Bacalah terlebih dahulu bagian 1 di sini dan bagian 2 di sini
Oleh : Bob Deffinbaugh, Th.M
Reaksi Populer
(Yohanes 6:60-65)
Pengajaran mengenai roti hidup menyingkapkan bahwa konsep Yesus mengenai Kerajaan Allah berbeda sama sekali dengan harapan-harapan umum/populer yang diyakini oleh massa di Israel. Sebagai akibatnya, ada reaksi negatif, “Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" (Yohanes 6:60)
Orang banyak ini tidak menjadi gusar karena mereka tidak dapat memahami apa yang Yesus telah katakan tetapi karena secara tepat mereka memahami perkataan Yesus dengan sangat baik. Tidak sukar untuk memahaminya tetapi sukar untuk menjalankan kehidupan dalam pemahaman demikian, karena penjelasan Yesus tidak selaras dengan pandangan-pandangan mereka terhadap Kerajaan Allah ,yang telah terdistorsi.
Oleh : Bob Deffinbaugh, Th.M
Reaksi Populer
(Yohanes 6:60-65)
Pengajaran mengenai roti hidup menyingkapkan bahwa konsep Yesus mengenai Kerajaan Allah berbeda sama sekali dengan harapan-harapan umum/populer yang diyakini oleh massa di Israel. Sebagai akibatnya, ada reaksi negatif, “Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" (Yohanes 6:60)
Orang banyak ini tidak menjadi gusar karena mereka tidak dapat memahami apa yang Yesus telah katakan tetapi karena secara tepat mereka memahami perkataan Yesus dengan sangat baik. Tidak sukar untuk memahaminya tetapi sukar untuk menjalankan kehidupan dalam pemahaman demikian, karena penjelasan Yesus tidak selaras dengan pandangan-pandangan mereka terhadap Kerajaan Allah ,yang telah terdistorsi.
Sekali lagi
Yesus tidak berupaya memodifikasi atau meninjau ulang doktrin-Nya agar tidak kehilangan dukungan populer. Dia
sebaliknya malah mempertajam isu tersebut. Jika mereka menjadi terjatuh dengan
pengajaran-Nya betapa lebih tertekannya lagi mereka pada saat kenaikan
Yesus untuk kembali berada di sebelah
kanan Bapa (ayat 62).
Mereka memilih untuk memahami firman Tuhan dalam cara yang hampir-hampir teramat literal, sementara perkataan Yesus lebih bersifat metafora. Yesus tidak mengajarkan untuk memakan diri-Nya dalam arti daging harfiah, tetapi menjadikan diri dan pekerjaan-Nya sebuah bagian vital dari diri mereka (Yohanes 6 ayat 63 “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup”) [“Ide memakan, sebagai sebuah metafora untuk menerima makanan rohani dan manfaat-manfaat yang mengalir daripadanya, merupakan hal yang sangat umum bagi orang-orang Yahudi. ‘Dalam literature Rabinik, instruksi sakral menyebutkan roti dan mereka yang sangat ingin menyerapnya diperintahkan untuk memakannya.’ Pada alkitab bahasa Inggris ‘Thy words were found and I did eat them’ (Jer. 15:16). Dalam Talmud Hilel dikatakan: ‘Mesias kelihatannya tidak akan datang ke Israel, karena orang-orang Israel telah memakannya pada hari-hari Hizkia.’ Para Rabi telah menyatakan instruksi mereka sebagai “tempat berdiam roti seutuhnya.’ Adalah umum mengatakan dikalangan Yahudi :’dimasa Mesias orang-orang Israel akan diberi makan oleh-Nya.’” Shepard, The Christ of the Gospels, hal. 275.]. Masalah sesungguhnya, sebagaimana selalu demikian, adalah ketidakpercayaan (ayat 64), seperti juga pada kasus Yudas. Mereka kelihatannya murid-murid sejati, tetapi dalam kenyataannya hanyalah para pencari sensasi dan pecundang, mencari pemberian. Ketidakpercayaan mereka memang adalah hal yang telah diduga karena mereka hanya dapat menjadi percaya oleh sarana-sarana penarikan oleh Bapa (ayat 65).
Keputusan 12 Murid
(6:66-71)
Mereka yang mengikut Yesus disebut “murid-murid” (bandingkan dengan ayat 66), tetapi garis pemisah harus ditarik . Ketika orang banyak telah mendengarkan percakapan itu maka mereka pergi dalam ketidakpercayaan. Ketika murid-murid Yesus diberikan kesempatan untuk pergi meninggalkan Yesus, Petrus menjawab mewakili 12 murid, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal” (Yohanes 6:68-69).
(6:66-71)
Mereka yang mengikut Yesus disebut “murid-murid” (bandingkan dengan ayat 66), tetapi garis pemisah harus ditarik . Ketika orang banyak telah mendengarkan percakapan itu maka mereka pergi dalam ketidakpercayaan. Ketika murid-murid Yesus diberikan kesempatan untuk pergi meninggalkan Yesus, Petrus menjawab mewakili 12 murid, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal” (Yohanes 6:68-69).
Inilah
jawaban paling intim dari para pengikut Yesus. Mereka tidak memiliki pilihan
lain, karena Dialah satu-satunya yang
memiliki kata-kata hidup yang kekal.
Namun, sekalipun pada titik semcam
ini,penghianatan Yesus oleh Yudas sudah diketahui Guru (ayat 70-71).
Kesimpulan dan Aplikasi
Mengacu pada sejarah, memberi makan 5.000 orang dan percakapan mengenai Roti Hidup merupakan gelombang sentimen negatif yang menjauhkan Yesus sebagai Mesias. Dengan kematian Yohanes Pembaptis, setiap mata tertuju kepada Yesus sebagai penerusnya. Tetapi pengajaran Yesus menjelaskan bahwa Dia tidak datang untuk menyelaraskan dengan pemikiran popular mengenai Mesias.
Mengacu pada sejarah, memberi makan 5.000 orang dan percakapan mengenai Roti Hidup merupakan gelombang sentimen negatif yang menjauhkan Yesus sebagai Mesias. Dengan kematian Yohanes Pembaptis, setiap mata tertuju kepada Yesus sebagai penerusnya. Tetapi pengajaran Yesus menjelaskan bahwa Dia tidak datang untuk menyelaraskan dengan pemikiran popular mengenai Mesias.
Aplikasinya
bagi kita saat ini, adalah sangat menarik untuk memperhatikan bahwa didalam penyajian
Yesus akan dirinya sebagai Mesias, Dia telah menolak untuk mengakomodasi keseluruhan ide-ide dan
pengharapan-pengharapan mereka yang bersifat materialistik . Betapa berbedanya
dengan hari dan zaman kita ketika para pria dan perempuan memproklamasikan
Injil, tidak didalam kondisi-kondisi tuntutan-tuntutan moral injil, tetapi
dalam pemahaman kenikmatan-kenikmatan material. Kita menyuarakannya seolah-olah
Tuhan menjanjikan sebuah kehidupan utopia
dengan berkat-berkat istimewa dan bersinambung bagi siapapun yang
memberikan setidaknya pujian bagi Kristus.
Fokus
injil Kristus sesungguhnya bukan pada
soal pemuasan dan gratifikasi (mengimbali) pada diri sendiri, tetapi lebih
kepada pengorbanan dan kematian. Yesus telah datang untuk mati bagi dosa-dosa
manusia dan hanya pada mereka yang telah menerima penderitaan Juru selamat akan
memerintah bersama dengan Dia. Demikian besarnya pemisah dalam Kekristenan.Banyak dari mereka yang menyebutkan nama Kristus dan yang menyebut
diri mereka orang-orang Kristen. Tetapi
ketikan masalah penderitaan datang, mereka dengan cepat menyelesaikan dengan cara
mereka sendiri, mengabaikan/meninggalkan Yesus (bandingkan
dengan Markus 4:16-17).
Kemudian, juga, kita diingatkan dengan nas ini bahwa keselamatan tidak datang semata oleh mental yang bagus, memberi hormat pada Yesus dengan cara menyentuh ujung topi (sebagai orang baik, seorang guru yang baik, dan lain-lain), tetapi dengan berlutut, dengan penerimaan yang aktual dan personal akan diri dan perbuatan Yesus pada salib Kalvari. Ini bukan sekedar soal percaya kepada Dia, tetapi mempercayakan seluruh keberadaan diri dan hidup kepada Dia saja untuk keselamatan kekal.
Kemudian, juga, kita diingatkan dengan nas ini bahwa keselamatan tidak datang semata oleh mental yang bagus, memberi hormat pada Yesus dengan cara menyentuh ujung topi (sebagai orang baik, seorang guru yang baik, dan lain-lain), tetapi dengan berlutut, dengan penerimaan yang aktual dan personal akan diri dan perbuatan Yesus pada salib Kalvari. Ini bukan sekedar soal percaya kepada Dia, tetapi mempercayakan seluruh keberadaan diri dan hidup kepada Dia saja untuk keselamatan kekal.
Selesai
Israel’s Hour of Decision (John 6:1-71)| diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment