F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Apakah Yang Allah Lakukan Bagi Kita?


Gereja Kristen Injili Nusantara (GKIN)

“R E V I V A L”
Kebaktian Minggu : Jam 09.00 di Hotel Sylvia Lt.4; Pemahaman Alkitab : Rabu, Jam 17.00 di Hotel Dewata

 

Khotbah Minggu, 29 Juli 2012

APAKAH YANG ALLAH LAKUKAN BAGI KITA?

By. Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK.



Rom 5:1-11 - “(1) Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. (2) Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. (3) Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, (4) dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. (5) Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. (6) Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. (7) Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar - tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati -. (8) Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. (9) Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. (10) Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya! (11) Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu”.


D
alam Rom 5:1-11 ini Paulus berbicara secara detail tentang masalah pembenaran orang berdosa oleh Allah melalui Kristus. Terkait dengan hal ini, ada banyak hal yang disinggung juga di dalamnya di antaranya adalah keadaan orang berdosa sebelum percaya / diselamatkan, apa yang Allah lakukan bagi orang berdosa, apa hasil dari tindakan Allah itu dan bagaimana agar manusia bisa dapat menikmati semua hasil itu. Dengan demikian perikop ini sangat padat dengan segala sesuatu yang berkenaan dengan pembenaran kita. Kita akan mempelajari teks ini dalam beberapa bagian sebagaimana yang sudah disinggung di atas :


I.       KEADAAN MANUSIA SEBELUM PERCAYA / DISELAMATKAN.

Teks yang kita bahas memberikan beberapa gambaran tentang orang-orang yang belum percaya / diselamatkan yang juga adalah gambaran tentang keadaan kita dulunya sebelum diselamatkan.

a.      Kita adalah orang-orang durhaka.

Rom 5:6 - Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah.

Jadi sebelum diselamatkan kita disebut sebagai orang-orang durhaka. Apa artinya durhaka? Kata “durhaka” di sini menggunakan kata Yunani “ASEBES”. Menurut Thayer’s Greek Definition “ASEBES” berarti miskin penghormatan kepada Allah, mengutuki Allah. Kata ini lebih banyak diterjemahkan sebagai orang fasik.

1 Pet 4:18 - Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik (ASEBES) dan orang berdosa?

2 Pet 2:5 - dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik (ASEBES)

Jadi boleh dikatakan bahwa orang yang belum percaya kepada Yesus adalah orang-orang yang miskin penghormatan kepada Allah, orang-orang yang mengutuki Allah. Tidak peduli orangnya giat di dalam agamanya seperti berpuasa, sholat 5 waktu dsb, selalu berteriak “Allahhu Akbar”, ia tetap dianggap sebagai orang yang miskin penghormatan pada Allah dan mengutuki Allah. Bahkan seandainya dia adalah orang beragama Kristen yang rajin beribadah, rajin melayani, dsb, dia tetap dianggap sebagai orang yang miskin penghormatan kepada Allah, orang yang mengutuki Allah.

b.      Kita adalah orang berdosa.

Rom 5:8 - Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.

Selain durhaka, kita juga disebut orang berdosa. Di dalam bahasa Yunani ada banyak kata yang diartikan sebagai dosa seperti kakos, paneros, anomos, paraptoma, adikia, dll. Tetapi di sini kata yang dipakai adalah “HAMARTOLOS” yang berasal dari kata “HAMARTIA”. Kata “HAMARTIA” arti dasarnya adalah meleset / luput / tidak mencapai sasaran. Jadi seperti orang yang ingin menembak / memanah pada satu titik tertentu, tetapi ternyata hasil panahan / tembakannya tidak mengena sasaran, atau tidak mencapai sasaran maka itu disebut “HAMARTIA



Jadi semua orang yang tidak percaya kepada Kristus sebenarnya adalah orang-orang yang tidak pernah mencapai atau mengena sasaran yang dikehendaki Allah. Semuanya meleset atau tidak mencapai sasaran yang ditetapkan Allah. Semuanya sesat! Bandingkan :

Kel 32:8 - Segera juga mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban…”

Yes 53:6 - Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
Maz 14:3 - Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak

Inilah keadaannya! Pada saat kita berbuat kejahatan berarti kita meleset dari sasaran yang Allah tetapkan dan ini dosa. Tetapi pada saat kita berbuat baik, perbuatan baik kita tidaklah sempurna sehingga dianggap tidak mencapai sasaran yang Allah maksudkan. Dan itu adalah dosa juga. Jadi baik kejahatan kita maupun kebaikan kita sama-sama adalah dosa di hadapan Allah. Dan lebih daripada itu sebenarnya sebagai orang berdosa, keadaan kita (entah kejahatan maupun kebaikan sama-sama menjijikkan di hadapan Allah). Seperti yang sudah sering saya jelaskan, kebaikan/kesalehan kita digambarkan oleh Alkitab seperti kain kotor.

Yes 64:6a - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor.

Kain kotor di sini bukanlah kain kotor yang biasa. Bandingkan ayat di atas dengan terjemahan berikut :

GW - We've all become unclean, and all our righteous acts are like permanently stained rags (seperti kain yang bernoda secara tetap)….”

Jadi noda dari kain ini adalah noda permanen yang tidak bisa dibersihkan/dihilangkan dengan detergen apa pun. Tapi kain apa ini? Lihat 2 terjemahan berikut :

DRB - And we are all become as one unclean, and all our justices as the rag of a menstruous woman….” (seperti kain dari menstruasi perempuan)

MKJV - But we are all as the unclean thing, and all our righteousnesses are as a menstruation cloth….” ( seperti sebuah kain menstruasi).

Jadi rupanya ini bukan kain kotor biasa tapi kain yang dipakai sebagai pembalut bagi seorang perempuan ketika menstruasi yang akhirnya menjadi kain yang bernoda secara tetap. Zaman dulu sebagai pembalut wanita, dipakai kain saja karena belum ada pembalut modern seperti Laurier, Wings, Whisper, Charm, Softness, Honeysoft, Vclass, Carefree, Softex, Kotex, Protex, dll. Inilah gambaran Alkitab mengenai perbuatan baik kita. Perhatikan bahwa yang mengatakan hal ini adalah Yesaya yang adalah seorang yang percaya, bahkan seorang nabi. Dengan demikian sebenarnya semua kesalehan orang percaya pun tetap seperti kain kotor di hadapan Allah!

Kalau ‘segala kesalehan’ kita digambarkan seperti ‘kain kotor’ di hadapan Allah, bagaimana dengan ‘dosa’ kita? Dosa / kejahatan manusia digambarkan seperti ‘cemar kain’.

Yeh 36:17 - "Hai anak manusia, waktu kaum Israel tinggal di tanah mereka, mereka menajiskannya dengan tingkah laku mereka; kelakuan mereka sama seperti cemar kain di hadapan-Ku.

Apa itu cemar kain? Bandingkan dengan Im 15:20,24

Im 15:20,24 - “(20) Segala sesuatu yang ditidurinya selama ia cemar kain menjadi najis. Dan segala sesuatu yang didudukinya menjadi najis juga. ... (24) Jikalau seorang laki-laki tidur dengan perempuan itu, dan ia kena cemar kain perempuan itu, maka ia menjadi najis selama tujuh hari, dan setiap tempat tidur yang ditidurinya menjadi najis juga”.

Untuk kata ‘cemar kain’ yang pertama (ayat 20) NIV menerjemahkan her period’ (masa datang bulannya), sedangkan untuk kata ‘cemar kain’ yang kedua (ayat 24) NIV menerjemahkan ‘her monthly flow’ (aliran bulanannya). Jadi, kelihatannya yang dimaksudkan dengan ‘cemar kain’ itu adalah cairan darah yang dikeluarkan seorang perempuan pada saat datang bulan. Karena itu Yeh 36:17 di atas di dalam terjemahan BIS berbunyi :

BIS - "Hai manusia fana, ketika orang-orang Israel tinggal di negeri mereka sendiri, mereka telah mencemarkannya dengan tindakan dan kelakuan mereka. Aku menganggap kelakuan mereka itu haram, seperti wanita yang sedang haid.

Jadi Kitab Suci menggambarkan segala kesalehan kita seperti kain kotor, dan menggambarkan dosa / kejahatan kita seperti cairan yang dikeluarkan oleh seorang perempuan pada saat mengalami datang bulan! Merupakan suatu kegilaan kalau kita berpikir bahwa dengan hal-hal menjijikkan itu kita bisa berkenan di hadapan Tuhan atau bahkan layak masuk surga. Siapa un yang menganggap dirinya suci atau lumayan baik, dan bisa mengusahakan kesucian / kekudusan dengan kekuatannya sendiri, apalagi bisa layak masuk surga dengan perbuatan baiknya sendiri, harus merenungkan bagian ini! Jadi keadaan orang-orang yang tidak percaya di hadapan adalah orang-orang yang meleset / menyeleweng dari ketetapan Tuhan. Bukan saja itu tetapi juga sangat menjijikkan di hadapan Tuhan. Dan ini pasti akan mendatangkan murka Tuhan atas mereka semua.

Rom 5:9 - Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.
Bandingkan :

Rom 1:18 - “Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman”.

Inilah kondisi manusia yang tidak beriman kepada Kristus.

a.      Kita adalah musuh / seteru Allah.

Bahwa orang yang tidak percaya adalah musuh / seteru Allah terlihat secara eksplisit dalam ayat 10 :

Rom 5:10 - Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!

Tetapi juga terlihat secara implisit dari ayat 1 :

Rom 5:1 - Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.

Berarti orang yang tidak percaya kepada Yesus Kristus tidak hidup dalam damai sejahtera dengan Allah. Jadi sudah pasti mereka adalah musuh Allah (ayat 10).

Mengapa orang yang tidak percaya menjadi musuh Allah? Karena dosa!
Matthew Henry - Adalah dosa yang membiakkan pertengkaran antara kita dan Allah, bukan hanya menciptakan suatu keadaan tidak dikenal, tetapi suatu permusuhan; kebenaran yang kudus dari Allah tidak bisa dalam kehormatan ada dalam keadaan damai dengan orang berdosa sementara ia terus berada di bawah kesalahan dari dosa.

Adam Clarke - Dalam setiap hati manusia di sana ada suatu kadar permusuhan terhadap kekudusan, dan sebagai akibatnya, terhadap Pencipta dari kekudusan itu. Orang-orang jarang mencurigai hal ini karena salah satu sifat dari dosa adalah membutakan pengertian, sehingga manusia tidak mengetahui keadaan mereka sendiri.

Charles Hodge - Kata ‘musuh / seteru’ diterapkan kepada manusia bukan hanya sebagai gambaran dari karakter moral mereka, tetapi juga dari hubungan di mana mereka ada terhadap Allah sebagai obyek-obyek dari ketidaksenangan-Nya. Di sana bukan hanya ada suatu oposisi yang jahat dari orang berdosa terhadap Allah, tetapi juga suatu oposisi yang kudus dari Allah terhadap orang berdosa.

Jadi kalau saudara tidak percaya kepada Yesus, maka pada dasarnya saudara adalah musuh Allah. Bukan hanya saudara yang memusuhi Allah tetapi Allah juga memusuhi saudara. Bayangkanlah, saudara tidak sementara bermusuhan dengan seorang manusia, saudara tidak sedang bermusuhan dengan seorang pejabat / pembesar, tetapi saudara bermusuhan dengan Allah. Kalau saudara dimusuhi seorang manusia, saudara mungkin masih bisa melawan. Atau paling tidak bersembunyi. Tetapi kalau saudara dimusuhi oleh Allah, saudara mau lari dan bersembunyi di mana? Maz 139:5-12 mengatakan bahwa kemana pun kita pergi, Tuhan akan ada bersama-sama dengan kita. Dia akan menuntun kita. Jadi ayat ini seharusnya disoroti secara positif. Tetapi menurut saya dengan  kemahahadiran Allah seperti ini, maka ada sisi negatifnya yakni tidak ada seorang pun bisa bersembunyi dari hadapan-Nya. Nah, kalau saudara adalah musuh Allah, perhatikanlah kata-kata dalam ayat ini, dan lihatlah bagaimana saudara bisa lolos dari Dia :

Maz 139:5,7-12 – (5) Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku,…. (7) Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? (8) Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau. (9) Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, (10) juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku. (11) Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," (12) maka kegelapan pun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.
Kita tidak mungkin lolos dari musuh seperti ini. Kita pasti binasa! Itulah kondisi kita kalau kita bukan orang percaya.


b.      Kita adalah orang lemah / tak punya kekuatan / tak berdaya.

Perhatikan ayat 6 :

Rom 5:6 - Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah.

BIS - Ketika kita dalam keadaan tidak berdaya, Kristus mati untuk kita pada waktu yang tepat yang ditentukan oleh Allah; padahal kita orang-orang yang jauh dari Allah.
KJV - For when we were yet without strength (kita tanpa kekuatan), in due time Christ died for the ungodly.
Lemah atau tidak berdaya atau tanpa kekuatan dalam hal apa?

Barnes’ Notes : Kata yang digunakan di sini ASTHENOON biasanya digunakan terhadap mereka yang sakit dan lemah, diambil kekuatannya oleh penyakit; Mat 25:38; Luk 10:9; Kis 4:9; 5:15. Tetapi kata itu juga digunakan dalam arti moral, untuk menunjukkan ketidakmampuan atau kelemahan berkenaan dengan perbuatan / usaha atau kewajiban apa pun. Di sini itu berarti bahwa kita adalah tanpa kekuatan ‘berkenaan dengan kasus yang sedang direnungkan oleh sang rasul’; yaitu, kita tidak mempunyai kekuatan untuk menemukan suatu rencana tentang pembenaran, untuk membuat suatu penebusan, atau untuk menyingkirkan murka Allah, dsb.

William Hendriksen: Sementara kita tetap lemah / tak mempunyai kekuatan’, artinya, tak berdaya, secara total tidak bisa menolong diri kita sendiri dari hasil-hasil dari kejatuhan.

Ya, benar sekali! Orang berdosa tidak mempunyai kemampuan apa un untuk bisa menyelamatkan dirinya dari dosa. Banyak orang berdosa berpikir bahwa mereka bisa menyelamatkan diri mereka dengan berbuat baik, tetapi Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa manusia berdosa tidak bisa berbuat baik.

Rom 3:12 - Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak.
Yer 4:22 - "Sungguh, bodohlah umat-Ku itu, mereka tidak mengenal Aku! Mereka adalah anak-anak tolol, dan tidak mempunyai pengertian! Mereka pintar untuk berbuat jahat, tetapi untuk berbuat baik mereka tidak tahu."
Yer 13:23 - Dapatkah orang Etiopia mengganti kulitnya atau macan tutul mengubah belangnya? Masakan kamu dapat berbuat baik, hai orang-orang yang membiasakan diri berbuat jahat?
Seandainya bisa berbuat baik pun, perbuatan baik itu tidak bisa menyelamatkannya sama sekali. (Ingat, tadi sudah saya jelaskan bahwa perbuatan baik kita sama dengan pembalut wanita di hadapan Tuhan). Bahkan kalau orang mau berusaha berbuat baik untuk selamat, dia justru akan dikutuk oleh Allah.

Gal 3:10 - Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat."
Kata-kata ‘yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat’ dalam ayat di atas menunjuk pada orang yang percaya pada keselamatan karena perbuatan baik / ketaatan. Golongan ini kontras dengan golongan dalam ayat 9 yang ‘hidup dari iman’

Gal 3:9 - Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu.
Jadi ayat 9 dan ayat 10a mengkontraskan 2 golongan, yaitu orang yang percaya pada keselamatan karena iman (ayat 9) dan orang yang percaya pada keselamatan karena perbuatan baik (ayat 10). Jelas dikatakan bahwa orang ‘yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat’ ini berada di bawah kutuk. Artinya orang yang mau selamat dengan berbuat baik justru akan dikutuk. Perhatikan bunyi Gal 3:10 ini dalam 2 terjemahan berikut :

FAYH - Dan orang yang menggantungkan keselamatannya kepada Hukum Taurat, berada di bawah kutuk Allah,…”

WBTC - Tetapi orang yang terus berusaha taat pada hukum Taurat, supaya benar di hadapan Allah, ia akan terkutuk,…”

Jadi orang yang berusaha untuk selamat dengan berbuat baik justru akan dikutuk oleh Tuhan. Kondisi orang berdosa ini sama dengan orang yang jatuh ke dalam lumpur hidup. Kalau tidak bergerak maka akan tenggelam perlahan-lahan. Kalau mau bergerak untuk menyelamatkan diri maka akan dengan cepat tenggelam. Jadi mau bagaimana? Benar-benar tidak berdaya bukan. Orang yang jatuh ke dalam lumpur hidup seperti ini tidak mungkin menyelatkan dirinya sendiri. Dia butuh orang dari luar untuk menyelamatkannya. Demikianlah semua orang berdosa adalah orang lemah dan tidak berdaya untuk berbuat baik dan menyelamatkan diri sendiri.

Inilah gambaran Alkitab tentang kondisi semua orang yang tidak percaya / semua orang berdosa sebelum diselamatkan. Dan 4 gambaran ini menunjukkan betapa parahnya / fatalnya kondisi kita secara rohani.

John Stott - Pertama-tama, kita digambarkan  sebagai ‘lemah / tak berdaya’ (ayat 6), tidak bisa menyelamatkan diri kita sendiri; kedua, kita disebut ‘durhaka / jahat’ (ayat 6), karena pemberontakan kita terhadap otoritas Allah; ketiga, kita disebut ‘orang-orang berdosa’ (ayat 8), karena kita telah tidak mengenai tanda kebenaran, bagaimanapun hati-hatinya kita telah membidiknya; dan keempat (ayat 10), kita disebut ‘musuh-musuh / seteru-seteru’, karena permusuhan antara kita dan Allah. Betul-betul suatu penggambaran yang menakutkan dan menghancurkan dari manusia dalam dosa! Kita adalah kegagalan-kegagalan, kita adalah pemberontak-pemberontak, kita adalah musuh-musuh / seteru-seteru, dan kita tidak berdaya menyelamatkan diri kita sendiri.

Adam Clarke - Keadaan mereka dahulu ia tunjukkan dalam empat fakta; yang bisa diterapkan kepada orang-orang secara umum: 1. Mereka adalah astheneis‎, tanpa kekuatan; dalam suatu keadaan lemah, sekarat: tidak bisa menahan / menolak dosa, ataupun melakukan kebaikan apapun: sama sekali tidak mempunyai kekuatan untuk melepaskan diri mereka sendiri dari kesengsaraan dari keadaan mereka. 2. Mereka adalah ‎asebeis‎, orang durhaka / jahat; tanpa penyembahan atau pengenalan tentang Allah yang benar; mereka tidak mempunyai Allah dalam diri mereka; dan karena itu mereka bukanlah pengambil-pengambil bagian dari hakekat ilahi: Iblis hidup di dalam, memerintah, dan memperbudak hati mereka. 3. Mereka adalah hamartooloi‎, orang-orang berdosa, Rom 5:8, mengarah / membidik pada kebahagiaan, tetapi terus menerus luput / gagal mengenai tanda / sasaran, yang merupakan arti ideal dari kata bahasa Ibrani ‎chaaTaa'‎, dan kata bahasa Yunani ‎hamartanoo‎. ... Dan dalam gagal mengenai sasaran, mereka menyimpang dari jalan yang benar; berjalan dalam jalan yang salah; melanggar dengan menyimpang seperti itu; dan dengan melanggar perintah-perintah Allah, bukan hanya gagal mengenai sasaran kebahagiaan, tetapi membuka diri mereka sendiri pada kesengsaraan kekal. 4. Mereka adalah ‎echthroi‎, musuh-musuh / seteru-seteru, Rom 5:10, dari echthros, kebencian, permusuhan, orang-orang yang membenci Allah dan kekudusan; dan bertindak dalam permusuhan yang terus menerus pada keduanya. Betul-betul ada suatu gradasi / perubahan langkah demi langkah di sini!

II.    SIKAP DAN TINDAKAN ALLAH TERHADAP MANUSIA BERDOSA.

Jika demikian kondisi kita apakah yang harus dilakukan Allah bagi kita? Dengan kondisi seperti itu sudah pasti kita akan terkena murka Allah. Tetapi bukan itu yang Allah lakukan. Dia justru menimpakan murka-Nya itu pada Yesus Kristus di atas salib dan dengan demikian Yesus mati ganti kita dan itu menunjukkan kasih-Nya yang besar bagi kita.

Rom 5:6,8 - (6) Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. (8) Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.

Kasih Allah ini makin terlihat hebat jika itu dikontraskan dengan kasih manusia.

Rom 5:7 - Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar - tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati.

Maksudnya, untuk orang yang baik saja sangat sukar ada orang yang mau mati untuknya. Apalagi untuk orang yang benar? Lebih sukar lagi tentunya. Tetapi lebih daripada itu lagi adalah apakah ada orang yang mau mati bagi orang yang tidak baik dan tidak benar? Sepertinya mustahil! Tetapi Kristus justru mau mati untuk orang seperti itu yakni kita orang durhaka, orang berdosa dan orang lemah tak berdaya dan seteru-Nya. Tidakkah ini menunjukkan kasih yang luar biasa?  Akibat dari apa yang dibuat Allah ini maka kita menjadi bebas dari murka-Nya.

Rom 5:9 - Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.
Tetapi bukan itu saja. Ada lagi sejumlah hal yang kita peroleh sebagai akibat dari karya Yesus Kristus ini.

a.      Kita akan mengalami pembenaran / justification.

Rom 5:1 - Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.

Apa artinya pembenaran?

Charles Hodge - Suatu tindakan dari kasih karunia yang bersifat cuma-cuma dari Allah, dengan mana Ia mengampuni semua dosa kita, dan menerima kita sebagai orang benar dalam pandanganNya, hanya karena kebenaran Kristus diperhitungkan pada kita, dan diterima hanya oleh iman.

Jadi arti dari ‘to justify’ (membenarkan) bukanlah ‘menjadikan hidup orang itu menjadi benar’. Juga ‘justification’ (pembenaran) bukan berarti ‘to make holy’ (membuat jadi suci / menguduskan), tetapi hanya merupakan pernyataan hukum yang membenarkan seseorang dalam hubungannya dengan hukum.

Charles Hodge - Jika ‘menyatakan bersalah’ tidak berarti membuat jadi jahat, maka ‘membenarkan’ tidak berarti membuat jadi baik. Dan jika ‘pernyataan bersalah’ merupakan suatu keputusan pengadilan, bertentangan dengan suatu tindakan pelaksanaan, begitu juga dengan ‘pembenaran’. Dalam ‘pernyataan bersalah’ adalah hakim yang menyatakan hukuman kepada orang yang bersalah. Dalam ‘pembenaran’ adalah hakim yang mengumumkan atau yang menyatakan terdakwa bebas dari kesalahan dan diberi hak untuk diperlakukan sebagai orang benar.

Jadi kita bisa saja masih berbuat dosa tetapi di mata Tuhan kita dianggap sebagai orang benar karena Kristus.

b.      Kita akan mengalami pendamaian dengan Allah.

Rom 5:1 - Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.

Tadinya kita adalah seteru / musuh Allah tetapi oleh karena Kristus maka kita lalu menjadi berdamai dengan Allah / hidup dalam damai dengan Allah. Hidup dalam damai bukan hanya berarti penghentian permusuhan tetapi juga hidup dalam persahabatan.

Matthew Henry : Ada hal-hal lain dalam damai ini yang lebih dari sekedar suatu penghentian permusuhan, di sana ada persahabatan dan kebaikan yang bersifat kasih, karena Allah itu atau merupakan musuh yang terbesar, atau merupakan sahabat yang terbaik. Abraham, setelah dibenarkan oleh iman, disebut sahabat Allah (Yak 2:23), yang merupakan kehormatannya,… Kristus telah memanggil murid-muridNya ‘sahabat-sahabat’, Yoh 15:13-15. Dan pastilah seorang manusia tidak membutuhkan hal lain lagi untuk membuatnya berbahagia dari pada mempunyai Allah sebagai sahabatnya! Tetapi ini adalah melalui Tuhan Yesus Kristus - melalui Dia sebagai Pendamai yang Agung, Pengantara antara Allah dan manusia.

Karena itu kita bukan saja berhenti menjadi musuh Allah tetapi juga menjadi sahabat-sahabat dari Allah. Tidakkah sesuatu yang luar biasa kalau Allah adalah sahabat kita? Hal ini secara otomatis akan mengakibatkan adanya damai di dalam hati kita.

c.       Kita akan menerima kepastian keselamatan / keselamatan kita tidak bisa hilang,

Rom 5:2 - Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.

Kasih karunia yang dibicarakan di sini adalah kasih karunia Allah yang menyelamatkan orang berdosa. Kalau dikatakan “kita beroleh jalan masuk kepada kasih karunia ini” artinya sama dengan kita menerima keselamatan. Bandingkan :

Rom 5:9 - Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.Dan sekali keselamatan itu kita terima, keselamatan itu tidak akan pernah hilang. Ini ditunjukkan dengan kata “pasti” di dalam ayat di atas (ayat 9). Tetapi bagaimana kalau kita berdosa? Apakah dosa kita akan menghilangkan keselamatan kita? Sama sekali tidak! Mengapa? Logikanya adalah dulunya kita orang durhaka, orang berdosa/jahat, musuh Allah, tanpa iman, tidak ada setitik kebaikan pun, tidak peduli pada Allah, bejad secara total, pemberontak, dsb tetapi walaupun demikian Allah mau menyelamatkan kita melalui Kristus. Sekarang, setelah kita percaya, kita sudah dibenarkan, kita sudah hidup dalam damai dengan Allah (menjadi sahabat Allah), kita sudah beriman (menjadi anak Allah), kita sudah mendapatkan Roh Kudus, masakah karena dosa-dosa kita Allah lalu membatalkan keselamatan kita dan melemparkan kita ke neraka? Jikalau ini yang mau Allah lakukan, bukankah Ia mempunyai alasan yang lebih kuat untuk melakukannya dulu sebelum kita percaya karena bagaimana pun juga kondisi kita sebelum percaya jauh lebih buruk daripada kondisi kita setelah percaya sekalipun kita masih (banyak) berdosa. Perhatikan perbandingan dalam tabel berikut :


Ya! Allah pasti akan tetap menyelamatkan kita. Dosa-dosa kita memang akan merusak hubungan / persekutuan kita dengan Allah tetapi tidak akan membuat Allah membatalkan keselamatan yang sudah diberikan pada kita karena kalau dulu ketika kita sama sekali bejad Ia sudah mau menyelamatkan kita, Ia pasti akan tetap menyelamatkan kita walaupun kita masih berdosa karena dosa-dosa itu pun sudah dibayar di oleh Kristus di atas salib. Tetapi ingat, ini bukan rekomendasi untuk berbuat dosa seenaknya. Inilah argumentasi yang dibangun Paulus.

Rom 5:10 - Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!

Tetapi bagaimana kalau kita tidak setia dalam artian kita sering melalaikan kehendak-kehendak-Nya?

2 Tim 2:13 - jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.

Bagaimana kalau kita tidak setia dalam artian murtad? Yang ini tidak mungkin terjadi. Kita tidak mungkin murtad! Kalau sampai ada yang murtad, berarti dia tidak sungguh-sungguh beriman. Kalau kita sungguh-sungguh beriman, Allah akan bekerja sedemikian rupa sehingga kita tidak akan murtad.

1 Kor 1:8-9 – (8) Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. (9) Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.

Yud 24 - Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya

Yer 32:40 - Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku tidak akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka; Aku akan menaruh takut kepada-Ku ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan menjauh dari pada-Ku.
Semua ini adalah janji Tuhan. Kalau ada orang yang sungguh-sungguh beriman sampai murtad, maka janji Tuhan ini omong kosong! Tetapi mustahil Tuhan omong kosong! Jadi kalau sampai ada yang murtad pasti ayat-ayat di atas ini tidak berlaku baginya. Mengapa tidak berlaku? Karena dia tidak pernah sungguh-sungguh percaya! Jadi sebenarnya karya Kristus bagi kita membuat kita selamat dan sekali kita selamat kita pasti akan tetap selamat. Perhatikan ayat berikut :

Rom 5:2,5a - (2) Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. ... (5) Dan pengharapan tidak mengecewakan, ... .

Dalam ayat ini dikatakan “kita akan bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Kristus”. Ini tentu ada kaitannya dengan keselamatan kita. Lalu sambungannya adalah “pengharapan itu tidak mengecewakan”. Kalau keselamatan bisa hilang, bukankah kita hanya bisa mengharap untuk menerima kemuliaan Allah tetapi tidak ada jaminan bahwa pengharapan itu tidak mengecewakan? Pengharapan itu bisa saja mengecewakan kalau ternyata keselamatan hilang bukan? Tetapi ayat ini memberikan kepastian bahwa pengharapan itu tidak mengecewakan. Jadi berarti menerima kemuliaan Allah (selamat) pasti terjadi, tidak mungkin hilang!

Orang Arminian percaya bahwa keselamatan bisa hilang. Jikalau demikian bagaimana mungkin mereka bisa mendapatkan kepastian keselamatan? Bagaimana mungkin mereka bisa pasti bahwa mereka akan ke surga kalau tetap ada kemungkinan mereka murtad? Jikalau orang lain bisa murtad dan kehilangan keselamatan, mengapa hal itu tidak bisa terjadi pada mereka? Saya berdiskusi dengan seroang teman Arminian. Dia mengatakan bahwa keselamatan adalah anugerah. Anugerah Allahlah yang menyediakan kapal keselamatan yang bernama Yesus Kristus, anugerah Allah pula yang memasukkannya ke dalam kapal itu. Ini ia sebut sebagai keselamatan awal. Tetapi apakah ia akan masuk ke dalam keselamatan penuh atau apakah ia akan sampai ke pelabuhan surga, itu tergantung dari dia bisa tetap ada di atas kapal keselamatan itu atau tidak. Lalu saya pun mengajukan pertanyaan kepada dia berkaitan dengan kepastian keselamatan. Pertanyaan saya adalah : Permisi tanya pak, seberapa yakinkah anda bahwa anda pasti selamat? Dan apa dasar dari keyakinan anda itu? Dan ia menjawab : Kalau pak Esra tanya pada saya apa saya pasti masuk keselamatan penuh? Saya yakin selagi saya tetap berada dalam kapal keselamatan. Dan saya pun mengajukan pertanyaan selanjutnya : “Yakin selagi berada dalam kapal keselamatan? Lalu seberapa yakinkahkah anda bahwa anda akan tetap ada di dalam kapal keselamatan itu? Dasarnya apa? Lalu apakah ada kemungkinan bahwa anda bisa keluar dari kapal itu? Kalau memang ada kemungkinan seperti itu, bagaimana bisa yakin akan tetap ada di dalam kapal itu? Tolong ini dijawab!” Dan sampai sekarang (khotbah ini disampaikan) dia belum menjawabnya. Memang, jika orang percaya bahwa keselamatannya bisa hilang, menurut saya jika mau jujur, tidak akan pernah ada kepastian keselamatan yang sungguh-sungguh dalam diri orang itu. A. H. Strong mengutip kata-kata Adolph Saphir dalam bukunya ‘Systematic Theology’ halaman 605
sebagai berikut :

“Keberatan saya terhadap Arminianisme atau semi-Arminianisme bukan bahwa mereka membuat jalan masuk sangat lebar; tetapi bahwa mereka tidak memberikan kepadamu apapun yang pasti, aman, dan nyata, pada saat kamu masuk. ... Jangan percaya kepada injil setan, yang merupakan suatu kemungkinan untuk selamat: kemungkinan untuk mendapat keselamatan adalah kemungkinan untuk mendapat penghukuman.

Kata-kata ini bukan main kerasnya. Ajaran Arminian disebut sebagai ‘injil setan’.

Loraine Boettner - Seorang Arminian yang konsisten, dengan doktrinnya tentang kehendak bebas dan kemurtadan, tidak akan pernah dalam hidup ini mempunyai keyakinan akan keselamatan yang kekal. Ia memang bisa mempunyai keyakinan untuk keselamatannya saat ini, tetapi ia hanya bisa mempunyai pengharapan tentang keselamatan akhirnya. Ia bisa menganggap keselamatan akhirnya sebagai sangat memungkinkan, tetapi ia tidak bisa mengetahuinya sebagai suatu kepastian. Ia telah melihat banyak sesama kristennya mundur dan binasa setelah melakukan permulaan yang baik. mengapa ia tidak bisa melakukan hal yang sama? (‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal. 193).

Loraine Boettner - Kepastian bahwa orang-orang Kristen tidak pernah bisa dipisahkan dari kasih Allah adalah salah satu penghiburan terbesar dari kehidupan Kristen. Menyangkal doktrin ini sama dengan menghancurkan dasar untuk sukacita apapun di antara orang-orang kudus di bumi; karena jenis sukacita apa yang bisa mereka miliki jika mereka percaya bahwa pada setiap saat mereka bisa ditipu dan disesatkan? ... Hanya kalau kita menghargai dengan seharusnya kebenaran yang hebat ini, bahwa keselamatan tidak tergantung pada kasih kita yang lemah dan berubah-ubah kepada Allah, tetapi pada kasihNya yang kekal dan tak berubah kepada kita, maka kita bisa mendapatkan damai dan kepastian dalam kehidupan Kristen. (‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal. 194-195).

Alan P. F. Sell mengutip kata-kata Thomas Watson (1620-1686) sebagai berikut :

“Alangkah tidak ada harapannya doktrin Arminian tentang kemurtadan! Hari ini seorang kudus, besok seorang yang ditetapkan binasa; hari ini seorang Petrus, besok seorang Yudas. Ini pasti memotong otot dari usaha Kristen, dan seperti melubangi bejana: untuk membuat semua anggur sukacita keluar ... Penghiburan apa untuk mendapati nama seseorang tertulis dalam kitab kehidupan, jika itu bisa  dihapus lagi? Tetapi yakinlah, untuk penghiburanmu, kasih karunia, jika itu benar / sejati, tetapi tidak pernah begitu lemah, akan bertekun. (‘The Great Debate, Calvinism, Arminianism and Salvation’, hal. 30).

Ya, berbeda dari ajaran Arminian, di sini Paulus justru mengajarkan bahwa karya Kristus di atas kayu salib akan menjadi jaminan kepastian keselamatan kita.

Demikianlah sejumlah hal yang dihasilkan dari karya Kristus di atas kayu salib.

I.       BAGAIMANA MEMPEROLEH SEMUANYA ITU?

Kita sudah melihat apa yang disedikan Allah melalui pengorbanan Kristus di atas kayu salib yakni pembenaran, perdamaian dengan Allah dan kepastian keselamatan.  Tetapi bagaimana caranya agar kita bisa menerima semua hal itu? Caranya sederhana saja yakni melalui iman kepada Kristus.

Rom 5:1-2 - (1) Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. (2) Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah”.

Dengan beriman kepada Kristus, saudara akan bebas dari murka Allah, saudara akan dibenarkan oleh Allah, diperdamaikan oleh Allah dan diselamatkan oleh Allah. Saudara akan mempunyai pengharapan untuk masuk ke dalam kemuliaan Allah kelak, dan pengharapan itu tidak akan mengecewakan. Dengan kata lain saudara diberikan kepastian keselamatan. Tetapi kalau saudara tidak mau percaya / beriman sungguh-sungguh kepada Kristus, semua hal ini tidak akan menjadi milik saudara. Yang terjadi adalah ini saudara hidup tanpa pengharapan dan tanpa Allah.

Efs 2:12 - bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia”.

Selain itu murka Allah akan tetap ada di atas saudara.

Yoh 3:36 – “… barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.’”.

Perhatikan bahwa kata-kata “murka Allah tetap ada di atasnya” menunjukkan bahwa pada semua orang sejak dari mereka lahir, murka Allah sudah berada di atas mereka. Kapan mereka percaya / beriman kepada Kristus  barulah murka itu disingkirkan tetapi sepanjang mereka tidak percaya, murka itu tetap ada di atas mereka. Mau pilih yang mana? Kalau mau hidup tanpa pengharapan, tanpa Allah dan murka Allah tetap di atas saudara, maka tetaplah dalam ketidakpercayaan saudara kepada Kristus. Tetapi kalau mau murka Allah itu disingkirkan, saudara dibenarkan oleh Allah, diperdamaikan dengan Allah dan diberikan kepastian keselamatan, maka percayalah / beriman sungguh-sungguh kepada Kristus. Pilihan ada di tangan saudara!


- AMIN -

No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9