Bacalah terlebih dahulu bagian 1 di sini dan bagian 2 di sini
Oleh : Bob Deffinbaugh, Th.M
Penggambaran Yesus Tentang Dirinya Sendiri
(9:21-27)
Laporan lengkap terkait respon Yesus terhadap pengakuan Petrus tidak dicatat oleh Lukas, tetapi hanya oleh Matius:
Matius 16:17-19
(17) Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.(18) Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. (19) Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."
Nas dalam injil Matius ini berada di luar keterbatasan-keterbatasan waktu dan teks kita, tetapi jelas hal ini penting karena doktrin-doktrin yang dibangun diatas interpretasinya. Beberapa komentar pada detail-detail tambahan kisah Matius pasti mencukupi untuk masa kini.
(1)
Yesus membenarkan kesimpulan-kesimpulan Petrus ketika Dia memuji secara tinggi pengakuan Petrus. Dengan ini,
Yesus telah mengindikasikan bahwa
konsep-Nya terkait diri-Nya sendiri
berada dalam kesepakatan dengan apa yang
dikemukan Petrus.
(2)Pengakuan itu bukan sama sekali berasal dari diri Petrus, yang dipuji oleh oleh Yesus terkait imannya, dan kesimpulan-kesimpulannya
(3) Batu karang yang menjadi rujukan Yesus secara eksegetis dapat merujuk pada diri Petrus sendiri ( sebagai seorang rasul, bandingkan dengan Efesus 2:20) atau pada “batu karang” pengakuannya, bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah.
(2)Pengakuan itu bukan sama sekali berasal dari diri Petrus, yang dipuji oleh oleh Yesus terkait imannya, dan kesimpulan-kesimpulannya
(3) Batu karang yang menjadi rujukan Yesus secara eksegetis dapat merujuk pada diri Petrus sendiri ( sebagai seorang rasul, bandingkan dengan Efesus 2:20) atau pada “batu karang” pengakuannya, bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah.
(4)Petrus disebut batu fondasi pertama, karena dia yang pertama memproklamasikan Yesus sebagai Mesias, tetapi dalam kenyataannya, dia hanyalah sebuah batu fondasi dalam pemahamana bahwa ini adalah hal yang sama pada semua rasul
(5)Terlihat jelas bahwa Markus, yang pengisahannya sepenuhnya bersandar pada kesaksian Petrus, mencatat teguran Yesus yang menyengat Petrus ( Markus 8:33), yang mengabaikan kata-kata pujian yang dicatat oleh Matius
Pengakuan Petrus, walaupun layak
menerima pujian, harus dirahasiakan untuk sementara waktu (ayat 21). Banyak orang yang
telah dibingungkan pada tuntutan Yesus
untuk tidak menyuarakan tentang
identitasnya sebagai Mesias.
Ketika setan-setan menyatakan Yesus adalah Anak Allah, juga diminta untuk dirahasiakan ( bandingkan dengan Markus 1:24-25). Alasan adalah perintah untuk tidak memberitahukan tentang hal terkait ini ada beberapa hal. Pertama, saat Yesus memberikan pujian terhadap pengakuan Petrus, Yesus menyatakan secara jelas bahwa kesimpulan-kesimpulan Petrus bukan diungkapkan oleh manusia, tetapi oleh Tuhan (Matius 16:17). Seperti halnya murid-murid telah diyakinkan dari dalam dirinya dengan memberikan perhatian pada kata-kata dan pekerjaan Juru selamat, demikian jugalah semestinya yang lain. Kedua, Yesus ingin menghindarkan bangkitnya konsep pengharapan-pengharapan yang tidak benar akan sebuah mesias yang politis, yang akan menyingkirkan perhambaan Roma. Menyatakan secara terbuka bahwa Yesus adalah Mesias Israel akan mengidentifikasikan jati diri Yesus dengan pandangan-pandangan mereka yang keliru tentang kemesiasan. Mereka harus menanggalkan pemahaman-pemahaman yang keliru dan mengadaptasi pribadi dan rencana Yesus. Ketiga, sekedar kata-kata tidak dapat dan tidak cukup untuk menyatakan kebenaran-kebenaran mengenai pribadi-Nya dan karya-Nya[“ Satu hari ketika Yesus sedang berjalan di serambi Salomo bait suci, sekelompok orang sebangsanya menyapa dia. ‘Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami."’ (Yohn 10:24). Tetapi hal-hal terbesar dalam hidup tidak dapat dikatakan dalam cara seperti itu. Dapatkan kamu “mengatakan terus terang” apakah itu kehormatan itu atau apakah kecantikan itu atau apakah kasih? Dapatkah kamu menjelaskan matahari terbenam kedalam sebuah kalimat? Dapatkah kamu mengungkapkan kemuliaan dan keajaiban sebuah simponi besar dalam sebuah kata yang singkat? Tidak satupun kehidupan yang sungguh hebat, yang menggerakan pengalaman-pengalaman atau penemuan-penemuan dapat dikatakan dengan kata-kata yang sederhana. Dan bagaimanakah kita seharusnya mengharapkan semua hal yang terbesar dan menggugah diungkapkan dalam kata-kata— yaitu kemuliaan Tuhan pada wajah Yesus Kristus? Yesus telah mengetahui bahwa hal ini tidak akan diungkapkan dengan suara proklamasi yang bagaimanapun, “Aku adalah Anak Allah,” keyakinan semacam itu akan lahir didalam hati umat manusia. Tetapi angin bertiup kemana ia mau, dan manusia yang hidup bersama dengan dia dan mengasihi dia belajar tentang naturnya dan namanya.” James S. Stewart, The Life and Teachings of Jesus Christ (Nashville: Abingdon, Festival Edition, 1978), hal. 134.].
Orang menjadi sangat sulit menduga bagaimana dahsyatnya benturan kata-kata Yesus selanjutnya terhadap pengharapan tinggi yang dimiliki murid-murid. Betapa hal yang menggirangkan bagi semua murid pujian Yesus terhadap Petrus. Tetapi pengakuan iman ini nampaknya dianulir oleh percakapan Yesus tentang kematian. “Anak Manusia harus menderita banyak hal, dan ditolak oleh tua-tua dan imam-imam besar dan ahli taurat, dan dibunuh, dan dibangkitkan pada hari yang ketiga” (Lukas 9:22).
Ketika setan-setan menyatakan Yesus adalah Anak Allah, juga diminta untuk dirahasiakan ( bandingkan dengan Markus 1:24-25). Alasan adalah perintah untuk tidak memberitahukan tentang hal terkait ini ada beberapa hal. Pertama, saat Yesus memberikan pujian terhadap pengakuan Petrus, Yesus menyatakan secara jelas bahwa kesimpulan-kesimpulan Petrus bukan diungkapkan oleh manusia, tetapi oleh Tuhan (Matius 16:17). Seperti halnya murid-murid telah diyakinkan dari dalam dirinya dengan memberikan perhatian pada kata-kata dan pekerjaan Juru selamat, demikian jugalah semestinya yang lain. Kedua, Yesus ingin menghindarkan bangkitnya konsep pengharapan-pengharapan yang tidak benar akan sebuah mesias yang politis, yang akan menyingkirkan perhambaan Roma. Menyatakan secara terbuka bahwa Yesus adalah Mesias Israel akan mengidentifikasikan jati diri Yesus dengan pandangan-pandangan mereka yang keliru tentang kemesiasan. Mereka harus menanggalkan pemahaman-pemahaman yang keliru dan mengadaptasi pribadi dan rencana Yesus. Ketiga, sekedar kata-kata tidak dapat dan tidak cukup untuk menyatakan kebenaran-kebenaran mengenai pribadi-Nya dan karya-Nya[“ Satu hari ketika Yesus sedang berjalan di serambi Salomo bait suci, sekelompok orang sebangsanya menyapa dia. ‘Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami."’ (Yohn 10:24). Tetapi hal-hal terbesar dalam hidup tidak dapat dikatakan dalam cara seperti itu. Dapatkan kamu “mengatakan terus terang” apakah itu kehormatan itu atau apakah kecantikan itu atau apakah kasih? Dapatkah kamu menjelaskan matahari terbenam kedalam sebuah kalimat? Dapatkah kamu mengungkapkan kemuliaan dan keajaiban sebuah simponi besar dalam sebuah kata yang singkat? Tidak satupun kehidupan yang sungguh hebat, yang menggerakan pengalaman-pengalaman atau penemuan-penemuan dapat dikatakan dengan kata-kata yang sederhana. Dan bagaimanakah kita seharusnya mengharapkan semua hal yang terbesar dan menggugah diungkapkan dalam kata-kata— yaitu kemuliaan Tuhan pada wajah Yesus Kristus? Yesus telah mengetahui bahwa hal ini tidak akan diungkapkan dengan suara proklamasi yang bagaimanapun, “Aku adalah Anak Allah,” keyakinan semacam itu akan lahir didalam hati umat manusia. Tetapi angin bertiup kemana ia mau, dan manusia yang hidup bersama dengan dia dan mengasihi dia belajar tentang naturnya dan namanya.” James S. Stewart, The Life and Teachings of Jesus Christ (Nashville: Abingdon, Festival Edition, 1978), hal. 134.].
Orang menjadi sangat sulit menduga bagaimana dahsyatnya benturan kata-kata Yesus selanjutnya terhadap pengharapan tinggi yang dimiliki murid-murid. Betapa hal yang menggirangkan bagi semua murid pujian Yesus terhadap Petrus. Tetapi pengakuan iman ini nampaknya dianulir oleh percakapan Yesus tentang kematian. “Anak Manusia harus menderita banyak hal, dan ditolak oleh tua-tua dan imam-imam besar dan ahli taurat, dan dibunuh, dan dibangkitkan pada hari yang ketiga” (Lukas 9:22).
Dalam sebuah cara yang secara total melampaui
pemahaman murid-murid, Yesus adalah Raja Israel yang mulia, dan Dia tetap saja
berkata tentang kematian-Nya. Ada sebuah percampuran antara kemenangan dan
tragedi, kedaulatan dan penderitaan, tidak terpahami bagi mereka.
Hal penderitaan dan kemuliaan tidak
hanya sebuah paradoks yang harus diperhitungkan sejauh kematian Yesus hal yang dipedulikan, hal ini juga merupakan prinsip fundamental bagi pemuridan sejati. Dalam ayat
23-26, Yesus meletakan prinsip untuk pemuridan sejati. Dalam ayat-ayat 23-26,
Yesus membentangkan prinsip pemuridan bahwa mereka yang mau menjadi murid-murid-Nya yang sungguh-sungguh juga harus bersedia
menyerahkan hidup mereka untuk kepentingan Dia. Sebagaimana Matius
memberitahukan kepada kita, Petrus terhentak pada pemikiran Yesus yang
menyerahkan hidup-Nya ( Matius 16:22).
Bagaimana mungkin Dia adalah Mesias jika Dia harus mati? Namun sebagaimana yang dikemukakan dengan jelas oleh Yesus, paradoks pemuridan Kristen adalah : bahwa kita hanya dapat menyelamatkan jiwa kita dengan menyerahkan hidup kita ( ayat 23-26).
Perihal ini terlampau dalam bagi para murid-murid. Mengherankan sedikit saja bahwa kita tidak memiliki catatan tentang apa yang terjadi selama delapan hari tersebut antara pengakuan hebat dan transfigurasi. Mengetahui bahwa kata-kata-Nya sulit untuk diterima, Yesus memang telah memberikan sebuah janji yang agaknya memberikan sedikit ruangan bagi pengharapan. “Tetapi aku mengatakan sebenarnya, ada beberapa diantara yang berdiri di sini tidak akan meninggal sampai mereka melihat kerjaan Allah” (Lukas 9:27).
Selanjutnya: Bagian akhir PenggambaranTuhan tentang Yesus
The Transfiguration (Luke 9:18-36)| diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
Bagaimana mungkin Dia adalah Mesias jika Dia harus mati? Namun sebagaimana yang dikemukakan dengan jelas oleh Yesus, paradoks pemuridan Kristen adalah : bahwa kita hanya dapat menyelamatkan jiwa kita dengan menyerahkan hidup kita ( ayat 23-26).
Perihal ini terlampau dalam bagi para murid-murid. Mengherankan sedikit saja bahwa kita tidak memiliki catatan tentang apa yang terjadi selama delapan hari tersebut antara pengakuan hebat dan transfigurasi. Mengetahui bahwa kata-kata-Nya sulit untuk diterima, Yesus memang telah memberikan sebuah janji yang agaknya memberikan sedikit ruangan bagi pengharapan. “Tetapi aku mengatakan sebenarnya, ada beberapa diantara yang berdiri di sini tidak akan meninggal sampai mereka melihat kerjaan Allah” (Lukas 9:27).
Selanjutnya: Bagian akhir PenggambaranTuhan tentang Yesus
The Transfiguration (Luke 9:18-36)| diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment