Martin Simamora
Itu Sebabnya Bukan Untuk Menjadi Corpus Delicti
(Lebih dulu di “Bible Alone”-Kamis,21 Juli 2016- telah diedit dan dikoreksi)
Bacalah lebih
dulu: “bagian 9”
Anak-anak Allah
seharusnya dan harus berjuang menjadi corpus delicti atau menjadi bukti di
pengadilan Allah, terjadi kala anak-anak Allah tersebut dapat meneladani Yesus
yang telah berhasil menjadi corpus
delicti atau bukti bahwa mereka seharusnya juga dapat mentaati dan menghormati Allah
sehingga dapat menjadi corpus delicti atau bukti yang dapat menolong Allah yang
tak berdaya untuk membungkam iblis. Inilah corpus delicti yang sedang dimaksudkan oleh pendeta
Erastus.
Itulah bukti yang
diperlukan Allah dalam pengadilan Allah terhadap iblis dan bagaimana bukti itu
diproduksi dan menunjukan apakah bukti atau corpus delicti itu, yaitu:bahwa
anak-anak Allah dapat meneladani Yesus. Ajaran pendeta Erastus telah sama
sekali tak berseiringan dengan:
“Iblispun
terbukti dan pantas dihukum”
Bukti yang dapat
dimiliki anak-anak Allah dan bagaimana mereka harus berlaku agar dapat menjadi
corpus delicti atau bukti kejahatan iblis, sama sekali tak akan berbicara untuk memberikan sokongan pada
penghakiman dan penghukuman Allah terhadap iblis.
Mengapa?
Ke-corpus delicti-an
pada anak-anak Allah yang diajarkan oleh pendeta Erastus adalah ini:
“Sekaligus
oleh ketaatan-Nya ia bisa menjadi CORPUS DELICTI yang membuktikan bahwa seharusnya
anak-anak Allah dapat taat dan menghormati-Nya dengan benar”
sama sekali tidak membuktikan tindakan kejahatan yang telah dilakukan oleh iblis dan bagaimana
iblis melakukan tindak kejahatannya, tetapi membuktikan, di hadapan Allah,
bahwa anak-anak Allah dapat meneladani Yesus. Bukankah dikatakan oleh pendeta Erastus bahwa
menjadi corpus delicti berarti “seharusnya anak-anak Allah dapat
taat dan menghormati-Nya dengan benar” sebagaimana Yesus Kristus?
Semacam
itu atau corpus delicti berupa: perbuatan mentaati dan menghormati
Allah berbasis pada apa yang telah dilakukan oleh Yesus Kristus jels bukan
merupakan bukti yang bekerja melawan pembelaan iblis terhadap dakwaan Allah dalam
pengadilan-Nya. Sehingga pengadopsian konsep corpus delicti pada upaya Allah untuk mengatasi program
diri-Nya dihadapan iblistelah menjadi sumir atau sama sekali tidak menjelaskan
bagaimana anak-anak Allah ketika berhasil
hingga kesudahannya menjadi corpus delicti dapat membungkam iblis atau
menempatkan iblis dalam dakwaan bersalah secara tak dapat berdalih atau berkelit dalam
penghakiman Allah. Memperhatikan apakah corpus delicti yang sedang dimaksudkan
oleh pendeta Dr. Erastus dan apakah konten atau kandungan konsep corpus
delictinyam aka memang anak-anak Allah
bukan merupakan bukti-bukti yang menunjukan secara kuat dan langsung pada
kejahatan yang dilakukan iblis, sehingga karenanya, pada akhirnya,
manusia-manusia berhasil menolong kelemahan Allah tersebut dan dapat penuh
percaya diri dan kokoh berkata pada iblis: telah bersalah.
Jikapun
kesalahan ini terus digunakan sebagai sebuah kebenaran, maka ada problem yang
begitu sukar untuk dijawab apalagi
ditanggulangi.
Apakah
itu?
Problem
Relasi
Itu adalah problem relasi Yesus dengan manusia-manusia
terkait apakah tujuan Allah dalam
mengutusnya ke dalam dunia.
Mari terlebih
dulu,lagi, sekali lagi,perhatikanlah bagian pengajaran pendeta Erastus ini:
“Manusia harus
dihukum,tetapi Allah ingin mengampuni manusia. Oleh sebab itu harus ada yang
memikul atau menanggung dosa manusia tersebut. Itulah sebabnya Bapa mengutus
Putera-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus untuk menggantikan tempat manusia yang
harus dihukum tersebut. Ini dilakukan-Nya untuk memenuhi atau menjawab keadilan
Allah. Sekaligus oleh ketaatan-Nya ia bisa menjadi CORPUS DELICTI yang
membuktikan bahwa seharusnya anak-anak Allah dapat taat dan menghormati-Nya
dengan benar. Iblispun terbukti dan pantas dihukum[halaman 37- “Aturan
Main”]”
Kedatangan Anak
Tunggal Allah ke dalam dunia ini telah digambarkan oleh pendeta Erastus sebagai
kedatangan
yang dapat dikenali begitu baik dan sempurna oleh
manusia-manusia pada apakah tujuan pengutusan-Nya oleh Bapa dan bahkan kunjungan
Anak Tunggal itu juga memberitahukan bahwa jika anak-anak Allah mau
menjadi corpus delicti maka memiliki
kuasa pembuktian untuk mendukung dakwaan iblis [tentu dalam versi pendeta
Erastus, bukan Alkitab].
Sebetulnya problem
paling mencengangkan dan paling ajaib yang dipresentasikan oleh pendeta Erastus
adalah bagaimana bukti-bukti kejahatan bisa dihadirkan untuk kepentingan
pengadilan berdasarkan kemauan atau perjuangan gigih untuk menjadi corpus delicti. Sementara bukti-bukti kejahatan seharusnya ada dan terdapat pada tempat kejadian perkara
dan dalam peristiwa dan alat atau benda yang ada atau terlibat dalam peristiwa kejahatan
itu sendiri. Jadi, misalkan saja, saya, sebetulnya, tak mungkin dan mustahil
untuk menjadi salah satu bukti yang
dapat membuktikan kebenaran telah terjadinya sebuah kejahatan entah melalui
kesaksian saya sendiri atau karena saya sendiri menjadi salah satu korban, kalau
saya sendiri tak sungguh-sungguh hadir dan berada di tempat dan di dalam
peristiwa kejahatan itu sendiri. Itu sebabnya “bukti terhadap
kejahatan” tak mungkin bekerja sebagai “menjadi corpus delicti.” Sebetulnya
prinsip ini bekerja dalam pernyataannya yang seperti ini: “Itulah sebabnya Bapa mengutus Putera-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus
untuk menggantikan tempat manusia yang harus dihukum tersebut. Ini
dilakukan-Nya untuk memenuhi atau menjawab keadilan Allah. Sekaligus oleh ketaatan-Nya ia bisa menjadi CORPUS DELICTI yang membuktikan bahwa seharusnya anak-anak Allah dapat taat dan menghormati-Nya dengan benar”
dimana dalam pernyataan ini Yesus dan anak-anak Allah saling berinteraksi. Ada
sebuah relasi yang sebangun yaitu manusia Yesus dengan manusia-manusia yang
adalah anak-anak Allah; mereka dapat melihat Yesus dan mengamati Yesus sehingga
dapat meneladaninya. Tetapi pada anak-anak Allah menjadi corpus delicti yang
dapat membungkam iblis jelas bukan merupakan relasi sebangun dengan Yesus bisa
menjadi corpus delicti yang membuktikan bahwa seharusnya anak-anak Allah dapat
taat dan menghormatinya secara benar. Relasi manusia “anak-anak Allah” dengan
iblis terhadap relasi manusia Yesus dengan manusia-manusia”anak-anak Allah”
bukan saja tak sebangun tetapi menunjukan bahwa kapasitas manusia jauh lebih
hebat daripada Yesus dalam membuktikan iblis bersalah, sebab Yesus memerlukan
pengantaraan manusia-manusia untuk
memampukan Allah mendakwa iblis, sejauh manusia-manusia itu mau taat kepada Allah
berdasarkan keberhasilan Yesus (itu sebabnya dapat menjadi corpus delicti).
Jika Yesus menjadi corpus delicti bagi manusia maka Yesus adalah Anak Tunggal
Allah yang berkuasa dan berdaulat untuk menaklukan iblis dan penguasaannya atas
manusia-manusia, bahkan ia dan Bapa adalah satu, maka bagaimana bisa para
manusia dapat menjadi corpus delicti untuk membungkam iblis sementara mereka
semua tak satu dengan Bapa, sebaliknya tetap berada di dalam kerajaan iblis-
sebagai konsekuensi Yesus tak berkuasa menaklukan pemerintahan iblis saat ia
datang ke dalam dunia ini?
Harus diingat bahwa
Yesus dapat menjadi corpus delicti bagi
anak-anak Allah, hanya memiliki relasi dengan manusia sejauh: untuk
menanggung penghukuman. Itu sebabnya menjadi corpus delicti bagi
mereka atau menjadi substansi atau tubuh kejahatan [bacalah:
“corpus delicti,” dan “General Criminal Law”] merupakan hal yang janggal untuk masih
dibicarakan, sebab: bukankah Yesus telah menanggung penghukuman bagi mereka
sebagaimana diajarkan oleh pendeta Erastus sendiri:
“Bapa
mengutus Putera-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus untuk menggantikan tempat
manusia yang harus dihukum tersebut. Ini dilakukan-Nya untuk memenuhi
atau menjawab keadilan Allah”
Terhadap
siapakah manusia bersalah? Terhadap Allah atau terhadap iblis? Jelas harus
terhadap Allah! Jika tidak terhadap Allah kesalahan manusia maka konsep Yesus
Anak Tunggal Bapa menanggung penghukuman
ganti manusia-manusia tak bekerja sama sekali.
Konsepsi
corpus delicti oleh pendeta Erastus Sabdono ini benar-benar dijejali oleh
relasi yang salah. Bagaimana mungkin
“menjadi taat kepada Allah”
adalah “bukti kejahatan melawan iblis bagi kepentingan Allah?”
Kejahatan apakah dan siapakah pelakunya? Benarkah manusia-manusia adalah alat
kejahatan iblis untuk melawan Allah? Benarkah manusia adalah alat-alat kejahatan
yang dapat membahayakan Allah? Apakah tidak manusia-manusia itu adalah korban
kejahatan iblis, korban tipu muslihat iblis sehingga mengambil sikap sama
dengan iblis dalam relasinya dengan Allah, yaitu dalam relasi permusuhan?
Bukankah relasi yang
benar antara dirinya dengan manusia dan
antara manusia dengan iblis adalah sebagaimana
yang telah Yesus kemukakan ini:
Yohanes
8:42-44 Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku,
sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku
datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang
mengutus Aku. Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. Iblislah
yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan
bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam
kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia
berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta
dan bapa segala dusta.
Inilah 2 realitas relasi yang ada di dunia
ini:
╠Manusia
dapat mengasihi Yesus sebab Allah adalah Bapamu
╠karena
Allah adalah Bapamu maka manusia dapat mengerti bahasa-Ku
╠mengerti
bahasa Yesus maka percaya bahwa Ia datang untuk melakukan kehendak Bapa dan
Bapa yang mengutusnya. Perkataan Yesus memberi kuasa untuk mentaati kebenaran
yang diucapkannya
dan
╠Iblis adalah bapamu sehingga tak
mengerti bahasa atau maksud Yesus
╠karena iblis adalah bapa mereka maka apa yang dilakukan
manusia-manusia adalah keinginan-keinginan iblis.
╠Iblis adalah pembunuh manusia sejak semula
╠Iiblis tidak hidup dalam
kebenaran
╠di
dalam iblis tak ada kebenaran
╠Iblis berdusta atas kehendaknya
sendiri
Jadi
kalau kita mau mengadopsi konsep corpus delicti untuk membuktikan apakah
kejahatan iblis secara telak terhadap Allah sehingga tak dapat berdalih, maka
jelas yang dapat menunjukan dan
menyediakan corpus delicti atau bukti kejahatan iblis, justru adalah Yesus
sendiri sebagaimana dapat ditemukan dalam penjelasan Yesus sendiri yang poin-poinnya
saya sajikan dalam kotak berwarna hitam di atas. Sang Mesias Anak Tunggal Allah
sendiri yang menyatakannya.
Sehingga
secara pasti telah dapat dilihat betapa
konsepsi corpus delicti ala pendeta Erastus telah dijejali kesalahan-kesalahan
relasi yang teramat fatal dan menjadi pondasi yang begitu kuat untuk melahirkan
penyesatan pada siapakah Yesus dan apakah tujuan kedatangannya ke dalam dunia
ini.
Itu
sebabnya dalam
pembukaan injil Yohanes dan injil-injil lainnya, relasi Yesus Anak Tunggal Allah dengan manusia-manusia serta apakah tujuan
kedatangannya yang harus digenapinya sebagaimana
dimaksudkan atau dikehendaki oleh Bapa telah dituliskan sebagai pondasi
untuk memahami berbagai dinamika kehidupan Yesus selama di dunia ini
dan diantara manusia-manusia. Coba perhatikan relasi-relasi semacam ini:
Yohanes
1:4 Dalam
Dia ada hidup dan hidup itu
adalah terang manusia
Yohanes
1:10 Ia telah ada di dalam dunia dan
dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia
tidak mengenal-Nya.
Yohanes
1:11 Ia
datang kepada milik kepunyaan-Nya,
tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak
menerima-Nya.
Yohanes
1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi
anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya. orang-orang
yang
diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara
jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Yohanes
3:19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia
lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab
perbuatan-perbuatan mereka jahat.
Matius
12:12-14Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba?
Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat." Lalu kata Yesus kepada
orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka
pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain. Lalu
keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia.
Yohanes
7:37-39Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah
percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak
mau percaya kepada-Ku, percayalah akan
pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti,
bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." Sekali
lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.
Yohanes
12:36 Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada
padamu, supaya kamu menjadi anak-anak
terang." Sesudah berkata demikian, Yesus pergi bersembunyi dari
antara mereka.
Yohanes
12:37-38 Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di
depan mata mereka, namun
mereka tidak percaya kepada-Nya, supaya genaplah firman yang
disampaikan oleh nabi Yesaya: "Tuhan, siapakah yang percaya kepada
pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan
dinyatakan?"
Yohanes
10:30-33,36 Aku dan Bapa adalah satu."
Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus
kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang
Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan
kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu:
"Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau,
melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya
seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."… masihkah
kamu berkata kepada Dia yang
dikuduskan oleh Bapa dan yang
telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku
telah berkata: Aku Anak Allah?
Yohanes
11:51-Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam
Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan
bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak
Allah yang tercerai-berai. Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk
membunuh Dia. Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara
orang-orang Yahudi, Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke
sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama
murid-murid-Nya.
Apa yang hendak
ditunjukan oleh teks-teks tersebut? Pertama:
kedatangan Yesus ke dalam dunia membawa
misi atau kehendak Allah yang sama sekali bukan untuk menjadi corpus delicti
dalam relasi dengan ketakberdayaan Allah terhadap pembuktian kejahatan iblis,
dan kedua: kedatangan dan tujuan Yesus ke dalam dunia untuk menunjukan bahwa ia
dan Bapa satu untuk menggenapkan maksud kematian Yesus yang akan melahirkan
banyak buah atau banyak orang yang datang dan terikat pada dirinya [buah-Nya]
atau menjadikan manusia yang beriman padanya menjadi anak-anak Allah, bukan
anak-anak Allah yang mau menjadi corpus delicti sehubungan Allah tak berdaya
terhadap iblis dalam pembuktian kejahatan iblis yang dapat menghasilkan
penghukuman yang memenuhi rasa keadilan Allah yang begitu sempurna.
Relasi Yesus terhadap
apakah tujuan kedatangannya dan terhadap manusia-manusia yang mau menjadi
anak-anak Allah bukan berupa relasi corpus delicti, tetapi relasi yang
menyatakan dirinya adalah Allah yang datang ke dalam dunia untuk menjadi
Juruselamat dunia, bukan hanya bangsa Yahudi tetapi bangsa-bangsa lain.
Mengacu pada corpus
delicti ala pendeta Erastus Sabdono dan mempertimbangkan secara cermat bahwa
Yesuslah yang menyedikan corpus delicti yang membungkam iblis maka relasi
corpus delicti ala pendeta Erastus telah berakhir atau berkesudahan menjadi
sebuah relasi yang tak bersesuaian pada antara misi Allah dalam Kristus dengan respon manusia yang dikehendaki
Allah, seperti:
“Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa
mendengar perkataan-Ku dan percaya
kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut
dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” Yoh 5:24
“Kamu
menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu
mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi
kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.” Yoh 5:39-40
“Maka
Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam
kegelapan, melainkan ia akan
mempunyai terang hidup."Yoh 8:12
Penolakan para
manusia hingga pemimpin agamapun terhadap Yesus pun telah menghasilkan berbagai
dinamika yang merupakan kontras tajam menyilaukan terhadap relasi yang
seharusnya dimiliki mereka jika menerima Yesus bahkan membawa pada permusuhan
yang berdarah. Coba perhatikan:
Markus
14:1 mencari jalan untuk menangkap
dan membunuh Yesus dengan
tipu muslihat
Matius
26:59-60 Imam-imam kepala, malah seluruh
Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati,
tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi
akhirnya tampillah dua orang, yang mengatakan: "Orang ini berkata (Yoh
2:19): Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga
hari."
Dalam dinamika
negatif yang pada puncaknya telah menjadi sebuah relasi
negative yang sama sekali tak membunuh maksud Bapa pada dunia ini,
sebaliknya dari relasi negatif semacam
itu lahirlah jalan yang terbentang baginya untuk menggenapi maksudnya
sebagaimana Bapa kehendaki, yaitu: ”Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan
membangunnya kembali dalam tiga hari” (Yoh 2:21) yangterjadi secara
terbuka atau disaksikan oleh banyak manusia dari banyak bangsa, termasuk
orang-orang Yunani:
Yohanes
12:19-21 Maka kata orang-orang Farisi
seorang kepada yang lain: "Kamu lihat sendiri, bahwa kamu sama sekali
tidak berhasil, lihatlah, seluruh dunia datang mengikuti Dia." Di antara
mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang Yunani. Orang-orang itu pergi kepada
Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya:
"Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus."
Yesus
menolak dijumpai bukan karena untuk sekedar bersembunyi (Yoh 12:36), tetapi
terkait apa yang harus dilakukan oleh Yesus dan itu merupakan misi yang Bapa
sematkan padanya untuk dilakukan. Apakah, pada misi yang dikatakannya
itu memiliki relasi corpus delicti agar Ia dapat menjadi bukti bagi manusia
bahwa seharusnya anak-anak Allah dapat mentaati Bapa secara benar, sehingga
pada akhirnya dapat membungkam iblis? Sebagaimana telah dinyatakan oleh pendeta
Erastus Sabdono?
Perhatikan penjelasan
Yesus, apakah puncak misi yang akan dilakukannya dihadapan banyak manusia:
Yohanes
12:23 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya jikalau biji gandum
tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
Ia
mati bukan untuk menjadi corpus delicti yang dapat diteladani anak-anak Allah,
setia hingga mati menjadi corpus delicti [yang dapat menunjukan dan membuktikan
substansi kejahatan iblis pada bukti-bukti di pengadilan] dalam kematiannya. Mengapa
bukan untuk menjadi corpus delicti?
Sebab
ia memang pada saat Allah harus mati agar menghasilkan banyak buah. Sementara
pendeta Erastus mengajarkan setia sampai mati menjadi corpus delicti, Yesus
setia sampai mati sehingga akan menghasilkan banyak buah!
Sebuah
kekacauan konsep yang lahir dari kesalahan relasi yang dibangunnya pada diri
Yesus, bertentangan dengan apa yang disabdakan dan dilakukan oleh Yesus
sendiri.
Kematian
Yesus bahkan bukan untuk kepentingan Allah atau untuk membentuk
manusia-manusia yang mau menjadi corpus delicti hingga mati. Tak pernah
demikian, sebab ketaatan Yesus sampai mati di salib bukan dalam konteks
tersebut, tetapi inilah tujuan kematian yang berlangsung dala ketaatan itu: IA
AKAN MENGHASILKAN BANYAK BUAH.
Apakah yang dimaksud
dengan menghasilkan banyak buah di sini oleh kematiannya
akan menunjukan mengapa menjadi corpus delicti bahkan secara kacau balau sebagaimana konsepsi pendeta Erastus,
mustahil untuk anda lakukan adalah ini:
Yohanes
12:32 dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang
datang kepada-Ku."
“Aku
ditinggikan dari bumi,” memang sebuah ungkapan untuk menyatakan bagaimanakah ia
akan mati:
Yohanes
12:33 Ini dikatakan-Nya untuk
menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.
Dengan demikian,
Yesus tak pernah pada puncaknya menjadi apa yang disangkakan oleh pendeta
Erastus, yaitu menjadi corpus delicti, sebab Yesus pada relasinya dengan
banyak orang melalui
ketataanya dalam memenuhi kehendak Bapa hingga mati telah menjadi jalan
keselamatan bagi banyak orang: “menarik semua orang datang kepada-Ku.”
Itulah kesudahan ketaatan
hingga kematian Yesus, bukan berhasil menjadi corpus delicti bagi anda tetapi
berhasil menjadi Juruselamat Penebusmu. Tentulah Yesus tak pernah berjualan
multi level marketing yang mana anda
kala mati meneruskan : menarik banyak orang datang kepada..siapa?
Anda atau
Yesus??
Sepuluh
Bagian Pertama Telah Selesai
Bersambung ke:
Sepuluh Bagian Kedua
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi Allah
No comments:
Post a Comment