Bacalah terlebih dahulu bagian 1 di sini bagian 2 di sini dan bagian 3 di sini
Oleh : Bob Deffinbaugh, Th.M
Penggambaran Tuhan Tentang Yesus
(Lukas 9:28-36)
Disini, kemudian, adalah latar belakang transfigurasi. Kepemimpinan Yahudi telah menolak Yesus dan telah merencanakan kematian-Nya. Mayoritas luas Judaisme mengapresiasi-Nya dengan tinggi, tetapi tidak cukup tinggi. Murid-murid telah percaya bahwa Dia pasti Mesias dan Anak Allah, hanya saja pemahaman atas implikasi-implikasi yang timbul sebagai akibat dari apa yang telah mereka akui masih samar-samar. Sukacita atas pujian yang Yesus berikan terhadap pengakuan Petrus dengan cepat menjadi tidak ada nilainya oleh deklarasi Yesus bahwa Dia harus segera mati, dan menjadi tanggungjawab mereka, jika mereka mau menjadi murid-murid-Nya, maka mereka harus bersedia untuk melakukan hal yang sama.
Sekarang
enam atau delapan hari kemudian [“Matius dan Markus menyatakan interval
enam hari (Matt. 17:1; Mark. 9:2). Lukas mencatat ‘kira-kira delapan
hari’ (Luk. 9:28), yang berangkali menunjukan bahwa dia menghitung hari-hari
dimana dua episode tersebut berlangsung
serta juga interval hari yang sesungguhnya diantara dua peristiwa itu.
Metode perhitungan inklusif ini tidaklah
asing didalam kitab suci.” Everett F. Harrison, A Short Life of Christ
(Grand Rapids: Eerdmans, 1968), hal. 150.], Yesus membawa Petrus,
Yakobus, dan Yohanes untuk ambil bagian berdoa. “Gunung yang tinggi” itu (Matius 17:1 ; bandingkan dengan
Lukas 9:28), oleh banyak ahli diduga sebagai Gunung Hermon
[“ Lokasi
transfigurasi secara tradisi menurut
gereja Yunani adalah Tabor, dimana mereka setiap tahun, pada 6 Agustus, mengadakan Perayaan
Transfigurasi, Thaborium. Tetapi ini hal yang sangat mustahil, karena Tabor
hampir sejauh 50 mil ( lebih kurang 80,4
Km) dari Kaesarea-Filipi dan Yesus pada saat itu sedang menghindari Galileas.
Puncak gunung ini juga terdapat benteng dan bukan tempat yang cocok untuk
peristiwa ini. Apalagi, Markus menyatakan bahwa Yesus tidak “melalui
Galilea”—dimana disinilah G. Tabor berada—sampai nanti. Lokasi yang paling
mungkin untuk peristiwa yang menakjubkan ini adalah salah satu dari bagian
yang lebih rendah dari Gunung Hermon yang berlapis salju. Terlihat dari segala arah
dari daratan hingga ke Selatan, Laut Mati. Tidak ad tempat lain yang sesuai di seantero Palestina selain dari lereng-lereng gunung yang
terkenal ini, sejuk dan segar dengan
angin malam sepoi-sepoi dari puncak-puncak tingginya yang berlapis salju,
dimana kesunyian memerintah, dan salah satu pemandangan termegah dari segenap
sejarah dan alam terpampang dihadapan mereka.” Shepard, The Christ of the Gospels,
hal. 314.]. Beberapa faktor nampaknya memperlihatkan bahwa peristiwa ini
berlangsung pada malam hari [“Sumber-sumber kami tidak mengatakan apakah transfigurasi
berlangsung pada siang atau malam
hari, tetapi beberapa faktor mendukung
ide bahwa peristiwa ini berlangsung pada malam hari. Tidurnya para murid menunjukan kearah
ini, sebagaimana Lukas mencatat bahwa
Yesus pergi untuk berdoa. Kita tahu dari beberapa catatn lain dalam Injil-Injil
bahwa Yesus biasanya menjauh untuk
berdoa pada saat-saat malam. Kemudian
ada pertimbangan bahwa mereka turun dari
gunung pada hari berikutnya (Luk.
9:37).” Harrison, A Short Life of Christ,hal. 154.]. Selagi Yesus
berdoa, murid-murid tidur. Kita tidak perlu menjadi terlalu rumit pada tiga
hal, pertama kita kerap melakukan hal
yang sama, dan kedua, karena hari dimana mereka mendaki telah menguras fisik
mereka. Saya akan membayangkan bahwa doa-doa Yesus terutama berpusat untuk murid-murid-Nya pada
saat-saat kritis ini. Mereka sedang bergumul dengan identitas Yesus sebagai
Mesias dan kepastian Yesus akan kematian yang
akan terjadi. Jika saya benar dalam
berpendapat bahwa doa yang dipanjatkan Yesus terutama terkait untuk
murid-murid-Nya ,maka kita harus
memandang transfigurasi sebagai sebuah jawaban atas doa-doa yang
dipanjatkan, dan sebuah peristiwa telah dirancang untuk kepentingan kita.
Beberapa karakteristik utama dari
peristiwa ini diangkat dari catatan Lukas :
(1)Kemuliaan yang terpancar keluar dari Yesus Kristus diperlihatkan untuk sementara. “Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan.” (Lukas 9:29).
Ketika pribadi kedua Tritunggal mengambil bagi diri-Nya sendiri tubuh manusia, kemuliaan-Nya telah diselubungi, sehingga nabi ini dapat dengan tepat berkata, “Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya” (Yesaya 53:2b).
Diseluruh pelayanan bumi-Nya, manusia menantang Yesus untuk memanifestasikan kemilau dan keagungan-Nya sebagai Mesias, tetapi apa yang terselubungi itu adalah atribut-atribut Tuhan, itu adalah karakter-Nya, yang Dia sangat inginkan untuk singkapkan. Pada satu kesempatan ini, selubung kemanusiaan-Nya untuk sesaat diangkat dan kemilau serta keagungan ilahi-Nya menyeruak keluar.
(1)Kemuliaan yang terpancar keluar dari Yesus Kristus diperlihatkan untuk sementara. “Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan.” (Lukas 9:29).
Ketika pribadi kedua Tritunggal mengambil bagi diri-Nya sendiri tubuh manusia, kemuliaan-Nya telah diselubungi, sehingga nabi ini dapat dengan tepat berkata, “Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya” (Yesaya 53:2b).
Diseluruh pelayanan bumi-Nya, manusia menantang Yesus untuk memanifestasikan kemilau dan keagungan-Nya sebagai Mesias, tetapi apa yang terselubungi itu adalah atribut-atribut Tuhan, itu adalah karakter-Nya, yang Dia sangat inginkan untuk singkapkan. Pada satu kesempatan ini, selubung kemanusiaan-Nya untuk sesaat diangkat dan kemilau serta keagungan ilahi-Nya menyeruak keluar.
(2)Musa
dan Elia terlihat bersama dengan Yesus. Tidak diragukan, kita harus
memahami kehadiran dua orang ini sebagai simbolik hukum Perjanjian Lama dan nabi-nabi. Musa,
yang oleh pemimpin-pemimpin Yahudi dikatakan bahwa mereka adalah murid-murid
Musa ( Yohanes 9:28), disini, bukan sebagai Anak Allah, tetapi hanya sebagai
seorang hamba[“ Kehadiran Musa disini menegaskan bahwa didalam Yesus bayang-bayang Hukum
telah dipenuhi dan sekarang telah ditarik. Di
Yerusalem orang-orang masih bertengkar,
bukan semata karena hukum Musa, tetapi tradisi-tradisi dari para tua-tua, imam-imam dan para pemimpin yang
masih besilang pendapat mengenai persepuluhan
mint dan jintan, sementara disini di gunung sang pemberi hukum itu
sendiri, dengan kehadirannya mengakui bahwa Yesus adalah yang dimuliakan, Dia
yang segera disalibkan atas nama Hukum, telah
mewujudkan didalam diri-Nya sendiri apa yang selama ini hanyalah
merupakan tanda atau isyarat, termasuk
didalamnya tata cara di masa lalu.”
Morgan, The Crises of the Christ, hal. 238-239.]. Didalam Yesus,
baik Hukum dan nabi-nabi menemukan penggenapan mereka.
Topik
pembicaraan adalah keluarnya atau
perginya Yesus ( ayat 31 “Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan
berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem”).
Pilihan istilah “eksodus” untuk mengungkapkan kepergiannya ( pada alkitab versi
expanded : “They appeared in ·heavenly glory [glory], talking about his departure [Greek: exodos,
berangkali mengingat akan eksodus dari Mesir, dan merujuk pada kematian
Yesus,kebangkitan, dan kenaikan] which he ·would soon
bring about [was about to fulfill/accomplish] in Jerusalem) bukan kebetulan, seperti halnya Musa yang telah
memimpin orang Israel memasuki berkat-berkat yang telah dijanjikan Tuhan dengan melewatkan mereka melalui air kematian. Walaupun ada keserupaan antara
dua orang ini dengan Yesus [“… dua orang ini
memiliki banyak kesamaan umum dengan Yesus dari Nazaret. Musa memperlihatkan
tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban dihadapan Israel didalam nama Tuhan, tetapi
sedikit gunanya. Orang Israel keras
kepala dengan ketidakpercayaannya dan gagal untuk memasuki tanah perjanjian
karena ketidakpercayaannya. Yesus memiliki penerimaan yang sama untuk
perbuatan-perbuatan hebatnya. Dan seperti Musa yang mengantarai Israel ditengah-tengah ancaman
penghakiman dan kegagalan, bersedia memberikan nyawanya jika mereka dapat
diselamatkan, demikian juga Yesus meratap penuh belas kasih terhadap Yerusalem.
Elia adalah nabi yang kesepian, bahkan ketika
dikelilingi oleh orang banyak di Gunung Karmel, Yesus, juga, dalam
banyak hal seorang figur yang tersendirikan, sekalipun dia memiliki
pengikut populer . Dia berdoa sendirian, menderita sendirian, dan mati
sendirian. Dua nabi itu memiliki kesamaan dengan Yesus dalam hal bagaimana pelayanan mereka diakhiri. Elia
secara supernatural diangkat untuk
masuk dalam ke surga dalam kemuliaan, sekalipun hal ini adalah
penggambaran kenaikan Juru selamat kedalam kemuliaan. Seperti Elia yang dapat
memberikan rohnya kepada Elisa, demikian
juga dengan kenaikan Yesu yang mencurahkan
roh-Nya kepada murid-murid.” Harrison, A Short Life of Christ,
hal. 156.]. Perbedaannya jauh lebih besar, karena di sini satu
orang jauh lebih superior dibandingkan dengan dua orang. Sementara dua
nabi tersebut adalah orang-orang besar, mereka adalah manusia dengan kaki yang
terbuat dari tanah. Penebusan mereka terletak sepenuhnya pada karya
Kristus dimasa mendatang di kayu salib
bagi mereka. Betapa melegakan semestinya percakapan yang berlangsung ini bagi Yesus, karena sekalipun
murid-murid tidak dapat memahami kebenaran dan signifikansi kematian-Nya yang
mendekat, kedua orang yang muncul dari
masa lalu ini memahaminya.
(3)Kita
diberikan sebuah gambaran yang jelas
akan kebodohan murid-murid. Sementara Yesus telah berdoa dengan sungguh-sungguh, mereka tidur. Kita
tidak tahu berapa lama percakapan tersebut berlangsung antara ketiganya sebelum akhirnya murid-murid menyadari apa
yang telah berlangsung. Berangkali itu
adalah kilauan pancaran cahaya dari Yesus
yang akhirnya membangunkan mereka, tetapi apapun detail persisnya yang
diinformasikan oleh teks kepada kita adalah: bahwa mereka bingung dan grogi, berada jauh dari sebuah gambaran tiga orang itu yang tersaji begitu saja di mata mereka, tetapi sangat
realistik dan seperti hidup. Tanggapan Petrus semata merupakan konfirmasi
verbal atas kebenaran yang sama. Petrus adalah seorang pemercaya yang
kokoh dalam slogan “Jangan hanya berdiri disana, katakan sesuatu.” (Itu
sebabnya mengapa kita semua dapat
mengenali dia dengan baik). Berangkali berharap untuk melanggengkan atau memperpanjang
kemuliaan dari momen itu, Petrus mengajukan tiga kemah untuk dibangun, satu
untuk Yesus, satu untuk Musa, dan satu untuk Elia (ayat 33). Sebagaimana akan
Petrus akui, itu merupakan perkataan
yang bodoh, dan perkataan yang ceroboh
menempatkan Yesus dan dua tamu itu dalam level yang sama. Kita dapat sepenuhnya
bersyukur untuk interupsi ilahi yang
mencegah Petrus untuk mengatakan
hal yang lebih bodoh lagi.
(4)Kesaksian
Tuhan. Pada ayat 18
dan 19 penggambaran Yesus oleh orang banyak
telah dicatat, pada ayat 20
kesaksian dari para murid. Pada ayat 34 dan 35 adalah penggambaran yang
diberikan Allah Bapa tentang Yesus:
“Sementara ia berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika
mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka. Maka terdengarlah suara dari
dalam awan itu, yang berkata: "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah
Dia!”
Pengakuan besar yang diucapkan oleh Petrus dan dipuji oleh Yesus telah diotentikan secara ilahi oleh suara surga dari awan. Sungguh benar Yesus adalah Anak Allah, Mesias Israel, karena Tuhan telah mengatakan demikian. Sementara suara dari Surga pada pembaptisan Yesus dimaksudkan untuk kepentingan Yohanes, untuk mengidentifikasi Yesus sebagai Juru selamat, suara di dalam peristiwa ini terutama untuk kepentingan murid-murid.
Pengakuan besar yang diucapkan oleh Petrus dan dipuji oleh Yesus telah diotentikan secara ilahi oleh suara surga dari awan. Sungguh benar Yesus adalah Anak Allah, Mesias Israel, karena Tuhan telah mengatakan demikian. Sementara suara dari Surga pada pembaptisan Yesus dimaksudkan untuk kepentingan Yohanes, untuk mengidentifikasi Yesus sebagai Juru selamat, suara di dalam peristiwa ini terutama untuk kepentingan murid-murid.
Sebagai
tambahan untuk identifikasi Yesus adalah
Anak Allah yang resmi, ada sebuah perintah
yang tegas untuk memperhatikan
pengajaran-Nya. Sementara mereka mungkin
sulit untuk menduga kata-kata Yesus, mereka harus memperhatikan pada apa yang
Dia katakan. Berangkali disinilah sebuah
teguran diberikan pada Petrus karena
kata-katanya yang tergesa-gesa dan tanpa pertimbangan. Kata-kata yang diucapkan Juru selamat tidak hanya harus didengar, tetapi dipatuhi
(sebagaimana kata “dengar: kerap dikemukakan dalam Kitab suci).
Interpretasi dan Aplikasi
Transfigurasi Yesus adalah sebuah titik krusial dalam hidup dan pelayanan Kristus karena kedua hal tersebut merangkumkan pelayanan terdahulu dan mendahului kematian-Nya. Sebagaimana G. Campbell Morgan secara jitu menyatakan demikian :
“Transfigurasi Yesus merupakan penyempurnaan kehidupan kemanusiaan-Nya, semua hal natural yang telah mendahului transfigurasi. … disini, setidaknya, kemanusiaan itu, sempurna dalam penciptaan, sempurna dalam percobaan, disempurnakan dalam kemuliaan. Kehidupan Yesus pasti akan mencapai titik transfigurasi, Tidak bisa lain [G. Campbell Morgan, The Crises of the Christ, p. 229.].
Transfigurasi juga merupakan pendahuluan untuk kematian-Nya, karena dari titik ini Dia berkata dengan terus terang mengenai kematian-Nya. Wajah-Nya kini tertuju ke Yerusalem. Kemuliaan-Nya harus melalui penderitaan.
Paling
utama, transfigurasi adalah untuk kepentingan tiga murid tersebut. Bagi mereka,
transfigurasi adalah sebuah konfirmasi ilahi atas pengakuan besar
yang meluncur dari mulut Petrus. Tuhan membuktikan benar apa yang Petrus
katakan. Bahkan, transfigurasi merupakan sebuah konfirmasi atas pemikiran Yesus mengenai misi-Nya
sebagai Mesias. Ekspektasi umum adalah : bahwa Mesias akan datang, berbajukan
kemegahan dan memutuskan belenggu-belenggu
Roma. Pemikiran semacam ini sebuah konsep eksklusif materialistik tentang kerajaan. Yesus telah datang pertama-tama
dan terutama untuk menebus manusia dari dosa dengan mati di kayu salib.
Aspek-aspek harfiah dan literal mengenai Kerajaan akan datang, tetapi hanya setelah
persiapan-persiapan yang perlu dan
pendahuluan telah selesai.
Maka, juga, transfigurasi Yesus adalah sebuah tafsir ilahi mengenai pengajaran Yesus terkait kedatangan-Nya yang mendekat, murid-murid tidak dapat merangkai rangkaian-rangkaian penderitaan dan kemuliaan yang terlihat bertentangan . Transfigurasi telah divisualisasikan untuk tiga murid tesebut bahwa kemuliaan yang pasti milik Yesus ( dan juga menjadi milik mereka dan kita) harus datang melalui penderitaan (Eksodus-Nya). Mereka tidak sepenuhnya memahami kebenaran ini, tetapi mereka memahaminya, saya percaya, bahwa kedua elemen tersebut, penderitaan dan kemuliaan, adalah esensial bagi tujuan Tuhan untuk Mesias.
Peristiwa
ini juga pasti telah menjadi sebuah
penghiburan hebat bagi murid-murid. Pengharapan-pengharapan mereka dalam
memasuki kerajaan telah terlihat menjadi
kandas oleh penyataan Yesus akan kematian-Nya yang mendekat di Yerusalem di
tangan para pemimpin Yahudi.
Yesus tidak,
sebagaimana beberapa pelajar Kitab Suci, mengajarkan bahwa tidak akan ada
kerajaan yang bersifat fisik,literal.
Sebaliknya, Dia mengajarkan bahwa Kerajaan-Nya
tidak untuk didirikan saat ini.
Agar tidak sampai kehilangan pandangan akan kepastian
mengenai kerajaan, transfigurasi telah memberikan semacam “ pandangan
pendahuluan” tentang kerajaan. Mereka telah mengecap sebuah contoh kemuliaan
yang akan datang. Inilah pengharapan itu, kepastian akan kerajaan yang akan datang,
yang telah membantu mereka untuk tetap bergerak maju kala hal-hal sulit menghadang.
Akhirnya,
pewahyuan Yang Mulia Tuhan Yesus Kristus telah membuat orang-orang ini
menjadi rendah hati, memerintahkan
mereka untuk tidak berkata apapun dan
mendengarkan pada Guru. Berangkali
disertai dengan kata-kata, “keakraban melahirkan penghinaan.” Hal yang terlihat
sebagai kebenaran bagi Petrus. Hubungan Petrus
yang berkepanjangan dengan Yesus telah meluruhkan kepekaannya akan kagum dan ketakjuban. Ketika kemuliaan dari
Tuan terpancar dihadapan matanya, tidak akan
ada lagi ketaksopnan sebagaimana yang diperlihatkannya ketika
Yesus mengatakan mengenai kematian-Nya. Kewajiban Petrus adalah untuk jatuh kedalam pengaguman
dan ketakjuban dihadapan Tuhan dan Guru,
dan mendengarkan pada setiap kata-Nya.
Dampak dari transfigurasi pada rasul
Petrus dirangkumkan oleh interpretasinya yang diinspirasi dalam suratnya yang
kedua:
(13) Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. (14) Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (15) Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu. (16) Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. (17) Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." (18) Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus. (19) Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu. ( 2 Petrus 1:13-19)
(13) Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. (14) Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (15) Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu. (16) Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. (17) Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." (18) Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus. (19) Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu. ( 2 Petrus 1:13-19)
Peristiwa
ini memiliki implikasi dan aplikasi bagi kita
pada hari ini. Pertama dan yang terpenting tentu saja pasti pertanyaan, “Apakah
sangkaanmu terhadap Yesus?” Ini adalah pertanyaan yang akan membagi manusia pada hari-hari Tuhan kita, dan itu
adalah pertanyaan yang membelah manusia
di sepanjang kekekalan. Dia adalah Juru
selamat, Mesias, Anak Allah. Dia adalah Satu yang telah mati sehingga ada dapat
hidup. Sudahkah kamu datang untuk
mempercayakan seluruh dirimu kepada Yesus, tidak hanya sebagai orang yang baik,
tidak hanya sebagai seorang nabi, tetapi sebagai satu-satunya Anak Allah yang dikasihi, penanggung
dosa-dosa dunia?
Sebuah cerita mengatakan bahwa Thomas Carlyle [Dikutip oleh James S. Stewart, The Life and Teachings of Jesus Christ, (Nashville: Abingdon, Festival Ed., 1978), hal. 135.], yang pada saat jelang kematiannya, telah membaca kata-kata Kristen yang melegakan dari ayat pertama pada injil Yohanes 14:”Janganlah gelisah hatimu. …Didalam rumah Bapaku ada banyak tempat tinggal.” Ya,” orang berduka yang hancur, “ jika anda adalah Tuhan, anda punya hak untuk berkata demikian: tetapi jika kamu hanyalah seorang manusia, apa lagi yang dapat anda ketahui dibandingkan dengan kami semua?” Dan juga, kamu lihat bahwa penggambaran Yesus membuat berbagai perubahan didalam dunia.
Sebuah cerita mengatakan bahwa Thomas Carlyle [Dikutip oleh James S. Stewart, The Life and Teachings of Jesus Christ, (Nashville: Abingdon, Festival Ed., 1978), hal. 135.], yang pada saat jelang kematiannya, telah membaca kata-kata Kristen yang melegakan dari ayat pertama pada injil Yohanes 14:”Janganlah gelisah hatimu. …Didalam rumah Bapaku ada banyak tempat tinggal.” Ya,” orang berduka yang hancur, “ jika anda adalah Tuhan, anda punya hak untuk berkata demikian: tetapi jika kamu hanyalah seorang manusia, apa lagi yang dapat anda ketahui dibandingkan dengan kami semua?” Dan juga, kamu lihat bahwa penggambaran Yesus membuat berbagai perubahan didalam dunia.
Bagi kita
yang telah percaya kepada Dia, kita harus memperhatikan
kata-kata Bapa, “Dengarkanlah Dia.” Saya tidak yakin bahwa kita telah
memberikan banyak perhatian kepada kata-kata Yesus seperti kita telah mengingat
ayat-ayat kitab suci. Apakah kita melakukan studi firman Tuhan sebagai bagian
utama dalam hari kita? Tuhan berkata bahwa kita harus.
Juga ada kesimpulan, sebuah kata kata bagi kita mengenai hidup dan setelah kehidupan. Kita melihat dalam kedua orang tersebut, Musa dan Elia, bahwa mereka yang telah mempercayakan dirinya kepada Juru selamat masih hidup, memiliki kesadaran, sadar akan apa yang sedang terjadi. Lebih daripada ini,mereka dapat dikenali, walaupun kita tidak tahu bagaimana murid-murid telah mengenali mereka adalah Musa dan Elia. Sehingga saya beranggapan bahwa kita akan dapat mengenali orang-orang yang kita kasihi dalam kemuliaan.
Juga ada kesimpulan, sebuah kata kata bagi kita mengenai hidup dan setelah kehidupan. Kita melihat dalam kedua orang tersebut, Musa dan Elia, bahwa mereka yang telah mempercayakan dirinya kepada Juru selamat masih hidup, memiliki kesadaran, sadar akan apa yang sedang terjadi. Lebih daripada ini,mereka dapat dikenali, walaupun kita tidak tahu bagaimana murid-murid telah mengenali mereka adalah Musa dan Elia. Sehingga saya beranggapan bahwa kita akan dapat mengenali orang-orang yang kita kasihi dalam kemuliaan.
Saya
diingatkan dalam teks mengenai pentingnya berdoa. Pengakuan besar yang terlontar dari
mulut Petrus telah didahului oleh doa, selagi transfigurasi itu berlangsung.
Doa adalah sebuah bagian vital dalam kehidupan Yesus, sebagaimana juga seharusnya bagi kita.
Akhirnya,
ada sebuah pelajaran besar bagi orang-orang Kristen mengenai penderitaan.
Penderitaan adalah sebuah hal esensial, bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
iman Kristen. Penderitaan adalah salah
satu dari prasyarat-prasyarat dasar
pemuridan. Penderitaan adalah jalan menuju kemuliaan, tidak hanya bagi Tuhan
kita, tetapi bagi kita. Penderitaan baru
kemuliaan, sejauh yang dikemukakan Kitab suci. Soal penderitaan tidak akan
pernah dapat dijelaskan pada tatar manusia sepenuhnya. Hal ini hanya dapat
dipahami dari perspektif Tuhan. Dan demikianlah bagi ketiga murid tersebut di
gunung Transfigurasi. Dan begitu juga
harusnya dengan kita.
Selesai
The Transfiguration (Luke 9:18-36)| diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
Selesai
The Transfiguration (Luke 9:18-36)| diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment