F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 TRANSFIGURASI Bagian 3 : Jika Dia Mesias, Bagaimana Mungkin Dia Mati?


Bacalah terlebih dahulu bagian 1 di sini  dan bagian 2 di  sini


Oleh : Bob Deffinbaugh, Th.M


Penggambaran Yesus  Tentang Dirinya Sendiri
(9:21-27)

Laporan lengkap terkait respon Yesus terhadap pengakuan Petrus tidak dicatat oleh Lukas, tetapi hanya oleh Matius:


Matius 16:17-19
(17) Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.(18) Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. (19) Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."


Nas  dalam injil Matius ini berada di luar keterbatasan-keterbatasan waktu dan teks kita, tetapi jelas hal ini penting karena doktrin-doktrin yang dibangun diatas interpretasinya. Beberapa komentar pada detail-detail tambahan kisah Matius pasti mencukupi untuk masa kini.



(1) Yesus membenarkan kesimpulan-kesimpulan Petrus ketika Dia memuji secara  tinggi pengakuan Petrus. Dengan ini, Yesus  telah mengindikasikan bahwa konsep-Nya terkait  diri-Nya sendiri berada dalam kesepakatan dengan  apa yang dikemukan Petrus.



(2)Pengakuan  itu bukan sama sekali  berasal dari diri Petrus, yang dipuji oleh  oleh Yesus terkait  imannya, dan kesimpulan-kesimpulannya



(3) Batu karang yang menjadi rujukan Yesus secara eksegetis dapat merujuk pada diri Petrus sendiri ( sebagai seorang rasul, bandingkan dengan Efesus 2:20) atau pada “batu karang” pengakuannya, bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah.



(4)Petrus disebut batu fondasi pertama, karena dia yang pertama memproklamasikan Yesus sebagai Mesias, tetapi dalam kenyataannya, dia hanyalah sebuah batu fondasi dalam pemahamana  bahwa ini adalah  hal yang sama pada semua  rasul



(5)Terlihat  jelas bahwa Markus, yang pengisahannya sepenuhnya bersandar  pada kesaksian  Petrus, mencatat teguran Yesus yang  menyengat Petrus ( Markus 8:33), yang mengabaikan kata-kata pujian yang dicatat oleh Matius


Pengakuan  Petrus, walaupun  layak  menerima pujian, harus dirahasiakan untuk  sementara waktu (ayat 21). Banyak orang yang telah dibingungkan pada tuntutan  Yesus untuk tidak menyuarakan  tentang identitasnya sebagai Mesias.




Ketika setan-setan menyatakan Yesus adalah Anak Allah, juga diminta untuk dirahasiakan ( bandingkan dengan Markus 1:24-25). Alasan  adalah perintah untuk tidak memberitahukan tentang hal terkait ini ada beberapa hal. Pertama,  saat Yesus  memberikan pujian terhadap pengakuan Petrus, Yesus  menyatakan  secara jelas bahwa kesimpulan-kesimpulan Petrus bukan  diungkapkan oleh manusia, tetapi oleh Tuhan (Matius 16:17). Seperti halnya murid-murid telah diyakinkan dari dalam dirinya dengan memberikan perhatian pada kata-kata dan pekerjaan Juru selamat, demikian jugalah  semestinya yang lain. Kedua, Yesus ingin menghindarkan bangkitnya konsep pengharapan-pengharapan yang tidak benar akan  sebuah mesias yang politis, yang akan menyingkirkan perhambaan Roma. Menyatakan secara terbuka bahwa Yesus adalah Mesias Israel akan mengidentifikasikan  jati diri Yesus dengan pandangan-pandangan mereka yang keliru tentang kemesiasan. Mereka harus menanggalkan pemahaman-pemahaman yang keliru dan mengadaptasi pribadi dan rencana  Yesus. Ketiga, sekedar kata-kata tidak dapat dan tidak  cukup untuk menyatakan kebenaran-kebenaran mengenai pribadi-Nya dan karya-Nya[“ Satu hari ketika Yesus sedang berjalan di serambi Salomo bait suci, sekelompok  orang sebangsanya menyapa dia. ‘Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami."’ (Yohn 10:24). Tetapi hal-hal  terbesar dalam hidup  tidak dapat dikatakan  dalam cara seperti itu.  Dapatkan kamu “mengatakan  terus terang” apakah itu kehormatan itu atau apakah kecantikan itu atau apakah kasih? Dapatkah kamu menjelaskan matahari terbenam  kedalam sebuah kalimat? Dapatkah kamu mengungkapkan kemuliaan dan keajaiban sebuah simponi besar dalam sebuah kata  yang  singkat? Tidak satupun kehidupan yang sungguh hebat, yang menggerakan pengalaman-pengalaman atau penemuan-penemuan dapat dikatakan dengan kata-kata yang sederhana. Dan bagaimanakah kita seharusnya mengharapkan semua   hal  yang terbesar dan menggugah diungkapkan dalam kata-kata— yaitu kemuliaan Tuhan pada wajah  Yesus Kristus?  Yesus telah mengetahui bahwa hal ini tidak akan diungkapkan dengan suara proklamasi yang bagaimanapun, “Aku adalah Anak Allah,” keyakinan semacam itu akan lahir didalam hati umat manusia. Tetapi angin bertiup kemana ia mau, dan manusia yang hidup bersama dengan dia dan mengasihi dia belajar tentang naturnya dan namanya.” James S. Stewart, The Life and Teachings of Jesus Christ (Nashville: Abingdon, Festival Edition, 1978), hal. 134.].




Orang menjadi sangat sulit menduga bagaimana dahsyatnya benturan kata-kata Yesus selanjutnya terhadap pengharapan tinggi yang dimiliki murid-murid. Betapa hal yang menggirangkan bagi semua murid  pujian Yesus terhadap Petrus. Tetapi  pengakuan iman ini nampaknya dianulir oleh percakapan Yesus tentang kematian.  “Anak Manusia harus menderita banyak hal, dan ditolak oleh tua-tua dan imam-imam besar dan ahli taurat, dan dibunuh, dan dibangkitkan pada hari yang ketiga” (Lukas 9:22).



Dalam sebuah cara yang secara total melampaui pemahaman murid-murid, Yesus adalah Raja Israel yang mulia, dan Dia tetap saja berkata tentang kematian-Nya. Ada sebuah percampuran antara kemenangan dan tragedi, kedaulatan dan penderitaan, tidak terpahami  bagi mereka.


Hal penderitaan dan kemuliaan tidak hanya sebuah paradoks yang harus  diperhitungkan sejauh kematian Yesus  hal yang dipedulikan, hal ini juga  merupakan prinsip  fundamental bagi pemuridan sejati. Dalam ayat 23-26, Yesus meletakan prinsip untuk pemuridan sejati. Dalam ayat-ayat 23-26, Yesus membentangkan prinsip pemuridan bahwa mereka yang  mau menjadi murid-murid-Nya  yang sungguh-sungguh juga harus bersedia menyerahkan hidup mereka untuk kepentingan Dia. Sebagaimana Matius memberitahukan kepada kita, Petrus terhentak pada pemikiran Yesus yang menyerahkan hidup-Nya ( Matius 16:22).



Bagaimana mungkin Dia adalah Mesias jika Dia harus mati? Namun sebagaimana yang dikemukakan dengan jelas oleh Yesus, paradoks  pemuridan Kristen adalah : bahwa  kita hanya dapat menyelamatkan jiwa kita dengan menyerahkan hidup kita ( ayat 23-26).



Perihal ini terlampau dalam bagi para murid-murid.  Mengherankan sedikit saja bahwa kita tidak memiliki catatan tentang apa yang terjadi selama delapan hari tersebut antara pengakuan hebat dan transfigurasi. Mengetahui bahwa kata-kata-Nya sulit untuk diterima, Yesus memang telah memberikan sebuah janji  yang agaknya memberikan sedikit ruangan bagi pengharapan. “Tetapi aku mengatakan sebenarnya, ada beberapa diantara yang berdiri di sini tidak akan meninggal sampai mereka  melihat kerjaan Allah” (Lukas 9:27).



Selanjutnya: Bagian akhir  PenggambaranTuhan tentang  Yesus


The Transfiguration (Luke 9:18-36)| diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9