Martin Simamora
Problem Dunia:
Siapakah Yesus Sesungguhnya?
(Lebih dulu di “Bible Alone”-Selasa,19 Juli 2016- telah diedit dan dikoreksi)
Bacalah lebih
dulu: “bagian 7”
Telah dinyatakan oleh
Yesus sendiri berdasarkan perkataan dan perbuatannya, bagaimana Ia dan perkataannya
berkuasa
atas setan dan pemerintahannya, maka “siapakah Yesus” menurut
Sang Mesias itu sendiri, telah sama sekali menolak pengajaran pendeta Dr.
Erastus Sabdono mengenai siapakah dan
apakah tujuan dan karya Yesus Kristus di dalam dunia ini yang sebatas untuk
menanggung penghukuman tanpa kemerdekaan dari pemerintahan iblis dan menjadi
corpus delicti bagi kepentingan anak-anak Allah. Perhatikan ini kembali:
“Manusia
harus dihukum,tetapi Allah ingin mengampuni manusia. Oleh sebab itu harus ada
yang memikul atau menanggung dosa manusia tersebut. Itulah sebabnya Bapa
mengutus Putera-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus untuk menggantikan tempat manusia
yang harus dihukum tersebut. Ini dilakukan-Nya untuk memenuhi atau menjawab
keadilan Allah. Sekaligus oleh ketaatan-Nya ia bisa menjadi CORPUS DELICTI yang
membuktikan bahwa seharusnya anak-anak Allah dapat taat dan menghormati-Nya
dengan benar. Iblispun terbukti dan pantas dihukum[halaman 37- “Aturan
Main”]”
Dalam upaya
mengokohkan pengajarannya tentang siapakah
dan apakah tujuan kedatangan Yesus, maka untuk menentang Yesus,pertama-tama,
pendeta Erastus harus menuliskan kembali apakah yang menjadi maksud pengutusan
Yesus ke dalam dunia ini oleh Bapa: “Oleh
sebab itu harus ada yang memikul atau
menanggung dosa manusia tersebut. Itulah
sebabnya Bapa mengutus putera-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus untuk menggantikan tempat manusia yang harus dihukum tersebut. Sehingga oleh ketaatan-Nya ia bisa menjadi CORPUS DELICTI”
Jenis pengajaran yang melawan kebenaran yang diucapkan oleh Yesus sendiri:
Yohanes
3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal, supaya setiap
orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup
yang kekal.
Yohanes
6:40 Sebab inilah kehendak
Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya
kepada-Nya beroleh hidup yang kekal,
dan supaya
Aku membangkitkannya pada akhir
zaman."
Yohanes
12:46 Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan.
Yohanes
14:19-20 Tinggal sesaat lagi dan
dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku, sebab
Aku hidup dan kamupun akan
hidup. Pada
waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.
Yohanes
14:21 Barangsiapa
memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan
dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan
diri-Ku kepadanya."
Yohanes
14:23 Jawab Yesus: "Jika seorang
mengasihi Aku, ia akan menuruti
firman-Ku dan Bapa-Ku
akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan
dia.
Yohanes
14:24 Barangsiapa tidak mengasihi Aku,
ia tidak menuruti
firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan
dari Bapa yang mengutus Aku.
Yohanes
14:25 Semuanya itu Kukatakan
kepadamu, selagi
Aku berada bersama-sama dengan kamu;
Pada
momentum akhir Yesus bersama para murid utamanya tak satupun juga Yesus
mengungkapkan tragedi Allah: Allah bercela dihadapan iblis sebab hingga kini
belum bisa memiliki corpus delicti yang kokoh sehingga iblis tak dapat dapat
lagi berkelit. Juga tak ada relasi
corpus delicti dalam hal anak-anak Allah mau mentaati Bapa, coba perhatikan ini
misal pada Yohanes 14:21 dikatakan “barang siapa memegang perintahku dan
melakukannya dialah yang mengasihi Aku,” dengan kata lain kalau saya
mengaplikasikan konsep corpus delicti maka yang ada: memegang dan melakukan perintah Allah merupakan bukti apa yang tak terlihat yaitu
orang tersebut mengasihi Allah, jadi bukan seperti gagasan pendeta Erastus
bahwa taat dan hormat pada Bapa sebagaimana Yesus adalah perjuangan setiap
orang percaya untuk menjadi barang bukti atau corpus delicti untuk membungkam iblis.
Yesus sama sekali tak menyentuh itu.
Sebaliknya
ini yang dinyatakan-Nya:
"Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan
mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan
dia.
Kalau
anda mengasihi dan menuruti Firman Yesus maka Bapa akan mengasihi dia dan Bapa
beserta Yesus akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Jadi sama
sekali tak menyatakan kalau anda berhasil menjadi corpus delicti
atau dapat membuktikan diri begitu taat dan hormat pada Bapa maka anda dapat
membungkam iblis. Apa yang terjadi anda akan mengalami persekutuan dengan Anak
dan Bapa dalam anda mengasihi dan menuruti firman yang diucapkan Yesus Kristus.
Jadi
sama sekali berbeda dengan ajaran pendeta Dr. Erastus Sabdono.
Anda
memang
seharusnya memiliki kehidupan yang memegang dan mentaati firman tetapi
sama sekali bukan
untuk menjadi corpus delicti sebagaimana Kristus sehingga dapat
membungkam iblis, melainkan karena itulah anda memiliki
persekutuan dengan Bapa dan Anak.
Kalau teks-teks
diatas menunjukan kesemuliaan Bapa dan Anak seperti:
Jika seorang mengasihi
Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan
mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan
dia
maka pendeta Erastus begitu
merendahkan Yesus sehingga Bapa dan Anak adalah 2 jenis ketuhanan yang berbeda
satu sama lain atau poli-teisme, sebab karya
Yesus Kristus, telah dibatasinya pada sejauh selamat dari penghukuman Allah namun
diletakan sebagai ilahi dalam cara terbatas yaitu menjadi corpus delicti yang
menunjukan bahwa seharusnya anak-anak Allah pun bisa mentaati dan menghormati
Bapa.Keilahian Yesus hanya setinggi berhasil menjadi teladan bagi semua
anak Allah yang harus menjadi dasar perjuangan untuk dicapai sehingga serupa
dengan Kristus sehingga menjadi barang bukti yang menunjukan kejahatan iblis yang
kokoh—yang mana konsepsi ini sungguh tidak bekerja di pengadilan karena serupa dengan Kristus (juga menjadi
corpus delicti) bukan sebuah kejahatan yang dapat dilakukan oleh iblis. Itu sebabnya dalam relasi semacam ini memang
kedatangan Yesus dalam menanggung hukuman dan dosa tidak serta merta
menghasilkan keselamatan berdasarkan penebusan manusia dari belenggu dosa yang berasal
dari pemerintahan iblis, sebab pendeta Erastus berpikiran bahwa anak-anak Allah
ini begitu besar potensi ilahinya sekalipun terlepas dari kuasa Kristus dam
hanya berdasarkan kuasa diri untuk meneladani corpus delicti Kristus sehingga mampu
menyeret iblis ke kursi terdakwa tanpa dapat berdalih melalui pembuktian pada
perbuatan dan bahkan pada tubuh setiap anak-anak Allah. Anak-anak Allah yang lebih
besar daripada Allah sebab Allah bergantung pada para manusia ilahi semacam
itu.
Dengan kata lain, keselamatan
dari Allah bagi manusia bukan sebuah keselamatan berdasarkan kasih Allah yang berkuasa dan bekerja dalam
Anak Tunggal Allah melalui dan di dalam iman kepada Yesus Kristus[Matius
3:2-3,11-17].
Yesus dalam konteks
pengajaran pendeta Erastus, kemegahannya secara tajam telah direndahkan melampaui
apa yang telah dilakukan Bapa tepat pada apakah tujuan perendahan itu-untuk
apakah ia menjadi manusia:
Ibrani
2:9 Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih
rendah dari pada
malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut,
dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih
karunia Allah Ia mengalami maut
bagi semua manusia.
Ibrani
1:5- Karena
kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan:
"Anak-Ku Engkau! Engkau telah
Kuperanakkan pada hari ini?" dan "Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia
akan menjadi Anak-Ku?" Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke
dunia, Ia berkata: "Semua
malaikat Allah harus menyembah
Dia."
Alkitab
memang menunjukan bahwa IA Anak-Nya Yang
Sulung yang menjadi manusia itu merupakan sebuah perendahan namun dengan
sebuah tujuan ilahi yang tak mungkin dapat dilakukan oleh manusia,yaitu:
“supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.”
Alkitab
dalam menggambarkan perendahan Anak Tunggal Allah itu tidak sama sekali dalam
gagasan untuk takluk pada dosa dan untuk mengalami perubahan keilahiannya
menjadi lebih rendah, sebaliknya dalam perendahan yang demikian itu, Ia tetap
sehakikat dengan Allah sebab digambarkan tetap memiliki kursi disebelah kanan
Allah:
Yohanes
1:3 Ia adalah cahaya kemuliaan Allah
dan gambar wujud Allah dan
menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia
selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di
sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi
Dalam
Allah telah merendahkan Anak Tunggalnya sendiri Ia adalah cahaya kemuliaan Allah
dan adalah gambar wujud Allah. Bahkan kalau ditanyakan setinggi apakah Ia dalam Anak
Tunggal itu sekalipun telah menjadi manusia atau direndahkan Allah, maka jawabnya pada apa yang tetap sama dan tak berubah pada eksistensinya:
“Ia duduk di sebelah kanan Yang
Mahabesar, ditempat yang tinggi”
Ia
berada di ketinggian yang sama dengan Yang Mahabesar bahkan turut serta
memerintah bersama sebagai yang tak dapat terpisahkan satu sama lain:”Oleh
Dia Allah telah menjadikan alam
semesta”- Ibrani 1:2 yang berelasi dalam
ketinggian yang sama dalam pemerintahan bersama: “duduk di sebelah kanan Yang
Mahabesar.”
Jadi
Yesus di dunia ini memiliki apa yang disebut “kedudukan di sebelah kanan Yang
Mahabesar, ditempat yang tinggi” sehingga kalau ia dikatakan demikian
bukan sebagai manusia yang memiliki nafsu untuk menduduki kedudukan Allah yang
semacam ini jahat dan kejinya:
Yesaya
14:13-14 Engkau yang tadinya berkata
dalam hatimu: Aku hendak naik ke
langit, aku hendak mendirikan
takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah
utara. Aku hendak
naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak
menyamai Yang
Mahatinggi!
Yesus
tidak sebagaimana Yesaya 14:13-14 sebab ia berasal dari yang sama dengan yang
Mahatinggi:
Yohanes
1:1 Firman itu bersama-sama dengan Allah
dan Firman itu adalah
Allah.
Yohanes
1:18 tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di
pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya
Sehingga
tidak perlu ia sementara di dunia ini berkata: “Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang
Allah.”
Mengapa?
Karena bahkan para malaikat diperintahkan
untuk menyembah dia sebagaimana menyembah Allah:”Ketika Ia membawa pula
Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: "Semua
malaikat Allah harus menyembah Dia."- Ibrani 1:6
Juga sama sekali tak perlu ia
berkeinginan untuk mendirikan takhta seolah Ia tak memiliki takhta. Di dunia
ini sebagaimana di sorga ia memiliki
takta yang begitu mulia sebagai yang menyatakan Allah yang tak dapat dilihat:
Tidak seorangpun yang
pernah melihat Allah;
tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang
menyatakan-Nya- Yohanes 1:18
Yesus tak perlu sama sekali
bermimpi untuk MENYAMAI ALLAH sebab
memang sementara ia di dunia ini, pada hakikatnya ia memiliki takhta kemuliaan
pemerintahannya bersama dengan Bapa: “duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang
tinggi.”
Perendahan Anak
Tunggal Bapa dilakukan sebagai Ia yang memang memiliki kedudukan
bersama-sama dengan Allah memerintah, dan dalam perendahan kedudukan
itu tak lenyap keilahian “duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang
tinggi.” Ini menyebabkan manusia dan kemanusiaan Yesus memiliki keotentikan
yang melampaui makna semantik “manusia.”
Sukar didekati dalam pardigma kemanusiaan, bukan karena abstrak sebab pada “duduk
di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi” merupakan keaktualan
Yesus, bukan abstrak. Itu sebabnya tujuan perendahan itu dapat berbunyi
demikian:” supaya
oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi
semua manusia.” Apakah yang dihasilkan dari mengalami maut bagi
semua manusia? Inilah hasilnya:
Ibrani
2:14-15 supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa
atas maut dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur
hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.
Jelas
merupakan konsepsi kematian yang aneh sekalipun sama-sama manusia yang dapat
mengalami maut karena bukan maut yang menaklukannya tetapi maut ditaklukannya
bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk banyak orang yang mau percaya pada-Nya.
Kematiannya
bukan bercorak martir sama sekali, sebab tujuannya adalah menaklukan perhambaan
maut yang membelenggu manusia, yang terjadi berdasarkan percaya oleh kasih
karunia Allah.
Kemuliaan
Yesus dalam perendahannya berupa hancurnya
dominasi maut kerajaan iblis atas umat manusia sehingga membuat
keselamatan terbuka bagi banyak manusia atau terbuka bagi semua manusia asalkan
mau percaya padanya.
Inilah tujuan
perendahan Anak Tunggal Allah:
supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang
berkuasa atas maut
Siapa
anda pikir ada manusia yang dapat mengupayakan ini berdasarkan perjuangan
sendiri? Anda piker dalam kematian anda dapat merebut satu corpus delicti paling bernilai untuk
diserahkan pada Bapa dalam pengadilan sehingga dapat membungkam iblis?
Anda pikir anda tahu apa yang harus anda lakukan dalam kematianmu nanti?
Jadi perendahan Anak
Tunggal Allah itu tidak sama sekali
karena atau untuk tujuan sebagaimana ajaran pendeta Erastus:
“itulah sebabnya Bapa mengutus Putera-Nya yang
tunggal, Tuhan Yesus untuk
menggantikan tempat manusia yang harus dihukum tersebut.”
Bukan
Untuk Menanggung Penghukuman Bagi Manusia Tanpa Kepastian Yesus Menggenapi
Maksud Keselamatan Yang Bekerja Dalam Yesus Kristus
Yesus tak pernah
menyatakan tujuan kedatangannya menurut ajaran pendeta Erastus yang mengajarkan ia tak
berkuasa memberikan hidup kekal berdasarkan pembebasan dari perhambaan kuasa kerajaan
maut berdasarkan kematiannya tadi.
Yesus menunjukan relasinya
dengan manusia yang sama sekali berbeda dengan apa yang diasumsikan oleh
pendeta Erastus. Perhatikan ini:
»Yohanes
5:24Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada
Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut
dihukum, sebab
ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.
Andaikata
saja,
ia mengakui Yesus datang sebagai dia
yang berkuasa atas kerajaan iblis dan Ia adalah:
—cahaya
kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah
—menopang
segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan
—Ia
duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, sekarang
ini (Ibrani 1:3)
—Anak
Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa
—yang
menyatakan-Nya (Yohanes 1:18)
—Yang
segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah
jadi dari segala yang telah dijadikan (Yoh 1:3)
pastilah tak akan
lahir keyakinan semacam ini pada dirinya dan diajarkan olehnya:
”Ini
dilakukan-Nya untuk memenuhi atau menjawab keadilan Allah. Sekaligus oleh
ketaatan-Nya ia bisa menjadi CORPUS DELICTI yang membuktikan bahwa seharusnya
anak-anak Allah dapat taat dan menghormati-Nya dengan benar. Iblispun terbukti
dan pantas dihukum.”
Problem terbesar pada
diri pendeta Erastus, mengacu pada pokok pengajaran dirinya sendiri, terletak
pada siapakah Yesus, sesungguhnya yang mendefinisikan apakah tujuan-Nya di
dunia ini. Bagi pendeta Erastus, ia
hanya sebatas ‘menanggung hukuman dan dosa tapi tanpa kuasa
penebusan bagi banyak manusia dari perhambaan maut seumur hidup,’
sementara itu, Yesus Anak Tunggal Allah
menyatakan kedatangannya
bukan bertujuan untuk sebatas konsepsi pikiran pendeta Dr.
Erastus, tapi:
═Yohanes
3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Agenda atau tujuan
Bapa di sorga dalam mengutus Yesus ke dalam dunia begitu megah dan begitu mulia, bukan seperti
pengajaran pendeta Erastus yang memburamkannya sehingga ia merendahkan Yesus
begitu lebih rendah daripada apa yang dinyatakan kitab suci,
dalam cara:
pendeta
Erastus telah mendudukan Yesus dalam kedatangannya ke dunia ini, semata sebagai
“terhukum dan penanggung dosa” tanpa
kuasa pembebasan dari kebinasaan atas manusia-manusia yang ditolongnya dalam cara ia menjadi terhukum yang
menggantikan posisi manusia-manusia yang seharusnya binasa dalam ketakberdayaan
atas kuasa maut .
pendeta
Erastus telah mendudukan Yesus dalam kedatangannya ke dunia ini, semata sebagai
yang harus membuktikan juga dirinya taat dan hormat pada Bapa, agar menjadi
corpus delicti bagi anak-anak Tuhan, tanpa kuasa untuk menghakimi dan melucuti
kerja pemerintahan iblis. Dalam hal ini, anak-anak Allah berdasarkan versi
pendeta Erastus Sabdono, adalah anak-anak yang masih dalam kuasa
pemerintahan iblis sebab bahkan Bapa dan Anak pun tak berdaya terhadap
“kebenaran” pada diri iblis yang begitu cemerlang, sekalipun telah melakukan
kejahatan. Harus diingat, bahwa kepentingan Yesus menjadi corpus delicti, sudah
menunjukan bahwa kedatangannya ke dalam dunia ini, tak memiliki kuasa
penyelamatan manusia atas pemerintahan iblis, sebaliknya ia Sang Mesias telah
didudukannya hanya menjadi model atau teladan atau patron bagi anak-anak
Tuhan untuk tujuan membungkam iblis dengan menjadi corpus delicti.
Anak-anak Tuhan di sini, dengan demikian, dalam posisinya di dunia ini, menjadi
jauh lebih perkasa ketimbang Allah, karena ke-corpus-delicti-an anak-anak Tuhan
dibutuhkan untuk membungkam iblis dalam pengadilan Allah, kelak.
Pendeta
Erastus telah mendudukan Yesus dalam kemanusiaannya secara parsial atau
terlepas sama sekali dari keilahian Yesus yang bahkan nabi Yohanes Pembaptis dan Yesus
sendiri dalam memandang kemanusiaan Yesus tidak sama
sekali terlepas dari keilahiannya yang tak berbeda kelas dari Bapa
sebab dalam kesatuan yang tak terpisahkan, atau mengalami kemerosotan keilahiannya sebagaimana saat Ia belum datang
ke dunia ini.
Perhatikan episode-eposode
berikut ini:
Yohanes
3:34Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah,
karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.
Yohanes
6:37-42 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan
barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari
sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia
yang telah mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu
supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang,
tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku,
yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya
beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir
zaman." Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah
mengatakan: "Akulah roti yang telah turun dari sorga." Kata mereka:
"Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana
Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"
Yohanes
10:30-31Aku dan Bapa adalah satu." Sekali lagi orang-orang Yahudi
mengambil batu untuk melempari Yesus.
Yohanes
10:32-33 Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal
dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang
menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu:
"Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau,
melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya
seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."
Yohanes 10:36
masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah
diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata:
Aku Anak Allah?
Yesus memang manusia
sejati, tetapi juga Anak Allah sejati secara
bersamaan dan tanpa interval
yang bagaimanapun atau tanpa sebuah
periode kehadiran yang silih berganti sehingga keilahiannya akan
terkadang lenyap dikuasai kemanusiaannya; Ia memang telah menggantikan posisi
manusia sebagai terhukum namun bukan tanpa kuasa untuk menebus manusia dari
ketekaberdayaan setiap manusia yang berada didalam perbelengguan pemerintahan
iblis, sebaliknya ia telah telah menghakimi dan telah menganeksasi atau
menduduki pemerintahan iblis di dunia ini sehingga manusia keluar dari
perbelengguan semacam itu dan masuk ke dalam hidup yang telah dipersiapkan
Allah bagi manusia.
Jadi menurut Yesus,
kematiannya bukan untuk tujuan sekedar untuk menjadi Sang Penanggung Hukuman
dan dosa namun juga Sang Hakim atas kerajaan iblis dan berkuasa absolut untuk menghempaskan kuasa pemerintahan iblis
di dunia ini.
Perhatikanlah
penjelasan Yesus berikut ini:
Yohanes
12:27- Sekarang jiwa-Ku terharu dan
apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk
itulah Aku datang ke dalam saat ini.
Perhatikan baik-baik
bahwa ini terkait dengan sudah semakin dekatnya saat atau waktu kematian yang
harus disongsong oleh Yesus. Penting sekali bagi Yesus untuk mengungkapkan: “UNTUK ITULAH
AKU DATANG” ke dalam saat ini, karena di sini, Yesus sedang
menunjukan keluasan, kedalaman dan ketinggian kuasa yang bekerja dalam
kematiannya, dalam kematian sebagaimana manusia namun tidak dalam
perbudakan kematian sebagaimana semua manusia lainnya. Apakah yang Yesus
ungkapkan dalam tujuan kedatangannya dalam kematian yang mengharukan jiwanya
itu? Lihatlah pernyataan Yesus berikut ini:
Yohanes
12:31Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa
dunia ini akan dilemparkan ke luar
Berdasarkan
penjelasan Yesus, dalam kematiannya ada terjadi penghakiman atas penguasa dunia
ini. Dalam kematiannya sang iblis dan segenap kerajaannya telah dihakimi.
Epistel Ibrani
menjelaskannya dalam cara yang lugas dan tak berbelit-belit:
Ibrani
2:14-15Karena
anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama
dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh
kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut
[thanatos];
Sebagaimana pada
injil:
Yohanes
12:32-33 dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang
datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia
akan mati.
Dengan demikian,
Yesus menyatakan bahwa di dalam Bapa mengutusnya ke dalam dunia ini, bukan sekedar menjadi penanggung
hukuman dan dosa bagi kepentingan manusia-manusia, tapi dalam cara yang sekali
tak berwibawa dan apalagi berkuasa atas kerajaan setan. Sebaliknya 2 hal yang
dikatakannya terkait kematiannya:(a)berkuasa untuk menghakimi dan menjatuhkan
rejim setan, dan (b) dalam kematiannya di kayu salib, ia akan
menarik banyak sekali orang dari segala suku dan bangsa untuk datang beriman
kepadanya, yang penggenapannya
mulai berlangsung tepat saat ia mati di salib:
Markus
15:39 Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia
melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: "Sungguh, orang
ini adalah Anak Allah!"
Matius
27:54 Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi
sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah
terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini
adalah Anak Allah."
Yesus Kristus versi
pendeta Dr. Erastus Sabdono, dengan demikian, bukan sama sekali Yesus Kristus versi
Yesus Kristus yang bersabda dan sekarang telah bertakhta di sebelah
kanan Yang Mahatinggi:
Ibrani
1:3-4Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah
kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada
malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih
indah dari pada nama mereka.
Menutup poin penting
“siapakah
Yesus,” harus ditekankan bahwa pengutusan Yesus oleh Bapa untuk
mengalami kematian yang bukan saja menjadi penanggung hukuman dan dosa, tetapi begitu
mulia karena dalam kematiannya ia telah menjadi satu-satunya sumber keselamatan
bagi banyak manusia dan berdirinya pemerintahan Kristus di bumi ini yang telah
menaklukan pemerintahan iblis.
Kematian yang
demikian memiliki
satu tujuan: Bapa dimuliakan! Perhatikanlah ini:
Yohanes
12:23-24Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak
Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum
tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia
mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
Yohanes
12:28-30 Bapa, muliakanlah nama-Mu!" Maka terdengarlah suara dari sorga:
"Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!" Orang
banyak yang berdiri di situ dan mendengarkannya berkata, bahwa itu bunyi
guntur. Ada pula yang berkata: "Seorang malaikat telah berbicara dengan
Dia." Jawab Yesus: "Suara itu telah terdengar bukan oleh karena Aku,
melainkan oleh karena kamu.
Bapa mengutus Yesus bukan
untuk menjadi penanggung hukum menggantikan manusia-manusia tanpa
kuasa penebusan dari perhambaan maut dan menjadi corpus delicti bagi anak-anak
Tuhan sehingga Yesus menjadi tanpa kuasa untuk menghakimi iblis.
Bapa mengutus Yesus
ke dalam dunia ini untuk tujuan mengalami kematian sebagaimana maksud Bapa
untuk kemuliaan Bapa sendiri.
Dimanakah
letak kemuliaan Bapa dalam kematian Anak-Nya. Di
sinilah letak kemuliaan Bapa:
pertama:
dalam kematian Yesus, penguasa dunia atau pemerintahan iblis telah dihakimi
oleh Yesus
kedua:
dalam kematian Yesus, akan banyak manusia dari segala bangsa datang beriman
kepadanya sebagai realitas telah dihakiminya iblis dan dihempaskannya
pemerintahan iblis yang menguasai manusia-manusia. Bukti ini semakin keras
wujudnya manakala Yesus telah naik ke sorga
yang mana sebelumnya, telah terlebih dahulu memberikan mandat kepada
para muridnya beserta kuasa yang akan memperlengkapi mereka sepenuhnya, yang
bekerja berdasarkan kuasanya yang telah menghakimi kerajaan iblis dalam
kematiannya yang gilang-gemilang:
Matius
28:18-20Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan
segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan
ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Sehingga tak seperti
yang diajarkan oleh pendeta Erastus Sabdono.
Bagi Bapa dan Yesus,
tak ada sama sekali masalah terhadap iblis, seperti begitu sukar bagi Yesus untuk
menghakimi iblis. Faktanya Yesus berkuasa untuk menghakimi iblis dan didalam
hal itu, maka Bapa telah dimuliakan. Begitulah cara Bapa menunjukan
kemuliaan-Nya sebagaiman yang telah dimaksudkannya dalam tujuan pengutusan
Anak-Nya Yang Tunggal.
Bersambung ke bagian 9
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi Allah
No comments:
Post a Comment