Oleh : Budi Asali, M.Div
Ada orang yang beranggapan bahwa perbedaan antara Supralapsarianisme dan Infralapsarianisme adalah bahwa dalam persoalan dosa, Supralapsarianisme percaya pada efficient decree (= ketetapan effisien), sehingga menganggap Allah sebagai pencipta dosa (God is the author of sin), dan Infralapsarianisme percaya pada permissive decree (= ketetapan yang mengijinkan). Ini salah! …..
a.Banyak ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa orang-orang pilihan (elect) dipilih dari antara orang yang sudah jatuh ke dalam dosa, seperti:
1. Yoh 15:19b - “Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu”.
Jadi, Allah memilih orang-orang pilihannya dari dunia ini. Ini menunjukkan mereka dipilih dari kalangan orang yang telah jatuh ke dalam dosa.
...
-
[1] Arti kata.
a.Kata Supralapsarianisme berasal dari bahasa Latin
SUPRA (= above, beyond / di
atas, melebihi) + LAPSUS (= fall
/ kejatuhan).
Ingat kata ‘SUPRANATURAL’, yang artinya
‘melampaui yang alamiah’ atau ‘gaib’. Juga kata SUPRA sama artinya dengan kata
‘SUPER’. Ingat kata-kata seperti SUPERMAN (= melebihi manusia), SUPERSONIC (=
melebihi / di atas kecepatan suara), SUPERIOR (= lebih tinggi / atasan), dsb.
b. Kata Infralapsarianisme berasal dari bahasa Latin
INFRA (= below / di bawah) +
LAPSUS (= fall / kejatuhan).
Mungkin kata ‘INFERIOR’ (= lebih rendah)
berasal dari kata ini.
c.Infralapsarianisme mempunyai nama lain, yaitu Sublapsarianisme.
Sekalipun istilah ini mirip dengan Supralapsarianisme, tetapi sebetulnya
artinya sama dengan Infralapsarianisme. Kata ‘Sub’ sama artinya dengan kata
‘Infra’. Ingat kata-kata seperti SUBSONIC (= dibawah kecepatan suara),
SUBMARINE (= kapal selam, kapal yang begerak di bawah permukaan laut),
SUBCONSCIOUS (= di bawah sadar).
[2]Perbedaan yang salah dan
yang benar.
a.Perbedaan
yang salah.
Ada orang
yang beranggapan bahwa perbedaan
antara Supralapsarianisme dan Infralapsarianisme adalah bahwa dalam
persoalan dosa, Supralapsarianisme percaya pada efficient
decree (= ketetapan effisien), sehingga menganggap
Allah sebagai pencipta dosa (God is the
author of sin), dan Infralapsarianisme
percaya pada permissive decree (=
ketetapan yang mengijinkan). Ini salah!
William G. T. Shedd: “And here is the place to notice the error of
those who represent supralapsarianism as differing from infralapsarianism by
referring sin to the efficient decree, thereby making God the author of it. ...
But both schemes alike refer sin to the permissive decree, and both alike deny
that God is the author of sin” (= Dan di sini adalah tempat untuk
memperhatikan kesalahan dari mereka yang menggambarkan Supralapsarianisme
sebagai berbeda dengan Infralapsarianisme karena menghubungkan dosa dengan ketetapan yang effisien,
dan dengan itu membuat Allah sebagai pencipta dosa. ... Tetapi kedua pola
sama-sama menghubungkan dosa dengan ketetapan yang
mengijinkan, dan keduanya sama-sama menyangkal
bahwa Allah adalah pencipta dosa) - ‘Calvinism: Pure and Mixed’, hal
33-34.
Penjelasan: ingat bahwa istilah-istilah yang saya tekankan
secara khusus dalam kutipan di atas, adalah istilah-istilah dalam theologia Reformed.
‘Ketetapan yang
effisien’ artinya
adalah Allah menetapkan dosa, dan dalam pelaksanaannya Ia bekerja secara aktif
/ positif dalam diri orang yang ditetapkan untuk berbuat dosa itu, sehingga
dosa terjadi. Karena Ia bekerja secara aktif, maka tak bisa dihindarkan lagi,
Ia menjadi Pencipta dosa.
‘Ketetapan yang
mengijinkan’ tidak boleh
diartikan bahwa Allah tidak menetapkan, tetapi hanya sekedar mengijinkan.
Allahnya tetap menetapkan, dan dosa yang ditetapkan itu pasti terjadi, tetapi
dalam pelaksanaan dari ketetapan itu, Allahnya bekerja secara pasif, yaitu
dengan mencabut kasih karuniaNya, mengijinkan second causes / penyebab-penyebab kedua (setan,
manusia dsb) untuk bekerja, sehingga dosa itu terjadi.
Ada orang-orang yang menganggap bahwa ini
adalah perbedaan antara Infralapsarianisme dengan Supralapsarianisme, tetapi
ini salah! Perbedaannya sama sekali bukan itu. Karena seperti dikatakan oleh
Shedd dalam kutipan di atas, baik Infralapsarianisme maupun Supralapsarianisme
sama-sama percaya pada ‘ketetapan
yang mengijinkan’, bukan pada ‘ketetapan effisien’.
Juga baik Infralapsarianisme maupun Supralapsarianisme sama-sama menyangkal
bahwa Allah adalah pencipta dosa.
b.Perbedaan
yang benar.
William G. T. Shedd: “The difference between them relates to an
altogether different point: namely, the order in which the decree of election
and reprobation stand to that of creation” (= Perbedaan antara mereka berhubungan
dengan suatu hal yang sama sekali berbeda: yaitu, urut-urutan dalam mana
ketetapan pemilihan dan penentuan binasa berada dalam hubungannya dengan
penciptaan) - ‘Calvinism:
Pure and Mixed’, hal 34-35.
Catatan: Saya berpendapat bahwa mengingat arti kata
Supralapsarianisme dan Infralapsarianisme, maka lebih tepat kalau kata ‘creation’ (= penciptaan) dalam
kata-kata William G. T. Shedd ini diganti dengan ‘fall’ (kejatuhan ke dalam dosa).
Infralapsarianisme:
1.
Penciptaan.
2.
Kejatuhan ke dalam dosa.
3.
Pemilihan untuk selamat dan penentuan binasa.
4.
Penebusan oleh Yesus Kristus.
Supralapsarianisme:
1.
Pemilihan untuk selamat dan penentuan binasa.
2.
Penciptaan.
3.
Kejatuhan ke dalam dosa.
4.
Penebusan oleh Yesus Kristus.
Ingat bahwa baik urut-urutan dalam Supralapsarianisme
maupun dalam Infralapsarianisme adalah urut-urutan dalam pemikiran Allah, bukan
dalam terjadinya / pelaksanaan rencana itu!
[3] Urut-urutan dalam pemikiran
Allah dalam Infralapsarianisme maupun Supralapsarianisme bukanlah
urut-urutan chronologis / waktu, tetapi
hanya urut-urutan berdasarkan logika.
Pada waktu
Allah membuat rencana, karena Ia maha kuasa, maha tahu dan sebagainya,
maka Ia membuat seluruh rencana
sekaligus dalam seketika. Ia bukan
manusia, yang karena keterbatasan pemikirannya harus membuat rencananya secara
bertahap. Karena itu sebetulnya dalam pemikiran Allah itu tidak ada
urut-urutan, baik seperti pada Infralapsarianisme maupun pada
Supralapsarianisme. Urut-urutan yang ada hanyalah secara logika, bukan secara
khronologis.
Loraine Boettner: “It is also true that there are some things
here which cannot be put into the time mould, - that these events are not in
the Divine mind as they are in ours, by a succession of acts, one after
another, but that by one single act God has at once ordained all these things.
In the Divine mind the plan is a unit, ... All of the decrees are eternal. They
have a logical, but not a chronological, relationship. Yet in order for us to
reason intelligently about them we must have a certain order of thought” (= Juga benar
bahwa ada hal-hal di sini yang tidak bisa dimasukkan ke dalam cetakan waktu, -
bahwa peristiwa-peristiwa ini tidak ada dalam pikiran ilahi seperti mereka ada
dalam pikiran kita, oleh tindakan-tindakan yang berturut-turut /
beriring-iringan, satu setelah yang lain, tetapi bahwa oleh satu tindakan Allah
sekaligus telah menentukan semua hal-hal ini. Dalam pikiran ilahi rencana itu
adalah satu kesatuan, ... Semua ketetapan adalah kekal. Mereka mempunyai
hubungan logika, bukan hubungan chronologis. Tetapi supaya kita bisa memikirkan
/ mempertimbangkan secara cerdas tentang mereka, kita harus mempunyai suatu
urut-urutan permikiran tertentu) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’,
hal 129.
Ini
menyebabkan R. L. Dabney menganggap bahwa sebetulnya baik Supralapsarianisme
maupun Infralapsarianisme adalah salah (tetapi
kalau disuruh memilih di antara 2 pandangan itu ia memilih Infralapsarianisme).
Ia berkata:
“In my opinion this is a question
which never ought to have been raised. Both schemes are illogical and
contradictory to the true state of facts. ... God’s decree has no succession;
and to Him no successive order of parts; because it is a contemporaneous unit,
comprehended altogether, by one infinite intuition. In this thing, the
statement of both parties are untrue to God’s thought” (= Dalam
pandangan saya ini adalah pertanyaan yang tidak pernah boleh dipertanyakan.
Kedua pola adalah tidak logis dan bertentangan dengan fakta sebenarnya. ...
Ketetapan Allah tidak mempunyai urut-urutan; dan bagi Dia tidak ada
bagian-bagian yang berurutan; karena itu adalah suatu kesatuan yang bersamaan,
dimengerti secara keseluruhan, oleh pengertian langsung yang tak terbatas.
Dalam hal ini, pernyataan dari kedua golongan adalah tidak benar bagi pikiran
Allah) - ‘Lectures in Systematic Theology’,
hal 233.
Tetapi John Murray, dalam tafsirannya tentang
Ro 9:11 (NICNT), berkata sebagai berikut: “This consideration that the electing purpose is supratemporal
does not, however, rule out the thought of priority; there can be priority in
the order of thought and conception quite apart from the order of temporal
sequence” (= Pertimbangan bahwa rencana pemilihan ini ada di atas
waktu tidak menyingkirkan pemikiran tentang ke-lebih-dahulu-an; bisa ada
ke-lebih-dahulu-an dalam urut-urutan pemikiran dan pengertian, terlepas dari
urut-urutan waktu).
John Murray mendukung hal ini menggunakan Ro
8:29.
Ro 8:29 (NIV): “For those God foreknew he also predestined
to be conformed to the likeness of his Son, that he might be the firstborn
among many brothers” (= Karena mereka yang diketahuiNya lebih dulu, juga
dipredestinasikanNya untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia
menjadi yang sulung di antara banyak saudara).
Secara implicit ditunjukkan bahwa ‘foreknew’ (= diketahui lebih dulu)
mendahului ‘predestined’ (=
dipredestinasikan), padahal jelas bahwa baik ‘foreknew’
maupun ‘predestined’ adalah
hal-hal yang terjadi di dalam kekekalan.
Jadi
sekalipun memang dalam pemikiran dan perencanaan Allah tidak ada urut-urutan,
karena semua terjadi sekaligus, tetapi secara logika, ada urut-urutannya.
[4] Posisi Agustinus dan Calvin.
Agustinus- wikipedi |
Agustinus memegang Infralapsarianisme, tetapi Calvin sukar ditentukan posisinya sehingga Calvin diclaim oleh kedua belah pihak.
Philip Schaff: “Calvin was claimed by both schools” (= Calvin diclaim oleh kedua golongan / aliran)
- ‘History of the Christian Church’,
vol VIII, hal 553.
Charles Hodge: “The position of Calvin himself as to this point has been
disputed. As it was not in his day a special matter of discussion, certain
passages may be quoted from his writings which favour the supralapsarian and
other passages which favour the infralapsarian view” (= Posisi Calvin
sendiri dalam hal ini diperdebatkan. Karena pada jamannya hal ini bukanlah
suatu persoalan khusus yang dipersoalkan, bagian-bagian tertentu bisa dikutip
dari tulisannya yang mendukung Supralapsarianisme dan bagian-bagian lain yang
mendukung Infralapsarianisme) - ‘Systematic Theology’, vol II,
hal 316.
John Calvin |
[5] Supralapsarianisme.
Sangat
sedikit orang Reformed / Calvinist yang memegang posisi Supralapsarianisme, salah satunya adalah Herman Hoeksema (‘Reformed
Dogmatics’, hal 161-dst).
Dasar yang ia pakai adalah:
a.Sejarah
menunjukkan bahwa urut-urutan terjadinya hal-hal ini adalah:
1. Pelaksanaan
penciptaan.
2. Pelaksanaan
kejatuhan ke dalam dosa.
3. Pelaksanaan
Predestinasi.
Ini memang sesuai dengan posisi
Infralapsarianisme, tetapi ‘urut-urutan
rencana’ dan ‘urut-urutan
terjadinya rencana’ memang seringkali terbalik.
Contohnya, kalau saya merencanakan untuk membangun
rumah, maka ‘urut-urutan rencana’
adalah:
1. Tujuan saya untuk tinggal
dalam sebuah rumah.
2. Rencana membangun rumah.
3. Pemilihan tempat, model,
pemborong, dsb.
Tetapi dalam ‘pelaksanaan / terjadinya rencana’ membangun rumah
itu, urut-urutannya terbalik.
1. Saya memilih tempat, model,
pemborong lebih dulu.
2. Lalu saya membangun rumah.
3. Baru akhirnya saya tinggal di
rumah itu.
Kesimpulannya: sekalipun sejarah ‘terjadinya rencana Allah’ sesuai
dengan urut-urutan Infralapsarianisme, tetapi ‘urut-urutan rencana Allah’
itu sebenarnya sesuai dengan urut-urutan Supralapsarianisme.
Jawab:
- Cara berargumentasinya memang cukup menarik, tetapi tidak berdasarkan Kitab Suci.
- R. L. Dabney menjawab argumentasi ini dengan berkata:
“The view from which it starts, that the ultimate end must be first in design, and then the intermediate means, is of force only with reference to a finite mind” (= Pandangan yang mendasarinya, yaitu bahwa tujuan terakhir haruslah pertama dalam perencanaan, dan sesudah itu cara / jalan yang ada di antaranya, hanya berlaku berkenaan dengan pikiran yang terbatas) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 233.
Saya berpendapat kata-kata
Dabney ini tak terlalu kuat. Bahkan dalam pemikiran Allah, kebalikan seperti
itu bisa terjadi. Misalnya, Allah pasti merencanakan kematian Kristus dulu, dan
baru merencanakan kelahiranNya sebagai manusia. Dan dalam pelaksanaannya, urut-urutannya
terbalik, karena Yesus lahir dulu, baru mengalami kematian.
Saya
berpendapat bahwa
urut-urutan ‘rencana’ dan ‘terjadinya rencana’ tidak
selalu terbalik. Misalnya orang biasanya bukan merencanakan untuk mempunyai
anak dulu baru menikah supaya bisa mempunyai anak, tetapi merencanakan
pernikahan dulu dan baru setelah itu merencanakan anak. Dan dalam
pelaksanaannya urut-urutannya juga tetap seperti itu.
Pelaksanaan rencana Allah dalam sejarah, kalau dibalik, maka urut-urutannya adalah:
1. Pelaksanaan
Predestinasi.
2. Pelaksanaan
kejatuhan ke dalam dosa.
3. Pelaksanaan
penciptaan.
Ini tidak sama dengan urut-urutan dalam
Supralapsarianisme!
b.Ro 9:20-21,
karena di sana untuk menjawab pertanyaan yang ia ajukan dalam Ro 9:19, Paulus tidak berkata: ‘Siapakah engkau, orang berdosa, sehingga
engkau membantah Allah? Kita telah jatuh ke dalam dosa dan tidak mempunyai hak
terhadap hidup dan keselamatan. Karena itu, Allah bisa dengan adil menolak kita
semua’. Kalau Infralapsarianisme yang benar, seharusnya Paulus
berkata begitu. Tetapi ternyata Paulus menjawab menggunakan kedaulatan Allah.
Jawab:Dalam Ro 9:19-21 itu Paulus menjelaskan Predestinasi dalam hubungannya dengan tanggung jawab manusia. Jadi Ro 9:20-21 itu adalah suatu jawaban terhadap Arminianisme, pada waktu mereka menyerang Calvinisme dengan berkata: ‘Kalau semua sudah ditentukan, manusia tidak mempunyai tanggung jawab’. Kalau jawaban dalam Ro 9:20-21 itu memang ditujukan untuk menjawab keberatan dari Arminianisme, maka tentu saja jawaban itu tidak mempersoalkan Infralapsarianisme ataupun Supralapsarianisme.
Catatan: sekalipun pada jaman Paulus Arminianisme
belum ada, tetapi pandangan Arminian, yaitu pandangan yang menentang kedaulatan
Allah / predestinasi, jelas sudah ada.
[6] Infralapsarianisme.
Dasar yang dipakai:
a.Banyak
ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa orang-orang pilihan (elect) dipilih dari antara orang
yang sudah jatuh ke dalam dosa, seperti:
1. Yoh 15:19b - “Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu”.
Jadi, Allah
memilih orang-orang pilihannya dari dunia ini. Ini menunjukkan mereka dipilih
dari kalangan orang yang telah jatuh ke dalam dosa.
2. Ef 1:4 - “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya”.
Ef 1:4 ini menunjukkan bahwa kita
dipilih dalam Kristus, dan secara tidak langsung ini menunjukkan bahwa manusia
telah jatuh ke dalam dosa dan membutuhkan Penebus. Lebih jauh lagi, Ef 1:4
ini mengatakan ‘supaya kita
kudus dan tak bercacat’, dan ini jelas menunjukkan bahwa kita
yang dipilih itu adalah orang-orang berdosa.
3. 2Tes 2:13b - “Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai”.
Adanya kata-kata ‘memilih kamu untuk diselamatkan’
dan ‘Roh yang menguduskan kamu’,
jelas menunjukkan bahwa orang pilihan itu sudah jatuh ke dalam dosa.
4. 1Pet 1:2a - “yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darahNya”.
Ayat ini menunjukkan bahwa orang pilihan itu ‘dikuduskan oleh Roh’, dan ‘menerima percikan darah Kristus’.
Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa orang yang dipilih itu sudah jatuh ke dalam
dosa.
5. Ro 9:15-16,18,23 - “Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. ... Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya. ... justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaanNya atas benda-benda belas kasihanNya yang telah dipersiapkanNya untuk kemuliaan”.
Pemilihan adalah suatu tindakan belas
kasihan, dan ini jelas menunjukkan bahwa orang-orang pilihan itu dipilih dari
orang yang sudah jatuh ke dalam dosa.
b.
Sekarang perhatikan bagaimana Paulus menggambarkan orang-orang yang termasuk reprobate / tak dipilih.
Ro 9:22 - “Jadi, kalau untuk menunjukkan murkaNya dan menyatakan kuasaNya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaanNya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan”.
Kata-kata ‘murka’ dan ‘kesabaran’
secara tidak langsung jelas menunjukkan bahwa orang yang tidak dipilih itu
adalah manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa, karena kalau manusia itu tidak
berdosa, tidak mungkin Allahnya murka, dan juga tidak dibutuhkan kesabaran di
pihak Allah.
c.Ro
8:29-30 (NIV): “For those God foreknew he also predestined
to be conformed to the likeness of his Son, that he might be the firstborn
among many brothers. And those he predestined, he also called; those he called,
he also justified; those he justified, he also glorified” (= Karena mereka
yang diketahuiNya lebih dulu, juga dipredestinasikanNya untuk menjadi serupa
dengan gambaran AnakNya, supaya Ia menjadi yang sulung di antara banyak
saudara. Dan mereka yang dipredestinasikanNya, juga dipanggilNya; mereka yang
dipanggilNya, juga dibenarkanNya; mereka yang dibenarkanNya, juga dimuliakanNya).
Perhatikan bahwa foreknowledge (= pengetahuan lebih dulu) mendahului
predestinasi! Dalam arti apapun Allah mengetahui lebih dulu tentang orang-orang
itu, yang jelas mereka sudah dibayangkan ada lebih dulu, dan baru setelah itu
dipredestinasikan. Ini jelas cocok dengan Infralapsarianisme yang menempatkan
penciptaan (yang membuat orang itu menjadi ada) lebih dulu dari predestinasi.
d.Robert
L. Dabney:
1. “An object must be conceived as existing, in order to have its destiny given to it” (= Suatu obyek harus dibayangkan sebagai ada, supaya bisa diberikan tujuan kepadanya) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 233.2. “... these diviners represent God as planning man’s creation and fall, as a means for carrying out His predestination, instead of planning his election as a means for repairing his fall” [= ... para ahli theologia ini (maksudnya ahli theologia yang percaya pada Supralapsarianisme) menggambarkan Allah merencanakan penciptaan manusia dan kejatuhan ke dalam dosa, sebagai cara / jalan untuk melaksanakan PredestinasiNya, dan bukannya merencanakan pemilihan manusia sebagai suatu cara / jalan untuk memperbaiki kejatuhannya] - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 232.
e.Serangan
terhadap Supralapsarianisme:
1. Kalau Supralapsarianisme menomersatukan predestinasi, lalu makhluk apa yang dipredestinasikan itu? Bukankah manusia? Kalau ya, bukankah manusia itu harus dibayangkan ada lebih dulu? Lalu bagaimana mungkin pemikiran tentang penciptaan ditempatkan pada no 2?2. Lalu predestinasi itu memilih orang-orang untuk diselamatkan dari apa? Bukankah dari dosa? Kalau demikian, bagaimana mungkin kejatuhan dalam dosa baru ada pada urutan no 3? Dan dalam predestinasi ada penetapan binasa. Orang-orang itu ditetapkan binasa karena apa? Bukankah dosanya harus dibayangkan ada lebih dulu, baru bisa membayangkan / merencanakan untuk menghukum mereka?
[7] Satu hal yang
perlu diperhatikan di sini adalah:
Seluruh Reformed / Calvinisme
terbagi dua dalam persoalan ini: Infralapsarianisme dan Supralapsarianisme, dan
dua-duanya sama-sama percaya bahwa dosa itu ada dalam Rencana Allah! Tidak ada
golongan Reformed / Calvinist yang tidak percaya pada penetapan dosa! Dengan
kata lain, orang yang tidak mempercayai bahwa Allah menetapkan dosa, tidak
berhak menyebut dirinya sebagai ‘Reformed / Calvinist’!
No comments:
Post a Comment