Oleh: Martin Simamora
Sepuluh Bagian
Kedua
Umat Manusia Dalam
Pandangan Allah Yang Mengustus Yesus
(Lebih dulu di “Bible Alone”-Senin,25 Juli 2016- telah diedit dan dikoreksi)
Bacalah lebih
dulu: “bagian 11”
Manusia dalam
perbudakan dosa dan dalam penghakiman Allah, juga, dengan demikian menunjukan
bahwa umat manusia bahkan untuk sekedar membicarakan, membangun dan
menyelenggarakan penghakiman yang berkeadilan pun tak dapat terjadi berdasarkan
dari dirinya sendiri, tetapi dari Allah. Alkitab memberikan realitas tersebut
pada kita.
Bagaimanakah
pengadilan dan penghakiman
dalam Alkitab atau bagaimanakah Allah menegakan keadilan
dalam penghakiman-Nya di dunia
ini,akan memberitahukan kepada setiap pembaca bahwa manusia tak memiliki gagasan dan kemampuan
untuk pada diri mereka sendiri menghadirkannya kecuali Allah memberikannya.
Perhatikanlah
sejumlah teks berikut ini:
Ulangan
1:17 Dalam mengadili jangan pandang
bulu. Baik perkara orang kecil maupun perkara orang besar harus kamu dengarkan.
Jangan gentar terhadap siapapun, sebab pengadilan adalah
kepunyaan Allah. Tetapi perkara yang terlalu sukar bagimu, harus
kamu hadapkan kepadaku, supaya aku mendengarnya.
Keluaran
18:19-23 Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat
kepadamu dan Allah
akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah
dan kauhadapkanlah
perkara-perkara mereka kepada Allah. Kemudian haruslah engkau
mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan
memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang
harus dilakukan. Di samping itu kaucarilah dari seluruh
bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat
dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara
bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima
puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang
besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil
diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan
mereka bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya. Jika engkau berbuat demikian dan Allah
memerintahkan hal itu kepadamu, maka engkau akan sanggup menahannya,
dan seluruh bangsa ini akan pulang dengan puas senang ke tempatnya."
Keluaran
23:1-2 Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong; janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar. Janganlah
engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan, dan dalam memberikan kesaksian mengenai
sesuatu perkara janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum.
Ulangan
10:17 Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah
yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap;
Ulangan
16:18-19 Hakim-hakim dan
petugas-petugas haruslah kauangkat di segala tempat
yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu, menurut suku-sukumu; mereka harus
menghakimi bangsa itu dengan pengadilan yang adil. Janganlah memutarbalikkan
keadilan, janganlah
memandang bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta
mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang
benar.
Bagi Allah pengadilan
itu miliknya, termasuk yang diselenggarakan di dunia ini. Jika pada
bagian sebelumnya, Allah dinyatakan sebagai satu-satunya hakim di dunia ini, maka pada teks ini dikatakan bahwa
pengadilan dan keadilan adalah kepunyaan
Allah. Lebih jauh lagi ditunjukan bahwa institusi pengadilan dan keadilan dunia ini termasuk kemampuan hakim
untuk mengnagani sebuah perkara, sangat
terbatas dan sangat bercela dihadapan
pengadilan dan keadilan Allah.
Serangkaian barang bukti dan kesaksian
yang dapat dihasilkan oleh sebuah
peristiwa kejahatan tak pernah menjadi jaminan sebuah pengadilan akan
berlangsung penuh keadilan sebagaimana kehendak Allah dan dapat berlangsung dalam prinsip
imparsialitas sesempurna diri-Nya. Kemampuan manusia untuk senantiasa
imparsialitas atau senantiasa berkeadilan mutlak sempurna dalam menyelenggarakan
sebuah pengadilan jelas tak terjangkau oleh manusia, itulah sebabnya “harus
kamu hadapkan kepadaku, supaya aku mendengarnya.” Teks ini hendak
menyatakan bahwa manusia bukan pemilik keadilan sempurna yang terwujud dalam
penghadiran bukti dan para saksi yang tak bercela di hadapan Allah dalam
pengadilan dunia.
Maka memang. sungguh
mustahil untuk berpikiran dan berkata terhadap Allah: “Allah tak adil jika
menghakimi iblis tanpa corpus delicti,” atau “Allah saat ini memiliki problem
barang bukti [sejak penghakiman taman Eden]yang dapat secara telak memvonis dan
segera menghukumnya.” Pemikiran dan perkataan yang menghakimi keadilan Allah di
hadapan manusia; pemikiran dan perkataan yang menempatkan manusia memiliki kuasa penghadiran keadilan yang diperlukan oleh Allah, seolah mengatakan
Allah tak memiliki apa yang dimiliki manusia.
Mengapa manusia tak
sama sekali seperti yang ditakarkan oleh pendeta Dr. Erastus? Sebab manusia
bahkan untuk memahami dan melaksanakan hukum dalam keadilan sempurna tak
akan bisa menjangkau perkara yang terlalu sukar jika untuk
menangani perkara-perkara kecil saja membutuhkan Allah (Keluaran 18:19-23).
Jika pendeta Erastus
menunjukan dirinya sebagai yang mampu membangunkan atau mengkonstruksikan
sebuah peradilan yang seharusnya dilakukan Allah (sebab Allah tak melakukan
seperti sangkaan pendeta Erastus) melalui buah-buah pemikirannya yang menyangka
memiliki hikmat keadilan yang dibutuhkan Allah, maka pertanyaannya, kemudian
adalah: apakah Allah membutuhkan hikmatnya agar Allah sendiri tidak mengingkari
keadilannya sendiri sehingga dapat menjadi cela bagi iblis untuk berkelit?
Keadilan
Allah, tepat pada eksekusinya, tak akan pernah terlepas dari
pelaksanaan penghakiman-Nya yang adil sebab Ia adalah Allah yang adil. Begitu tak
terpisahkan dan mutlak sehingga itu adalah dasar kebahagiaan bagi setiap orang yang
menantikan-Nya:
Yesaya
30:18 Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya
hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak
menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah
Allah yang adil; berbahagialah
semua orang yang menanti-nantikan Dia!
Keadilannya
bahkan bertaut erat dengan dirinya yang ingin selalu menunjukan kasih-Nya
kepada setiap orang yang beriman pada-Nya. Ia bahkan telah merancangkan saat
atau waktu yang ditetapkannya untuk menunjukan kasih-Nya bagi setiap orang
percaya!
Yesaya
5:16 Tetapi TUHAN semesta alam akan
ternyata maha tinggi dalam keadilan-Nya, dan Allah yang maha
kudus akan menyatakan kekudusan-Nya dalam kebenaran-Nya.
Yesaya
26:8 Ya TUHAN, kami juga menanti-nantikan saatnya Engkau menjalankan
penghakiman; kesukaan kami ialah menyebut nama-Mu dan mengingat Engkau.
Yesaya
28:14-18 Sebab itu dengarlah
firman TUHAN, hai orang-orang pencemooh, hai orang-orang yang memerintah
rakyat yang ada di Yerusalem ini! Karena kamu telah berkata: "Kami telah
mengikat perjanjian dengan maut, dan dengan dunia maut kami telah mengadakan
persetujuan; biarpun cemeti berdesik-desik dengan kerasnya, kami tidak akan
kena; sebab kami telah membuat bohong sebagai perlindungan kami, dan dalam
dusta kami menyembunyikan diri," sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH:
"Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang
teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang
percaya, tidak akan gelisah! Dan Aku akan membuat keadilan menjadi tali
pengukur, dan kebenaran
menjadi tali sipat; hujan batu akan menyapu bersih perlindungan bohong,
dan air lebat akan menghanyutkan persembunyian." Perjanjianmu dengan maut itu akan ditiadakan,
dan persetujuanmu
dengan dunia orang mati itu tidak akan
tetap berlaku; apabila cemeti berdesik-desik dengan kerasnya,
kamu akan hancur diinjak-injak.
Keadilan
Allah berkuasa atas maut; keadilan Allah berkuasa untuk
menghancurkan kuasa dunia orang mati atas setiap manusia yang menjadi
umat kepunyaan-Nya!
Tidak akan pernah ada
dijumpai Allah memiliki problem atas pemerintahan iblis atau Allah tak berkuasa
atas dunia maut sebab belum sanggup
untuk menghakimi iblis karena problem corpus delicti atau ketakpunyaan
bukti-bukti kejahatan iblis dalam pengadilan-Nya sendiri!
Jadi tak perlu
menjadi cemas dan gusar sebagaimana yang sedang dipromosikan oleh pendeta
Erastus dalam sebuah eufeisme bertajuk: berjuang menjadi corpus delicti. Dan
untuk selanjutnya begitu lancang menghakimi Allah sebagai yang saat ini sedang kewalahan
dalam menemukan barang bukti sesegera mungkin dan malahan membutuhkan bantuan
atau pertolongan manusia dengan topeng cantik bernama :corpus delicti atau
menjadi taat dan hormat kepada Allah, sebagaimana Yesus! Karena jikapun apa
yang anda dan saya pikirkan keadilan tak datang-datang atas iblis sebab Allah
tak punya bukti kuat untuk melawan iblis dalam pengadilan sehingga bisa seketika
itu membinasakan, itu sama sekali bukan
karena Ia sedang begitu pusing dalam mencari-cari barang bukti sehingga harus menunda pembinasaan iblis, tetapi semata karena Ia memiliki saat atau
waktu-Nya sendiri sebagaimana telah
Ia tetapkan untuk berlangsung di dalam perjalanan sejarah manusia yang lagi
sedang mewujud sementara itu telah ditetapkan-Nya.
Keadilan, terutama
pada Allah, memang jauh lebih dicurigai ketimbang pada keadilan yang
diselenggarakan oleh manusia di dunia ini. Kerap, karena IA tak
segera bertindak dan kejahatan merebak maka secara alami,
manusia akan bertanya: dimanakah keadilan Tuhan itu?
Mazmur
73:9-10 Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi. Sebab
itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang
berlimpah-limpah. Dan mereka berkata: "Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?"
Ayub
23:13-14 Tetapi pikirmu: Tahu apa Allah? Dapatkah Ia mengadili dari balik awan-awan yang gelap?
Awan meliputi Dia, sehingga Ia tidak dapat melihat;
Ia berjalan-jalan sepanjang lingkaran langit!
Mazmur
59:7-8 Sesungguhnya, mereka menyindir dengan mulutnya; cemooh ada di bibir
mereka, sebab--siapakah yang
mendengarnya? Tetapi Engkau, TUHAN, menertawakan
mereka, Engkau mengolok-olok segala bangsa.
Mazmur
10:10-11 Ia membungkuk, dan meniarap, lalu orang-orang
lemah jatuh ke dalam cakarnya yang kuat. Ia berkata dalam hatinya: "Allah
melupakannya; Ia menyembunyikan wajah-Nya, dan tidak akan melihatnya untuk
seterusnya."
Mazmur
64:5 Mereka berpegang teguh pada maksud yang jahat, mereka membicarakan hendak
memasang perangkap dengan sembunyi; kata
mereka: "Siapa yang melihatnya?"
Manusia memang sangat mencurigai
kemampuan Allah untuk secara mandiri apalagi independen dapat menegakan
keadilan di dunia yang jahat ini. Ketika pendeta Erastus Sabdono berkonsep
penegakan keadilan Allah adalah corpus delicti, siapapun akan melihat 2
komponen yang menunjukan ketakberdayaan Allah: (a)Bapa mengutus Anak-Nya hanya untuk menanggung penghukuman atas
manusia-manusia tanpa kuasa untuk membebaskanya dari kuasa pemerintahan iblis,
yang terunjukan dengan pernyataan pendeta Erastus: (b)Yesus Kristus dengan menjadi taat dan hormat kepada Allah sehingga
dapat menjadi teladan bagi anak-anak Allah untuk berjuang menjadi corpus
delicti sebagaimana Yesus, sehingga iblis dapat dibungkam. Pendepresiasian terhadap kuasa penegakan
keadilan Allah semacam “tahu
apa Allah?”untuk mampu dan berkuasa menaklukan pekerjaan iblis telah menjadi jiwa yang begitu kuat dalam pengajaran pendeta Erastus yang juga nampak
pada pengajarannya di bawah ini:
Ini adalah gambaran
klasik manusia secara umum kala mengarahkan pandangan mata ke sekeliling dunia
ini, lalu melihat ke langit yang tetap saja menampilkan langit biru dan suara
burung yang bernyanyi di fajar menyingsing. Manusia sangat dimaklumi bertanya,
kemudian, masih bernyanyi jugakah engkau Tuhan?? Jika demikian, apakah yang
harus lebih dipercaya lagi, padamu semata ataukah engkau membutuhkan
pertolongan kami demi kehormatanmu di hadapan iblis? Realitas saat ini ataukah
Alkitab yang melawan dirinya? Harus dicamkan, bagaimanapun sementara anda
berpikir dan berkata ada problem pada diri Allah dengan keadilan di dunia ini,
nyatanya langit memberitakan keadilan-Nya! Tetapi memang demikianlah realitas
manusia-manusia itu, bahkan tak kecuali bisa
saja menjangkiti yang disebut pendeta.
Pada tatar manusia memandang Allah terhadap kejahatan di dunia ini oleh manusia-manusia
saja, telah kita lihat tadi, manusia dapat mencurigai Allah secara begitu
gelap. Mari kita perhatikan lagi pada teks
berikut ini:
Maleakhi
2:17 Kamu menyusahi TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata: "Dengan
cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap
orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang
demikianlah Ia berkenan--atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?"
“Dimanakah Allah yang menghukum?” Hei… Allah kenapa Kau tak segera
menghukum? Ada masalahkah denganmu? Engkau tak dapat menyatakan apakah
corpus delicti [substansi kejahatan] untuk setiap kejahatan?
Ingat, Allah akan
berkata lantang dengan keras kepada siapapun manusia yang begitu pongah
meletakan ukuran kekerdilan jiwa dan otaknya sebagai dasar-dasar yang harus
diindahkan oleh kemahaan-Nya! Pernahkan anda membaca ini:
Yesaya
40:12-14 Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran,
menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca? Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi
petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat? Kepada
siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa
mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan
pengertian?
Ketika pendeta
Erastus mewajibkan “temuannya” atau “invensinya” bahwa Allah tidak akan adil
dalam pengadilannya atas iblis, jika tidak memiliki bukti yang memadai melalui
“program” keadilan dunia bernama corpus
delicti, sementara dalam Alkitab sama sekali gagasan ini tidak pernah muncul dalam
pemberitaan kabar baik sebagaimana siapapun dapat membaca dan menyelidikinya
dalam Kitab Suci atau Alkitab,pendeta tersebut hendak mengatakan bahwa Allah
bukanlah Allah sebagaimana IA menyatakannya, dan yang menjadi tragedi
mengerikan dalam pengajaran semacam ini
adalah: Ia sedang memutarbalikan apa yang menjadi kesaksian Allah terhadap umat
manusia! Bahwa Ia berkuasa menghakimi dan melucuti iblis di dunia ini sebagai
penjahat terkutuk dihadapannya sehingga IA sanggup mengakhiri perjanjian
(kutuk) dunia orang mati dengan manusia.
Apakah
pendeta Erastus hendak mengajarkan Allah? Sedang hendak
memberikan kepada Sang Hakim: ini loh Tuhan yang harus Engkau lakukan,
agar dihadapanku dan jemaatku, Engkau benar-benar adil!
Begitukah?
Harus kembali dicamkan
Tuhan tidak sederajat dengan manusia
dalam segenap hal, termasuk dalam hal mengapresiasi keadilan penghakiman.
Manusia berdosa hendak menghakimi Allah pada bagaimana seharusnya si iblis
dihakimi agar si iblis mendapatkan keadilan??
Maka perhatikanlah
ini baik-baik sebelum hendak mengajari hukum dan penegakan keadilan kepada Allah :
Yesaya
61:8 Sebab Aku, TUHAN, mencintai
hukum, dan membenci perampasan dan
kecurangan; Aku akan memberi upahmu dengan
tepat, dan akan mengikat perjanjian abadi dengan kamu.
Yesaya
5:18 Tetapi TUHAN semesta alam akan ternyata maha tinggi dalam keadilan-Nya, dan Allah
yang maha kudus akan menyatakan kekudusan-Nya dalam kebenaran-Nya.
Yesaya
28:17 Dan Aku akan membuat keadilan menjadi
tali pengukur, dan kebenaran menjadi tali sipat
Dalam hal hukum, Ia
adalah TUHAN! Bukan Manusia! Dan kala ia berkata MEMBENCI KECURANGAN, maka itu
Ia berkata sebagai TUHAN, bukan Manusia! Apakah artinya, dengan demikian?
Pikiranmu yang tak dapat memahami Tuhan, tak berhak untuk mengukur Tuhan seolah
Ia berpotensi gagal untuk menegakan keadilan tak bercela pada dirinya sendiri
dan seolah Ia berpotensi melakukan dosa sebagaimana manusia yaitu tak dapat
menyediakan keadilan yang benar-benar adil. Terkait bagaimanakah Ia mewujudkan
kehendak keadilan-Nya! Tak ada yang berhak mengatur diri-Nya harus
begini dan begitu, jika tidak begini dan begitu, maka tak adil, kata manusia!
Kesempurnaan Hukum
Tuhan bahkan keadilan-Nya terhadap kehidupan dan penghidupan binatang, bahkan
diakui oleh dunia binatang, tetapi memalukanya, tidak diakui dan bahkan
diragukan oleh manusia. Jika hewan tak mempertanyakan waktu-Nya
Tuhan dan tak menyangsikan-Nya, mengapa manusia lebih bodoh daripada binatang
dalam mengenali Allahnya? Perhatikanlah berikut ini:
Yeremia
8:7 Bahkan burung ranggung di udara
mengetahui musimnya, burung tekukur, burung layang-layang dan burung bangau
berpegang pada waktu kembalinya, tetapi
umat-Ku tidak mengetahui hukum TUHAN.
Apakah manusia
menyangsikan keadilan pada hukum Tuhan itu, ataukah jauh lebih buruk lagi? Yang
pasti, jauh lebih buruk manakala Allah hanya melihat dunia binatang
saja yang mengakui pemerintahan hokum-Nya sementara dunia manusia
memandang rendah keadilan pada hukum-Nya: “Bagaimanakah kamu berani berkata: Kami bijaksana, dan kami mempunyai Taurat TUHAN?
Sesungguhnya, pena palsu penyurat sudah membuatnya menjadi bohong. Orang-orang
bijaksana akan menjadi malu, akan terkejut dan tertangkap. Sesungguhnya, mereka
telah menolak firman TUHAN, maka kebijaksanaan
apakah yang masih ada pada mereka?- Yeremia8: 8-9.”
Jika
dahulu demikian, maka itu tetap demikian pada manusia-manusia yang mengaku
memiliki kebijaksanaan yang tak pernah ditemukan dalam dunia Kristen
sebelumnya?!
Manusia memang tak
memiliki posisi untuk mengubah pemikiran Allah dalam hukum dan bagaimana keadilan yang dihasilkan
dari hukum-Nya itu akan tegak sempurna di hadapan manusia dan di hadapan iblis
sebagaima menurut-Nya saja, karena satu hal: berbeda dengan manusia, pekerjaan
Allah itu mengerjakan keadilan dan penghukuman dalam keseharian-Nya
dalam sejarah dunia ini!
Apakah
demikian juga keseharian manusia dalam sejarah dunia ini??
Itu sebabnya tak akan
ada yang sanggup menemukan kecurangan pada diri-Nya:
Ulangan
32:4 Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil,
Allah yang setia, dengan tiada
kecurangan, adil dan benar Dia.
2Samuel
22:31 Adapun Allah, jalan-Nya
sempurna; sabda TUHAN itu
murni; Dia menjadi perisai bagi
semua orang yang berlindung pada-Nya.
2
Tawarikh 19:7 Sebab itu, kiranya kamu diliputi oleh rasa takut kepada TUHAN.
Bertindaklah dengan seksama, karena
berlaku curang, memihak ataupun menerima suap tidak ada pada TUHAN,
Allah kita."
Berbicara keadilan
pada diri Allah, jangan pernah menyangka itu adalah sebuah perkara yang begitu
defisit pada dirinya dan begitu surplus pada dunia manusia, sampai-sampai Allah
untuk sekedar mendapatkan substansi kejahatan atau corpus delicti yang akan
membungkam iblis, harus bergantung pada diri manusia? Hai
manusia-manusia menyangka dirinya lebih berhikmat dalam perkara keadilan
daripada Tuhan, perhatikanlah ini:
Mazmur
97:2-6 Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan
takhta-Nya. Api menjalar di hadapan-Nya, dan menghanguskan para lawan-Nya
sekeliling. Kilat-kilat-Nya menerangi dunia, bumi melihatnya dan gemetar.
Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi. Langit memberitakan
keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.
Keadilan dan Hukum
itu tumpuan takhta-Nya! Jangan kuatir Ia tak akan adil dan
apalagi berpikir iblis dapat membebaskan dirinya dari dakwaan-Nya sebab Ia bisa
tak benar-benart adil! Bahkan langit
memberitakan keadilan-Nya! Ingatlah bahwa pengadilan ini hakimnya adalah
Allah yang kudus, dan kala kekudusan-Nya menghanguskan atau membinasakan segala
yang najis, IA tak memerlukan corpus delicti dari manusia dan iblis tak akan
pernah menjadi kudus sekalipun tak tersedian bukti kejahatan menurut
keterbatasan keadilan manusia untuk menegakan keadilan.
Siapakah yang Tuhan
panggil untuk menyediakan bukti-bukti kejahatan itu? Manusia-manusia yang
mulutnya bisa manis tetapi hatinya penuh kelicikan? Tak akan pernah!
Sebaliknya. Ia memanggil langit dan
bumi! Itu sebabnya dikatakan: langit memberitakan keadilan-Nya.
Bersambung ke bagian 13
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi Allah
No comments:
Post a Comment