“Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.” (Yoh. 13:27)
Meskipun ditulis dalam bentuk imperatif, saya percaya kalimat di atas bukanlah sebuah perintah
dari Tuhan Yesus kepada Yudas Iskariot. Bukan perintah, karena bagaimana mungkin Tuhan Yesus
memerintahkan Yudas untuk melakukan dosa? Namun, jika bukan perintah, apakah itu?
Seperti yang sudah kita renungkan minggu lalu, Yudas melakukan pengkhianatan ini dengan
kebebasan dan kesadaran sepenuh-penuhnya. Iblis masuk ke dalam dirinya tanpa membajak
akal budinya, dan dia mengikuti kemauan Iblis dengan sesadar-sadarnya. Buktinya, ketika Yesus
memberikan roti penanda itu kepada Yudas, dia tidak menolak. Padahal, Yesus berkata bahwa roti
itu diberikan kepada seorang pengkhianat. Setelah dia menerima roti itulah Iblis baru masuk ke
dalamnya. Iblis mempunyai maksud jahat terhadap Yesus Kristus, demikian pula dengan Yudas.
Mereka mempunyai kehendak yang sama dan mereka sama-sama tidak mengetahui bahwa Kristus
justru akan dipermuliakan melalui maksud dan perbuatan keji mereka.
Dalam kedaulatan Tuhan, kehendak mereka yang berbuahkan perbuatan paling jahat justru akan dipakai Tuhan untuk menggenapkan rencana kekal Tuhan. Ini bukan berarti Yudas dan Iblis berjasa dalam sejarah penebusan. Kejahatan mereka memang dipakai oleh Tuhan untuk menggenapkan rencana keselamatan-Nya, tetapi pribadi yang menggenapkan rencana kekal Tuhan dengan cara negatif seperti ini tidak akan mendapatkan pujian dari Tuhan, tetapi hukuman.
Kalimat kutipan di atas dikatakan oleh Yesus Kristus justru ketika kehendak Yudas dan Iblis telah
menjadi satu. Ini adalah hal yang sangat menakutkan. Bukankah Yesus pernah mengajarkan kita
agar berdoa supaya Bapa menjauhkan kita dari yang jahat? Namun di sini, Yesus Kristus seolah-olah
mempersilakan Yudas untuk mengikut Iblis.
Karena itu, perkataan-Nya kepada Yudas itu bukan perintah, tetapi izin untuk menggunakan
kebebasan untuk melawan Tuhan. Mengapa Tuhan memberikan izin seperti ini kepada Yudas?
Pertama, Tuhan dari awal sudah memberikan kebebasan untuk memilih kepada manusia, mulai dari
Adam. Kedua, seperti yang sudah dikatakan di atas, perbuatan Yudas justru akan menggenapkan
kehendak kekal Allah.
Bagaimana kita menggunakan kebebasan kita sebagai manusia? Apakah kita menggunakannya untuk
menjalankan perintah Tuhan, atau melawan Tuhan? Ketika Tuhan mengucapkan kalimat imperatif
kepada kita, apakah itu suatu perintah untuk mengerjakan kehendak-Nya, ataukah izin untuk
melawan-Nya? “Lakukanlah firman dan kehendak-Ku” atau “Lakukanlah apa yang kau mau”? Jika
kita berkeras hati untuk menolak yang pertama, kita akan mendapatkan yang kedua.
Pillar
Pillar
No comments:
Post a Comment