Isu ini , tentang bagaimana Kristus dapat menjadi
satu-satunya jalan menuju Tuhan
merupakan salah satu keberatan
paling pelik yang mengemuka.
Topik ini lazim dipertanyakan terkait dengan isu-isu mengapa orang-orang tak
bersalah menderita. Tetapi sekarang, saya berpendapat, pertanyaan ini
berangkali telah menjadi rintangan-rintangan
terbesar.
Mengapa anda menganggap bahwa Kristus satu-satunya jalan adalah benar?
Saya pikir ini terkait bertumbuhnya
pluralisme dan isu toleransi. Kami telah mendiskusikan hal ini dalam sejumlah kasus dalam budaya
masyarakat kita yang telah mendidik kita
untuk menganggap bahwa toleransi
didefinisikan bersepakat dengan orang
atau setidaknya bersepakat dengan pandangan mereka sehingga memiliki legitimasi yang sama dengan
pandanganmu. Artinya ini adalah egalitarian ( sebuah pandangan bahwa setiap
orang setara sehingga memiliki hak-hak dan kesempatan-kesempatan yang sama-red)
manakala diberlakukan pada kebenaran maka kebenaran itu seiring perjalanan
waktu (sesuai dengan perkembangan zaman). Dengan kata lain, kita menjadi egaliter terkait kebenaran. Ini menarik bahwa
kita masih kerap bersikap elitis ketika
berurusan dengan orang tetapi menjadi egaliter ketika berurusan dengan
kebenaran.
Dalam pandangan saya, seharusnya hal sebaliknya yang terjadi. Kita harus menjadi elitis ketika bersikap pada kebenaran dan menjadi egaliter dalam memandang atau bersikap kepada orang. Artinya, perlakukanlah orang-orang dalam sebuah cara yang toleran yang diperlihatkan sebagai mengasihi dan mempedulikan orang dan sepakat untuk terkadang tak bersepakat tetapi didalam pengertian bahwa ketika kita tidak bersepakat pada sebuah kebenaran maka tidak berarti saya sedang menolak anda sebagai pribadi.
Entah bagaimana orang
cenderung menyatakan bahwa tidak bersepakat dengan pemikiran anda sama
dengan menolak anda sebagai seorang pribadi.
Saya tidak tahu darimana
pemikiran semacam ini datang tetapi anggapan semacam ini bukanlah masalah utama yang sebenarnya.
Anggapan yang demikian dapat melenyapkan semua kemungkinan debat dan dialog di
masa lampau. Anda memiliki ide yang lebih baik bahwa debat dan dialog adalah
hal yang baik. Sekarang, mari kita memperkarakannya bersama. (Yesaya 1:18) Mari
kita memikirkan hal-hal ini secara menyeluruh dan mari kita mengambil sebuah
kesempatan untuk menentukan
pilihan-pilihan evaluasi di “pasar”
ide-ide untuk melihat yang manakah yang bisa kita pegang dan manakah yang
tidak. Itulah yang sesungguhnya sedang
kita lakukan disini sekarang.
Keinginan saya di waktu kebersamaan kita ini hanyalah untuk mengungkapkan ketimbang untuk
memaksakan. Ada
sebuah perbedaan yang teramat besar
antara dua hal tersebut. Saya tidak perlu berpikir bahwa saya harus memanipulasi atau
mengendalikan atau memancing agar anda mau menerima pandangan utama saya.
Tujuan saya tidaklah terutama pada upaya mengubah pikiran anda, dengan mengungkapkan
kepada anda sejumlah perspektif biblikal. Kita bisa jadi beragam dalam perjalan-perjalanan
rohani kita, namun setidaknya adalah hal baik bagi kita untuk memikirkan hal-hal ini secara seksama.
Terutama ketika terkait dengan pribadi dan karya Yesus Kristus yang akan saya
jelaskan, dapat dikatakan figur yang paling unik yang pernah menjelajahi pelataran kemanusiaan dan kita
akan membuat sejumlah komentar terkait hal ini.
Tetapi secara alami, ketika kita mendekati pertanyaan ini,
keberatan yang segera mengemukan adalah bagaimana Kristus dapat menjadi
satu-satunya jalan menuju Tuhan yang berarti jalan yang terlampau sempit.
Beberapa orang akan berkata bahwa karena agama pada dasarnya sama, beberapa
orang merasa apakah hal agama mana
yang saya yakini sungguh penting? Bukankah
keyakinan agama merupakan preferensi personal atau sesuatu yang dibawa
sejak lahir atau sebuah perkiraan bahwa
75% dari dunia ini bukan Kristen, dapatkah mereka semua salah? Gagasan semacam ini mengemuka. Yesus
berangkali satu-satunya jalan bagi anda tetapi bagaimana hal ini membuat Yesus
satu-satunya jalan bagi setiap orang?
Anda lihat, sudah ada sejumlah variasi keberatan. Ketika
pertanyaan ini mengemuka sehingga kita harus mempertimbangkan bahwa ada 3
pilihan dasar.
Seorang dapat berkata bahwa jalan menuju Tuhan tidak sempit dan untuk meninjau
keseluruhan isu dan untuk mengatakan
yang sesungguhnya, sebagaimana dilakukan beberapa orang bahwa Kekristenan
telah diredefinisi didalam banyak kelompok menjadi begitu inklusif
sehingga Kekristenan meliputi kebenaran apapun.
Pertanyaannya adalah : apakah hal itu sungguh-sungguh dapat diterima didalam ide Kekristenan sejati atau Kekristenan orthodoks yang historis dan apakah ide inklusifitas itu bersesuaian atau apakah ide tersebut bertalian secara logis/koheren atau tidak. Pilihan lainnya adalah jika jalan menuju Tuhan sempit pastilah ini salah. Pilihan ketiga adalah :kesempitan jalan ini tidak membuatnya menjadi salah atau benar. Pertanyaanya adalah apakah hal ini benar atau tidak. Ketika C.S. Lewis meletakan imannya pada Kristus, pada puncaknya dia menyampaikan bahwa ia menjadi percaya bukan karena ia ingin menjadi percaya. Faktanya, Kristen bertentangan dengan apa yang disukainya secara amat luar biasa. Kecenderungan yang ada didalam dirinya adalah untuk menentangnya. Faktanya, ujarnya, saya sudah sangat dipuaskan selama ini, saya ateis yang sombong. Kemudian semua sahabat ini, orang-orang yang menjadi sahabat saya, terus saja mendesak-desak saya. Seorang atheis, katanya, kini tidak akan pernah menjadi terlampau hati-hati di hari-hari ini! Anda mungkin membaca sesuatu, anda mungkin berlari ke sesuatu yang bisa jadi faktual dan memang demikian. Ini bukan sesuatu yang benar-benar dia inginkan tetapi ini adalah sesuatu yang memeluknya dengan lembut. Ini bukan seperti pengalaman Paulus. Dia benar-benar bertarung melawan seluruh hal ini. Hal ini terjadi kala Kristus meletakan tangannya diatasnya—yang telah menjadi pengalaman yang tak terbantahkan dalam kehidupannya. Sehingga Lewis telah sampai pada pandangan dimana dia berkata, anda harus memahami, hal ini bukan karena nilai pragmatis apapun yang mungkin dimiliki atau tidak dimiliki oleh Kekristenan, hal ini bukan karena saya merasakan hal yang baik mengenai Kristen, atau kekristenan adalah sesuatu yang ingin saya yakini, saya tanpa direncanakan menjadi seorang Kristen karena saya tanpa direncanakan percaya bahwa Kristen adalah benar. Tidak ada alasan lain saya menjadi percaya tetapi karena saya tanpa rencana berpikir Kristen adalah benar. Saya telah diyakinkan bahwa ada sebuah hal tulus bagi Kekristenan diantara pilihan-pilihan pandangan dunia. Hal semacam ini yang telah menjadi dasar bukti yang terbaik dari semua pandangan dunia yang ada.
Pertanyaannya adalah : apakah hal itu sungguh-sungguh dapat diterima didalam ide Kekristenan sejati atau Kekristenan orthodoks yang historis dan apakah ide inklusifitas itu bersesuaian atau apakah ide tersebut bertalian secara logis/koheren atau tidak. Pilihan lainnya adalah jika jalan menuju Tuhan sempit pastilah ini salah. Pilihan ketiga adalah :kesempitan jalan ini tidak membuatnya menjadi salah atau benar. Pertanyaanya adalah apakah hal ini benar atau tidak. Ketika C.S. Lewis meletakan imannya pada Kristus, pada puncaknya dia menyampaikan bahwa ia menjadi percaya bukan karena ia ingin menjadi percaya. Faktanya, Kristen bertentangan dengan apa yang disukainya secara amat luar biasa. Kecenderungan yang ada didalam dirinya adalah untuk menentangnya. Faktanya, ujarnya, saya sudah sangat dipuaskan selama ini, saya ateis yang sombong. Kemudian semua sahabat ini, orang-orang yang menjadi sahabat saya, terus saja mendesak-desak saya. Seorang atheis, katanya, kini tidak akan pernah menjadi terlampau hati-hati di hari-hari ini! Anda mungkin membaca sesuatu, anda mungkin berlari ke sesuatu yang bisa jadi faktual dan memang demikian. Ini bukan sesuatu yang benar-benar dia inginkan tetapi ini adalah sesuatu yang memeluknya dengan lembut. Ini bukan seperti pengalaman Paulus. Dia benar-benar bertarung melawan seluruh hal ini. Hal ini terjadi kala Kristus meletakan tangannya diatasnya—yang telah menjadi pengalaman yang tak terbantahkan dalam kehidupannya. Sehingga Lewis telah sampai pada pandangan dimana dia berkata, anda harus memahami, hal ini bukan karena nilai pragmatis apapun yang mungkin dimiliki atau tidak dimiliki oleh Kekristenan, hal ini bukan karena saya merasakan hal yang baik mengenai Kristen, atau kekristenan adalah sesuatu yang ingin saya yakini, saya tanpa direncanakan menjadi seorang Kristen karena saya tanpa direncanakan percaya bahwa Kristen adalah benar. Tidak ada alasan lain saya menjadi percaya tetapi karena saya tanpa rencana berpikir Kristen adalah benar. Saya telah diyakinkan bahwa ada sebuah hal tulus bagi Kekristenan diantara pilihan-pilihan pandangan dunia. Hal semacam ini yang telah menjadi dasar bukti yang terbaik dari semua pandangan dunia yang ada.
Mari kita melihat pada pilihan pertama bahwa jalan menuju Tuhan tidak sempit.
Argumenku disini bahwa pandangan semacam ini dapat
berkonflik dengan klaim-klaim yang sangat eksklusif oleh Kristus. Sekarang
ini beberapa orang cerdas dan mereka
berupaya mendefinisi ulang klaim-klaim eksklusif yang diucapkan Kristus atau
mencoba mengatakan bahwa, ya…sepertinya Dia mengatakan demikian tetapi Dia
tidak sungguh-sungguh bermaksud demikian, gereja menjejalkan kata-kata itu
kedalam mulut Yesus.
Kita telah membicarakan mengenai hal ini sedikit dengan keseluruhan isu ini mengenai Yesus menjadi sebuah mitos atau sebuah legenda ketika kita membicarakan diawal tentang Alkitab dan keandalannya.
Tetapi pada dasarnya disini
hendak mengatakan bahwa apa yang dilakukan merupakan pemaksaan pada material
untuk merekonstruksikan atau seorang dapat lebih baik mengatakan untuk
mendekonstruksikan teks tersebut (klaim-klaim Yesus yang sangat eksklusif) agar sesuai dengan parameter-parameter moderen yang lebih
berkonteks pluralistik.
Sebagaimana yang kita ketahui, kita sedang hidup didalam sebuah budaya dimana kebenaran saat ini agaknya dikondisikan (disesuaikan) secara sosial ketimbang sesuatu yang obyektif. Dalam sebuah budaya postmoderen, yang pada kenyataannya ultra moderen, ide tersebut pada dasarnya adalah : segala sesuatu itu bergantung pada apapun yang menjadi panutan. Apa yang benar bagi anda bisa jadi tidak benar bagi saya. Kita akan membicarakan mengenai hal ini segera tetapi mari kita lihat setidaknya teks-teks itu sendiri terlebih dahulu.
Berikut ini adalah apa yang sering orang kira. Bisa jadi ada sebuah gunung dan selagi kita mendaki dan terus mendaki gunung
ini menuju puncaknya, ada jalan-jalan
berbeda untuk mendaki gunung ini. Beragam
orang mendaki melalui rute-rute yang
berbeda,beberapa orang dengan jalur melingkar dan yang lainnya dengan jalur
yang lebih langsung tetapi pada akhirnya mereka semua akan berkumpul di puncak
gunung. Idenya adalah bahwa setiap orang yang berada di puncak akan menyadari
pendakian-pendakian ini pada akhirnya adalah pencarian yang sama. Kita semua
bertemu di puncak dan apapun tuhannya, sesuai dengan bagaimana anda
menentukan siapakah Tuhan itu, kita semua berkata, oh, jadi semua agama
sebenarnya mengenai tuhan yang sama atau mengenai hal yang sama.
Hanya saja terlihat berbeda dalam budaya kita sendiri. Agama sering dipaparkan dalam cara semacam ini atau cara lainnya mereka menggunakan ilustrasi roda. Kita melihat pada roda dan beragam aspek-aspek dan ketika kita melihat pada pusat roda, kita kembali melihat bahwa kita semua sebenarnya seperti bergerak menuju pusat yang sama, entah berangkali kita mengetahui atau tidak apakah itu. Ada sejumlah catatan yang diberikan yang berasal dari alam pluralistik yang berkata, tak ada satupun jalan seseorang dapat mengenali tuhan seperti apakah ini, bagaimana anda tahu bahwa Tuhan tidak dapat dikenali? Segera anda harus menyadari bahwa mereka menggunakan sejumlah fakta untuk menampar dan membuat klaim-klaim sangat spesifik bahwa bermacam orang yang membuat klaim-klaim mengenal Tuhan pada dasarnya orang yang tertipu sama sekali.
Hanya saja terlihat berbeda dalam budaya kita sendiri. Agama sering dipaparkan dalam cara semacam ini atau cara lainnya mereka menggunakan ilustrasi roda. Kita melihat pada roda dan beragam aspek-aspek dan ketika kita melihat pada pusat roda, kita kembali melihat bahwa kita semua sebenarnya seperti bergerak menuju pusat yang sama, entah berangkali kita mengetahui atau tidak apakah itu. Ada sejumlah catatan yang diberikan yang berasal dari alam pluralistik yang berkata, tak ada satupun jalan seseorang dapat mengenali tuhan seperti apakah ini, bagaimana anda tahu bahwa Tuhan tidak dapat dikenali? Segera anda harus menyadari bahwa mereka menggunakan sejumlah fakta untuk menampar dan membuat klaim-klaim sangat spesifik bahwa bermacam orang yang membuat klaim-klaim mengenal Tuhan pada dasarnya orang yang tertipu sama sekali.
Dengan kata lain anda
tidak dapat bersikap netral sama sekali pada hal ini. Disini saya menilai bahwa jenis pandangan semacam ini tidak
mempertimbangkan klaim-klaim dan
mandat-mandat Kristus.
Pada Yohanes 3:18, sebuah pernyataan yang dibuat Kristus,” Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah..” Kerap, Yesus akan berbicara atas dirinya sendiri sebagai Anak Manusia atau Anak Allah. Dia memilki klaim yang sangat kuat yang Dia buat. Pada Yohanes 8:24 Dia berkata,” Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” Kembali ini adalah sebuah klaim yang sangat kuat.
Pada Yohanes 3:18, sebuah pernyataan yang dibuat Kristus,” Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah..” Kerap, Yesus akan berbicara atas dirinya sendiri sebagai Anak Manusia atau Anak Allah. Dia memilki klaim yang sangat kuat yang Dia buat. Pada Yohanes 8:24 Dia berkata,” Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” Kembali ini adalah sebuah klaim yang sangat kuat.
Banyak orang berkata, baiklah,Yesus tidak pernah
sungguh-sungguh telah berbicara banyak mengenai dirinya sendiri tetapi meskipun
Dia tidak benar atau meskipun dia tidak hidup atau meskipun Dia tidak dibangkitkan dari kematian,
pengajaran-pengajaran Yesus tetap masih benar. Ini adalah apa yang menjadi
posisi yang dipegang oleh Gandhi. Gandhi berkata bahwa dia mengagumi
pengajaran-pengajaranya sedemikian besarnya sehingga sekalipun tidak pernah
ada seorang Yesus yang historis, tetap
saja pengajaran-pengajarannya benar bagi saya.
Permasalahannya adalah, pengajaran-pengajaran Yesus
selalu tentang dirinya sendiri—tanpa malu-malu, secara konstan merujuk kembali
kepada diri-Nya. Dia tidak hanya berbicara mengenai hal-hal umum tetapi Dia
berkata, “Kecuali kamu percaya bahwa AKU ADALAH
DIA, maka kamu akan mati dalam dosa-dosamu. Pada Yohanes 14:6, Yesus
berkata,” Akulah jalan dan kebenaran dan hidup; Tidak ada seorangpun yang
datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
Saya juga menerima sebagaimana berbagai pendiri agama-agama
dunia lainnya yang menyatakan bahwa ada
sebuah keunikan radikal pada Kristus dalam sejumlah hal terkait hal ini.
Beberapa orang mempromosikan pengajarannya sebagai satu-satunya jalan menuju
Tuhan. Tetapi sebagaimana saya telah katakan di awal, Kristus mempromosikan
dirinya sendiri sebagai jalan itu sendiri ketimbang serangkaian
pengajaran-pengajaran. Beberapa orang mungkin akan berkata bahwa pengajarannya hanya meneruskan pengajaran-pengajaran yang dikatakan berasal dari berbagai nabi, dan
beberapa lagi berkata bahwa
kebenaran disampaikan dengan banyak cara
,Yesus sangat spesifik dalam hal ini.
Yesus tidak hanya spesifik mengenai eksklusifitasnya tetapi juga mengenai ketuhanannya dan kedudukannya yang unik. Dia membuat pernyataan yang sangat berani ini :
Yesus tidak hanya spesifik mengenai eksklusifitasnya tetapi juga mengenai ketuhanannya dan kedudukannya yang unik. Dia membuat pernyataan yang sangat berani ini :
Yohanes 8:19b“Baik Aku, maupun Bapa-Ku tidak kamu kenal. Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku." Dia yang tidak mengenal Aku, tidak mengenal Bapa-Ku.
Tentu saja ini adalah sebuah klaim yang sangat kuat dan dapat dilihat pada teks lain di Matius 11. Teks ini tepat sebelum teks penting yang telah kita dengarkan :
Matius 11:28-30
(28) Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan (30) ebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."
Pikulah kuk yang Kupasang—terima—Yesus secara
konstan berbicara tentang menerima diri-Nya. Ayat tepat sebelum ini , berkata :
Matius 11:27
Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.
Jadi anda
telah mendapatkan klaim sangat kuat semacam ini yang setidaknya harus
diperhitungkan. Pada Yohanes 14:9, Yesus berkata :
” Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa”
” Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa”
Frasa yang baru saja kita singgung, AKULAH DIA ( I
AM) , kerap dalam huruf tebal, kembali dan selalu kembali ditemukan diseluruh nats kitab suci dalam Perjanjian Baru sebagai
pernyataan klaim yang dibuat Yesus. Klaim AKULAH DIA ,bahwa Dia sedang membuat
hubungan dengan klaim yang diberikan
kepada Musa. Dalil ini telah diberikan kepada Musa di semak yang terbakar dan anda mengingat kembali ketika Musa berkata di
Keluaran 3 :
Keluaran 3:14Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.
Itu adalah nama Satu-Satunya
yang ada. Dia ada didalam dan dari Diri-Nya sendiri. Dia tidak memandang
kepada apapun untuk asal mulanya. Ketika
Yesus berkata orang-orang Yahudi :
Di tempat lain, ketika mereka datang mencari Dia dan ada sebuah kelompok, sejumlah 600 ora diantaranya bersenjata, dan mereka dating di malam hari, sebagaimana anda mengingat kembali di Taman Getesemani, untuk menangkap Dia, mereka datang bersenjata dengan penerangan lentera-lentera, tombak-tombak, obor-obor dan sebagainya.
Yohanes 8:58Bagaimana menurut anda mereka bereaksi terhadap kalimat semacam ini? Ngomong-ngomong, Yesus tidak berkata, saya kebetulan ada atau Aku adalah Dia (I am He), Dia berkata AKULAH DIA (I AM).
Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.”
Di tempat lain, ketika mereka datang mencari Dia dan ada sebuah kelompok, sejumlah 600 ora diantaranya bersenjata, dan mereka dating di malam hari, sebagaimana anda mengingat kembali di Taman Getesemani, untuk menangkap Dia, mereka datang bersenjata dengan penerangan lentera-lentera, tombak-tombak, obor-obor dan sebagainya.
Yohanes 18:4b : "Siapakah yang kamu cari?"
Yohanes 18:5a : “Jawab mereka:
"Yesus dari Nazaret." Kata-Nya kepada mereka: "Akulah Dia (I AM)
[catatan: pada alkitab-alkitab anda mungkin apa yang dikatakan Yesus dalam
huruf miring tetapi frasa ini adalah “ego eime- Akulah Dia)
Yohanes 18:6, “Ketika Ia berkata kepada mereka: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. Sesuatu yang sangat penuh dengan kuasa telah terjadi.
Yohanes 18:6, “Ketika Ia berkata kepada mereka: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. Sesuatu yang sangat penuh dengan kuasa telah terjadi.
Pada kasus lain (Yohanes
8:57-59), ketika Yesus berkata, sebelum Abraham jadi, Aku telah ada .
Orang-orang Yahudi keberatan dengan
pernyataan Yesus dan berkata , "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat
Abraham?" Mereka mengambil batu dan
hendak melempari dia dengan batu sampai mati untuk penistaan
karena mereka memahami bahwa klaim semacam ini
dapat menjadikan diri Yesus sama/setara
dengan Tuhan.
Bersambung ke Bagian 2
Is Christ the OnlyWay? – Part 1, Dr Ken Boa | diterjemahkan oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment