By. Pdt. Budi Asali, M.Div
1) Doktrin Providence
of God / Providensia Allah ini adalah sesuatu yang sangat penting bagi kita.
Calvin:
- “Ignorance
of Providence is the ultimate of all miseries; the highest blessedness lies in
the knowledge of it” (= Ketidaktahuan tentang
Providensia adalah asal mula semua kesengsaraan; berkat yang terbesar terletak
dalam pengenalan tentang providensia)- ‘Institutes of the
Christian Religion’,Book I, Chapter XVII, No 11.
- “Nothing
is more profitable than theknowledge of this doctrine”(= Tidak ada yang lebih berguna dari pada pengenalan tentang
doktrin ini) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I,
Chapter XVII, No 3.
Saya menuliskan hal ini pada bagian
‘Pendahuluan’ untuk memotivasi saudara mempelajari doktrin Providence of God
ini. Tentang apa pentingnya / kegunaannya doktrin ini bagi kita, akan saya bahas
di belakang (pelajaran VII).
Sekalipun
doktrin Providence of God ini penting, tetapi doktrin ini tidak boleh
diajarkan secara sembarangan kepada sembarang orang, karena:
- Doktrin ini termasuk ‘makanan keras’ yang tidak cocok untuk bayi kristen,
apalagi untuk orang yang belum sungguh-sungguh percaya kepada Kristus.
- Doktrin ini bisa ditanggapi secara salah, khususnya kalau diajarkan kepada orang
yang belum waktunya belajar doktrin ini.Ini saya bahas di belakang pada
pelajaran VI, no 7.
Karena itu jangan menyebarkan ajaran ini / memberikan buku ini,
kecuali kepada orang kristen yang sudah dewasa dalam iman, dan yang
sudahmempelajari doktrin dasar Reformed yang lain, seperti Kedaulatan
Allah,Predestinasi, dsb.
2) Siapa saja
tokoh-tokoh yang mempercayai / mengajarkan doktrin Providence of God
ini?
Doktrin ini dipercaya
dan diajarkan oleh: Agustinus, JohnCalvin, Martin Luther, Jerome Zanchius, John
Owen, Charles Hodge, R. L. Dabney, Louis Berkhof, Loraine Boettner, William G.
T. Shedd, Herman Hoeksema, Herman Bavinck, G. C. Berkouwer, B. B. Warfield,
John Murray, Gresham Machen, WilliamHendriksen, Arthur W. Pink, dsb. Sepanjang
pengetahuan saya, tidak ada satupun orang Reformed yang sejati yang tidak
mempercayai doktrin ini. Juga doktrin ini masuk dalam Westminster Confession
of Faith, yang merupakan pengakuan iman dari gereja-gereja Reformed /
Presbyterian di Amerika.
Catatan:
untuk membuktikan kata-kata saya ini, maka di bagian belakang / terakhir buku
ini saya memberikan banyak kutipan, baik dari Westminster Confession of Faith
maupun dari Calvin dan dari para ahli theologia Reformed.
Karena itu saya berpendapat bahwa:
- orang yang
mengaku dirinya Reformed, tetapi tidak percaya pada doktrin ini, sebetulnya
paling banter hanyalah orang yang Semi-Reformed!
- Jika ada orang mengatakan bahwa ajaran ini adalah ajaran Hyper-Calvinisme, maka itu berarti orang itu tidak mengerti apa Calvinisme itu, atau lebih jelek lagi,orang itu adalah seorang pemfitnah!
B) Definisi
‘Providence’.
Kalau dilihat dalam kamus, maka ‘Providence’
berarti ‘pemeliharaan baik’. Tetapi dalam Theologia,‘Providence’
berarti lebih dari sekedar‘pemeliharaan baik’. ‘Providence’
adalah pelaksanaan yang tidak mungkin gagal dari Rencana Allah, atau,
pemerintahan / pengaturan terhadap segala sesuatu sehingga Rencana Allah
terlaksana.Setidaknya itulah pandangan B. B. Warfield yang berkata:
“Hisworks of providence are merely the execution of His all-embracing plan” (= PekerjaanNya dalam providensia semata-mata merupakan pelaksanaan dari rencanaNya yang mencakup segala sesuatu) - ‘Biblical and Theological Studies’, hal.281.
Jadi sekalipun Providence berbeda
dengan Rencana Allah, tetapi keduanya berhubungan sangat erat.
LeonMorris (NICNT) -
tentang 2Tes 2:11: “Godis not to
be thought of as sitting passively by while all this is going on. Invariably the
Bible pictures Him as taking part in the world’s drama. Indeed, the world’s
drama is nothing other than the working out of His purposes”(= Allah tidak boleh dipikirkan sebagai duduk secara pasif
sementara semua ini berjalan / berlangsung. Alkitab selalu menggambarkan Dia
sebagai ikut ambil bagian dalam drama dunia ini. Memang, drama dunia ini tidak
lain dari pelaksanaan rencanaNya) - hal 233.
G. C. Berkouwer kelihatannya memberikan
definisi tentang ‘Providence’ yang agak berbeda ketika ia berkata:
“...the Heidelberg Catechism when it, in Lord’s Day 10, describes Providence as the almighty and omnipresent power of God by which He upholds and governs all things”(= ... Katekismus Heidelberg pada waktu katekismus itu, pada Hari Tuhan ke 10 ,menggambarkan Providensia sebagai kuasa Allah yang maha kuasa dan maha ada dengan mana Ia menopang dan memerintah segala sesuatu) - ‘Studies In Dogmatics: The Providence of God’, hal 50.
Definisi dari G. C. Berkouwer ini mirip
dengan definisi Calvin tentang ‘Providence’, karena Calvin berkata:
“...providence means not that by which God idly observes from heaven what takes place on earth, but that by which, as keeper of the keys, he governs all events”
(= ... providensia tidak berarti sesuatu dengan mana Allah dengan bermalas-malasan / tak berbuat apa-apa mengawasi dari surga apa yang terjadi dibumi, tetapi sesuatu dengan mana, seperti seorang penjaga kunci, Ia memerintah segala kejadian) - ‘Institutes of the Christian Religion’,Book I, Chapter XVI, no 4.
Sedangkan John Owen menganggap bahwa ‘Providence’
merupakan semua pekerjaan Allah di luar diriNya.
John Owen:“Providence is a word which, in its proper signification, may seem to comprehend all the actions of God that outwardly are of him, that have any respect unto his creatures, all his works that are not ad intra, essentially belonging unto the Deity”(= Providensia adalah suatu kata yang, dalam artinya yang benar, kelihatannya meliputi semua tindakan Allah yang ada di luar diriNya, yang berkenaan dengan ciptaanNya, semua pekerjaan-pekerjaanNya yang tidak termasuk ad intra, yang secara hakiki merupakan milik Allah) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal31.
Catatan: pekerjaanyang termasuk ad intra adalah pekerjaan-pekerjaan di
dalam diri Allah Tritunggal, seperti ‘the eternal generation of the Son’
dan ‘the eternal procession of the Holy Spirit’.
II. Providence tidak mungkin gagal
A)
Rencana Allah sudah ada dalam kekekalan.
Allah mempunyai rencana, dan seluruh
rencana Allah itu sudah ada / sudah direncanakan dalam kekekalan.
Kalau manusia membuat rencana, maka
manusia membuatnya secara bertahap. Misalnya pada waktu kita ada di SMP kita
merencanakan untuk masuk SMA tertentu, dan pada waktu di SMA baru kita merencanakan
untuk masuk perguruan tinggi tertentu.
Setelah lulus dari perguruan tinggi, baru kita merencanakan untuk bekerja di tempat tertentu, dsb. Tidak ada manusia yang dari lahir lalu bisa merencanakan segala sesuatu dalam seluruh hidupnya! Mengapa? Karena manusia tidak maha tahu sehingga ia tidak mampu melakukan hal itu.Manusia membutuhkan penambahan pengetahuan untuk bisa membuat rencana lanjutan. Tetapi Allah yang maha tahu dan maha bijaksana, merencanakan seluruh rencanaNya sejak semula!
Setelah lulus dari perguruan tinggi, baru kita merencanakan untuk bekerja di tempat tertentu, dsb. Tidak ada manusia yang dari lahir lalu bisa merencanakan segala sesuatu dalam seluruh hidupnya! Mengapa? Karena manusia tidak maha tahu sehingga ia tidak mampu melakukan hal itu.Manusia membutuhkan penambahan pengetahuan untuk bisa membuat rencana lanjutan. Tetapi Allah yang maha tahu dan maha bijaksana, merencanakan seluruh rencanaNya sejak semula!
Dasar Kitab Suci:
- 2Raja 19:25-
“Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh hari, dan
telah merancangnya pada zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya,
bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu”.
- Maz 139:16-
“mataMu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitabMu semuanya tertulis
hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya”.
- Yes 25:1-
“Ya TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan
syukur bagi namaMu; sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau telah
melaksanakan rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu”.
- Yes 37:26-
“Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh hari
dan telah merancangnya dari zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya,
bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu”.
- Yes 46:10-
“yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari
zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan
sampai,dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan”.
- Mat25:34
- “Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari,
hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan
bagimu sejak dunia dijadikan”.
- Ef 1:4-5-
“(4)Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan,supaya
kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam kasih Ia telah menentukan
kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai
dengan kerelaan kehendakNya”.
- 2Tes 2:13-
“Akantetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu,saudara-saudara,
yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk
diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu
percayai”.
- 2Tim 1:9 - “Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman”.
John Owen: “If God’s determination concerning any thing should
have atemporal original, it must needs be either because he then perceived
somegoodness in it of which before he was ignorant, or else because some
accident did affix a real goodness to some state of things which it had not from
him; neither of which, without abominable blasphemy, can be affirmed, seeing
he knoweth the end from the beginning”
(= Jika penentuan Allah tentang sesuatu apapun mempunyai asal usul dalam waktu, itu pasti disebabkan atau karena Ia pada saat itu melihat suatu kebaikan dalam hal itu yang tidak diketahuiNya sebelumnya, atau karena ada suatu kecelakaan yang melekatkan kebaikan yang sungguh-sungguh pada suatu keadaan yang tidak datang dari Dia; yang manapun dari dua hal ini tidak bisa ditegaskan tanpa melakukan suatu penghujatan yang menjijikkan, karena Ia mengetahui akhirnya dari semula)- ‘The Works of John Owen’, vol 10,hal 20.
(= Jika penentuan Allah tentang sesuatu apapun mempunyai asal usul dalam waktu, itu pasti disebabkan atau karena Ia pada saat itu melihat suatu kebaikan dalam hal itu yang tidak diketahuiNya sebelumnya, atau karena ada suatu kecelakaan yang melekatkan kebaikan yang sungguh-sungguh pada suatu keadaan yang tidak datang dari Dia; yang manapun dari dua hal ini tidak bisa ditegaskan tanpa melakukan suatu penghujatan yang menjijikkan, karena Ia mengetahui akhirnya dari semula)- ‘The Works of John Owen’, vol 10,hal 20.
Memang dalam Kitab Suci ada ayat yang
seolah-olahmenunjukkan bahwa Allah merencanakan suatu rencana tertentu dalam
waktu (bukan dalam kekekalan). Misalnya:
Yer 18:11 - “Sebab itu,katakanlah kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem: Beginilah firmanTUHAN: Sesungguhnya, Aku ini sedang menyiapkan malapetaka terhadap kamudan merancangkan rencana terhadap kamu. Baiklah kamu masing-masing bertobat dari tingkah langkahmu yang jahat, dan perbaikilah tingkah langkahmudan perbuatanmu!”.
Tetapi pada waktu Allah berbicara dalam
ayat ini, jelas Ia sedang menyesuaikan diriNya dengan kapasitas / pengertian
manusia. Kontextnya sendiri juga demikian; baca Yer 18:8,10 yang mengatakan
‘maka menyesallah Aku’.
B)
Rencana Allah itu tidak mungkin berubah / gagal.
Orang Arminian / non Reformed percaya
bahwa Allah bisa mengubah rencanaNya, dan percaya bahwa rencana Allah bisa
gagal. Sebetulnya ini merupakan suatu penghinaan bagi Allah, karena ini
menyamakan Allah dengan manusia, yang sering harus mengubah rencananya dan gagal
dalam mencapai rencananya!
Orang Reformed percaya bahwa
rencanaAllah tidak mungkin berubah ataupun gagal.
Charles Hodge:“Change of purpose arises either from the want of wisdom or from the want of power. As God is infinite in wisdom and power, there can be with Him no unforeseen emergency and no inadequacy of means, and nothing can resist the execution of his original intention”
(= Perubahan rencana timbul atau karena kekurangan hikmat atau karena kekurangan kuasa. Karena Allah itu tidak terbatas dalam hikmat dan kuasa, maka dengan Dia tidak bisa ada keadaan darurat yang tidak dilihat lebih dulu, dan tidak ada kekurangan jalan / cara, dan tidak ada yang bisa menahan / menolak pelaksanaan dari maksud / rencana yang semula) - ‘SystematicTheology’, vol I, hal 538-539.
John Owen:“Whatsoever God hath determined, according to the counsel of his wisdom and good pleasure of his will, to be accomplished, to the praise of his glory, standeth sure and immutable” (= Apapun yang Allah telah tentukan, menurut rencana hikmatNya dan kerelaan kehendakNya, untuk terjadi, untuk memuji kemuliaanNya,berdiri teguh dan tetap / tak berubah)- ‘The Works of John Owen’, vol 10,hal 20.
William Hendriksen:“God’s eternal decree is absolutely unchangeable and
is sure to be realized”(= Ketetapan kekal Allah
secara mutlak tidak bisa berubah dan pasti akan terwujud) - ‘The
Gospel of John’, hal 250.
William G. T. Shedd mengutip kata-kata
Augustine (dari buku ‘Confession’, XII. xv.) yang berbunyisebagai
berikut:
“Godwilleth not one thing now, and another anon; but once, and at once, and always, he willeth all things that he willeth; not again and again, nor now this, now that; nor willeth afterwards, what before he willed not, nor willeth not, what before he willed; because such a will is mutable; and no mutable thing is eternal”(= Allah tidak menghendaki sesuatu hal sekarang, dan sebentar lagi menghendaki yang lain; tetapi sekali, dan serentak, dan selalu, Ia menghendaki semua hal yang ia kehendaki; bukannya lagi dan lagi, atau sebentar ini sebentar itu; atau menghendaki setelahnya apa yang tadinya tidak Ia kehendaki, atau tidak menghendaki apa yang tadinya Ia kehendaki; karena kehendak seperti itu bisa berubah; dan tidak ada hal yang bisa berubah yang kekal) - ‘Shedd’s DogmaticTheology’, vol I, hal 395.
Ada banyak alasan / dasar
yang menyebabkan kita harus percaya bahwa Allah tidak mungkin mengubah
rencanaNya atau gagal dalam mencapai rencanaNya, yaitu:
1) Adanya
ayat-ayatyang secara jelas menunjukkan bahwa rencana Allah tidak mungkin gagal,
seperti:
- Bil 23:19-
“Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga
Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan
tidak menepatinya?”.
- 1Sam 15:29-
“Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab
Ia bukan manusia yang harus menyesal”.
- Maz 33:10-11-
“(10)TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan
suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan
hatiNya turun-temurun”.
- Yer 4:28- “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu”.
2)
Kemahatahuan Allah.
Pada waktu Allah merencanakan, bukankah
Ia sudah tahu apakah rencanaNya akan berhasil atau gagal? Kalau Ia tahu bahwa rencanaNya
akan gagal, lalu mengapa Ia tetap merencanakannya?
3)
Kemahabijaksanaan Allah.
Kebijaksanaan Allah menyebabkan Ia
pasti membuat rencana yang terbaik. Kalau rencana ini lalu diubah, maka akan
menjadi bukan yang terbaik.Ini tidak mungkin!
4) Kemahakuasaan Allah.
Manusia sering gagal mencapai
rencananya atau terpaksa mengubah rencananya karena ia tidak maha kuasa,
sehingga tidak mampu untuk mencapai / melaksanakan rencananya. Tetapi Allah yang
maha kuasa tidak mungkin gagal mencapai rencanaNya atau terpaksa harus mengubah
rencanaNya! Ini
terlihatdari ayat-ayat di bawah ini:
- Yes 14:24,26-27-
“(14)TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti
yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang
Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... (26) Itulah rancangan yang telah
dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala
bangsa. (27)TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat
menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya
ditarik kembali?”.
- Yes 25:1-
“YaTUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan
syukur bagi namaMu; sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau telah
melaksanakan rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu”.
- Yes 37:26 - “Bukankah
telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh hari dan
telah merancangnya dari zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya,
bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu”.
- Yes 43:13- “Juga seterusnya Aku tetap Dia, dan tidak ada yang dapat melepaskan dari tanganKu; Aku melakukannya, siapakah yang dapat mencegahnya?”.
5) Kedaulatan
Allah.
Kedaulatan Allah tidak memungkinkan Ia
untuk mengubah rencanaNya, karena perubahan rencana membuat Ia menjadi
tergantung pada situasi dan kondisi (tidak lagi berdaulat).
C)
Providence / pelaksanaan Rencana Allah tidak mungkin gagal.
Dasar Kitab Suci dari
pandangan ini:
- Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab
Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala
sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal’”.
- Yes 14:24,26-27 - “(14) TUHAN
semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang
Kumaksud,demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang,
demikianlah akan terlaksana: ... (26) Itulah rancangan yang telah dibuat
mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa.
(27) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya?
TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.
- Yes 46:10-11 - “(10)
yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa
yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan
segala kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil burung buas dari
timur,dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku
telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah
merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya”.
Charles Hodge:“If He foreordains whatsoever comes to pass, then
events correspond to his purposes; and it is against reason and Scripture to
suppose that there is any contradiction or want of correspondence between what
He intended and what actually occurs” (= Jika Ia
menentukan lebih dulu apapun yang akan terjadi,maka peristiwa-peristiwa akan
cocok / sama dengan rencanaNya; dan adalah bertentangan dengan akal dan Kitab
Suci untuk menganggap bahwa ada kontradiksiatau ketidak cocokkan antara apa yang
Ia maksudkan dan apa yang sungguh-sungguhterjadi) - ‘Systematic
Theology’, vol II, hal 323.
Contoh:
1) Allah
merencanakan supaya Rut dan Boas menikah dan dari pernikahan itu mereka
menurunkan Yesus /Mesias.
Kelihatannya Rencana Allah ini sukar
terlaksana karena Rut ada di Moab dan Boas ada di Yehuda. Tetapi Allah yang maha
kuasa itu mengatur sehingga hal itu akhirnya terjadi juga, sehingga mereka
menikah dan akhirnya menurunkanYesus (baca Rut 1-4).
2) Allah
merencanakanbahwa Yesus akan lahir di Betlehem (Mikha 5:1 Luk 2:1-7). Kelihatannya Rencana Allah yang satu ini akan gagal,karena
Maria sudah hamil besar dan pada saat itu ia masih ada di Nazaret. Tetapi Allah
mengatur dengan menggerakkan hati kaisar untuk mengadakan sensus (bdk.
Amsal 21:1) sehingga Yusuf dan Maria terpaksa pergi ke Betlehem
dan akhirnya Yesus lahir di Betlehem.
D)
Problem ‘Allah menyesal’.
Ada banyak ayat Kitab
Suci yang mengatakan bahwa Allah menyesal,
seperti Kej 6:5-6 Kel 32:7-14 1Sam 15:11a,35b Yes 38:1,5
Yer 18:8 Yunus 3:10 Amos 7:3,6. Apakah ini berarti
bahwa Allah mengubah RencanaNya? Saya menjawab: Tidak!
Penjelasan:
1) Prinsip
Hermeneutics yang sangat penting adalah:
kita tidak boleh menafsirkan suatu bagian Kitab Suci sehingga bertentangan
dengan bagian lain dari Kitab Suci.
a) Karena itu, maka
penafsiran ayat-ayat pada point D) ini tidak boleh bertentangan dengan ayat-ayat
padapoint B) dan C) di atas. Kalau kita menafsirkan bahwa kata-kata ‘Allahmenyesal’
dalam ayat-ayat di sini memang menunjukkan bahwa Allah mengubah rencanaNya, maka
jelas bahwa ayat-ayat ini akan bertentangan denganayat-ayat pada point B) dan
C) di atas.
b) Juga dalam Kitab Suci
adabanyak ayat yang menyatakan bahwa Allah tidak mungkin menyesal. Contoh:
- Bil 23:19
- “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia,
sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya,atau
berbicara dan tidak menepatinya?”.
- 1Sam 15:29
- “Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal;
sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal.’”.
- Maz 110:4
- “TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: ‘Engkauadalah
imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek.’”.
- Yeh 24:14
- “Aku, TUHAN, yang mengatakannya. Hal itu akan datang, dan Aku yang akan
membuatnya. Aku tidak melalaikannya dan tidak merasa sayang, juga
tidak menyesal. Aku akan menghakimi engkau menurut perbuatanmu,
demikianlah firman Tuhan ALLAH.’”.
- Zakh 8:14
- “Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam: ‘Kalau dahulu Aku telah
bermaksud mendatangkan malapetaka kepada kamu, ketika nenek moyangmu membuat Aku
murka, dan Aku tidak menyesal, firman TUHAN semesta alam”.
- Ibr 7:21 - “tetapi Ia dengan sumpah, diucapkan oleh Dia yang berfirman kepadaNya: ‘Tuhan telah bersumpah dan Ia tidak akan menyesal: Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya’”.
2) ‘Allah
menyesal’adalah bahasa Anthropopathy.
Kitab Suci sering menggunakan bahasa
Anthropomorphism (bahasa yang menggambarkan Allah seakan-akan Ia adalah
manusia) dan Anthropopathy (bahasa yang menggambarkan Allah dengan
perasaan-perasaanmanusia). Kalau Kitab Suci menggunakan bahasa
Anthropomorphism, maka tidak boleh diartikan betul-betul demikian.
Misalnya pada waktu dikatakan ‘tangan
Allah tidak kurang panjang’ (Yes 59:1), atau pada waktu dikatakan ‘mata
TUHAN ada di segala tempat’ (Amsal 15:3), ini tentu tidak berarti
bahwa Allah betul-betul mempunyai tangan / mata. Ingat bahwa Allah adalah
Roh(Yoh 4:24).
Contoh lain adalah Kel 31:17b - “sebab
enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, dan pada hari yang ketujuh
Ia berhenti bekerja untuk beristirahat”. NIV menterjemahkanseperti Kitab
Suci Indonesia,tetapi KJV, RSV, NASB menterjemahkan secara berbeda.
KJV: ‘for in six days the LORD made heaven andearth, and on the seventh day he rested, and was refreshed’ (= karena dalam enam hari TUHAN membuat langit dan bumi, dan pada hari ketujuh Ia beristirahat, dan segar kembali).
Jelas bahwa kita tidak bisa menafsirkan
ayat ini seakan-akan Allahnya loyo setelah bekerja berat selama enam hari, dan
lalu setelah beristirahat pada hari yang ketujuh, Ia lalu segar kembali / pulih
kekuatanNya! Ayat ini hanya menggambarkan Allah seakan-akan Ia adalah manusia
yang bisa letih, dan bisa segar kembali.
Demikian juga pada waktu Kitab Suci
menggunakan Anthropopathy (bahasa yang menggambarkan
Allah menggunakan perasaan-perasaan manusia), maka kita tidak boleh
mengartikan bahwa Allahnya betul-betul sepertiitu. Contohnya adalah ayat-ayat
yang menunjukkan ‘Allah menyesal’ ini.
Perlu juga saudara ingat bahwa manusia
bisa menyesal, karena ia tidak maha tahu. Misalnya, seorang laki-laki melihat
seorang gadis dan ia menyangka gadis itu seorang yang layak ia peristri. Tetapi
setelah menikah,barulah ia tahu akan adanya banyak hal jelek dalam diri
istrinya itu yang tadinya tidak ia ketahui. Ini menyebabkan ia lalu menyesal
telah memperistri gadis itu.
Tetapi Allah itu maha tahu, sehingga
dari semula Ia telah tahu segala sesuatu yang akan terjadi. Karena itu tidak
mungkin Ia bisa menyesal!
Kalau Kitab Suci mengatakan bahwa Allah
menyesal karena terjadinya sesuatu hal, maka maksudnya hanyalah menunjukkan
bahwa hal itu tidak menyenangkan Allah. Calvin mengatakan bahwa ‘Allah menyesal’
hanya menunjukkan perubahan tindakan.
Calvin: “Now the mode of accommodation is for him to represent himself to us not as he is in himself, but as he seems to us. Although he is beyond all disturbance of mind, yet he testifies that he is angry toward sinners. Therefore whenever we hear that God is angered, we ought not to imagine any emotion in him, but rather to consider that this expression has been taken from our human experience; because God, whenever he is exercising judgment, exhibits the appearance of one kindled and angered. So we ought not to understand anything else under the word‘repentance’ than change of action, ...”
(= Cara penyesuaian adalah dengan menyatakan diriNya sendiri kepada kita bukan sebagaimana adanya Ia dalam diriNya sendiri, tetapi seperti Ia terlihat oleh kita. Sekalipun Ia ada di atas segala kekacauan pikiran, tetapi Ia menyaksikan bahwa Ia marah terhadap orang-orang berdosa.Karena itu setiap saat kita mendengar bahwa Allah marah, kita tidak boleh membayangkan adanya emosi apapun dalam Dia, tetapi menganggap bahwa pernyataan ini diambil dari pengalaman manusia; karena Allah, pada waktu Ia melakukan penghakiman, menunjukkan diri seperti seseorang yang marah. Demikian juga kita tidak boleh mengartikan apapun yang lain terhadap kata ‘penyesalan’ selain perubahan tindakan, ...) - ‘Institutes of the Christian Religion’,Book I, Chapter XVII, no 13.
3) Pada waktu
Kitab Suci mengatakan ‘Allah menyesal’ maka itu berarti bahwa hal itu ditinjau
darisudut pandang manusia.
Illustrasi:
Ada seorang sutradara yang menyusun
naskah untuk sandiwara, dan ia juga sekaligus menjadi salah satu pemain
sandiwara tersebut. Dalam sandiwara itu ditunjukkan bahwa ia mau makan, tetapi
tiba-tiba ada telpon, sehingga ia lalu tidak jadi makan. Dari sudut penonton,
pemain sandiwara itu berubah pikiran/ rencana. Tetapi kalau ditinjau dari
sudut naskah / sutradara, ia sama sekali tidak berubah dari rencana semula,
karena dalam naskah sudah direncanakan bahwa ia mau makan, lalu ada telpon, lalu
ia mengubah rencana / pikirannya, dsb.
Pada waktu Kitab Suci berkata ‘Allah
menyesal’ maka memang dari sudut manusia, Allahnya menyesal / mengubah
rencanaNya. Tetapi dari sudutAllah / Rencana Allah, sebetulnya tidak ada
perubahan, karena semua perubahan /penyesalan itu sudah direncanakan oleh
Allah.
4)
Kel 32:7-14,secara khusus menunjukkan bahwa kata-kata ‘Allah menyesal’
atau ‘menyesallah TUHAN’ (ay 14) tidak bisa diartikan secara
hurufiah, karena kalau diartikan secara
hurufiah, maka bagian ini menunjukkan bahwa Allah menyesal setelah dinasehati
oleh Musa!
Kel 32:7-14- “(7) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Pergilah, turunlah,sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya. (8) Segera juga mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban, sambil berkata: Hai Israel, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.’
(9) Lagi firman TUHAN kepada Musa:‘Telah Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk. (10) Oleh sebab itu biarkanlah Aku, supaya murkaKu bangkit terhadap mereka dan Aku akan membinasakan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar.’ (11) Lalu Musa mencoba melunakkan hati TUHAN,Allahnya, dengan berkata: ‘Mengapakah, TUHAN, murkaMu bangkit terhadap umatMu,yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat?
(12) Mengapakah orang Mesir akan berkata: Dia membawa mereka keluar dengan maksud menimpakan malapetaka kepada mereka dan membunuh mereka di gunung dan membinasakannya dari muka bumi? Berbaliklah dari murkaMu yang bernyala-nyala itu dan menyesallah karena malapetaka yang hendak Kaudatangkan kepada umatMu. (13) Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel,hamba-hambaMu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diriMu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya.’ (14) Dan menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkanNya atas umatNya”.
Catatan: lebih-lebih kalau kita melihat dalam terjemahan KJV/RSV,
dimana untuk kata‘menyesal’ digunakan kata ‘repent’ (= bertobat), ini
menjadi makin tidakmasuk akal.
Dengan demikian jelaslah bahwa
kata-kata ‘Allah menyesal’dalam Kitab Suci, tidak menunjukkan bahwa Allah bisa
mengubah rencanaNya!
Bersambung ke Bagian 2
No comments:
Post a Comment