary: “‘Linen, used for undergarments, was equally expensive” (= Kain halus / lenan, digunakan untuk pakaian dalam, sama mahalnya).
Dari kontras yang diceritakan ini terlihat bahwa dalam pandangan
Tuhan, orang yang diberkati tidak selalu kaya, dan orang yang dikutuk tidak
selalu miskin. Adalah mungkin diberkati tetapi miskin, dan dikutuk tetapi kaya!
3) Kedua orang ini sama-sama mati (ay
22a,23a)!
- Norval Geldenhuys (NICNT): “The rich man, like the sick beggar, also died - neither his multitude of possessions not his influence among men could protect him against the inevitability of death” (= Orang kaya itu, seperti pengemis yang sakit itu, juga mati - kekayaannya yang banyak maupun pengaruhnya diantara manusia, tidak bisa melindunginya terhadap kematian yang tidak bisa dihindari) -hal 425.
Ditinjau dari satu sudut, orang miskin lebih
sukar mati dari orang kaya. Mengapa? Karena
orang kaya bisa membeli segala makanan yang enak-enak, sehingga menjadi gemuk,
kolesterolnya naik, dan mudah terkena serangan jantung. Sedangkan orang miskin
makanannya sederhana sehingga relatif bebas dari bahaya itu.
Tetapi, ditinjau dari sudut yang lain, orang
miskin lebih mudah mati dibandingkan dengan orang kaya. Mengapa? Karena kalau orang kaya sakit, ia dengan mudah
membeli obat, pergi ke dokter, bahkan kalau perlu berobat ke luar negeri, untuk
menyembuhkan penyakitnya. Tetapi kalau orang miskin sakit, apalagi dalam masa
krismon seperti sekarang, ia tidak bisa membeli obat atau pergi ke dokter,
sehingga cepat mati.
Tetapi apakah seseorang itu kaya atau miskin,
tua atau muda, sehat atau sakit-sakitan, tetap saja semua orang akan mati (bdk.
Ibr 9:27- “manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah
itu dihakimi”).
Celakanya, kita tidak tahu kapan kematian itu
akan ‘menjemput’ kita. Kalau itu terjadi
pada hari ini, siapkah saudara?
4) Kedua orang ini sama-sama dikubur.
Memang untuk orang kaya disebutkan
penguburannya (ay 23a), sedangkan untuk Lazarus tidak. Tetapi rasanya
tidak mungkin Lazarus tidak dikubur, karena bau mayatnya pasti akan mengganggu
banyak orang. Orang
kaya diceritakan penguburannya sedangkan Lazarus tidak, karena
Lazarus dikubur secara sederhana, sedangkan orang kaya dikubur dengan upacara yang
hebat, peti mati yang mahal, kuburan yang indah dsb.
"Ilustrasi" credit :arlingtoncemetery.net |
Jaman sekarang juga banyak orang kaya yang
pada saat kematiannya, dikubur dengan upacara yang sangat megah dan mewah,
dihadiri banyak orang, dan sebagainya. Tetapi kalau ia adalah orang yang tidak
percaya, maka semua itu bukan hanya tidak berguna, tetapi bisa dikatakan hanya
sebagai olok-olok saja!
Biasanya manusia menyoroti kehidupan hanya sampai disini. Kematian dan penguburan dianggap sebagai akhir segala-galanya.
Andaikata cerita ini hanya berhenti sampai sini, maka jelas bahwa semua orang
menginginkan kehidupan orang kaya itu, bukan kehidupan Lazarus. Karena itu
manusia berusaha mati-matian untuk kehidupan yang sekarang ini! Tetapi dalam
cerita ini, Yesus melanjutkan dengan menunjukkan bagian yang tidak kelihatan,
yang seringkali diabaikan orang.
III) Bagian yang
tidak kelihatan / tidak diperhatikan (ay 22b,23b-31).
Bagian yang tidak kelihatan ini diceritakan
dalam ay 22b,23b-31. Jadi penceritaannya
jauh lebih panjang dari bagian yang kelihatan tadi. Ini menunjukkan bahwa dalam
hidup kita, kita harus lebih menekankan bagian yang tidak kelihatan ini.
The Biblical Illustrator (New Testament): “WHAT COMES AFTER DEATH IS TO US OF FAR MORE
IMPORTANCE THAN WHAT COMES BEFORE” (= Apa yang datang setelah kematian
lebih penting bagi kita dari pada apa yang datang sebelumnya).
Bandingkan dengan:
- 1Kor 15:19 -“Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia”.
- Mat 16:26 - “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”.
Memang
Kristus juga berguna untuk hidup yang sekarang ini, tetapi yang terutama Ia
berguna untuk hidup setelah kematian. Jadi kalau selama ini saudara
mempercayaiNya hanya sebagai penyembuh, pemberi berkat jasmani, penolong dari
kesukaran, dsb, maka renungkan apa yang dikatakan oleh Paulus di sini!
Percayalah kepada Kristus sebagai Juruselamat dosa, demi kehidupan saudara
setelah kematian!
Dalam bagian yang tidak kelihatan ini diceritakan bahwa Lazarus ada di pangkuan Abraham
(ay 22,23). Terjemahan ‘pangkuan’ sebetulnya adalah salah. NASB yang menterjemahkan secara hurufiah
menggunakan kata ‘bosom’ (= dada). Jadi gambaran yang diberikan oleh
cerita ini bukanlah bahwa Lazarus ini dipangku oleh Abraham seakan-akan ia
adalah anak kecil. Gambarannya adalah bahwa ia ada dalam pelukan Abraham. Ini
menunjukkan ia ada di surga.
Adam Clarke
mengatakan bahwa gambaran ‘dada Abraham’ menunjuk pada kebiasaan /
tradisi Yahudi dalam perjamuan makan mereka (khususnya perjamuan Paskah),
dimana semua orang makan sambil duduk miring, dan menyandarkan siku kiri pada
meja makan, sehingga kepala dari orang di kanannya ada di dekat dadanya (bdk.
Yoh 13:25). Clarke menambahkan bahwa ‘dada Abraham’ merupakan suatu ungkapan
yang digunakan di antara orang-orang Yahudi untuk menunjuk pada Firdaus Allah
(surga).
- Yoh 13:25 - “Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepadaNya: ‘Tuhan, siapakah itu?’”.
KJV: ‘lying on Jesus’ breast’ (=
bersandar pada dada Yesus).
Sementara itu orang kaya digambarkan
masuk ke ‘alam maut’ (ay 23). Kata ‘alam maut’ ini diterjemahkan
dari kata bahasa Yunani HADES, dan di sini jelas artinya adalah ‘neraka’
[KJV/NIV: ‘hell’ (= neraka)], karena orang kaya itu dikatakan ‘menderita
sengsara’ (ay 23a), ‘sangat kesakitan dalam nyala api’
(ay 24b) dan ‘sangat menderita’ (ay 25b). Orang kaya ini
adalah orang Yahudi, tetapi ia masuk ke neraka.
What
money cannot buy.
“Money will buy a bed but not sleep; books but not brains;
food but not appetite; finery but not beauty; a house but not a home; medicine
but not health; luxuries but not culture; amusements but not happiness;
religion but not salvation; a passport to everywhere but heaven” (= Uang bisa membeli ranjang
tetapi tidak bisa membeli tidur; buku-buku tetapi tidak otak; makanan tetapi
tidak nafsu makan; pakaian bagus / perhiasan tetapi tidak kecantikan; rumah
tetapi tidak suasana rumah yang menyenangkan; obat tetapi tidak kesehatan;
barang-barang lux / kemewahan tetapi tidak kebudayaan; hiburan tetapi tidak
kebahagiaan; agama tetapi tidak keselamatan; sebuah paspor kemana saja kecuali
ke surga).
Apa
yang bisa kita pelajari dari semua ini?
1) Semua
ini menunjukkan adanya kehidupan setelah kematian.
Dan Kitab Suci jelas menunjukkan bahwa
kehidupan yang sekarang ini singkat (Maz 90:10 Yak 4:14),
sebaliknya kehidupan setelah kematian itu, baik di surga maupun di neraka,
adalah kekal.
- Maz 90:9-10 - “(9) Sungguh, segala hari kami berlalu karena gemasMu, kami menghabiskan tahun-tahun kami seperti keluh. (10) Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap”.
Catatan: kata ‘keluh’ maksudnya ‘keluhan’. RSV/NASB: ‘a sigh’
(= suatu keluhan).
- Yak 4:14 - “sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap”.
Karena itu bodohlah orang yang
menekankan kehidupan yang sekarang ini dan mengabaikan kehidupan yang akan
datang.
2) Dalam kehidupan setelah kematian
itu hanya ada 2 tempat yaitu surga dan neraka.
a) Surga dan neraka adalah tempat.
- William Hendriksen: “In the present parable ‘Hades’ is clearly the place of torments and of the flame. It is ‘hell’” (= Dalam perumpamaan ini ‘HADES’ jelas adalah tempat siksaan dan api. Itu adalah ‘neraka’) - hal 784.
- The Bible Exposition Commentary: NewTestament: “The permanent place of punishment for the lost is ‘hell,’ the lake of fire.... Hell is a place of torment and loneliness” (= Tempat permanen dari penghukuman untuk orang-orang yang terhilang adalah ‘neraka’, lautan api. ... Neraka adalah suatu tempat penyiksaan dan kesendirian).
- Bible Knowledge Commentary: “Lazarus went to Abraham’s side while the rich man... was buried and was in hell, a place of conscious torment (vv. 24, 28). ... ‘Abraham’s side’ apparently refers to a place of paradise for Old Testament believers at the time of death (cf. Luke 23:43; 2Cor 12:4)” [= Lazarus pergi ke sisi Abraham sementara orang kaya ... dikubur dan ada di neraka, suatu tempat penyiksaan yang bisa disadari / dirasakan (ay 24,28). ... Sisi Abraham kelihatannya menunjuk pada suatu tempat dari Firdaus untuk orang-orang percaya Perjanjian Lama pada saat kematian (bdk. Luk 23:43; 2Kor 12:4)].
Catatan:
1.
Penafsir ini, maupun William Hendriksen di atas, menganggap cerita Lazarus dan
orang kaya ini sebagai perumpamaan, tetapi mereka toh beranggapan bahwa surga
dan neraka merupakan tempat. Memang menurut saya kalaupun cerita ini dianggap
sebagai perumpamaan, itu tidak bisa menghindarkan seseorang dari fakta bahwa
surga dan neraka itu adalah suatu tempat.
2. Bagian akhir dari kata-kata dari Bible Knowledge Commentary ini perlu diwaspadai karena orang ini bukan orang Reformed, tetapi dari kalangan Dispensationalisme.
2. Bagian akhir dari kata-kata dari Bible Knowledge Commentary ini perlu diwaspadai karena orang ini bukan orang Reformed, tetapi dari kalangan Dispensationalisme.
- R. L. Dabney: “The place of this eternal life is usually called heaven. It is undoubtedly a place proper, and not merely a state” (= Tempat dari kehidupan kekal ini biasanya disebut surga. Itu tak diragukan adalah suatu tempat tertentu, dan bukan semata-mata suatu keadaan) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal849.
b) Karena hanya ada 2 tempat
setelah kematian, kalau saudara tidak masuk ke surga, maka tidak ada tempat
lain yang tersisa selain neraka! Karena itu pastikan bahwa saudara sedang
menuju ke surga!
- Dalam tafsirannya tentang Yoh 3:16 Leon Morris (NICNT) berkata: “John sets perishing and life over against one another. He knows no other final state” (= Yohanes mengontraskan kebinasaan dan kehidupan satu dengan yang lain. Ia tidak mengenal keadaan akhir yang lain) - hal 230.
Illustrasi: ada seorang yang suka mengejek orang Kristen. Suatu hari
ia bertanya untuk mengolok-olok, dengan kata-kata sebagai berikut: “Apa
benar Yunus itu ada dalam perut ikan 3 hari?”. Orang Kristen itu tak
terlalu mau meladeni, dan ia berkata: “Tak tahu. Nanti kalau aku masuk
surga, aku tanya Yunusnya sendiri”. Orang itu lalu berkata: “Bagaimana
kalau Yunusnya tak ada di surga?”. Orang Kristen itu menjawab: “Kalau
begitu, kamu yang tanya dia!”.
3)
Setelah kematian, kita akan langsung pergi ke surga atau ke neraka.
Memang yang masuk surga atau neraka hanya jiwa / rohnya, sementara tubuhnya harus menantikan kedatangan Yesus yang kedua-kalinya.
Tetapi, mengapa dalam cerita ini dikatakan Abraham punya dada, Lazarus punya jari dan orang kaya punya lidah? Bukankah mereka tidak mempunyai tubuh?
Memang yang masuk surga atau neraka hanya jiwa / rohnya, sementara tubuhnya harus menantikan kedatangan Yesus yang kedua-kalinya.
Tetapi, mengapa dalam cerita ini dikatakan Abraham punya dada, Lazarus punya jari dan orang kaya punya lidah? Bukankah mereka tidak mempunyai tubuh?
- A. H. Strong: “Here many unanswerable questions may be asked: Had the rich man a body before the resurrection, or is this representation of a body only figuration? Did the soul still feel the body from which it was temporarily separated, or have souls in the intermediate state temporary bodies? However we may answer these questions, it is certain that the rich man suffers, while probation still lasts for his brethren on earth” (= Di sini bisa ditanyakan banyak pertanyaan yang tak bisa dijawab: apakah orang kaya itu mempunyai suatu tubuh sebelum kebangkitan orang mati, atau apakah gambaran tentang suatu tubuh ini hanya merupakan suatu kiasan? Apakah jiwa tetap merasakan tubuhnya dari mana jiwa itu dipisahkan sementara, atau apakah jiwa dalam intermediate state mempunyai tubuh sementara? Bagaimanapun kita menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, adalah jelas bahwa orang kaya itu menderita, sementara masa percobaan masih berlangsung bagi saudara-saudaranya di bumi / dunia) - ‘Systematic Theology’, hal 999-1000.
Kata-kata
Strong selanjutnya di bawah ini merupakan jawab atas pertanyaan-pertanyaan yang
ia berikan di atas.
- A. H. Strong: “In the parable of the rich man and Lazarus, the body is buried, yet still the torments of the souls are described as physical. Jesus here accommodates his teaching to the conceptions of his time, or, better still, uses material figures to express spiritual realities” (= Dalam perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus, tubuh dikuburkan, tetapi tetap siksaan terhadap jiwa digambarkan sebagai bersifat fisik. Di sini Yesus menyesuaikan ajaranNya dengan konsep-konsep dari jamanNya, atau lebih tepat, menggunakan kiasan yang bersifat materi untuk menyatakan kenyataan / fakta rohani) - ‘Systematic Theology’, hal 1000.
4)
Cerita tentang Lazarus dan orang kaya ini bertentangan dengan:
a) Pandangan yang menyatakan
adanya api pencucian (Roma Katolik).
Doktrin omong kosong ini memang tidak
pernah mempunyai dasar Kitab Suci kecuali yang diputarbalikkan semaunya
sendiri.
b) Pandangan yang berkata bahwa
pada saat mati, jiwa kita terus tertidur di kuburan sampai Yesus datang
keduakalinya. Perhatikan bahwa baik Lazarus maupun orang kaya bukannya tertidur
/ tidak sadar, tetapi sebaliknya sangat sadar!
c) Kepercayaan tentang
adanya tempat penantian.
Orang yang percaya akan adanya tempat
penantian mengatakan bahwa antara kematian sampai kedatangan Yesus yang
keduakalinya kita ditaruh di tempat penantian itu. Tetapi perhatikan cerita ini. Orang kaya itu masih mempunyai 5 saudara
yang masih hidup (ay 28),dan itu menunjukkan bahwa Yesus belum datang
keduakalinya. Tetapi ia sudah ada di neraka dan Lazarus sudah ada di surga.
Jadi jelas bahwa tidak ada tempat penantian.
Memang sebelum kedatangan Yesus yang
keduakalinya, yang masuk surga / neraka hanya jiwa / rohnya. Nanti pada saat Yesus datang keduakalinya,
akan ada kebangkitan daging / orang mati dan barulah jiwa / roh dipersatukan
kembali dengan tubuh dan orang itu masuk surga / neraka secara utuh (tubuh +
jiwa / roh).
5)
Dalam keadaan setelah kematian ini keadaan dari dua orang ini menjadi terbalik;
dan kontrasnya menjadi lebih menyolok dari pada ketika mereka berdua masih
hidup di dunia.
a) Kontrasnya terlihat begitu
mereka mati, karena untuk orang kaya hanya dikatakan bahwa ia dikubur,
sedangkan untuk Lazarus dikatakan bahwa ia dibawa oleh malaikat-malaikat ke
pangkuan / dada Abraham.
- Wycliffe Bible Commentary: “The parable emphasizes that the beggar was carried by angels into paradise; the best that could be said for the rich man was that he was buried” (= Perumpamaan ini menekankan bahwa si pengemis dibawa oleh malaikat-malaikat ke dalam Firdaus / surga; yang terbaik yang bisa dikatakan untuk orang kaya itu adalah bahwa ia dikubur).
b) Orang kaya itu masuk alam maut
(HADES), yang di sini jelas harus diartikan sebagai ‘neraka’.
Ay 23-25: “(23) Orang kaya itu juga
mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara dialam maut
(HADES) ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan
Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah
aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan
menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala
api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah
menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk.
Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita”.
Bandingkan keadaan orang kaya ini dengan
penggambaran dalam Maz 49:17-21
- “(17) Janganlah takut, apabila seseorang menjadi kaya, apabila kemuliaan
keluarganya bertambah, (18) sebab padawaktu matinya semuanya itu tidak akan
dibawanya serta, kemuliaannya tidak akan turun mengikuti dia. (19) Sekalipun ia
menganggap dirinya berbahagia pada masa hidupnya, sekalipun orang
menyanjungnya, karena ia berbuat baik terhadap dirinya sendiri, (20) namun ia
akan sampai kepada angkatan nenek moyangnya, yang tidak akan melihat terang
untuk seterusnya. (21) Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak
mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan”.
- The Bible Exposition Commentary: New Testament: “C.S. Lewis was told about a gravestone inscription that read: ‘Here lies an atheist - all dressed up and no place to go.’ Lewis quietly replied, ‘I bet he wishes that were so!’” (= C. S. Lewis diceritai tentang sebuah tulisan di sebuah batu nisan yang berbunyi: ‘Di sini berbaring seorang atheis - berpakaian lengkap, dan tidak ada tempat untuk pergi’. Lewis menjawab dengan tenang, ‘Saya bertaruh ia ingin / berharap itu memang demikian!’).
c) Lazarus ada di pangkuan / dada
Abraham, yang jelas menunjuk pada surga.
- William G. T. Shedd (vol II, hal 599) membuktikan bahwa ‘dada Abraham’ menunjuk pada surga
dengan cara yang menarik. Ia menunjuk pada Mat 8:11 - “Aku berkata
kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan
bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga”.
Terjemahan hurufiah dari
Mat 8:11 seharusnya adalah seperti dalam NASB.
- NASB: ‘many shall come from east and west, and recline at
the table with Abraham, and Isaac, and Jacob, in the kingdom of heaven’
(= banyak orang akan datang dari timur dan barat, dan bersandar / berbaring
di meja dengan Abraham, dan Ishak, dan Yakub, di dalam Kerajaan sorga).
Kata ‘bersandar / berbaring’ ini menunjuk pada cara
orang-orang Yahudi makan, khususnya kalau mereka makan dalam Perjamuan Paskah.
Mereka duduk miring ke kiri sehingga kepala bisa bersandar pada dada dari orang
di sebelah kirinya.
- Bdk. Yoh 13:23- “Seorang di antara murid Yesus, yaitu
murid yang dikasihiNya, bersandar dekat kepadaNya, di sebelah kananNya”.
KJV: ‘Now there was leaning on Jesus’ bosom one of his disciples, whom Jesus loved’ (= Dan disana bersandar pada dada Yesus satu dari murid-muridNya, yang dikasihi oleh Yesus).
Kalau Lazarusnya bersandar di dada Abraham, sedangkan
Abrahamnya ada di surga (berdasarkan Mat 8:11
di atas), maka jelas bahwa Lazarus juga ada di surga.
Tetapi Lenski mempunyai pandangan berbeda. Ia menganggap bahwa istilah ‘dada Abraham’ tidak menunjuk
pada perjamuan makan seperti digambarkan di atas, tetapi hanya sebagai ‘dalam
pelukan Abraham’, tetapi ini tetap juga menunjuk kepada surga.
- Lenski: “‘Abraham’s bosom’ is a Jewish designation for heaven” (= ‘Dada Abraham’ merupakan penggambaran / nama Yahudi untuk surga) - hal 849.
d) Orang kaya yang kehausan dalam
api itu minta setetes air kepada Lazarus! Sekarang ia yang mengemis kepada
Lazarus, dan ia tidak bisa mendapatkan sekalipun hanya setetes air yang begitu
diinginkannya! Bukan saja kontras dalam kehidupan di dunia menjadi terbalik,
tetapi juga kontrasnya menjadi bertambah hebat!
- Lenski: “Do not ask what kind of fire caused the flame by which the rich man was anguished. ... The fire torments the devils who have no bodies, the spirits of the damned before they are reunited with their earthly bodies, and finally also their bodies. ... Much is made of the fire, nothing whatever of the water into which Lazarus was to dip the tip of his finger. When Jesus speaks of things incompehensible in comprehensible language, let us there with rest content” (= Jangan bertanya jenis api apa yang menyebabkan nyala api yang menyebabkan orang kaya itu menderita. ... Api menyiksa setan-setan yang tidak mempunyai tubuh, roh-roh dari orang-orang yang terkutuk sebelum mereka dipersatukan dengan tubuh-tubuh duniawi mereka, dan akhirnya juga tubuh-tubuh mereka. ... Banyak dibicarakan tentang api, tak ada apapun tentang air, kedalam mana Lazarus harus mencelupkan ujung jarinya. Pada waktu Yesus berbicara tentang hal-hal yang tidak bisa dimengerti sepenuhnya dalam bahasa yang bisa dimengerti, hendaklah kita puas dengan itu) - hal 854-855.
- Lenski: “All mercy is ended in hell. Even the least mercy as when a mere drop of water is asked for a tongue that is burned to a crisp; ... He whose tongue daily tasted the finest wines and the most delectable cooling drinks now burns with ceaseless flame. Pitiless are the final judgments of God” (= Semua belas kasihan berhenti di neraka. Bahkan belas kasihan yang terkecil seperti pada waktu hanya setetes air diminta untuk suatu lidah yang dibakar sampai kering; ... Ia yang lidahnya setiap hari mencicipi anggur yang terbaik dan minuman dingin yang paling lezat, sekarang terbakar nyala api yang tak ada henti-hentinya. Penghakiman akhir dari Allah adalah tanpa belas kasihan) - hal 855.
Bersambung
No comments:
Post a Comment