Bacalah terlebih dahulu bagian 4
IV. Providence dan dosa
Sebelum
saudara membaca pelajaran ke IV ini, saya ingin memberikan peringatan, yaitu:
jangan membaca pelajaran IV ini tanpa melanjutkan dengan membaca pelajaran ke V, yaitu tentang ‘Providence dan kebebasan /
tanggung jawab manusia’, karena hanya mengerti dan menerima pelajaran IV
tanpa mengerti dan menerima pelajaran V, akan menjadikan saudara tersesat ke
dalam pandangan Hyper-Calvinisme!
A) Rencana Allah dan dosa.
Bahwa dalam Rencana Allah juga tercakup
dosa bisa terlihat dari:
1) Dalam pelajaran III,
point A di atas sudah ditunjukkan bahwa Rencana Allah berhubungan dengan segala sesuatu, dan itu berarti termasuk
dosa.
2)
Rencana Allah tentang penebusan dosa
oleh Kristus (1Pet 1:19-20) menunjukkan
adanya Rencana / penentuan terjadinya dosa, karena bahwa penebusan dosa sudah
ditentukan, itu jelas menunjukkan bahwa:
a) Dosa manusia yang akan ditebus oleh Kristus itupun harus juga sudah ditentukan! Karena kalau tidak, bisa-bisa penebusan dosa itu tidak terjadi.
b) Pembunuhan / penyaliban yang dilakukan terhadap Kristus, yang jelas merupakan suatu dosa yang sangat hebat, jelas juga sudah ada dalam Rencana Allah.
Kis 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu
salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka”.
Kis 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota
ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa
Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau
tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu”.
Kristus Dihadapan Herodes Credit: Dürer, Albrecht | German | 1471-1528 Creation date:1508-1510, wood engraving INDIANAPOLIS MUSEUM OF ARTS |
- Charles Hodge:“The crucifixion of Christ was beyond doubt foreordained of God. It was, however, the greatest crime ever committed. It is therefore beyond all doubt the doctrine of the Bible that sin is foreordained” (= Penyaliban Kristus tidak diragukan lagi ditentukan lebih dulu oleh Allah. Tetapi itu adalah tindakan kriminal terbesar yang pernah dilakukan. Karena itu tidak perlu diragukan lagi bahwa dosa ditentukan lebih dulu merupakan doktrin / ajaran dari Alkitab) - ‘Systematic Theology’, vol I, hal 544.
- Charles Hodge: “it is utterly irrational to contend that God cannot foreordain sin, if He foreordained (as no Christian doubts) the crucifixion of Christ” [= adalah sama sekali tidak rasionil untuk berpendapat bahwa Allah tidak bisa menentukan dosa, jika Ia menentukan (seperti yang tidak ada orang kristen yang meragukan) penyaliban Kristus]- ‘Systematic Theology’, vol I, hal 547.
3) Dosa /
kejatuhan Adam mempunyai 3 kemungkinan:
a) Adam ditentukan untuk tidak jatuh.Kemungkinan ini harus dibuang, karena kalau Adam direncanakan untuk tidak jatuh, maka ia pasti tidak jatuh (ingat bahwa Rencana Allah tidak bisa gagal - lihat pelajaran II, point B,C di atas).b) Allah tidak merencanakan apa-apa tentang hal itu.Ini juga tidak mungkin karena kalau Allah mempunyai Rencana / kehendak tentang hal-hal yang remeh / tidak berarti seperti jatuhnya burung pipit ke bumi atau rontoknya rambut kita (bdk. Mat 10:29-30), bagaimana mungkin tentang hal yang begitu besar dan penting, yang menyangkut kejatuhan dari ciptaanNya yang tertinggi, Ia tidak mempunyai Rencana?
"Memberi makan burung Pipit"
Credit: Mustafa Otyakmaz
c) Allah memang merencanakan / menetapkan kejatuhan Adam ke dalam dosa.Inilah satu-satunya kemungkinan yang tertinggal, dan inilah satu-satunya kemungkinan yang benar, dan ini menunjukkan bahwa dosa sudah ada dalam Rencana Allah.
- Jerome Zanchius:“That he fell in consequence of the Divine decree we
prove thus: God was either willing that Adam should fall, or unwilling, or
indifferent about it. If God was unwilling that
Adam should transgress, how came it to pass that he did? ... Surely, If God had not willed the fall, He could, and no doubt
would, have prevented it; but He did not
prevent it: ergo, He willed it. And if he willed it, He certainly
decreed it, for the decree of God is nothing else but the seal and ratification
of His will. He does nothing but what He decreed,
and He decreed nothing which He did not will,
and both will and decree are absolutely eternal, though the execution of both
be in time. The only way to evade the force of this
reasoning is to say that ‘God was indifferent and unconcerned whether man stood
or fell’. But in what a shameful, unworthy light does this represent
the Deity! Is it possible for us to imagine that
God could be an idle, careless spectator of one of the most important events
that ever came to pass? Are not ‘the very hairs of our head are numbered’? Or
does ‘a sparrow fall to the ground without our heavenly Father’? If,
then, things the most trivial and worthless are subject to the appointment of
His decree and the control of His providence, how much more is man, the
masterpiece of this lower creation?”
(= Bahwa ia (Adam) jatuh sebagai akibat dari ketetapan ilahi kami buktikan demikian: Allah itu atau menghendaki Adam jatuh, atau tidak menghendaki, atau acuh tak acuh / tak peduli tentang hal itu. Jika Allah tidak menghendaki Adam melanggar, bagaimana mungkin ia melanggar? ... Tentu saja, jika Allah tidak menghendaki kejatuhan itu, Ia bisa, dan tidak diragukan Ia akan mencegahnya; tetapi Ia tidak mencegahnya: jadi, Ia menghendakinya. Dan jika Ia menghendakinya, Ia pasti menetapkannya, karena ketetapan Allah tidak lain adalah meterai dan pengesahan kehendakNya. Ia tidak melakukan apapun kecuali apa yang telah Ia tetapkan, dan Ia tidak menetapkan apapun yang tidak Ia kehendaki, dan baik kehendak maupun ketetapan adalah kekal secara mutlak, sekalipun pelaksanaan keduanya ada dalam waktu. Satu-satunya cara untuk menghindarkan kekuatan dari pemikiran ini adalah dengan mengatakan bahwa ‘Allah bersikap acuh tak acuh dan tidak peduli apakah manusia itu jatuh atau tetap berdiri’. Tetapi alangkah memalukan dan tak berharganya terang seperti ini dalam menggambarkan Allah! Mungkinkah bagi kita untuk membayangkan bahwa Allah bisa menjadi penonton yang malas dan tak peduli terhadap salah satu peristiwa yang terpenting yang akan terjadi? Bukankah ‘rambut kepala kita dihitung’? Atau apakah ‘seekor burung pipit jatuh ke tanah tanpa Bapa surgawi kita’? Jika hal-hal yang paling remeh dan tak berharga tunduk pada penentuan ketetapanNya dan pada kontrol dari providensiaNya, betapa lebih lagi manusia, karya terbesar dari ciptaan yang lebih rendah ini?)- ‘The Doctrine of Absolute Predestination’, hal 88-89.
4)
Mengingat bahwa boleh dikatakan semua tindakan manusia bersifat dosa /
mengandung dosa, maka kalau dosa tidak tercakup dalam Rencana Allah, hanya
sangat sedikit hal-hal yang tercakup dalam Rencana Allah.
- Edwin H. Palmer:“It is even Biblical to
say that God has foreordained sin. If sin was outside the plan of God,
then not a single important affair of life would be ruled by God. For what action of man is perfectly good? All
of history would then be outside of God’s foreordination: the fall of Adam, the crucifixion
of Christ, the conquest of the Roman Empire,
the battle of Hastings, the Reformation, the
French Revolution, Waterloo, the American Revolution, the
Civil War, two World Wars, presidential assassinations, racial violence, and the
rise and fall of nations”
(= Bahkan adalah sesuatu yang Alkitabiah untuk mengatakan bahwa Allah telah menentukan dosa lebih dulu. Jika dosa ada di luar rencana Allah, maka tidak ada satupun peristiwa kehidupan yang penting yang diperintah / dikuasai / diatur oleh Allah. Karena tindakan apa dari manusia yang baik secara sempurna? Seluruh sejarah juga akan ada di luar penentuan lebih dulu dari Allah: kejatuhan Adam, penyaliban Kristus, penaklukan kekaisaran Romawi, pertempuran Hastings, Reformasi, Revolusi Perancis, Waterloo, Revolusi Amerika, Perang saudara Amerika, kedua perang dunia, pembunuhan presiden, kejahatan / kekejaman rasial, dan bangkitnya dan jatuhnya bangsa-bangsa) - ‘The Five Points of Calvinism’, hal 82.
- Edwin H. Palmer: “If sin were outside of
God’s decree, then very little would be
included in this decree. All the
great empires would have been outside
of God’s eternal, determinative decrees, for they were built on greed,
hate, and selfishness,
not for the glory of the Triune God.
Certainly the following rulers, who influenced world history and countless
numbers of lives, did not carryout the expansion of their empires for the glory
of God: Pharaoh, Nebuchadnezzar,
Cyrus, Alexander
the Great, Ghenghis Khan, Caesar, Nero, Charles V, Henry VIII,
Napoleon, Bismarck,
Hitler, Stalin,
Hirohito.
If sin were beyond the foreordination of God, then not only were these vast empires and their events outside God’s plan, but also all the little daily events of every non Christians are outside of God’s power. For whatever is not done to the glory of the Christian God and out of faith in Jesus Christ is sin. ... The acts of the Christian are not perfect - even after he is born again and Christis living in him. Sin still clings to him; he is not perfect until he is in heaven. For example, he does not love God with all of his heart, mind, and soul, nor does he truly love his neighbor as himself. Even his most admirable deeds are colored by sin. ...
-"Invansi Genghis Khan ke Eropa"
- Credit: wikimedia
if sin is outside the decree of God, then the vast percentage of human actions - both the trivial and the significant - are removed from God’s plan. God’s power is reduced to the forces of nature, such as spinning of the galaxies and the laws of gravity and entropy. Most of history is outside His control”
[= Seandainya dosa ada di luar ketetapan Allah, maka sangat sedikit yang termasuk dalam ketetapan ini. Semua kekaisaran yang besar akan ada di luar ketetapan Allah yang kekal dan bersifat menentukan, karena mereka dibangun pada keserakahan, kebencian, dan keegoisan, bukan untuk kemuliaan Allah Tritunggal. Pasti pemerintah-pemerintah di bawah ini, yang mempengaruhi sejarah dunia dan tak terhitung banyaknya jiwa, tidak melakukan perluasan kekaisaran mereka untuk kemuliaan Allah: Firaun, Nebukadnezar, Koresy, Alexander yang Agung, Jengggis Khan, (Yulius) Caesar, Nero, Charles V, Henry VIII, Napoleon, Bismarck, Hitler, Stalin, Hirohito.
Seandainya dosa ada di luar penentuan lebih dulu dari Allah, maka bukan saja kekaisaran-kekaisaran yang luas ini dan semua peristiwa yang berhubungan dengan mereka ada di luar rencana Allah, tetapi juga semua peristiwa sehari-hari yang remeh dari setiap orang non Kristen ada di luar kuasa Allah. Karena apapun yang tidak dilakukan bagi kemuliaan Allah Kristen dan di luar iman dalam Yesus Kristus adalah dosa. ...Tindakan-tindakan dari orang Kristen pun tidak sempurna - bahkan setelah ia dilahirkan kembali dan Kristus hidup dalam dia. Dosa tetap melekat padanya; ia tidak sempurna sampai ia ada di surga. Misalnya, ia tidak mengasihi Allah dengan segenap hati, pikiran, dan jiwanya, juga ia tidak sungguh-sungguh mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri. Bahkan tindakan-tindakannya yang paling mengagumkan / terpuji diwarnai oleh dosa. ...
jika dosa ada di luar ketetapan Allah, maka sebagian besar dari tindakan-tindakan manusia baik yang remeh maupun yang penting dikeluarkan dari rencana Allah. Kuasa Allah direndahkan sampai pada kekuatan-kekuatan alam, seperti menggerakkan galaxy dan hukum-hukum gravitasi dan entropi. Bagian terbesar dari sejarah ada di luar kontrolNya] - ‘The Five Points of Calvinism’, hal97,98.
5)
Ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan adanya dosa dalam Rencana Allah:
- Kel 3:19-
“Tetapi Aku tahu bahwa raja Mesir tidak akan membiarkan kamu pergi, kecuali
dipaksa oleh tangan yang kuat”.
- Ul 31:16-21-
“(16) TUHAN berfirman kepada Musa: ‘Ketahuilah, engkau akan mendapat
perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu dan bangsa
ini akan bangkit dan berzinah dengan mengikuti allah asing yang ada
di negeri, ke mana mereka akan masuk; mereka
akan meninggalkan Aku dan mengingkari perjanjianKu yang Kuikat
dengan mereka. (17) Pada waktu itu murkaKu akan bernyala-nyala terhadap mereka,
Aku akan meninggalkan mereka dan menyembunyikan wajahKu terhadap mereka,
sehingga mereka termakan habis dan banyak kali ditimpa malapetaka serta
kesusahan. Maka pada waktu itu mereka akan berkata: Bukankah malapetaka itu
menimpa kita, oleh sebab Allah kita tidak ada di tengah-tengah kita? (18)
Tetapi Aku akan menyembunyikan wajahKu sama sekali pada waktu itu, karena
segala kejahatan yang telah dilakukan mereka: yakni mereka telah berpaling
kepada allah lain. (19) Oleh sebab itu tuliskanlah nyanyian ini dan ajarkanlah
kepada orang Israel, letakkanlah didalam mulut mereka, supaya nyanyian ini
menjadi saksi bagiKu terhadap orang Israel. (20) Sebab Aku akan membawa mereka
ke tanah yang Kujanjikan dengan sumpah kepada nenek moyang mereka, yakni tanah
yang berlimpah-limpah susu dan madunya; mereka akan makan dan kenyang dan
menjadi gemuk, tetapi mereka akan berpaling
kepada allah lain dan beribadah kepadanya. Aku ini akan dinista mereka dan
perjanjianKu akan diingkari mereka. (21) Maka apabila banyak kali
mereka ditimpa malapetaka serta kesusahan, maka nyanyian ini akan menjadi
kesaksian terhadap mereka, sebab nyanyian ini akan tetap melekat pada bibir
keturunan mereka. Sebab Aku tahu niat yang dikandung mereka pada hari ini,
sebelum Aku membawa mereka ke negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada
mereka.’”.
- 2 Sam 12:11-12-
“(11) Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke
atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil
isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu
akan tidur dengan isteri-isterimu disiang hari. (12) Sebab engkau telah
melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan
seluruh Israel secara terang-terangan” (Bdk.
2Sam 16:22).
Ini menunjukkan bahwa dosa
terkutuk Absalom, dimana ia meniduri istri-istri Daud / ayahnya, adalah sesuatu
yang sudah ditentukan sebelumnya.
- 2Raja 8:11-13- “(11) Elisa menatap dengan lama ke depan, lalu menangislah abdi Allah itu. (12) Hazael berkata:‘Mengapa tuanku menangis?’ Jawab Elisa: ‘Sebab aku tahu bagaimana malapetaka yang akan kaulakukan kepada orang Israel: kotanya yang berkubu akan kaucampakkan ke dalam api, terunanya akan kaubunuh dengan pedang, bayinya akan kauremukkan dan perempuannya yang mengandung akan kaubelah.’ (13) Sesudah itu berkatalah Hazael: ‘Tetapi apakah hambamu ini, yang tidak lain dari anjing saja, sehingga ia dapat melakukan hal sehebat itu?’ Jawab Elisa: ‘TUHAN telah memperlihatkan kepadaku, bahwa engkau akan menjadi raja atas Aram.’”.
Ini menunjukkan bahwa
kekejaman Hazael sudah ditentukan sebelumnya.
- Yes 6:8-10-
“(8) Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan
siapakah yang mau pergi untuk Aku?’. Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’. (9)
Kemudian firmanNya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan!
Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya
berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka
melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan
hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.’” (Bdk. Mat 13:13-15 / Mark 4:12 /
Luk 8:10 Yoh 12:40 Kis 28:26-27).
Ini menunjukkan bahwa
Allah sudah menentukan bahwa Yehuda akan menolak Firman Tuhan yang akan
disampaikan oleh Yesaya, dan Allah juga sudah menentukan bahwa orang-orang
Yahudi akan menolak Kristus.
- Daniel 11:36- “Raja itu akan berbuat sekehendak hati; ia akan meninggikan dan membesarkan dirinya terhadap setiap allah. Juga terhadap Allah yang mengatasi segala allah ia akan mengucapkan kata-kata yang tak senonoh sama sekali, dan ia akan beruntung sampai akhir murka itu; sebab apa yang telah ditetapkan akan terjadi”.
Ini menunjukkan bahwa dosa dari raja ini, dimana ia akan meninggikan dan membesarkan dirinya terhadap setiap allah, dan akan mengucapkan kata-kata tak senonoh terhadap Allah, sudah ditetapkan, dan karena itu pasti akan terjadi.
- Hab 1:12-
“Bukankah Engkau, ya TUHAN, dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus? Tidak akan
mati kami. Ya TUHAN, telah Kautetapkan dia untuk
menghukumkan; ya Gunung Batu, telah
Kautentukan dia untuk menyiksa”.
Biarpun penindasan yang
dilakukan oleh orang Kasdim terhadap orang Israel / Yehuda merupakan hukuman
Tuhan bagi mereka, tetapi itu tetap merupakan suatu dosa. Tetapi ayat ini
mengatakan bahwa hal itu ditetapkan / ditentukan oleh Tuhan!
- Mat 18:7- “Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya!”.
Ini menunjukkan bahwa
penyesatan harus ada. Ini jelas adalah dosa, tetapi ini telah ditetapkan
oleh Allah.
- Mat 24:5,10-12,24- “(5) Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaKu dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. ... (10) dan banyak orangakan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. (11) Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. (12) Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. ... (24) Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.
Ini menunjukkan bahwa
nabi-nabi palsu dan Mesias-mesias palsu pasti akan ada, dan juga pasti banyak
orang akan mengikut mereka.
- Mat 26:31,33-35- “(31) Maka berkatalah Yesus kepada mereka: ‘Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku.Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. ... (33) Petrus menjawabNya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.’ (34) Yesus berkata kepadanya:‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.’ (35) Kata Petrus kepadaNya: ‘Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.’ Semua murid yang lainpun berkata demikian juga”.
Larinya murid-murid
meninggalkan Yesus, dan penyangkalan Petrus sebanyak 3 x sudah ditentukan
sebelumnya. Bagaimanapun kerasnya keinginan Petrus dan murid-murid yang lain
untuk menolak terjadinya hal itu, akhirnya hal itu tetap terjadi.
- Luk 17:25-
“Tetapi Ia harus menanggung banyak
penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini”.
Perhatikan kata ‘harus’ di sini. Penolakan dan penyiksaan terhadap Yesus itu harus terjadi.
- Luk 22:22-
“Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti
yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia
diserahkan”.
Ayat ini menunjukkan bahwa
pengkhianatan yang dilakukan oleh Yudas terhadap Yesus, yang jelas adalah suatu
dosa, telah ditetapkan oleh Allah.
- Kis 2:23-
“Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu
salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka”.
- Kis 3:18 - “Tetapi dengan jalan
demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankanNya dahulu dengan
perantaraan nabi-nabiNya, yaitu bahwa Mesias yang diutusNya harus menderita”.
- Kis 4:27-28 - “(27) Sebab
sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus
beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang
kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah
Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu”.
Ayat-ayat di atas ini menunjukkan bahwa
pembunuhan terhadap Kristus (ini adalah dosa yang paling terkutuk) sudah ditentukan sejak semula. Perhatikan
khususnya kata-kata ‘menurut maksud dan
rencanaNya’ dalam Kis 2:23,
dan juga kata ‘tentukan’ dalam Kis
4:28. Jelas ini bukan sekedar menunjuk pada foreknowledge
(= pengetahuan lebih dulu) dari Allah, tetapi menunjuk pada foreordination (=penetapan lebih dulu) dari
Allah.
- 1Tim 4:1- “Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan”.
Ini menunjukkan bahwa
orang-orang akan murtad dan mengikuti ajaran-ajaran sesat sudah ditentukan
sebelumnya.
- 2 Tim 3:1-5a- “(1) Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. (2) Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, (3) tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, (4) suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. (5a) Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya”.
Ini menunjukkan bahwa
kebrengsekan orang-orang pada akhir jaman sudah ditetapkan dan pasti akan
terjadi.
- 2Tim 4:3-4- “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng”.
Ini menunjukkan bahwa
kebrengsekan dari orang-orang kristen KTP ini, yang tidak mau mendengar
kebenaran, tetapi mencari ajaran yang menyenangkan telinganya, sudah ditentukan
pasti akan terjadi.
- Wah 6:11- “Dan kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada merekadikatakan, bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka”.
Istilah ‘genap’ menunjukkan bahwa jumlah orang yang dibunuh sudah ditentukan.
Kalau saudara membaca
ayat-ayat di atas ini, mungkin saudara mengatakan bahwa ayat-ayat di atas itu
hanya menunjukkan bahwa Allah mengetahui lebih dulu akan adanya dosa atau Allah
menubuatkan adanya dosa, tetapi Allah tidak menentukan adanya dosa. Untuk
menjawab ini perhatikan beberapa hal dibawah ini:
a) Sekalipun bisa diartikan bahwa sebagian dari
ayat-ayat di atas memang cuma menunjukkan bahwa Allah hanya mengetahui lebih
dulu atau menubuatkan dosa, tetapi sebagian yang
lain yaitu Daniel 11:36
Luk 22:22 Kis 2:23 Kis 4:27-28 secara explicit
/ jelas menunjukkan bahwa Allah menetapkan dosa, karena ayat-ayat itu
menggunakan istilah-istilah:
- ‘ditetapkan’ (Daniel 11:36).
- ditetapkan’ (Luk 22:22).
- ‘menurut maksud dan rencanaNya’ (Kis 2:23).
- ‘segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu’ (Kis 4:28).
b) Kalau Tuhan menubuatkan tentang akan terjadinya suatu
haltertentu, itu disebabkan karena Ia sudah lebih dulu menentukan terjadinya
hal itu.
Ini terlihat dari:
- perbandingan Mat 26:24 dengan Luk 22:22.
Mat 26:24 - “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia,akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan”.
Luk 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan”.
Kedua ayat ini paralel dan sama-sama
berbicara tentang pengkhianatan Yudas, tetapi kalau Mat 26:24 mengatakan
bahwa hal itu ‘sesuai dengan yang ada tertulis
tentang Dia’, yang hanya menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena
sudah dinubuatkan, maka Luk 22:22 mengatakan bahwa hal itu terjadi ‘seperti yang telah ditetapkan’, yang
menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah ditetapkan oleh Allah dalam
kekekalan.
- perbandingan Kis 2:23 Kis 3:18 dan Kis
4:27-28.
Kis 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka”.
Kis 3:18 - “Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankanNya dahulu dengan perantaraan nabi-nabiNya, yaitu bahwa Mesias yang diutusNya harus menderita”.
Kis 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu”.
Semua ayat di atas ini berbicara
tentang penderitaan / penyaliban yang dialami oleh Kristus. Tetapi kalau
Kis 3:18 mengatakan bahwa hal itu terjadi ‘menggenapi
apa yang telah difirmankannya dahulu dengan perantaraan nabi-nabiNya’,
yang hanya menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah dinubuatkan, maka
Kis 2:23 mengatakan bahwa hal itu terjadi ‘menurut
maksud dan rencanaNya’ dan Kis 4:28 mengatakan bahwa hal itu
terjadi ‘untuk melaksanakan segala sesuatu yang
telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu’, yang
jelas menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah ditentukan oleh Allah
dalam kekekalan.
- Yes 44:26a - “Akulah yang menguatkan perkataan hamba-hambaKu dan melaksanakan keputusan-keputusanyang diberitakan utusan-utusanKu”.
Perhatikan bahwa apa yang diberitakan (dinubuatkan) oleh utusan-utusan Tuhan itu adalah
keputusan dari Tuhan.
- Yes 46:10-11 - “(10) yang memberitahukan
dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum
terlaksana, yang berkata: KeputusanKu
akan sampai, dan segala kehendakKu
akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang
melaksanakan putusanKu dari negeri
yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya,
Aku telah merencanakannya, maka Aku
hendak melaksanakannya”.
Perhatikan bahwa dalam Yes 46:10a
dikatakan bahwa Tuhan ‘memberitahukan’,
tetapi dalam Yes 46:10b-11a dikatakan bahwa itu adalah ‘keputusanKu’, ‘kehendakKu’,
dan ‘putusanKu’. Selanjutnya Yes 46:11b terdiri dari 2 kalimat
paralel yang sebetulnya memaksudkan hal yang sama, tetapi kalimat pertama
menggunakan istilah ‘mengatakannya’,
yang hanya menunjukkan nubuat Allah, sedangkan kalimat kedua menggunakan
istilah ‘merencanakannya’, yang jelas
menunjuk pada rencana / ketetapan Allah.
- Yer 4:28- “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu”.
Ayat ini baru mengatakan ‘Aku telah mengatakannya’ dan lalu langsung
menyambungnya dengan ‘Aku telah merancangnya’.
Ini jelas menunjukkan bahwa Tuhan mengatakan sesuatu kepada nabi-nabi (yang
lalu dinubuatkan oleh para nabi itu), karena Tuhan telah merancang /
merencanakannya.
- Amos 3:7 - “Sungguh, Tuhan Allah tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusanNya
kepada hamba-hambaNya, para nabi”.
Ayat ini menunjukkan secara jelas bahwa
apa yang dinyatakan oleh Tuhan kepada pada nabi (dan lalu dinubuatkan oleh
nabi-nabi itu) adalah keputusanNya [NIV: ‘his plan’ (= rencanaNya)].
- Rat 2:17a - “TUHAN telah menjalankan yang dirancangkanNya, Ia melaksanakan yang difirmankanNya”.
Bagian akhir dari ayat ini mengatakan
bahwa Tuhan melaksanakan yang difirmankanNya /
dinubuatkanNya; tetapi bagian awal dari ayat ini mengatakan bahwa
Tuhan menjalankan yang dirancangkanNya.
Jelas bahwa apa yang dinubuatkan adalah apa yang dahulu telah dirancangkanNya.
- Rat 3:37 - “Siapa berfirman, maka semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang memerintahkannya?”.
NIV: ‘Who can speak and have it happen if the Lord has not decreed it’ (= Siapa yang bisa berbicara dan membuatnya terjadi jikaTuhan tidak menetapkannya?).
Ini jelas menunjukkan
bahwa tidak ada nabi atau siapapun juga yang bisa menubuatkan apapun kecuali
Tuhan lebih dulu menetapkan hal itu.
- Yes 28:22b - “sebab kudengar tentang kebinasaan yang sudah pasti yang
datang dari Tuhan ALLAH semesta alam atas seluruh negeri itu”.
-"tornado"
Credit:readywinconsin.wi.gov
NIV: ‘The Lord, the LORD Almighty, has told me of the destruction decreed against the whole land’ (= Tuhan, TUHAN yang mahakuasa, telah memberitahu aku tentang kehancuran yang telah ditetapkan terhadap seluruh negeri itu).
Ini jelas menunjukkan bahwa kehancuran
yang oleh Tuhan diberitahukan kepada Yesaya, dan lalu dinubuatkan oleh Yesaya,
merupakan ketetapan Allah (decree of God).
Jadi,
kalau dalam Kitab Suci dinubuatkan sesuatu, itu tidak sekedar berarti bahwa
Allah hanya tahu lebih dulu bahwa hal itu akan terjadi (foreknowledge) dan lalu memberitahukan hal itu kepada
manusia, tetapi itu berarti bahwa Allah sudah menetapkan lebih dulu akan hal
itu (foreordination) dan lalu memberitahukan ketentuan /
rencanaNya itu kepada manusia! Dengan demikian jelas bahwa ayat-ayat diatas
yang seakan-akan hanya memberitahukan akan adanya dosa-dosa tertentu,
sebetulnya menunjukkan bahwa dosa-dosa tertentu itu sudah ditetapkan dan
karenanya harus terjadi!
6)
Penentuan dosa sejalan dengan doktrin-doktrin Reformed yang lain, seperti:
a) Election / pemilihan (Ro 9:6-24 Ef 1:4,5,11 1Tes 5:9 2Tes 2:13 2Tim 1:9), karena manusia dipilih untuk diselamatkan dari dosa.b) Reprobation / penentuan binasa (Amsal 16:4 Yoh 17:12 Ro 9:13,17-18,21-22 1Pet 2:8 Yudas 4), yang jelas mensyaratkan penetapan dosa dalam kehidupan orang-orang yang ditentukan untuk binasa itu.c) Infralapsarianisme maupun Supralapsarianisme, yang sama-sama percaya adanya penetapan dosa.
Catatan:
kalau saudara mau tahu lebih banyak tentang Election (Pemilihan), Reprobation
(penetapan binasa), Infralapsarianisme dan Supralapsarianisme, bacalah buku
saya yang berjudul ‘Calvinisme Yang Difitnah’, jilid II.
Jika saudara adalah
orang yang mengaku sebagai orang Reformed, tetapi saudara tidak percaya bahwa
Allah menetapkan dosa, maka renungkanlah hal-hal di atas ini! Ketidakpercayaan
saudara akan penetapan dosa bertentangan dengan kepercayaan saudara terhadap
doktrin-doktrin Reformed yang lain yang saya sebutkan di atas! Dan kalau
doktrin-doktrin tersebut juga tidak saudara percayai, maka saudara jelas sama
sekali bukan orang Reformed! Jadi, jangan berdusta dengan mengatakan bahwa
saudara adalah orang Reformed!
B) Terjadinya dosa.
1) Dalam
hal ini Allah bekerja secara pasif.
Dalam terjadinya hal-hal yang baik,
Allah bekerja secara aktif. Dengan kasih karuniaNya, Allah mengekang /
menahan manusia sehingga tidak berbuat dosa. Tetapi dalam terjadinya dosa,
Allah bekerja secara pasif. Ia mengangkat kasih karuniaNya itu, dan dosapun
terjadi. Perhatikan:
a)
Istilah ‘Allah menyerahkan’ dalam
Ro 1:24,26,28.
Bdk. Maz 81:12-13 - “(12) Tetapi umatKu tidak mendengarkan suaraKu, dan Israel tidak suka kepadaKu. (13) Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri!”.Ini menunjukkan bahwa Allah mencabut kasih karuniaNya yang tadinya menahan manusia untuk berbuat dosa, sehingga dosapun terjadi.
b) Kis 14:16 - “Dalam zaman yang lampau
Allah membiarkan
semua bangsa menuruti jalannya masing-masing”.
c) Yes 64:7b - “sebab Engkau menyembunyikan wajahMu
terhadap kami, dan menyerahkan kami kedalam kekuasaan dosa kami”.
Jadi, penyembunyian wajah Allah itu boleh dikatakan diidentikkan atau menyebabkan kita dikuasai oleh dosa. Tetapi ayat ini diterjemahkan dalam 2 versi. RSV / NASB menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia, tetapi KJV / NIV berbeda.RSV: ‘for thou hast hid thy face from us, and hast delivered us into the hand of our iniquities’(= sebab Engkau telah menyembunyikan wajahMu dari kami, dan telah menyerahkan kami ke dalam tangan dari kejahatan-kejahatan kami).NASB: ‘For Thou hast hidden Thy face from us, And hast delivered us into the power of our iniquities’ (= Sebab Engkau telah menyembunyikan wajahMu dari kami, Dan telah menyerahkan kami ke dalam kuasa dari kejahatan-kejahatan kami).KJV: ‘for thou hast hid thy face from us, and hast consumed us, because of our iniquities’ (= karena Engkau telah menyembunyikan wajahMu dari kami, dan telah menghabiskan kami, karena kejahatan-kejahatan kami).NIV: ‘for you have hidden your face from us and made us waste away because of our sins’ (= karena Engkau telah menyembunyikan wajahMu dari kami dan membuat kami merana karena dosa-dosa kami).
Catatan: Kitab Suci sering menyatakan Allah bekerja secara aktif dalam terjadinya dosa.Untuk ini lihat penjelasannya pada point no 2a di bawah.
- Calvin: “after his light is removed, nothing but darkness and blindness remains. When his Spirit is taken away, our hearts harden into stones. When his guidance ceases, they are wrenched into crookedness. Thus it is properly said that he blinds, hardens, and bends those whom he has deprived of the power of seeing, obeying, and rightly following”(= setelah terangNya disingkirkan, tidak ada sesuatu kecuali kegelapan dan kebutaan yang tertinggal. Pada waktu RohNya diambil, hati kita mengeras menjadi batu. Pada waktu bimbinganNya berhenti, mereka dipelintir sehingga menjadi bengkok. Dengan demikian bisa dikatakan secara benar bahwa Ia membutakan, mengeraskan hati, dan membengkokkan mereka dari siapa Ia mencabut / menghilangkan kuasa untuk melihat, mentaati dan mengikut dengan benar) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter IV, No 3.
2) Allah
sebagai ‘first cause’ (= penyebab
pertama) menggunakan ‘second causes’
(=penyebab-penyebab kedua) sehingga dosa terjadi sesuai dengan rencanaNya.
a) Allah
sebagai first cause (= penyebab
pertama).
Allah merupakan ‘first cause’ dari segala sesuatu (termasuk dosa) karena Ialah yang menetapkan / merencanakan segala sesuatu dan mengatur pelaksanaan seluruh rencanaNya itu. Karena Allah adalah ‘first cause’ dari segala sesuatu inilah maka Allah sering digambarkan seakan-akan Ia adalah pelaku langsung / aktif dari sesuatu yang dalam faktanya tidak Ia lakukan secara langsung / aktif. Misalnya:1. Allah ‘menyuruh’ Yusuf ke Mesir (Kej 45:5,7,8 bdk. Maz 105:17).2. Allah mengeraskan hati Firaun (Kel 4:21b 7:3 9:12 10:1,20,27 11:10).3. Ayub mengatakan bahwa Tuhanlah yang mengambil harta dan anak-anaknya (Ayub 1:21).4. Daud mengatakan bahwa Tuhanlah yang menyuruh Simei mengutukinya(2Sam 16:10-11).5. Tuhan menghasut Daud untuk mengadakan sensus (2Sam 24:1).Ini bukan merupakan sesuatu yang aneh, karena kalau saya membangun sebuah rumah, sekalipun saya membangun rumah itu menggunakan orang lain (pemborong, kuli dsb) dan tidak membangunnya sendiri, saya tetap bisa berkata bahwa sayalah yang membangun rumah.
b)
Allah menggunakan ‘second causes’ (= penyebab-penyebab
kedua).
Dalam terjadinya dosa, Allah tidak
bertindak langsung / aktif, tetapi menggunakan ‘second
causes’ (= penyebab-penyebab kedua).
Yang bisa dijadikan sebagai ‘second cause’, adalah:
1. Setan.
Tentang Firaun yang dikeraskan hatinya oleh Allah, Calvin berkata: “Did he harden it by not softening it? This is indeed true, but he did something more. He turned Pharaoh over to Satan to be confirmed in the obstinacy of his breast”(= Apakah Ia mengeraskannya dengan tidak melunakkannya? Ini memang benar, tetapi Ia melakukan sesuatu yang lebih dari itu. Ia menyerahkan Firaun kepada Setan untuk diteguhkan dalam kekerasan hatinya)- ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter IV, No 4.
Contoh:
- Ayub 1:15,17- Di sini Allah menggunakan setan untuk menggoda orang-orang Syeba dan Kasdim sehingga mereka berbuat dosa dengan merampok harta Ayub.
- 1Sam
16:14 18:10 19:9 - ‘roh jahat dari pada Tuhan’.
Calvin: “One passage will however be enough to show that Satan intervenes to stir up the reprobate whenever the Lord by his providence destines them to one end or another. For in Samuel it is often said that ‘an evil spirit of the Lord’ and ‘an evil spirit from the Lord’ has either ‘seized’ or ‘departed from’ Saul (1Sam. 16:14; 18:10; 19:9). It is unlawful to refer this to the Holy Spirit. Therefore, the impure spirit is called ‘spirit of God’ because it responds to his will and power, and acts rather as God’s instrument than by it self as the author”
[= Satu teks akan cukup untuk menunjukkan bahwa Setan campur tangan untuk menghasut orang yang ditentukan untuk binasa kapanpun Tuhan oleh providensiaNya menentukan mereka ke suatu titik tertentu. Karena dalam kitab Samuel sering dikatakan bahwa ‘roh jahat dari pada Tuhan’ dan ‘roh jahat dari Tuhan’ telah‘ mencekam / menguasai’ atau ‘meninggalkan’ Saul (1Sam 16:14; 18:10; 19:9). Ini tidak boleh diartikan untuk menunjuk kepada Roh Kudus. Karena itu, roh yang kotor / najis itu disebut ‘roh dari Allah’ karena roh itu menanggapi kehendak dan kuasaNya, dan bertindak lebih sebagai alat Allah dari pada dari dirinya sendiri] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter IV, No 5.
- 1Raja 22:19-23-
Di sini Allah menggunakan setan / roh jahat untuk menggoda nabi-nabi palsu
sehingga nabi-nabi palsu itu mengeluarkan suatu dusta.
- 2Sam 24:1-
“Bangkitlah pula murka TUHAN terhadap orang Israel; Ia menghasut Daud
melawan mereka, firmanNya: ‘Pergilah, hitunglah orang Israel dan orang
Yehuda.’”.
- 1Taw 21:1 - “Iblis bangkit
melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel”.
Kedua ayat di atas ini paralel, dan
sama-sama berbicara tentang dosa Daud yang dalam kesombongannya melakukan
sensus, tetapi 2Sam 24:1 mengatakan bahwa Tuhan yang menghasut Daud untuk
melakukan hal itu, sedangkan 1Taw 21:1 mengatakan bahwa Iblislah yang
membujuk Daud melakukan hal itu. Apakah kedua ayat ini bertentangan? Bagi orang
yang menolak doktrin Reformed ini maka kedua ayat ini pasti bertentangan dan
tidak bisa diharmoniskan. Tetapi bagi orang Reformed yang
sejati, kedua ayat ini tidak menimbulkan problem. 2Sam 24:1
mengatakan bahwa Allahlah yang menghasut Daud, untuk menunjukkan bahwa Allah
adalah ‘first cause’ (= penyebab pertama) dari peristiwa itu; sedangkan
1Taw 21:1 mengatakan bahwa Iblislah yang membujuk Daud, karena Allah
memakainya sebagai ‘second cause’ (= penyebab kedua) untuk menjatuhkan
Daud ke dalam dosa sesuai dengan rencanaNya.
2.
Manusia.
Contoh:
- 1Raja 22:19-23- di sini Tuhan menggunakan nabi-nabi palsu untuk mendustai Ahab sehingga ia melakukan sesuatu yang salah yaitu berperang, dan akhirnya mati dalam peperangan itu.
- Mat 24:4-5- Tuhan menggunakan penyesat / nabi palsu untuk menyesatkan banyak orang.
Kedua
point di atas (Allah bekerja
secara pasif & adanya penggunaan ‘second causes’ ) menyebabkan Allah bukanlah pencipta dosa (God is
not the author of sin).
- Dalam tafsirannya tentang
Kej 50:20 Calvin mengatakan sebagai berikut: “This truly must be
generally agreed, that nothing is done without his
will; because he both governs the counsels
of men, and sways their wills and turns
their efforts at his pleasure, and regulates
all events: but if men undertake anything right and just, he so actuates
and moves them inwardly by his Spirit, that whatever is good in them, may
justly be said to be received from him: but if
Satan and ungodly men rage, he acts by their hands in such an inexpressible
manner, that the wickedness of the deed belong to them, and the blame of it is
imputed to them. For they are not induced to sin, as the faithful
are to act aright, by the impulse of the Spirit, but they are the authors of their own evil, and follow Satan as
their leader”
(= Ini harus disetujui secara umum, bahwa tidak ada apapun dilakukan tanpa kehendakNya; karena Ia memerintah rencana manusia, dan mengubah kehendak mereka dan membelokkan usaha mereka sesuai dengan kesenanganNya, dan mengatur semua peristiwa / kejadian: tetapi jika manusia melakukan apapun yang baik dan benar, Ia menjalankan dan menggerakkan mereka dari dalam oleh RohNya, sehingga apapun yang baik dalam mereka, bisa dengan benar dikatakan diterima dari Dia: tetapi jika Setan dan orang-orang jahat marah, Ia bertindak oleh tangan mereka dalam suatu cara yang tak terkatakan, sehingga kejahatan dari tindakan itu hanya menjadi milik mereka, dan kesalahan dari tindakan itu diperhitungkan kepada mereka. Karena mereka tidak dibujuk kepada dosa, seperti orang yang setia pada waktu melakukan hal yang benar, oleh dorongan Roh, tetapi mereka adalah pencipta dari kejahatan mereka sendiri, dan mengikuti Setan sebagai pemimpin mereka) - hal 488.
3)
Istilah ‘Allah mengijinkan’.
a) Kesia-siaan
penggunaan istilah ini untuk ‘melindungi’ kesucian Allah.
Banyak orang senang menggunakan istilah
ini untuk melindungi kesucian Allah. Mereka berpikir bahwa kalau Allah
menentukan dosa maka Allah sendiri berdosa / tidak suci. Tetapi kalau Allah
hanya mengijinkan terjadinya dosa, maka Allah tidak bersalah dan tetap suci.
Tetapi ini salah karena kalau ‘penentuan Allah tentang terjadinya dosa’
dianggap sebagai dosa, maka ‘pemberian ijin dari Allah sehingga dosa terjadi’
juga harus dianggap sebagai dosa, yaitu dosa
pasif. Sama halnya kalau saya membunuh orang, maka itu adalah dosa (dosa
aktif). Tetapi kalau saya membiarkan / mengijinkan seseorang bunuh diri,
padahal saya bisa mencegahnya, maka saya juga berdosa (dosa pasif) - bdk. Yak 4:17!
- Herman Hoeksema:“Nor must we, in regard to the sinful deeds of men
and devils, speak only of God’s permission in distinction from His
determination.Holy Scripture speaks a far more positive language. We realize,
of course, that the motive for speaking God’s permission rather than of His predetermined will in
regard to sin and the evil deeds of men is
that God may never be presented as the
author of sin. But this purpose is not reached by speaking of God’s permission or His permissive will: for if the Almighty permits what He could just as well have
prevented, it is from an ethical view point
the same as if He had committed it Himself.
But in this way we
lose God and His sovereignty: for permission presupposes the idea that
there is a power without God that can produce and do something apart from Him,
but which is simply permitted by God to act and operate. This is dualism, and it
annihilates the complete and absolute sovereignty of God. And therefore
we must maintain that also sin and all the wicked deeds of men and angels have
a place in the counsel of God, in the counsel of His will. Thus it is taught by
the Word of God”
(= Juga kita tidak boleh, berkenaan dengan tindakan-tindakan berdosa dari manusia dan setan, berbicara hanya tentang ijin Allah dan membedakannya dengan penentuan / penetapanNya. Kitab Suci berbicara dengan suatu bahasa yang jauh lebih positif. Tentu saja kita menyadari bahwa motivasi untuk menggunakan istilah ‘ijin Allah’ dari pada ‘kehendakNya yang sudah ditetapkan lebih dulu’ berkenaan dengan dosa dan tindakan-tindakan jahat dari manusia adalah supaya Allah tidak pernah dinyatakan sebagai pencipta dosa. Tetapi tujuan ini tidak tercapai dengan menggunakan ‘ijin Allah’ atau ‘kehendak yang mengijinkan dari Allah’: karena jika Yang Maha Kuasa mengijinkan apa yang bisa Ia cegah, dari sudut pandang etika itu adalah sama seperti jika Ia melakukan hal itu sendiri. Tetapi dengan cara ini kita kehilangan Allah dan kedaulatanNya: karena ijin mensyaratkan suatu gagasan bahwa ada suatu kekuatan di luar Allah yang bisa menghasilkan dan melakukan sesuatu terpisah dari Dia, tetapi yang diijinkan oleh Allah untuk bertindak dan beroperasi. Ini merupakan dualisme, dan ini menghapuskan kedaulatan Allah yang lengkap dan mutlak. Dan karena itu kita harus mempertahankan bahwa juga dosa dan semua tindakan-tindakan jahat dari manusia dan malaikat mempunyai tempat dalam rencana Allah, dalam keputusan kehendakNya. Demikianlah diajarkan oleh Firman Allah)- ‘Reformed Dogmatics’, hal 158.
b) Istilah ‘Allah mengijinkan’
boleh digunakan, tetapi artinya harus benar.
Ini tidak berarti bahwa sebetulnya Allah merencanakan seseorang berbuat
baik / tidak berbuat dosa, tetapi karena orangnya memaksa berbuat dosa, maka
Allah mengijinkan. Kalau diartikan seperti
ini, maka itu berarti bahwa Rencana Allah sudah gagal, dan
ini bertentangan dengan pelajaran
II, point B dan C di atas. ‘Allah mengijinkan’ berarti bahwa Allah bekerja
secara pasif dan Ia menggunakan second causes,
tetapi dosa yang diijinkan itu pasti terjadi, persis sesuai dengan
Rencana Allah! Jadi digunakannya istilah ‘Allah mengijinkan’ hanyalah karena
dalam pelaksanaannya Allah bekerja secara pasif dan Allah menggunakan second
causes.
- Louis Berkhof:“It is customary to
speak of the decree of God respecting moral evil as permissive. By His decree
God rendered the sinful actions of man infallibly certain without deciding to
effectuate them by acting immediately upon and in the finite will. This means that God
does not positively work in man ‘both to will and to do’, when man goes contrary
to His revealed will. It should be carefully
noted, however, that this permissive decree does
not imply a passive permission of something which is not under the control of the divine
will. It is a decree which renders the future sinful acts absolutely
certain, but in which God determines (a) not to hinder the sinful
self-determination of the finite will; and (b) to regulate and control the
result of this sinful self-determination”
[= Merupakan kebiasaan untuk berbicara tentang ketetapan Allah berkenaan dengan kejahatan moral sebagai bersifat mengijinkan. Oleh ketetapanNya Allah membuat tindakan-tindakan berdosa dari manusia menjadi pasti tanpa menetapkan untuk menyebabkan mereka terjadi dengan bertindak langsung dan bertindak dalam kehendak terbatas (kehendak manusia) itu. Ini berarti bahwa Allah tidak secara positif bekerja dalam manusia ‘baik untuk menghendaki dan untuk melakukan’, pada waktu manusia berjalan bertentangan dengan kehendakNya yang dinyatakan.Tetapi harus diperhatikan baik-baik bahwa ketetapan yang bersifat mengijinkan tidak berarti suatu ijin pasif dari sesuatu yang tidak ada di bawah kontrol dari kehendak ilahi. Itu merupakan suatu ketetapan yang membuat tindakan berdosa yang akan datang itu pasti secara mutlak, tetapi dalam mana Allah menentukan (a) untuk tidak menghalangi keputusan yang berdosa yang dilakukan sendiri oleh kehendak terbatas / kehendak manusia; dan (b) untuk mengatur dan mengontrol akibat / hasil dari keputusan berdosa ini] - ‘Systematic Theology’, hal 105.
- William G. T. Shedd:“When God executes his decree that Saul of Tarsus
shall be ‘a vessel of mercy’, he works efficiently within him by his Holy
Spirit ‘to will and to do’. When God executes his decree that Judas Iscariot
shall be ‘a vessel of wrath fitted for destruction’, he does not work
efficiently within him ‘to will and to do’, but permissively in the way of
allowing him to have his own wicked will. He decides not to restrain him or to
regenerate him, but to leave him to his own obstinate and rebellious
inclination and purpose; and accordingly ‘the Son of man goeth,as it was
determined, but woe unto that man by whom he is betrayed’ (Luke22:22; Acts
2:23). The two Divine methods in the two cases are plainly different, but the perdition
of Judas was as much foreordained and free from chance, as the conversion of
Saul”
[= Pada waktu Allah melaksanakan ketetapanNya bahwa Saulus dari Tarsus akan menjadi ‘bejana / benda belas kasihan’, Ia bekerja secara efisien di dalamnya dengan Roh KudusNya ‘untuk mau / menghendaki dan untuk melakukan’. Pada waktu Allah melaksanakan ketetapanNya bahwa Yudas Iskariot akan menjadi ‘bejana kemurkaan yang cocok untuk kehancuran / benda kemurkaan yang telah dipersiapkan untuk kebinasaan’, Ia tidak bekerja secara efisien dalam dirinya ‘untuk mau /menghendaki dan untuk melakukan’, tetapi dengan cara mengijinkan dia mempunyai kehendak jahatnya sendiri. Ia memutuskan untuk tidak mengekang dia atau melahirbarukan dia, tetapi membiarkan dia pada kecondongan dan rencananya sendiri yang keras kepala dan bersifat memberontak; dan karena itu ‘Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan’ (Luk 22:22; Kis 2:23). Kedua metode ilahi dalam kedua kasus ini jelas berbeda, tetapi kebinasaan Yudas ditentukanlebih dulu dan bebas dari kebetulan, sama seperti pertobatan Saulus] - ‘Calvinism: Pure & Mixed’, hal 31.
c) Komentar-komentar Calvin yang menyerang istilah ‘Allah mengijinkan’.
- Calvin: “God wills that the false king Ahab be deceived; the devil offers his services to this end; he is sent, with a
definite command, to be a lying spirit
in the mouth of all the prophets (1Kings 22:20,22). If
the blinding and insanity of Ahab be God’s judgment, the figment of bare permission vanishes: because it would be ridiculous for the
Judge only to permit what he wills to be done, and not also to decree it and to
command its execution by his ministers”
[= Allah menghendaki bahwa raja Ahab yang tidak benar ditipu; setan menawarkan pelayanannya untuk tujuan ini; ia dikirim, dengan perintah yang pasti, untuk menjadi roh dusta dalam mulut semua nabi (1Raja 22:20,22). Jika pembutaan dan kegilaan Ahab adalah penghakiman Allah, isapan jempol tentang ‘sekedar ijin’ hilang: karena adalah menggelikan bagi sang Hakim untuk hanya mengijinkan apa yang Ia kehendaki untuk dilakukan, dan tidak juga menetapkannya dan memerintahkan pelaksanaannya oleh pelayan-pelayanNya] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVIII, no 1.
- Calvin: “Those who are moderately versed in the Scriptures
see that for the sake of brevity I have put forward only a few of many
testimonies. Yet from these it is more than evident that they babble and talk
absurdly who, in place of God’s providence, substitute bare permission - as if
God sat in a watchtower awaiting chance events, and his judgments thus depended
upon human will”
(= Mereka yang betul-betul mengetahui Kitab Suci melihat bahwa untuk singkatnya saya hanya memberikan sedikit dari banyak kesaksian. Tetapi dari kesaksian-kesaksian ini adalah lebih dari jelas bahwa mereka mengoceh dan berbicara secara menggelikan yang, menggantikan providensia Allah dengan ‘sekedar ijin’ - seakan-akan Allah duduk di menara pengawal menunggu kejadian-kejadian yang terjadi secara kebetulan, dan dengan demikian penghakimanNya tergantung pada kehendak manusia) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVIII, no 1.
Bersambung ke Bagian 6
No comments:
Post a Comment