Mat 10:29-30 - “(29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak BapaMu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya”. CREDIT: Emőke Debreczeni |
III. Providence berhubungan dengan segala sesuatu
A) Rencana Allah berhubungan
dengan segala sesuatu.
Dengan kata lain, Rencana Allah itu
mencakup segala sesuatu dalam arti kata yang semutlak-mutlaknya. Dasar dari
pandangan ini:
1) Dasar Kitab Suci:
a) Ayat
Kitab Suci yang menunjukkan bahwa Rencana Allah mencakup ‘semuanya’.
- Maz 139:16 - “... dalam kitabMu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya”.
- Dan 5:23 - “Tuanku meninggikan diri terhadap Yang Berkuasa di sorga: perkakas dari BaitNya dibawa orang kepada tuanku, lalu tuanku serta para pembesar tuanku, para isteri dan para gundik tuanku telah minum anggur dari perkakas itu; tuanku telah memuji-muji dewa-dewa dari perak dan emas, dari tembaga, besi, kayu dan batu, yang tidak dapat melihat atau mendengar atau mengetahui, dan tidak tuanku muliakan Allah, yang menggenggam nafas tuanku dan menentukan segala jalan tuanku”.
b) Ayat
Kitab Suci yang menunjukkan bahwa Rencana Allah mencakup hal-hal yang remeh / kecil / tak berarti.
- Mat 10:29-30 - “(29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak BapaMu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya”.
Ayat
ini menunjukkan dengan jelas bahwa hal yang remeh /kecil / tidak berarti
seperti jatuhnya burung pipit yang tidak berharga, atau rontoknya rambut kita,
ternyata hanya bisa terjadi kalau itu sesuai dengan kehendak / Rencana Allah.
-
Feeding bread crumbs to a hungry sparrow bird in China Town (San Francisco) Credit :Photo © Tristan Savatier |
B. B. Warfield:“the minutest occurrences are as directly controlled by Him as the greatest (Matt. 10:29-30, Luke 12:7)” [= Peristiwa-peristiwa /kejadian-kejadian yang terkecil dikontrol secara langsung oleh Dia sama seperti peristiwa-peristiwa / kejadian-kejadian yang terbesar (Mat 10:29-30, Luk 12:7)] - ‘Biblical and Theological Studies’, hal 296.
Calvin: “But anyone who has been taught by Christ’s lips that all the hairs of his head are numbered (Matt 10:30) will look farther a field for a cause, and will consider that all events are governed by God’s secret plan” [= Tetapi setiap orang yang telah diajar oleh bibir Kristus bahwa semua rambut kepalanya terhitung (Mat 10:30) akan melihat lebih jauh untuk suatu penyebab, dan akan menganggap bahwa semua kejadian diatur oleh rencana rahasia Allah] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVI, no 2.
Calvin: “...it is certain that not one drop of rain falls without God’s sure command” (= ... adalah pasti bahwa tidak satu titik hujan pun yang jatuh tanpa perintah yang pasti dari Allah) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVI, no 5.
Bdk. Yer 14:22 - “Adakah yang dapat menurunkan hujan di antara dewa kesia-siaan bangsa-bangsa itu? Atau dapatkah langit sendiri memberi hujan lebat? Bukankah hanya Engkau saja, ya TUHAN Allah kami, Pengharapan kami, yang membuat semuanya itu?”. Bandingkan juga dengan Ayub 28:25-26 37:6,10-13 Maz 68:10 Maz 147:8 Amos 4:7 9:5a, 6b Zakh 10:1.
Dan dalam tafsirannya tentang kata-kata
‘jika Allah menghendakinya’ dalam Kis 18:21, Calvin berkata: “we
do all confess that we be not able tostir one finger without his direction”
(= kita semua
mengakui bahwa kita tidak bisa menggerakkan satu jari tanpa pimpinanNya).
Calvin: “A certain man has abundant wine and grain. Since he cannot enjoy a single morsel of bread apart from God’s continuing favor, his wine and granaries will not hinder him from praying for his daily bread” (= Seorang tertentu mempunyai anggur dan padi / gandum berlimpah-limpah. Karena ia tidak bisa menikmati sepotong kecil rotipun terpisah dari kemurahan / kebaikan hati yang terus menerus dari Allah, anggur dan lumbung-lumbungnya tidak menghalangi dia untuk berdoa untuk roti hariannya) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XX, No 7.
Mengomentari Luk 22:60-61 Spurgeon berkata: “God has all things in his hands, he has servants everywhere, and the cock shall crow, by the secret movement of his providence, just when God wills; and there is, perhaps, as much of divine ordination about the crowing of a cock as about the ascending of an emperor to his throne. Things are only little and great according to their bearings; and God reckoned not the crowing bird to be a small thing, since it was to bring a wanderer back to his Saviour, for, just as the cock crew, ‘The Lord turned, and looked upon Peter.’ That was a different look from the one which the girl had given him, but that look broke his heart”
[= Allah mempunyai / memegang segala sesuatu di tanganNya, Ia mempunyai pelayan di mana-mana, dan ayam akan berkokok, oleh gerakan /dorongan rahasia dari providensiaNya, persis pada saat Allah menghendakinya; dan di sana mungkin ada pengaturan / penentuan ilahi yang sama banyaknya tentang berkokoknya seekor ayam seperti tentang naiknya seorang kaisar ketahtanya. Hal-hal hanya kecil dan besar menurut hubungannya / sangkut pautnya / apa yang diakibatkannya; dan Allah tidak menganggap berkokoknya burung / ayam sebagai hal yang kecil, karena itu akan membawa orang yang menyimpang kembali kepada Juruselamatnya, karena, persis pada saat ayam itu berkokok,‘ berpalinglah Tuhan memandang Petrus’. Ini adalah pandangan yang berbeda dengan pandangan yang tadi telah diberikan seorang perempuan kepadanya (Luk 22:56), tetapi pandangan itu menghancurkan hatinya] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 12, hal 20.
Kalau
saudara merasa heran mengapa hal-hal yang kecil / remeh itu juga ditetapkan
oleh Allah, seakan-akan Allah itu kekurangan kerjaan (bahasa Jawa: kengangguren), maka ingatlah bahwa:
- Kedaulatan yang mutlak
dari Allah tidak memungkinkan adanya hal yang bagaimanapun kecil dan remehnya
ada di luar Rencana Allah dan Providence of God.
- Semua hal-hal di dunia / alam semesta ini berhubungan satu dengan yang lain, sehingga hal kecil / remeh bisa menimbulkan hal yang besar!
Tentang kejatuhan Ahazia
dari kisi-kisi kamar atas dalam 2Raja 1:2, Pulpit Commentary memberikan
komentar sebagai berikut: “The fainéant king came to his
end in a manner: 1. Sufficiently simple. Idly lounging at the projecting
lattice window of his palace in Samaria - perhaps leaning against it, and
gazing from his elevating position on the fine prospect that spreads it self
around - his support suddenly gave way, and he was precipitated to the ground,
or courtyard, below. He is picked up, stunned, but not dead, and carried
to his couch. It is, in common speech, an accident - some trivial neglect of a
fastening - but it terminated this royal career. On such slight
contingencies does human life, the change of rulers, and often the course of
events in history, depend. We can not sufficiently ponder that our
existence hangs by the finest thread, and that any trivial cause may at any
moment cut it short (Jas. 4:14). 2. Yet providential. God’s
providence is to be recognized in the time and manner of this king’s removal.
He had ‘provoked to anger the Lord God of Israel’ (1Kings 22:53), and God in
this sudden way cut him off. This is the only rational view of the providenceof
God, since, as we have seen, it is from the most trivial events that the
greatest results often spring. The whole can be controlled only by the power
that concerns it self with the details. A remarkable illustration is afforded
by the death of Ahaziah’s own father. Fearing Micaiah’s prophecy, Ahab had
disguised himself on the field of battle, and was not known as the King of
Israel. But he was not, therefore, to escape. A man in the opposing ranks ‘drew
a bow at a venture,’ and the arrow, winged with a Divine mission, smote the
king between the joints of his armour, and slew him (1Kings 22:34). The same
minute providence which guided that arrow now presided over the circumstances
of Ahaziah’s fall. There is in this doctrine, which is also Christ’s
(Matt.10:29,30), comfort for the good, and warning for the wicked. The good man
acknowledges, ‘My times are in thy hand’ (Ps. 31:15), and the wicked man should
pause when he reflects that he cannot take his out of that hand”
[= Raja yang malas sampai pada akhir hidupnya dengan cara: 1. Cukup sederhana. Duduk secara malas pada kisi-kisi jendela yang menonjol dari istananya di Samaria - mungkin bersandar padanya, dan memandang dari posisinya yang tinggi pada pemandangan yang indah di sekitarnya - sandarannya tiba-tiba patah, dan ia jatuh ke tanah atau halaman di bawah. Ia diangkat, pingsan, tetapi tidak mati, dan dibawa ke dipan / ranjangnya. Dalam pembicaraan umum itu disebut suatu kecelakaan / kebetulan - suatu kelalaian yang remeh dalam pemasangan ( jendela / kisi-kisi) - tetapi itu mengakhiri karir kerajaannya. Pada hal-hal kebetulan / tak tentu yang remeh seperti ini tergantung hidup manusia, pergantian penguasa / raja, dan seringkali rangkaian dari peristiwa-peristiwa dalam sejarah. Kita tidak bisa terlalu banyak dalam merenungkan bahwa keberadaan kita tergantung pada benang yang paling tipis, dan bahwa setiap saat sembarang penyebab yang remeh bisa memutuskannya (Yak 4:14).
2. Tetapi bersifat providensia. Providensia ilahi / pelaksanaan rencana Allah harus dikenali dalam waktu dan cara penyingkiran raja ini. Ia telah ‘menimbulkan kemarahan / sakit hati Tuhan, Allah Israel’ (1Raja 22:54), dan Allah dengan cara mendadak ini menyingkirkannya. Ini merupakan satu-satunya pandangan rasionil tentang providensia Allah, karena, seperti telah kita lihat, adalah dari peristiwa yang paling remehlah sering muncul akibat yang terbesar. Seluruhnya bisa dikontrol hanya oleh kuasa yang memperhatikan hal-hal yang kecil. Suatu ilustrasi yang hebat / luar biasa diberikan oleh kematian dari ayah Ahazia sendiri. Karena takut pada nubuat Mikha, Ahab menyamar dalam medan pertempuran, dan tidak dikenal sebagai raja Israel. Tetapi hal itu tidak menyebabkannya lolos. Seseorang dari barisan lawan ‘menarik busurnya secara untung-untungan / sembarangan’ dan anak panah itu, terbang dengan misi ilahi, mengenai sang raja di antara sambungan baju zirahnya, dan membunuhnya (1Raja 22:34). Providensia yang sama seksamanya, yang memimpin anak panah itu, sekarang memimpin / menguasai situasi dan kondisidari kejatuhan Ahazia. Dalam doktrin / ajaran ini, yang juga merupakan ajaran Kristus (Mat 10:29-30), ada penghiburan untuk orang baik / saleh, dan peringatan untuk orang jahat. Orang baik mengakui: ‘Masa hidupku ada dalam tanganMu’ (Maz 31:16), dan orang jahat harus berhenti ketika ia merenungkan bahwa ia tidak bisa mengambil masa hidupnya dari tangan itu] - hal 13-14.
Catatan: 1Raja 22:53 dalam Kitab Suci Inggris adalah 1Raja 22:54 dalam Kitab Suci Indonesia.
Lalu, dalam tafsiran
tentang 2Raja 5, dimana kata-kata yang sederhana dari seorang gadis Israel
ternyata bisa membawa kesembuhan bagi Naaman dari penyakit kustanya, Pulpit
Commentary mengatakan sebagai berikut: “The
dependence of the great upon the small. The recovery of this warrior resulted
from the word of this captive maid. Some persons admit the hand of God in what
they call great events! But what are the great events? ‘Great’ and ‘small’ are
but relative terms. And even what we call ‘small’ often sways and shapes the
‘great.’ One spark of fire may burn down all London” (= Ketergantungan
hal yang besar pada hal yang kecil. Kesembuhan dari pejuang ini dihasilkan /
diakibatkan dari kata-kata dari pelayan tawanan ini. Sebagian orang mengakui
tangan Allah dalam apa yang mereka sebut peristiwa besar! Tetapi apakah
peristiwa besar itu? ‘Besar’ dan ‘kecil’ hanyalah istilah yang relatif. Dan
bahkan apa yang kita sebut ‘kecil’ sering mempengaruhi dan membentuk yang
‘besar’. Sebuah letikan api bisa membakar seluruh kota London) -
hal 110.
R. C. Sproul:“For
want of a nail the shoe was lost; for want of the shoe the horse was lost; for
want of the horse the rider was lost; for want of the rider the battle was
lost; for want of the battle the war was lost” [= Karena kekurangan sebuah paku maka sebuah
sepatu (kuda) hilang; karena kekurangan sebuah sepatu (kuda) maka seekor kuda
hilang; karena kekurangan seekor kuda maka seorang penunggang kuda hilang;
karena kekurangan seorang penunggang kuda maka sebuah pertempuran hilang
(kalah); karena kekurangan sebuah pertempuran maka peperangan hilang (kalah)]
- ‘Chosen By God’,hal 155.
Jadi, melalui illustrasi ini terlihat
dengan jelas bahwa sebuah paku, yang merupakan hal yang remeh / kecil, ternyata
bisa menimbulkan kekalahan dalam peperangan, yang jelas merupakan hal yang
sangat besar! Karenaitu jangan heran kalau hal-hal yang kecil / remeh juga
ditetapkan /direncanakan oleh Allah.
Illustrasi lain:
saya pernah menonton film rekonstruksi suatu pembunuhan sebagai berikut:
seorang pembunuh melakukan pembunuhan berencana dengan rencana yang begitu
matang sehingga hampir-hampir tidak terbongkar. Terbongkarnya pembunuhan itu
hanya karena ‘suatu kesalahan remeh’, yaitu dimana setelah membunuh korbannya,
si pembunuh menyisir rambut palsu / wignya di kamar tempat ia melakukan
pembunuhan, dan lalu meninggalkannya di sana. Ternyata satu helai rambut
palsunya rontok, dan tertinggal di kamar, dan gara-gara satu helai rambut itu,
akhirnya pembunuhannya terungkap, dan ia tertangkap. Film itu diberi judul ‘Beaten
by a Hair’ (= dikalahkan oleh sehelai rambut). Saudara masih menganggap
bahwa rontoknya sehelai rambut merupakan sesuatu yang remeh, dan karena itu
tidak mungkin Allah menentukan hal seperti itu? Ingat bahwa yang remeh bisa
menimbulkan akibat yang besar. Jadi, kalau yang remeh bisa terjadi di luar
kehendak / pengaturan Allah, maka yang besar juga bisa.
c)
Ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa hal-hal yang kelihatannya seperti ‘kebetulan’ juga hanya bisa
terjadi karena itu merupakan Rencana Allah. Contoh:
1. Kel 21:13 - “Tetapi jika pembunuhan itu tidak disengaja, melainkan
tangannya ditentukan Allah melakukan itu, maka Aku akan menunjukkan
bagimu suatu tempat, ke mana ia dapat lari”.
Yang dimaksud dengan ‘pembunuhan yang tidak disengaja’ itu dijelaskan /
diberi contoh dalam Ul 19:4-5, yaitu orang yang pada waktu
mengayunkan kapak, lalu mata kapaknya terlepas dan mengenai orang lain sehingga
mati. Hal seperti ini kelihatannya ‘kebetulan’,
tetapi toh Kel 21:13 itu mengatakan bahwa hal itu bisa terjadi karena ‘tangannya ditentukan Allah melakukan itu’.
Jadi, jelas bahwa hal-hal yang kelihatannya kebetulan sekalipun hanya bisa
terjadi kalau itu sesuai kehendak / Rencana Allah.
Calvin (tentang Kel 21:13): “it must be remarked, that Moses declares that accidental homicide, as it is commonly called, does not happen by chance or accident, but according to the will of God, as if He himself led out the person, who is killed, to death. By whatever kind of death, therefore, menare taken away, it is certain that we live or die only at His pleasure; and surely, if not even a sparrow can fall to the ground except by His will, (Matthew 10:29,) it would be very absurd that men created in His image should be abandoned to the blind impulses of fortune. Wherefore it must be concluded, as Scripture else where teaches, that the term of each man’s life is appointed, with which another passage corresponds, ‘Thou turnest man to destruction, and sayest, Return, ye children of men.’ (Psalm 90:3.) It is true, indeed, that whatever has no apparent cause or necessity seems to us to be fortuitous; and thus, whatever, according to nature, might happen otherwise we call accidents, (contingentia;) yet in the meantime it must be remembered, that what might else incline either way is governed by God’s secret counsel, so that nothing is done without His arrangement and decree”
[= harus diperhatikan, bahwa Musa menyatakan bahwa pembunuhan yang bersifat kebetulan, seperti yang biasanya disebut, tidak terjadi oleh kebetulan, tetapi sesuai / menurut kehendak Allah, seakan-akan Ia sendiri membimbing orang, yang dibunuh / terbunuh, pada kematian. Karena itu, oleh jenis kematian apapun, orang-orang diambil, adalah pasti bahwa kita hidup dan mati hanya pada perkenanNya; dan pastilah, jika bahkan seekor burung pipit tidak bisa jatuh ke tanah kecuali oleh kehendakNya (Mat 10:29) , adalah sangat menggelikan bahwa manusia yang diciptakan menurut gambarNya harus ditinggalkan pada perubahan nasib yang buta.
Karena itu haruslah disimpulkan, sebagaimana Kitab Suci di bagian lain mengajarkan, bahwa masa hidup dari setiap orang ditetapkan, dengan mana teks yang lain sesuai, ‘Engkau membelokkan manusia kepada kehancuran / kebinasaan, dan berkata: ‘Kembalilah, hai anak-anak manusia!’ (Maz 90:3, KJV). Memang benar bahwa apapun yang tidak mempunyai penyebab yang jelas atau keharusan, bagi kita kelihatannya merupakan kebetulan; dan demikianlah, apapun, menurut alam, bisa terjadi sebagai apa yang kita sebut kebetulan, tetapi pada saat yang sama harus diingat, bahwa apa yangbisa menyimpangkan ke arah manapun diperintah oleh rencana rahasia Allah, sehingga tak ada apapun yang terjadi tanpa pengaturan dan ketetapanNya].
Maz 90:3 - “Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan
berkata: ‘Kembalilah, hai anak-anak manusia!’”.
2. 1Sam 6:7-12 - “(7)
Oleh sebab itu ambillah dan siapkanlah sebuah kereta baru dengan dua ekor lembu
yang menyusui, yang belum pernah kena kuk, pasanglah kedua lembu itu pada
kereta, tetapi bawalah anak-anaknya kembali ke rumah, supaya jangan
mengikutinya lagi. (8) Kemudian ambillah tabut TUHAN, muatkanlah itu ke atas
kereta dan letakkanlah benda-benda emas, yang harus kamu bayar kepadaNya
sebagai tebusan salah, ke dalam suatu peti di sisinya. Dan biarkanlah tabut itu
pergi. (9) Perhatikanlah: apabila tabut itu
mengambil jalan ke daerahnya, ke Bet-Semes, maka Dialah itu yang telah
mendatangkan malapetaka yang hebat ini kepada kita. Dan jika tidak, maka kita
mengetahui, bahwa bukanlah tanganNya yang telah menimpa kita; kebetulan saja
hal itu terjadi kepada kita.’ (10) Demikianlah diperbuat orang-orang
itu. Mereka mengambil dua ekor lembu yang menyusui, dipasangnya pada
kereta,tetapi anak-anaknya ditahan di rumah. (11) Mereka meletakkan tabut TUHAN
keatas kereta, juga peti berisi tikus-tikus emas dan gambar benjol-benjol mereka.
(12) Lembu-lembu itu langsung mengikuti jalan
yang ke Bet-Semes; melalui satu jalan raya, sambil menguak dengan
tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, sedang raja-raja kota orang Filistin
itu berjalan di belakangnya sampai ke daerah Bet-Semes”.
-
Return of the Ark- drawing by Gustav Dore (French artist, 1832-1883) |
3. 1Raja 22:34 - “Tetapi seseorang menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja dan mengenai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya. Kemudian ia berkata kepada pengemudi keretanya: ‘Putar! Bawa aku keluar dari pertempuran, sebab aku sudah luka.’”.
Kitab Suci Indonesia: ‘menembak dengan sembarangan’.KJV/RSV: ‘drew a bow at a venture’ (= menarik busurnya secara untung-untungan).NIV/NASB: ‘drewhis bow at random’(= menarik busurnya secara sembarangan).
Catatan:
Kata bentuk jamaknya muncul dalam 2Sam 15:11 dan dalam Kitab Suci
Indonesia diterjemahkan ‘tanpa curiga’.
NIV: ‘quite innocently’ (= dengan tak bersalah).NASB: ‘innocently’ (= dengan tak bersalah).KJV/RSV: ‘in their simplicity’ (= dalam kesederhanaan mereka).
Pulpit Commentary:“An
unknown, unconscious archer. The arrow that piercedAhab’s corselet was shot ‘in
simplicity,’ without deliberate aim, with nothought of striking the king. It
was an unseen Hand that guided that chanceshaft to its destination. It was
truly ‘the arrow of the Lord’s vengeance.’” (= Seorang pemanah yang tak dikenal, dan yang
tak menyadari tindakannya. Panah yang menusuk pakaian perang Ahab ditembakkan
‘dalam kesederhanaan’, tanpa tujuan yang disengaja, dan tanpa pikiran untuk
menyerang sang raja. Adalah ‘Tangan yang tak kelihatan’ yang memimpin ‘panah
kebetulan’ itu pada tujuannya. Itu betul-betul merupakan ‘panah pembalasan
Tuhan’) - hal 545.
Pulpit Commentary:“how
useless are disguises when the providence of Omniscience is concerned! Ahab
might hide himself from the Syrians, but hecould not hide himself from God.
Neither could he hide himself from angels anddevils, who are instruments of
Divine Providence, ever influencing men, andeven natural laws, or forces of
nature” (= betapa
tidak bergunanya penyamaran pada waktu providensia dari Yang Mahatahu yang
dipersoalkan! Ahab bisa menyembunyikandirinya dari orang Aram, tetapi ia tidak
bisa menyembunyikan dirinya dari Allah. Ia juga tidak bisa menyembunyikan
dirinya dari malaikat dan setan, yang merupakan alat-alat dari Providensia
Ilahi, yang selalu mempengaruhi manusia, dan bahkan hukum-hukum alam, atau
kuasa / kekuatan alam) - hal 552.
Pulpit Commentary:“The
chance shot. The success of Ahab’s device only served to make the blow come
more plainly from the hand of God. Benhadad’s purposecould be baffled, but not
His. There is no escape from God” (= Tembakan kebetulan. Sukses dari muslihat Ahab hanya
berfungsi untuk membuat kelihatan dengan lebih jelas bahwa serangan itu datang
dari tangan Allah. Tujuan / rencana Benhadad bisadigagalkan / dihalangi, tetapi
tidak tujuan / rencanaNya. Tidak ada jalan untuk lolos dari Allah)
- hal 557.
Jadi, ini lagi-lagi menunjukkan bahwa tidak ada ‘kebetulan’.
Semua yang kelihatannya merupakan kebetulan, diatur oleh Allah.
4.Amsal 16:33 - “Undi
dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN”.
Tidak
ada yang kelihatan lebih bersifat kebetulan dari pada undi yang dibuang di
pangkuan, tetapi toh ayat ini mengatakan bahwa setiap keputusannya berasal dari
Tuhan.
Matthew Henry: “The divine Providence orders and directsthose things which to us are perfectly casual and fortuitous. Nothing comes topass by chance, nor is an event determined by a blind fortune, but every thing by the will and counsel of God” [= Providensia ilahi mengatur dan mengarahkan hal-hal itu, yang bagikita sepenuhnya adalah sembarangan dan kebetulan. Tidak ada yang terjadi karena kebetulan, juga tidak ada peristiwa yang ditentukan oleh nasib / takdir yangbuta, tetapi segala sesuatu (terjadi / ditentukan) oleh kehendak dan rencana Allah].
Catatan:
ini tidak berarti bahwa pada jaman sekarang kita boleh mencari kehendak Tuhan
dengan cara ini. Pada jaman sekarang, dimana kita sudah mempunyai Kitab Suci
yang lengkap, maka kita harus mencari kehendak Tuhan melalui Kitab Suci /
Firman Tuhan.
5. Rut 2:3 - “Pergilah
ia, lalu sampai di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit; kebetulan ia berada di tanah milik Boas, yang
berasal dari kaum Elimelekh”.
Charles Haddon Spurgeon memberikan renungan tentang Rut 2:3, dimana ia berkata sebagai berikut:“Her hap was. Yes, it seemed nothing but an accidental happenstance, but how divinely was it planned! Ruth had gone forth with hermother’s blessing under the care of her mother’s God to humble but honorabletoil, and the providence of God was guiding her every step. Little did she knowthat amid the sheaves she would find a husband, that he would make her the jointowner of all those broad acres, and that she, a poor foreigner, would becomeone of the progenitors of the great Messiah. ... Chance is banished from thefaith of Christians, for they see the hand of God in everything. The trivialevents of today or tomorrow may involve consequences of the highest importance”(= ‘Kebetulan ia berada’. Ya, itu kelihatannya bukan lain dari pada suatu kejadian yang bersifat kebetulan, tetapi hal itu direncanakan secara ilahi! Rut telah pergi dengan berkat dari ibunya di bawah pemeliharaan dari Allah ibunya kepada pekerjaan yang rendah tetapi terhormat, dan providensia Allah membimbing setiap langkahnya. Sedikitpun ia tidak menyangka bahwa di antara berkas-berkas jelai itu ia akan menemukan seorang suami, bahwa ia akan membuatnya menjadi pemilik dari seluruh tanah yang luas itu, dan bahwa ia, seorang asing yang miskin, akan menjadi salah seorang nenek moyang dari Mesias yang agung. ... Kebetulan dibuang dari iman orang-orang Kristen, karena mereka melihat bahwa tangan Allah ada dalamsegala sesuatu. Peristiwa-peristiwa remeh dari hari ini atau besok bisa melibatkan konsekuensi - konsekuensi yang paling penting) - ‘Morning and Evening’, October 25, evening.
6. 2Raja 9:21 - “Sesudah
itu berkatalah Yoram: ‘Pasanglah kereta!’, lalu orang memasang keretanya. Maka
keluarlah Yoram, raja Israel, dan Ahazia, raja Yehuda, masing-masing naik
keretanya; mereka keluar menemui Yehu, lalu
menjumpai dia di kebun Nabot, orang Yizreel itu”.
Pulpit Commentary:“Humanly speaking, thiswas accidental. ... Had the king started a little sooner, or had Jehu made lesshaste, the meeting would have taken place further from the town, and outsidethe ‘portion of Naboth.’ But Divine providence so ordered matters thatvengeance for the sin of Ahab was exacted upon the very scene of his guilt, anda prophecy made, probably by Elisha, years previously, and treasured up in the memory of Jehu (ver. 26), was fulfilled to the letter”
(=Berbicara secara manusia, ini merupakan suatu kebetulan. ... Seandainya sang raja berangkat sedikit lebih awal, atau seandainya Yehu mengurangi sedikit saja ketergesa-gesaannya, maka pertemuan itu akan terjadi lebih jauh dari kota, dan di luar ‘kebun dari Nabot’. Tetapi Providensia Ilahi mengatur hal-hal sedemikian rupa sehingga pembalasan untuk dosa Ahab ditetapkan pada tempat yang persis sama dengan tempat dari kesalahannya, dan suatu nubuat dibuat, mungkin oleh Elisa, bertahun-tahun sebelumnya, dan disimpan dalam ingatan Yehu (ay 26), digenapi sampai hal yang terkecil) - hal 192.
Semua ini menunjukkan bahwa dalam membuat
RencanaNya, Allah bukan hanya merencanakan / menetapkan garis besarnya saja,
tetapi lengkap dengan semua detail-detail nya, sampai hal-hal yang
sekecil-kecilnya.
LoraineBoettner: “The Pelagian denies that God has a plan; the Arminian says that God has a general plan but not a specific plan; but the Calvinist says that God has a specific plan which embraces all events in allages”(= Orang yang menganut Pelagianisme menyangkal bahwa Allah mempunyai rencana; orang Arminian berkata bahwa Allah mempunyai rencana yang umum tetapi bukan rencana yang spesifik; tetapi orang Calvinist mengatakan bahwa Allah mempunyai rencana yang spesifik yang mencakup semua peristiwa / kejadian dalam semua jaman)- ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 22-23.
B. B. Warfield:
· “Throughout the Old Testament, behind theprocesses of nature, the march of history and the fortunes of each individuallife alike, there is steadily kept in view the governing hand of God workingout His preconceived plan - a plan broad enough to embrace the whole universeof things, minute enough to concern itself with the smallest details, andactualizing itself with inevitable certainty in every event that comes to pass” (= Sepanjang Perjanjian Lama, dibalik proses alam, gerakan dari sejarah dan nasib dari setiap kehidupan, terus menerus ditunjukkan tangan pemerintahan Allah yang melaksanakan rencana yang sudah direncanakanNya lebih dulu - suatu rencana yang cukup luas untuk mencakup seluruh alam semesta, cukup kecil / seksama untuk memperhatikan detail-detail yang terkecil, dan mewujudkan dirinya sendiri dengan kepastian yang tidak dapat dihindarkan / dielakkan dalam setiap peristiwa / kejadian yang terjadi) - ‘Biblical and Theological Studies’, hal 276.· “But, in the infinite wisdom of the Lord of all the earth, each event falls with exact precision into its proper placein the unfolding of His eternal plan; nothing, however small, however strange,occurs without His ordering, or without its peculiar fitness for its place inthe working out of His purpose; and the end of all shall be the manifestationof His glory, and the accumulation of His praise” (= Tetapi, dalam hikmat yang tidak terbatas dari Tuhan seluruh bumi, setiap peristiwa / kejadian jatuh dengan ketepatan yang tepat pada tempatnya dalam pembukaan dari rencana kekalNya; tidak ada sesuatupun, betapapun kecilnya, betapapun anehnya, terjadi tanpa pengaturan / perintahNya, atau tanpa kecocokannya yang khusus untuk tempatnya dalam pelaksanaan RencanaNya; dan akhir dari semua adalah akan diwujudkannya kemuliaanNya, dan pengumpulan pujian bagiNya) - ‘Biblical and Theological Studies’, hal 285.
Charles Hodge:“As
God works on a definite plan in the external world, itis fair to infer that the
same is true in reference to the moral and spiritualworld. To the eye of an
uneducated man the heavens are a chaos of stars. Theastronomer sees order and
system in this confusion; all those bright anddistant luminaries have their
appointed places and fixed orbits; all are soarranged that no one interferes
with any other, but each is directed accordingto one comprehensive and
magnificent conception” (= Sebagaimana Allah mengerjakan rencana tertentu dalam
dunia lahiriah / jasmani, adalah wajar untuk mengambil kesimpulan bahwa hal itu
juga benar berkenaan dengan dunia moral dan rohani. Bagi mata seorang yang
tidak berpendidikan langit merupakan bintang-bintang yang kacau. Ahli
perbintangan / ilmu falak melihat keteraturan dan sistim dalam kekacauan ini;
semua benda-benda bersinar yang terang dan jauh itu mempunyai tempatdan orbit
tetap yang ditetapkan; semua begitu diatur sehingga tidak satupun mengganggu
yang lain, tetapi masing-masing diarahkan menurut suatu konsep yang luas dan
besar / indah) - ‘Systematic Theology’, vol II hal 313.
Saya berpendapat bagian yang saya garis-bawahi
tersebut merupakan hal yang perlu dicamkan. Analoginya dalam dunia theologia
adalah: bagi orang yang tidak mengerti theologia, semua merupakan kekacauan,
atau semua terjadi begitu saja, atau secara kebetulan. Tetapi bagi mata seorang
ahli theologia, segala sesuatu ditetapkan dan diatur oleh Allah.
Bersambung ke Bagian 3
Bersambung ke Bagian 3
No comments:
Post a Comment