Oleh: Martin Simamora
Sepuluh Bagian
Kedua
Yesus Kristus Dihadapan Iblis & Kuasa Pembebasan-Nya Atas Manusia
(Lebih dulu di “Bible Alone”-Sabtu,30Juli 2016- telah diedit dan dikoreksi)
Bacalah
lebih dulu: “bagian 14”
Pendeta Erastus Sabdono versus
Injil, Dalam Ketakberdayaan Allah Atas Corpus Delicti & Iblis
Sementara pendeta Dr.
Erastus telah menunjukan bahwa Allah memiliki problem terhadap iblis untuk
membuktikan kesalahan iblis secara telak tanpa dapat berkelit, sebaliknya injil
secara keseluruhan membantah pengajaran tersebut bahkan menunjukan Yesus sebagai yang memiliki kuasa apapun
terhadap iblis atas manusia, sebab sama sekali tak ada problem corpus delicti ala
pendeta Erastus. Pada injil bahkan kita melihat bagaimana Yesus memiliki
hubungan dengan para murid-Nya secara langsung dengan iblis dan pemerintahannya
yang bukan saja berupa pengajaran atau
sabda, bukan sekedar Yesus saja yang berurusan dengan iblis tetapi bagaimana
Yesus memberikan otoritas kepada para
murid-Nya sehingga berkuasa untuk menaklukannya:
Markus
3:14-19 Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan
untuk diutus-Nya memberitakan
Injil dan diberi-Nya kuasa
untuk mengusir setan. Kedua belas orang yang
ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Yakobus anak
Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberi-Nya nama Boanerges,
yang berarti anak-anak guruh, selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus,
Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot,
yang mengkhianati Dia.
Pada
teks injil ini apa yang menjadi relasi Yesus terhadap orang-orang yang mau
menjadi murid-muridnya bukan sebagaimana yang
diajarkan oleh pendeta Erastus:
Manusia
harus dihukum,tetapi Allah ingin mengampuni manusia. Oleh sebab itu harus ada
yang memikul atau menanggung dosa manusia tersebut. Itulah sebabnya Bapa
mengutus Putera-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus untuk menggantikan tempat manusia
yang harus dihukum tersebut. Ini dilakukan-Nya untuk memenuhi atau menjawab
keadilan Allah. Sekaligus oleh ketaatan-Nya ia bisa menjadi
CORPUS DELICTI yang mebuktikan bahwa seharusnya anak-anak Allah dapat taat dan
menghormati-Nya dengan benar. Iblispun terbukti dan pantas dihukum[halaman
37- “Aturan Main,” Majalah Truth edisi 26]
Relasi
antara Yesus dengan para murid bukan
dalam konteks “corpus delicti” sehubungan dengan problem Allah terhadap iblis
bahwa hingga saat ini tak ada bukti apapun yang membuktikan kesalahan iblis
sehingga dapat pantas dihukum dalam cara apapun juga.
Relasi
Yesus terhadap para murid-nya terkait iblis secara langsung adalah:
Para
murid Yesus memiliki kuasa untuk mengusir setan
Artinya para murid yang baru
saja dipilih dan baru saja
diutus dan baru saja diutus untuk tujuan
memberitakan injil telah diperlengkapi oleh Yesus dengan kuasa atas setan dan
segala pekerjaannya. Apa yang menakjubkan adalah bagaimana bisa para murid itu
berotoritas atas setan, bahwa itu dimiliki berdasarkan relasi kemuridan yang
berlangsung dalam diri mereka terhadap Yesus, berdasarkan Yesus yang mereka
bawa pada diri mereka dan itu yang membuat iblis bertekuk lutut dan takluk
kepada para murid dalam cara yang sangat bertentangan dengan corpus delicti.
Corpus delicti secara gamblang menunjukan bahwa iblis sampai kini (kini saat
ini, saat anda membaca ini) masih belum bersalah sehingga iblis tak dapat
disentuh dengan segala ragam penghukuman, sehingga relasi Yesus dengan para
murid Yesus telah digubah oleh pendeta Erastus menjadi relasi corpus delicti
yang semata menekankan dapat mentaati dan menghormati Allah secara benar
sebagaimana Yesus dengan satu catatan mahapenting bahwa dalam melakukannya,
iblis belum terbukti bersalah dan para murid harus membantu Allah dan Yesus
agar kelak pada satu saat yang tak dapat ditentukan sebab begitu bergantung
pada kekuatan manusia untuk mau menjadi corpus delicti hingga mati.
Harus
dikatakan,justru, dalam hal ini Yesus datang dengan menghadirkan barang bukti bahwa
Allah tak memiliki problem terkait corpus delicti dalam cara yang begitu
ekstrim, yaitu menggunakan manusia-manusia pilihannya yang
masih berdosa dan masih dapat terus
berdosa untuk mengusir setan secara memalukan dan setan tak dapat
berdalih dengan menolak untuk mentaati para murid Kristus tersebut. Jadi sama
sekali tak terbukti hingga kini iblis tak terbukti bersalah, sebaliknya iblis
telah menjadi bulan-bulanan para manusia yang masih berdosa dan masih dapat
berdosa namun selama memiliki relasi kemuridan dengan Kristus, semuanya
berkuasa menaklukan iblis sebagai para penjahat yang dapat mereka hancurkan
pekerjaannya dan mereka permalukan di hadapan mata para manusia. Coba
perhatikan hal-hal berikut ini:
Matius
10:1 Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada
mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala
penyakit dan segala kelemahan.
Markus
6:6-7 Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. (6-6b) Lalu Yesus berjalan
keliling dari desa ke desa sambil mengajar. Ia memanggil kedua belas murid itu
dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat,
Lukas
9:1-2 Maka
Yesus memanggil kedua
belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada
mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan
penyakit-penyakit. Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan
untuk menyembuhkan orang,
Markus
6:12-13 Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus
bertobat, dan mereka
mengusir banyak
setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan
mereka.
Matius
10:5-8 Kedua
belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka:
"Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota
orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat
Israel. Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang
sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah
setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu
berikanlah pula dengan cuma-cuma.
Lukas
10:1,17-18 Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus
mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota
dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.[…] Kemudian ketujuh
puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: "Tuhan,
juga setan-setan
takluk kepada kami demi nama-Mu."
“demi namamu,”
apakah maksudnya, ini luar biasa karena demi namamu bukan seperti “demi Martin”
sebab Martin tak memiliki pemerintahan
dan kuasa atas iblis. Mereka mendatangi iblis dan mereka menaklukan iblis bukan
demi nama sendiri tetapi demi sebuah nama dan lebih dari sekedar nama, tetapi sebuah pemerintahan yang berkuasa penuh
untuk menghakimi iblis dan kerajaannya dalam sebuah kuasa
yang bahkan tetap bekerja sekalipun penyataan atau penyingkapan realitas iblis
terhadap Allah dilakukan oleh manusia-manusia fana yang pada dirinya tak
berkuasa atas iblis. Ketika Yesus mengutus dan memperlengkapi mereka dengan kuasanya maka nyata
terlihat seperti apakah sesungguhnya kuasa Yesus itu dan terlihat nyata seperti
apakah kuasa penghakiman itu bahkan kala dilakukan atau dieksekusi oleh
manusia-manusia fana yang berada di dalam pengutusan Yesus.
Sehingga siapakah
Yesus sesungguhnya terhadap iblis dalam cara yang begitu ekstrim dan
begitu menista iblis menjadi teramat penting! Yesus Sang Kristus telah
mempermalukan dan mempecundangi iblis melalui manusia-manusia fana yang tak
berkuasa sama sekali atas iblis dan dilakukan sementara Yesus tak sedang
beserta dengan mereka: “mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya
ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.”
Iblis telah
dipecundangi oleh manusia berdasarkan kuasa nama Yesus atau berdasarkan relasi
percaya pada Yesus yang mengutus mereka, bukan karena Yesus hadir beserta
mereka.
Mengenai Yesus
sendiri, sebagaimana yang telah disabdakannya sendiri merupakan figur yang begitu ketat dan tak bercela dalam keselarasan seluruh dirinya dengan
Bapa dalam sebuah cara yang membuatnya tak mungkin dipisahkan sehingga
tak
mungkin sama sekali untuk dikatakan antara Yesus dan Bapa memiliki
keduaan pikiran memerintah dan memiliki keduaan kehendak memerintah,
sehingga membuat Yesus berpotensi untuk gagal dan berdosa terhadap apa yang
menjadi pikiran dan kehendak Bapa dalam Ia telah menjadi manusia (Yohanes 1:14;
Ibrani 1:6;Ibrani 10:5; Ibrani 5:7) sebagaimana telah dinyatakannya:
Yohanes
5:19 Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari
diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa
mengerjakannya; sebab apa yang
dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.
“Anak
tidak dapat…jikalau tidak Ia melihat Bapa” menunjukan kemanusiaan Yesus
melayani Dia yang mengutus Bapa. Relasi yang menunjukan Yesus begitu bergantung
pada Bapa merupakan bukti bahwa Yesus memang sungguh-sungguh manusia tetapi
ketika ia berkata “jikalau tidak Ia melihat Bapa” telah menunjukan bahwa di
dalam Ia manusia, Ia adalah manusia yang tak memiliki cela sedikitpun baik di
hadapan iblis dan di hadapan manusia. Sangat menarik memahami “melihat Bapa”
dalam penjelasan Yesus berikut ini:
Bapa
yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah
mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat-
Yohanes 5:37
Yesus
Sang Kristus adalah satu-satunya manusia yang dapat senantiasa melihat Bapa.
Terkait
kerendahan Yesus terhadap Bapa, beginilah Surat Ibrani menjelaskannya:
Ibrani
2:7,9 Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu yang
singkat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, dan telah
memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat, Tetapi Dia, yang untuk
waktu yang singkat dibuat sedikit lebih
rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh
karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh
kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.
Kerendahan
Yesus terhadap Bapa,dengan demikian, harus dipahami bukan untuk tujuan
menunjukan Yesus lebih rendah terhadap Bapa sebagai pokok pemberitaan tetapi
apakah tujuan Bapa MEMBUATNYA lebih rendah bahkan daripada malaikat-malaikat.
Terkait
kerendahan Yesus terhadap Bapa, beginilah rasul Paulus menjelaskannya:
Filipi
2:5-8 Hendaklah
kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga
dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak
menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa
seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan
dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib.
Sebuah
kerendahan yang terjadi berdasarkan kesukarelaan atau berdasarkan kehendak Allah Sang Firman (Yohanes 1:14) untuk sebuah
tujuan yang telah disepakati oleh Bapa dan Anak agar dilakukan Anak dalam rupa
manusia. Manusia Yesus dalam taat sampai mati bahkan sampai mati di kayu salib
adalah manusia: walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan
Allah sebagai milik yang harus dipertahankan!
Terkait
kerendahan Yesus terhadap Bapa, beginilah rasul Yohanes menjelaskannya:
Yohanes
1:14,18 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita
telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai
Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Tidak seorangpun yang
pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa,
Dialah yang menyatakan-Nya.
Terkait
kerendahan Yesus terhadap Bapa, beginilah Yesus sendiri menjelaskannya:
Yohanes
5:19 jikalau
tidak Ia melihat Bapa
mengerjakannya; sebab apa yang
dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak
Itu sebabnya keselarasan
dan kesatuan Anak dan Bapa bukanlah keadaan yang diperjuangkan oleh mahkluk
yang berbeda kelasnya untuk menjadi sama seperti Bapa. Surat Ibrani terkait ini
berkata mengenai kesatuannya dengan Bapa sebagai tak terpisahkan dan berada
dalam pemerintahan bersama dengan Bapa:
Ibrani
1:3 Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala
yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan
penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di
tempat yang tinggi,
“Ia
mengadakan penyucian dosa” telah
dilakukannya sebagai manusia yang merupakan tujuan dari tindakan Allah untuk membuatnya
menjadi lebih rendah bahkan daripada malaikat-malaikat:
Tetapi
Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit
lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita
lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan
hormat, Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah--yang bagi-Nya dan oleh-Nya
segala sesuatu dijadikan--,yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada
kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan,
dengan penderitaan. supaya oleh kasih karunia Allah Ia
mengalami maut bagi semua manusia. Sebab Ia yang
menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal
dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara,- Ibrani
2:9-11
Sementara
itu “duduk
di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi” merupakan
kedudukan semula Yesus sebelum ia dibuat Allah menjadi lebih rendah untuk
sebuah tujuan penyelamatan dan pengudusan manusia bagi Bapa-Nya. Itu terjadi
setelah Ia selesai melakukan apa yang hanya dapat dilakukan jika ia telah
direndahkan terlebih dahulu: “Tetapi Dia,
yang untuk waktu yang singkat dibuat
sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita
lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan
hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami
maut bagi semua manusia… Karena anak-anak itu
adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan
dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut”-
Ibrani 2;9,14
Sehingga
Yesus berbeda
sama sekali dengan kasus dosa
yang dilakukan oleh oknum berikut ini:
Yesaya
14:13-14 Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak
naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah,
dan aku
hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku
hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan,
hendak menyamai Yang Mahatinggi!
Pada poin ini jelas
Yesus diutus oleh Bapa bukan sama sekali diutus untuk menjadi corpus delicti
sebaliknya untuk memusnahkan kuasa iblis TERHADAP MANUSIA sementara memang
Allah berkuasa penuh dan tak memiliki problem apapun terhadap iblis. Apa yang
dilakukan Allah dalam pengutusan Anak ke dalam dunia adalah sebuah pengatasan
problem manusia terhadap iblis selama-lamanya. Bukan sama sekali terkait Allah
bercela terhadap iblis terkait ketiadaan corpus delicti atau bukti kejahatan
untuk menghakimi dan membinasakan iblis.
Dalam aspek apapun
tak akan pernah ada satu saja mahkluk ciptaan dapat masuk ke dalam keselarasan
hingga mencapai keidentikan sempurna pada pikiran dan kemampuan bertindak Allah
seperti yang diungkapkan Yesus: “sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga
yang dikerjakan Anak,” karena untuk dapat melakukan hal semacam itu
maka siapapun manusia itu haruslah tak memiliki problem terhadap pertanyaan ini:
“Dapatkah
engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa?-
Ayub 11:7. Ketika Yesus berkata dalam Ia menjadi manusia dan bergantung begitu
total pada Allah dalam perkataan seperti ini: “apa yang dikerjakan Bapa, itu
juga yang dikerjakan Anak” maka Yesus benar-benar memahami, berkuasa dan
berotoritas untuk menyatakan:
╟“kebesaran-Nya
tidak terduga- Maz 145:3,
╟Engkau
besar dan melakukan keajaiban-keajaiban; Engkau sendiri saja Allah- Maz 86:10,
╟TUHAN
adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah- Maz 95:3!
“Anak tidak dapat
mengerjakan sesuatu dari dirinya sendiri,” dengan demikian, tidak sama sekali
menunjukan bahwa ia sejenis ke-allah-an yang lebih rendah sehingga Anak adalah
Allah yang sedikit lebih rendah daripada Bapa, atau ada 2 Allah dalam
pengajaran Alkitab, tidak demikian! Selain hendak menunjukan di dalam
kemanusiaannya, Yesus, tidak terpisahkan sama sekali dengan Bapa dan “apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang
dikerjakan Anak.”
Ini menunjukan ketakbedaan kuasa yang dimiliki
oleh Yesus dan Bapa dalam sebuah relasi yang bersekehendak dan bersepikiran
dalam dua yang tak berbedakan dalam derajatnya sementara dalam
kemanusiaannya secara nyata dapat dilihat kebedaan derajatnya dengan Bapa
sebab Yesus dapat mengalami penderitaan,
dapat mengalami maut dan dapat mengalami kebangkitan tak sebagaimana Bapa,
sebagai sebuah kealamian “Ia dibuat lebih
rendah bahkan daripada malaikat untuk sementara waktu.”
Rasul Yohanes, pada
pembukaan injilnya, telah menekankan ini sejak semula: “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang
telah jadi dari segala yang telah dijadikan”- Yoh 1:3, yang tak lain sedang
menunjukan ketinggian dan kemuliaan pada Yesus dalam kemuliaan yang dimilikinya
sejak semula [Yohanes 17:5]
dihadapan Bapa, tepat sebagaimana Bapa adanya atau dalam bahasa Yesus: “sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga
yang dikerjakan Anak.” Jadi ini adalah kuasa pada Anak yang memang telah
dimilikinya sejak “pada mulanya
bersama-sama dengan Allah dan adalah Allah- Yoh 1:-12” yang ketika ia
datang ke dalam dunia dinyatakan atau disingkapkannya kepada umat manusia
olehnya sebagai manusia atau dalam keadaan ia telah dibuat menjadi lebih rendah
daripada malaikat, apalagi Bapa dalam sebab ia dapat mati dan mengalami maut. Tetapi
kematiannya bukanlah kematian bagi diri sendiri dan bukan kematian seorang
martir, sebab Yesus sendiri berkata
bahwa kematiannya akan mengakibatkan banyak orang menjadi datang kepadnya dan
menerima berkat keselamatan yang dihasilkan oleh kematiannya:
Yohanes
3:13-15 Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia
yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama
seperti Musa meninggikan
ular di padang gurun, demikian
juga Anak Manusia harus ditinggikan
supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Yohanes
12:31-32Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa
dunia ini akan dilemparkan ke luar; dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan
menarik semua orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya
untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.
Matius
20:17-19 Ketika Yesus akan pergi ke
Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada
mereka di tengah jalan: Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan
Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan
mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka
akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia
diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan
pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." [bandingkan dengan: Mat
12:39-40; Matius 16:21; Yoh 10:17-18; Matius 16:21;Matius 20:17-19; Mat
27:62-64; Markus 10:32-34; Lukas 18:31-34; Mat 26:20-30; Mark 14:17-26; Luk
22:14-38; Yohanes 13:21-30]
Inilah pondasi
bagi kehidupan etika atas
perkataan-perkataan atau pengajaran-pengajaran dan perbuatan-perbuatan Yesus
selama di dunia dan dalam relasinya terhadap para murid! Tak ada sama sekali
gagasan dan instruksi Yesus kepada para murid yang mengindikasikan dalam cara
bagaimanapun, Allah memiliki problem yang tak terkendalikan oleh-Nya sehingga
membutuhkan bantuan-bantuan manusia. Ketaatan dan penghormatannya kepada Bapa,
itu tak bisa dipisahkan dari ketakterpisahan-Nya dari Bapa yang menyingkapkan
kesebangunan kehendak dan kuasa untuk melakukan kehendaknya di Bumi ini
sebagaimana Bapa. Itu juga sebabnya ia di bumi ini, tetap berkata: “Aku
dan Bapa adalah satu”- Yohanes
10:30. Ketika ia menyatakan dirinya satu
dengan Bapa, itu lebih dari sekedar bahwa ia dan Bapa “sekelas” dan tak
terpisahkan sementara dapat dibedakan, tetapi menununjukan bersama-sama memerintah.
Sebagaimana Bapa memerintah, demikian juga Anak. Antara Anak dan Bapa, saat
itu, bersama-sama melakukan apapun juga yang hendak diwujudkan di dunia ini: “Sebab
Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk
melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku- Yoh 6:38 yang
menunjukan kesatuan pemerintahan yang berlangsung dalam sebuah tatanan atau order/keteraturan yang disetujui oleh Bapa dan Anak untuk saling menerima, untuk
saling menyetujui pada setiap apapun yang dikehendaki dan bagaimanakah itu
harus diwujudkan, yaitu: dengan cara: Bapa mengutus Anak ke dunia, Anak
menerima pengutusan di sorga dan turun ke dalam dunia dalam rupa manusia
sebagai yang berotoritas penuh sebagaimana Bapa sehingga apapun yang dilakukan
Anak selama di dunia akan tergenapi dalam realitas dan kebenaran tak bercelaan namun
begitu mulia dalam ukuran-ukuran Bapa. Apapun ukuran pada diri Bapa, Anak bukan
saja memilikinya tetapi berkuasa untuk mewujudkannya tepat sebagaimana Bapa
menghendakinya. Relasi semacam ini tidak mungkin terjadi dalam sebuah
pertarungan kelas, sebab mana mungkin
Allah berbagi dalam cara apapun kepada selain dirinya atau di luar
dirinya: “Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan
kemuliaan-Ku kepada yang lain-Yesaya 42:8 dan “Aku,
Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku”-
Yesaya 43:11. Itulah sebabnya, sekali lagi, ketika ditanyakan dimanakah atau tunjukanlah Bapa itu kepada
kami, ia telah menjawab dalam cara yang tegas menggenapi Yesaya 42:8 dan Yesaya 43:11 dalam cara seperti ini: ”
Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian
lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun
engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa
telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa;
bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah
Bapa itu kepada kami”- Yohanes 14:9. Tidak
ada keduaan eksistensi Tuhan seperti dua pribadi yang terpisah satu
sama lain dan tidak ada jenis
tuhan lain yang lebih rendah daripada Bapa! Sejak semula konsep atau
gagasan semacam ini telah dieliminasi oleh Yesus dengan berkata: “melihat Aku, melihat Bapa” sementara ia memang ada di dunia ini
dan Bapa berada di sorga [itu
sebabnya di dalam Alkitab “suara Bapa” digambarkan sebagai datang dari langit,
misal: “Lalu terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku yang
Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan- Markus 1:11."]
Jika pendeta Dr.
Erastus Sabdono mengajarkan bahwa Yesus datang
ke dalam dunia ini selain untuk memikul penghukuman ganti
manusia-manusia (tanpa kuasa penebusan dari pemerintahan iblis, perhambaan
maut, dan tanpa kuasa pengudusan), juga untuk menjadi corpus delicti bagi
manusia, yaitu: anak-anak Tuhan
seharusnya dapat taat dan menghormati Allah sebagaimana Yesus, maka harus dipahami bahwa Yesus
telah membantah sepenuhnya pandangan dan ajaran
corpus delicti semacam itu kala ia menyatakan segenap ekesistensinya
baik perkataan dan perbuatan tanpa jedah atau tanpa interval adalah dia yang
satu dengan Bapa atau dia yang berada di dalam dan memerintah kerajaan sorga [Matius 3:2-3,12-17], bahkan berkuasa
untuk melakukan penghakiman termasuk melemparkan siapapun ke dalam api yang tak
terpadamkan [Mat 3:12].
Salah satu kuasa
Yesus Kristus yang menunjukan bukan saja bahwa ia dan Bapa berada di dalam satu
pemerintahan tetapi bersama-sama dengan Bapa memerintah, yaitu kuasanya untuk
menghakimi bukan saja di dunia ini tetapi untuk menentukan kebinasaan atau
kehidupan. Ia berkuasa untuk menentukan manusia-manusia, apakah untuk mengalami
kebinasaan atau kehidupan, sementara dunia masih berputar pada porosnya.
Perhatikanlah hal
ini:
╟Matius
13:30 Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu
aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah
berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam
lumbungku."
Pengajaran
Yesus, satu ini, merupakan pengajaran yang menyingkapkan betapa kuasanya
berkuasa untuk menentukan keakhiran segala sesuatu, termasuk bagaimanakah
keakhiran pekerjaan-pekerjaan iblis di dalam dunia ini [sebab kekuasaan Yesus
atas manusia-manusia secara ketat berkaitan dengan pemerintahan iblis di dunia
dan atas setiap manusia:” Apakah
sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap
firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan
keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak
hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia
berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan
bapa segala dusta.” Yoh 8:43-44]. Sebuah manifestasi
kuasa Yesus yang bekerja secara tak kasat mata namun secara absolut melucuti
dan menjungkalkan tatanan pemerintahan iblis.
Desakan Untuk Segera
Membinasakan Atau Mengakhiri Rejim Iblis
Bahkan dalam hal ini,
Yesus Sang Hakim terkait desakan para
murid untuk segera saja menghabisi rejim iblis di dunia ini, menjawab
mereka begini:
╟Matius
13:24-30 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka,
kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih
yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah
musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi.
Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka
datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah
benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab
tuan itu: Seorang musuh yang
melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah
tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu?Tetapi ia
berkata: Jangan, sebab mungkin gandum
itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama
sampai waktu menuai.
Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang
itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum
itu ke dalam lumbungku."
[“musuh,”
siapakah ini? Bandingkan dengan Lukas 8:12]
Pada
teks ini terjawab sebuah pertanyaan mahapenting bagi manusia, yaitu: mengapa hingga kini iblis masih saja bekerja
jika benar Allah telah menaklukan iblis dan tak bermasalah dalam barang bukti
kejahatan yang masih kebingungan Allah menyediakannya di hadapan iblis?? Jawabnya bukan sama sekali seperti apa
yang diajarkan oleh pendeta Erastus, yaitu Allah belum memiliki barang bukti
melawan iblis sehingga Iblis hingga kini masih bebas berkeliaran dan
melakukan keonaran dan malapetaka di
mana-mana. Tetapi inilah jawaban Yesus:
╟Jangan,
sebab
mungkin gandum itu ikut tercabut pada
waktu kamu mencabut lalang
╟
Biarkanlah
keduanya tumbuh bersama sampai waktu
menuai
Yesus
sendiri memang sementara telah menghakimi dan menaklukan iblis tetapi masih
membiarkan iblis beroperasi di antara manusia- bukan terhadap Allah. Dalam
Yesus membiarkannya, iblis telah memiliki waktu kesudahannya di tangan Allah
dan itu terkait waktu menuai bagi Allah. Apa yang ditunggu Allah sementara
iblis saat ini dibiarkan tetap eksis DIANTARA MANUSIA, bukan berkuasa menantang
dan melawan Allah dalam cara apapapun, adalah: WAKTU UNTUK MENUAI bukan WAKTU
untuk menghadirkan barang bukti untuk membungkam iblis seperti yang diajarkan
oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono.
Teks ini sangat luar
biasa menjelaskan realitas kehidupan Kristen yang sedang saya dan anda rasakan
dan hadapi: tak selalu nyaman, penuh godaan, penuh tantangan, kadang kala dapat menggelicirkan atau membuat
terjatuh tetapi pengharapan imanmu dan imanku kokoh dan berdasar untuk dapat
bangkit dan kembali tegak berdiri dan berjalan dalam penuntunan kerajaan Allah,
bukan kerajaan iblis. Mengapa? Karena dalam perumpamaan itu Yesus memastikan
sementara iblis bekerja, GANDUM TETAP
GANDUM dan tak gagal untuk terus menjadi gandum dan berubah menjadi LALANG atau
malah mati. Ketika Yesus menyatakan: “Biarkanlah
keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai,” ini merupakan bukti yang menunjukan
betapa dalam Allah membiarkan iblis masih beroperasi diantara manusia, pada
pihak Allah sendiri telah memastikan sebuah otoritas telah diberikan kepada
anak-anak Allah untuk tetap berdiri dan hidup sebagai murid-murid Kristus yang
sungguh berbeda daripada lalang di hadapan Allah!
Dunia ini adalah ladang
Kristus, bukan iblis sampai waktu panen tiba. Pemanennya adalah Allah, bukan
iblis sementara iblis dibiarkan bekerja diantara manusia dan semua masih
menunggu tibanya saat Allah untuk memanen. Sementara Kerajaan Sorga itu telah
datang, yaitu kerajaan yang hadir dan melakukan konfrontasi dahsyat terhadap
rejim iblis tepat sebagaimana diungkapkan Yesus: “Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa
apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi
hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya
Kerajaan Allah sudah datang kepadamu- Lukas 11:19-20, namun pembinasaan
total pada si iblis dan agensi-agensi kejahatannya memang dinyatakan oleh Yesus
belum diakhiri seketika itu juga sebagaimana desakan para pekerjanya tapi harus
menunggu saat yang telah ditetapkan-Nya. Sehingga
menjadi
jelas diketahui apakah penyebab Alla tak segera membinasakan iblis
bukan karena Allah masih menantikan bukti dari setiap anak-anak Allah yang mau
menjadi corpus delicti agar penghakimannya memenuhi keadilan Allah secara
sempurna, bukan sama sekali seperti yang disangkakan dan diajarkan oleh pendeta
Dr. Erastus Sabdono!
Pemerintahan Kristus
ketika menjatuhkan pemerintahan iblis yang menaungi dunia ini membuat Yesus berkuasa
atas siapapun muridnya untuk
dibebaskan dari kewargaan kerajaan iblis menjadi kewargaan sorga.
Kegelisahan jiwa
terkait mengapa tak segera diakhiri saja iblis dan karyanya, jelas kegelisahan
semua manusia termasuk para murid sebagaimana dalam pengajaran Yesus tadi :”maukah
tuan supaya kami mencabut lalang-lalang
itu?” jadi bukan sekedar kegelisahan pendeta Erastus belaka. Apa yang
menjadi kesalahan begitu fatal pada pendeta Erastus pada cara pandangannya
terhadap relasi Yesus terhadap murid-murid-Nya yang diajarkannya sebagai hanya
menjadi corpus delicti sebab Allah tak berdaya terhadap iblis, sebab dalam
ajaran berupa perumpamaan tersebut, Yesus menunjukan bahkan para murid dapat memiliki kuasa membinasakan karya iblis
di dunia jika saja itu diberikan. Tetapi tidak sebab untuk itu, Allahlah yang
akan mewujudkan kesudahan iblis yang secara nyata telah diindikasikan dengan
kuasa para murid terhadap iblis SEKALIPUN YESUS TAK MENYERTAI MEREKA SECARA
FISIK.
“Maukah tuan supaya kami mencabut lalang-lalang itu,” menunjukan
bahwa di dalam pengajaran Yesus tersebut,para hamba-Nya tersebut memiliki kuasa untuk mengakhir kehidupan kejahatan di dunia ini yang dilancarkan oleh si Musuh atau dia
yang begitu penuh kebencian terhadap Allah dan Anak beserta pekerjaan-Nya di
dunia ini. Jawaban “jangan”sang
tuan atas ladang-dunia ini, merupakan kunci untuk memahami apakah yang
menjadi penyebab ketaksegeraan pengakhiran atau pembinasaan iblis beserta karyanya.
Yesus Kristus, karena itulah,
dalam setiap pengajarannya, bukan saja menempatkan dirinya sebagai satu-satunya
jalan keselamatan, seperti pernyataannya ini:”Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak
ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”-Yoh 14:6,
tetapi juga terkait kuasanya untuk membebaskan setiap orang beriman dari cengkraman
pemerintahan
iblis: “Maka Yesus berkata pula kepada
orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia
tidak akan berjalan dalam kegelapan,
melainkan ia akan mempunyai terang hidup”- Yoh 8:12." Jika mengikut
Yesus maka orang tersebut tidak lagi berjalan di dunia yang tak memiliki terang
dan tak memiliki kebenaran dari Allah selain kebenaran dari kerajaan iblis di
dunia. Saat berkata “mengikut
Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan,” maka ini bukanlah kata-kata
slogan atau kata-kata mutiara yang indah untuk dibuatkan stiker dan kemudian ditempelkan pada kaca mobil, tetapi benar-benar sebuah kuasa kehidupan yang
dihasilkan dari dan dalam mengikut Yesus yang dipandu oleh terangnya yang
berkuasa menaklukan iblis dan telah membawamu masuk ke dalam
persekutuan dengan Sang Kritus yang satu dengan Bapa. Sebuah kehidupan yang harus dibangun dalam keseharian selama
di dunia agar menjadi nyata terlihat di dunia ini, karena, sebagaimana
tadi telah dinyatakan Yesus, si Iblis
masih dibiarkan oleh Sang Kristus bekerja untuk menabur benih lalang yang
akan berjuang untuk menjepit. Tetapi
kehidupan yang harus mengikut Yesus dan hidup di dalam Yesus bukan perjuangan hingga titik
darah seolah mati atau hidup dalam iblis atau dalam Yesus berada dalam kuasa
tanganmu. Tidak pernah demikian, sebab Yesus berkata kepada orang yang
mengikutnya: berdasarkan dirinyalah dan berdasarkan ketaatan terhadap
perkataan-Nya maka seorang manusia memiliki terang hidup, ini : “berdasarkan dirinya” dan “berdasarkan ketaatan terhadap perkataannya”
adalah sepasang kebenaran yang harus melekat
pada manusia agar memperoleh hidup kekal. Ketaatan pada firman tanpa Yesus dan
karya keselamatannya adalah kesia-siaan dalam pengharapan keselamatan.
Mengapa begitu
sentral diri Yesus dalam keselamatan manusia sehingga adalah kesia-siaan
ketaatan yang tanpa Yesus Kristus?
Rasul Yohanes telah
menjelaskan apakah yang dimaksud dengan “terang hidup,” yaitu hidup yang
hanya ada di dalam Yesus Kristus: “Dalam
Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia- Yohanes 1:4.” Sehingga
dapat dipahami, ketika Yesus Sang Tuan atas ladang menjawab para hambanya: apakah perlu lalang itu dicabut, dengan
jawaban: “jangan,” itu bukan sama sekali hendak menyatakan
perjuangan yang harus dilakukan di dunia ini adalah perjuangan untuk
mempertahankan keselamatan karena sementara anda memang pada realitasnya harus
berjuang dengan otot-otot imanmu menghadapi berbagai tantangan, itu semua dapat terselenggara berkat
anda telah memiliki terang hidup. Pemberian Yesus, yang mana terang
hidup itu sendiri: kegelapan itu tidak menguasainya- Yohanes 1:5. Itulah sebabnya Yesus dapat berkata:
biarkanlah Gandum dan Lalang hidup bersama-sama, sebab sebagaimana “Terang itu bercahaya di dalam
kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya- Yoh 1:5” maka
demikianlah dasar bagi setiap Gandum untuk tetap menjadi Gandum sementara
Lalang-Lalang terus bertumbuhan menjepit kehidupan Gandum.
Mengikut Yesus yang
telah menjatuhkan pemerintahan iblis dan telah memberikan terang hidup kepada
setiap muridnya, selama di dunia ini, bukan tanpa risiko dan bukan tanpa
ancaman, faktanya itu harus dihadapi dan harus dijalani dengan penuh tanggung
jawab dan penuh pengenalan akan Tuhan, bukan
dalam hidup serampangan dan mengabaikan kehidupan rohanimu bersama
kebenaran-Nya. Perhatikanlah indikasi teramat penting ini yang dapat anda
temukan dalam doa Yesus kepada Bapa:
Yohanes
17:6 Aku telah menyatakan nama-Mu kepada
semua orang, yang
Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu
dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu.
Kalau memang benar
saya dan anda adalah orang-orang yang telah mengikut Yesus dan telah
dibebaskan Yesus dari rejim kegelapan untuk menerima terang hidup, maka
ada berlangsung sebuah kehidupan yang begitu berbeda akan mewarnai kehidupan
kita dari hari ke hari berikutnya, yaitu: yang memampukan anda Gandum tetap
Gandum sementara anda tak terelakan dihimpit oleh berbagai pekerjaan iblis yang
menaburkan benih lalang. Sebuah kehidupan yang harus dibangun sementara si Musuh terus bekerja untuk
menghimpit dan kalau bisa mematikan kehidupan rohani hingga meninggalkan Tuhan
atau murtad. Itu sebabnya sementara setiap orang percaya itu hidup di dalam dua
corak kehidupan sekaligus: hidup anak
Tuhan di dalam dunia dimana iblis
masih secara aktif bekerja untuk membunuh dan karena itulah kita harus setia menuruti atau berpegang
atau berdiri di atas kebenaran dalam Kristus, dan dalam menjalani kehidupan
yang taat pada firman Tuhan, satu-satunya
jaminan untuk tetap bertahan
sebagai Gandum milik Allah tidak pernah
akan dipundakan pada determinasi manusia sebab Allahlah pemilik dan penuai laaing
kepunyaan-Nya. Determinasi manusia hanya sebatas membangun kehidupan di
dalam Tuhan didalam kuasa Yesus Kristus bagi saya dan anda untuk hidup sebagai
anak-anak Terang. Itu sebabnya ada satu realitas yang ditekankan Yesus dalam
doanya yang menunjukan bahwa kala kita beriman pada Yesus, kedudukan kita tidak
berada dalam sebuah zona netral atau zona yang dapat mengayun kepada
kepemilikian iblis pada satu waktu dan pada kesempatan lain kepada kempemilikan
Bapa. Tidak demikian, sebaliknya dalam dinamika apapun, Ia akan memperlakukan
kita sebagai tanaman miliknya
di
dalam ladang miliknya yang dibangunnya
di dunia dimana iblis pun bisa menginvasi dan menghamai tanaman-tanaman
kepunyaan miliknya. Perhatikan bagaimana Yesus memberikan kita keamanan atau pemeliharaan dalam kehidupan sebagai
anak-anak yang harus bertanggungjawab dan bertekun dalam iman sementara
iblis masih dapat menekan atau “Gandum
tumbuh
bersama lalang”:
Yohanes
17:9-10,14-15,20 Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa,
tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka
adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu
adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka.[…] Aku
telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka,
karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka
dari dunia, tetapi
supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. […]Dan
bukan
untuk mereka ini saja Aku
berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh
pemberitaan mereka;
Kita masih hidup di
dunia ini tetapi bukan milik dunia. Kepemilikan begitu ditekankan karena
ini berkait dengan kuasa yang menaungi atas setiap yang merupakan milik-Nya dan
berkait dengan bagaimana setiap miliknya dapat bertahan hidup didalam
perjuangan imannya selama di dunia ini. Kekuatan setiap orang-orang beriman
dengan demikian bukan kekuatannya tetapi kekuatan yang datang dari Sang
Pemilik:
Yohanes
17:15-16 Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya
Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. Mereka bukan dari
dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.
Setiap anak-anak
Tuhan yang membangun kehidupan berimannya dalam penuh tanggungjawab dan
ketekunan, dengan demikian dapat mengalami,pada satu titik tertentu dalam perjalanannya, sebagai anak-anak
Tuhan, tergelincir, terduduk tetapi pasti tidak sampai tergeletak dan tidak
dapat bangun lagi. Sejauh memang ia sungguh milik-Nya, pasti ia memiliki
kekuatan dan determinasi iman yang kokoh untuk berjuang keluar dari segala
upaya iblis untuk kembali menyeretnya menjadi bagian kerajaannya, sekalipun itu
akan begitu menyakitkan, begitu berat dan memutus-asakan, begitu jauh dan dalam
lembah-lembah yang harus dijalani hingga keluar dan sungguh-sungguh merdeka. Mengapa demikian? Karena: Bapa akan memberikan perlindungan sebagaimana doa Yesus,
perlindungan yang akan memastikan,
sementara Yesus tak lagi di dunia ini, akan tetap secara aman dalam kepemilikan
Bapa atau tetap Gandung walau lalang menghimpit. Ini menjadi dasar
yang kokoh untuk memberikan nasihat, penghiburan dan dorongan untuk
tetap bersemangat atau tak berputus asa di dalam segala tantangan dan di dalam
segala upaya untuk melepaskan diri dari kuasa kedagingan pada tubuh yang masih dapat disemaikan oleh iblis, sementara
jiwa ini sudah merupakan kepunyaan Kristus.
Ini adalah doa yang
bahkan bekerja di sepanjang generasi pemberitaan injil di dunia
ini:
Yohanes
17:20-21 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang,
yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka [orang-orang percaya baru pasca kenaikan
Yesus ke sorga dan pasca era para rasul hingga kini]; supaya mereka semua
menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam
Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah
yang telah mengutus Aku.
Kehidupan orang
Kristen yang demikian kokohnya bukanlah kehidupan tanpa tanggung jawab atau
sesukanya sendiri dan kemudian memperlakukan kehidupan yang begitu
penuh kasih karunia itu bagaikan sirkus yang tanpa martabat dan
harga diri yang tahu diri bahwa saya dan anda dipanggil dan
diselamatkan dalam cara demikian bukan untuk memuaskan egoisme diri ini,
sebaliknya di dalam kehidupan orang Kristen semacam ini, memiliki satu tujuan,
yaitu: supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku, atau
pemberitaan injil.
Tidak
ada urusan dengan corpus
delicti dan tidak pernah
Yesus Kristus menjadi corpus delicti bagi setiap anak-anak Tuhan namun tak
pernah melucuti kerajaan iblis dan kemudian tak berkuasa untuk membuat
para manusia yang telah dibebaskannya agar namanya tercatat di sorga:
Lukas
10:20 Namun
demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi
bersukacitalah karena namamu ada
terdaftar di sorga."
sebuah
cara penggambaran betapa kokohnya dan betapa berkuasanya Yesus sebagai
Juruselamat dalam melepaskan manusia dari kerajaan kegelapan dan membawanya
untuk menjadi milik kepunyaan Bapa[ baca juga Yohanes 14:1-4].
Sungguh berbeda
dengan Yesus Kristus dan Allah versi pendeta Dr. Erastus Sabdono.
Bersambung ke bagian 16
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi Allah
No comments:
Post a Comment