Oleh: Martin Simamora
1 1 1
Jikalau
bahaya mengepungmu atau keputusasaan menyelimuti jiwamu atau orang-orang jahat
merancang dan berupaya hebat merampas
nyawamu dari tubuhmu, apakah kita sebagai orang-orang percaya masih benar-benar
percaya kepada pertolongan Tuhan dalam sebuah derajat yang sangat vulgar tanpa
keraguan?
Akankah anda dan saya dapat berkata seperti ini:
Mazmur 11:1 Pada TUHAN aku berlindung, bagaimana kamu berani berkata kepadaku: "Terbanglah ke gunung seperti burung!"
Daud, sang pemazmur berkata “pada TUHAN!” Bukan pada kekuatanku,
bukan pada kecerdikanku, bukan pada apa yang dapat kulakukan, bukan pada
keyakinan hatiku, bukan pada hikmat dan kebenarannya atau pada kekuatan dunia yang dapat diakses
atau dimilikinya.
Daud menjelaskan bagaimana
dia dapat kokoh untuk menjadikan TUHAN
sebagai tempat perlindungannya, tidak berhenti dan tidak berputus asa dalam
pengharapan kala situasi bahaya yang dihadapi tidak dapat diatasi begitu saja
bahkan oleh kekuatan manusia.
Tidak Ada
Yang Lain, Selain Dia Saja Perlindunganku
Seberapa kuatkah kekuatan
yang dapat anda akses atau anda miliki dapat melindungi dirimu dan seberapa
andalkah perlindungan atau proteksimu memiliki skalabilitas (atau rentang jangkauan untuk mencakup) yang
mustahil tak terhingga dalam menghadapi
varian-varian bahaya. Daud bukanlah
seseorang yang tidak mengenal kekuatan
yang dimiliki oleh seorang laki-laki. Saya berpendapat dia sangat mengenalnya
dalam usia yang belia malahan. Ada baiknya kita melihat sebuah peristiwa
fenomenal yang sangat bernilai dalam kehidupan Daud atau pengalamannya
mengandalkan TUHAN dalam sebuah peristiwa yang
amat bersejarah saat dia berduel melawan Goliat. Berikut ini adalah dialog antara Daud dengan
raja Saul dan Daud dengan Goliat:
1Samuel
17:33-47 “(33) Tetapi
Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat
menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda,
sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit."(34) Tetapi
Daud berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan
kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang,
yang menerkam seekor domba dari kawanannya,(35) maka aku mengejarnya, menghajarnya dan
melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku,
maka aku
menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya.
(36) Baik
singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu
ini.
Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti
salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada
Allah yang hidup."(37) Pula kata Daud: "TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa
dan dari cakar beruang, Dia juga
akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu." Kata Saul kepada Daud:
"Pergilah! TUHAN menyertai engkau."(38) Lalu Saul mengenakan baju perangnya
kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya dan dikenakannya baju
zirah kepadanya.(39)
Lalu Daud mengikatkan pedangnya di luar
baju perangnya, kemudian ia berikhtiar berjalan, sebab belum pernah
dicobanya. Maka berkatalah Daud
kepada Saul: "Aku tidak
dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya."
Kemudian ia menanggalkannya.
(40) Lalu
Daud
mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya
dari dasar sungai lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung gembala
yang dibawanya, yakni tempat batu-batu, sedang umbannya dipegangnya di
tangannya. Demikianlah ia mendekati orang Filistin itu.(41) Orang Filistin itu
kian dekat menghampiri Daud dan di depannya orang yang membawa perisainya.(42) Ketika orang Filistin itu menujukan pandangnya ke
arah Daud serta melihat dia, dihinanya Daud itu karena ia masih muda,
kemerah-merahan
dan elok parasnya.(43) Orang Filistin itu berkata kepada Daud: "Anjingkah aku, maka engkau mendatangi aku dengan
tongkat?" Lalu
demi para allahnya orang Filistin itu mengutuki Daud.(44) Pula orang Filistin itu berkata kepada Daud:
"Hadapilah aku, maka aku akan
memberikan dagingmu kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang
di padang."
(45)
Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: "Engkau
mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi
engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang
kautantang itu.(46) Hari
ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan
memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan
mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada
binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah,(47) dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan
dengan pedang
dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu
ke dalam tangan kami.
Daud, bukan seorang pemain baru dalam dunia yang penuh dengan mara bahaya dan ancaman, kekerasan hingga bahaya maut. Sejak belia dia sudah mengakrabinya, bahkan dalam pekerjaan yang terlihat ringan- menggembalakan ternak kambing domba- justru di bidang seperti inilah dia bertarung dengan singa dan beruang demi membela gembalaannya dan dirinya sendiri, sebuah resiko kematian telah dia hidupi hanya untuk binatang-binatang gembalaannya. Hebatnya, dalam hal ini pun Daud berkata “TUHAN yang melepaskan aku.” Daud tidak mengatakan kehebatannya dalam berkelahi dalam melawan dua hewan buas yang sangat bertenaga (tak hanya dulu, pun sekarang) atau bagaimana tangkasnya dia menaklukan hewan buas itu. Daud sangat mengenali Tuhannya dalam sebuah cara yang vulgar tak main-main, melalui rangkaian-rangkaian momentum yang kental dengan maut. Dalam keadaan seperti itulah dia mengandalkan Tuhannya dan tak tak tertahankan untuk dilontarkan secara bulat kepada raja Saul.
Daud adalah seorang gagah perkasa,
namun bukanlah sosok yang maskulin
apalagi macho untuk dunia sekarang.
Lihatlah, baik raja Saul dan Goliat kedua-duanya meremehkannya dan tidak melihat
Tuhan yang diimani oleh Daud. Raja Saul berkata “tidak mungkin engkau dapat sebab
masih muda!” Tak piawai berperang dan tak berotot untuk bertarung nyawa
apalagi menghadapi Goliat yang terlahir sebagai petarung tangguh. Sementara Goliat memandang Daud dengan hina sebab
tampangnya yang “imut-imut nan culun.” Saya pikir, siapapun akan tergoda untuk
bersikap sama. Dan lihatlah reaksi Goliat ketika Daud hanya datang dengan
tongkat, itu membuat Goliat merasa terhina seolah-olah Daud sedang menghadapi
seekor anjing?
Daud bukan pongah atau
arogan atau sok beriman sehingga tak rasional dalam menghadapi realitas bahaya.
Daud sebetulnya tak keberatan ketika Saul menyematkan senjata sepantasnya
seorang pergi berperang :
1 Samuel 17:38-39 (38) Lalu Saul mengenakan baju perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya dan dikenakannya baju zirah kepadanya.(39) Lalu Daud mengikatkan pedangnya di luar baju perangnya”
Daud adalah seorang yang
rasional dan menuruti apa yang dipandang
Saul benar dan penting untuk dikenakannya agar dia dapat berperang dengan baik. Daud pun turut memperhitungkannya. Daud menimbang kemampuan fisiknya dan efektifitas
senjata perang yang paling tepat baginya, KETIKA dia memutuskan untuk pada
akhirnya melucuti arsenal perangnya:
Ayat 39 kemudian ia berikhtiar berjalan, sebab belum pernah dicobanya. Maka berkatalah Daud kepada Saul: "Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya." Kemudian ia menanggalkannya.
Maka memang berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan paling rasional dan pilihan-pilihan terbaik atas
keterbatasan-keterbatasannya maka yang terbaik baginya adalah tidak membawa alat perang.
NAMUN
apa yang dilakukan oleh Daud LEBIH DARIPADA pertimbangan rasional tersebut,
pertimbangan-pertimbangan rasionalnya
itu bukanlah kunci kemenangan atau kesuksesannya. Mari kita cermati perkataan Daud berikut ini:
(1) Dan orang Filistin akan sama
seperti salah satu dari pada binatang . Ini berbicara
sebagaimana Daud menghabisi hewan-hewan buas itu dengan tanpa senjata
tajam, pun akan demikian dengan Goliat.
(2) TUHAN yang melepaskan aku dari
cakar Beruang dan cakar Singa, maka TUHAN juga
yang akan melepaskan aku dari
tangan orang Filistin itu.
(3)
Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku
mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam
(4) Hari ini juga TUHAN akan
menyerahkan engkau ke dalam tanganku
Daud tidak berkata-kata atas dasar sebuah pengandaian terkait perlindungan dan pembelaan Tuhan atas dirinya kala marabahaya mengintai jiwanya dengan ganas. Tidak! Bagi Daud pengalaman bersama Tuhan adalah jaminan untuk menghadapi masa depan, tidak ada dasar baginya untuk tidak berharap Tuhan melakukan hal yang sama kala situasi mencekam atau kala bahaya membuat dirinya bagaikan mangsa empuk. Daud, ketika menghadapi bahaya yang melampaui daya tangkalnya sebagai manusia tak bisa tidak harus berkata TUHAN adalah tempat perlindunganku. Siapakah yang akan menolongnya di padang gurun kala Singa dan Beruang mengancam?
Kerap
kali, kita harus sendirian dalam menghadapi dan menjalani mara bahaya yang
terkadang siap menelan kita kapan saja dan dalam momen yang bahkan paling kita anggap aman. Ada banyak
momen-momen berbahaya, dan orang-orang yang paling kita andalkan, orang-orang yang
paling kita kasihi tak sanggup atau tak kuasa untuk mengulurkan tangan
pertolongan, oleh sebab bahaya yang mengintai bukanlah bahaya yang berada dalam kekuasaan tangan manusia untuk menahannya sehingga tak
membahayakan nyawamu. Kadang dan kerap walau anda tidak di tengah-tengah padang
belantara, namun sesungguhnya anda sendirilah yang harus berhadap-hadapan dengan bahaya itu.
Mungkin itu terkait pekerjaanmu, mungkin itu terkait kesehatan dirimu yang
kritis, mungkin itu terkait tanggungjawab yang menyangkut nyawa banyak orang. Orang-orang dekat pasti
memberikan semangat dan dukungan, pun orang-orang terkasih akan senantiasa
mendoakan anda. Namun anda sendirilah yang menghadapi cakar Beruang dan
cakar Harimau. Apakah anda menjadikan
Tuhan sebagai tempat perlindunganmu kala situasi ini menderamu?
Pada akhirnya kekuatan dan
sarana rasional yang tersedia di dunia
ini memang berguna, namun terbatas. Terbatas baik pada sarana-sarana rasional
itu dan terbatas pada manusia untuk menggunakannya secara baik dalam menghadapi
atau mengatasi momen-momen kritis itu. Ya...seperti Daud yang justru harus
melepaskan sarana-sarana rasional. Jika demikian, apakah manusia harus berhenti
dan menyerah? TIDAK! Daud tetap maju.
Daud
maju dengan apa yang bisa dia lakukan dan apa yang dia kuasai. Itu bisa saja
sangat tak tepat di mata dunia atau tak sepadan untuk menghadapi masalahnya.
Pilihan Daud bagaikan memilih sebuah
obeng untuk menghancurkan sebuah tembok. Daud memilih mengambil sebuah tongkat,
alat yang sangat dia kuasai sebagai seorang penggembala. Tentu saja di mata Goliat ini sungguh
menggelikan dan dalam kadar tertentu adalah sebuah penghinaan: “Anjingkah aku?” Daud mendatangi Goliat hanya dengan tongkat
kayu seperti hanya menghadapi seekor anjing bagi Goliat. Kita tahu bahwa Daud
memiliki keyakinan akan sebuah masa depan gemilang bahwa sebagaimana Tuhan TELAH melindungi dari binatang-binatang buas
maka Tuhan pun dapat diandalkan untuk bahaya yang dapat mengancam dirinya di MASA
MENDATANG.
Perhatikan! Daud tidak
meremehkan masalah atau ancaman atau musuhnya yang gagah perkasa. Kita sudah
melihat mengapa Daud mendatangi Goliat dengan senjata sangat remeh itu.
Ya..karena Daud terbatas untuk menggunakan arsenal perang yang sepantasnya! Dan
Daud bukan orang yang konyol, sebab Daud tahu sekali SIAPAKAH TUHANNYA dan APA
YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH TUHANNYA. Daud
begitu memercayakan masa depan dirinya berdasarkan masa lalu yang telah
Tuhan hadirkan bagi dirinya. Masa lalu yang membuat dia bertumbuh sebagai sosok
yang mengenal dan percaya bahwa Tuhannya
akan melakukan hal yang sama untuk masa-masa mendatang bagi dirinya. Dalam
peristiwa-peristiwa yang membahayakan nyawanya. Daud, bahkan, sebetulnya, sangat
dekat dengan maut sebab tubuhnya begitu dekat dengan maut dan harus demikian
agar dia dapat menghajarnya. Dengan kata lain, dalam kehidupan Daud, mara
bahaya tidak berlalu tanpa dirinya harus menghadapinya atau dalam kehidupan
Daud, marabahaya selalu ada bahkan sekalipun ia berada di dalam perlindungan Tuhan. Perlindungan Tuhan tidak
mengeliminasi bahaya-bahaya dalam keseharian hidupnya. Menarik untuk
membandingkan kesaksian Daud pada Mazmur
23:
(4) Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.(5) Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.
Daud
sejak belia melihat Tuhan melindungi dia tepat saat bahaya itu sendiri asyik
membelai-belai tubuhnya yang kecil. Tuhan memperlakukan dia secara khusus dan
mengajarkan kepada dirinya untuk menjadi orang percaya yang tangguh dan paling
realis. Seorang realis yang tahu sekali bahwa senjata pamungkas dalam
menghadapi marabahaya bukanlah apa yang
paling baik dalam pandangan dunia, namun
apa yang Tuhan telah ajarkan dan perlihatkan pada dirinya. Daud melihat
perlindungan Tuhan adalah “berjalan dalam lembah kekelaman sementara
Tuhan menyertai dia” bukan
“berjalan
dalam jalan yang damai dan tenang sebab
Tuhan menyertai dia.” Bagi Daud perlindungan Tuhan adalah “Tuhan
menyediakan hidangan baginya, sementara lawannya tetap ada berdiri di hadapannya”
bukan “Tuhan menyediakan hidangan
baginya dan karenanya lawannya lenyap dari hadapannya.”
Daud berjalan bersama Tuhan
dalam iman yang realistis bukan fantasi.
Dia tidak pernah mengenal sebuah penyertaan Tuhan yang mengakibatkan kehidupan
sorga lantas menyelimuti dunianya. Tidak! Dalam hal ini pun kita melihat, dari
dirinya lahir mazmur-mazmur yang indah, dari seorang yang mengalami Tuhan
secara dahsyat dalam sebuah cara keringat yang mengucur deras, dalam sebuah
cara yang mencekam, dalam sebuah cara yang menggidikan nyali siapapun.
Apakah kita merasakan ancaman atau marabahaya atau ketidakpastian
atau masalah-masalah tetap tak berangsur surut dalam hidup ini, tak ada perubahan? Meski telah berdoa namun bahaya
tetap eksis? Meski telah memuji Tuhan namun musuh tetap tegak gagah perkasa? Meski
telah mengandalkan Tuhan namun masalah malah menghantam bertubi-tubi? Jika
ya... jangan putus asa dan jangan salah menuding, Tuhan tidak dapat berbuat
sesuatu untuk meluputkanmu dari deret masalahmu! Sebab Tuhan memiliki sejarah
hebat dalam membela orang-orang yang dikasihinya dalam cara yang tak dapat anda
bayangkan: “Tuhan menyertai namun anda berjalan dalam lembah kekelaman.”
Bahwa didalam lembah kekelaman itu anda harus mengandalkan gada dan tongkat Tuhan sementara bahaya tetap
menyelimutimu. Bahaya tetap menyelimutimu tetapi bahaya itu tidak dapat
meremukan hidupmu oleh sebab gada dan tongkat
Tuhan adalah perlindunganmu, itulah satu-satunya penghiburanmu sementara
anda harus menjalaninya tak peduli sejauh apa perjalanan itu dan tak peduli
setajam apa cakar yang hendak mencabik-cabik dirimu dan masa depanmu; tak
peduli apakah kekuatan lawan atau musuh atau masalah lebih kuat daripada seekor
beruang atau singa.
Kokoh dan
Tegar Dalam Selimut Bahaya
Menjadi dapat dipahami
dengan demikian jika Daud kemudian lantang berkata :
bagaimana kamu berani berkata kepadaku: "Terbanglah ke gunung seperti burung!"
Sekali lagi, dalam hal ini Daud tidak sedang berpongah ria atas resiko atau ancaman, namun dia
sedang mengambil sebuah sikap yang benar untuk memulai sebuah perjalanan untuk
menghadapi dan mengatasi bahaya. Daud memulainya dengan memandang kepada Tuhan
sebagai satu-satunya sumber kehidupan
dan pertolongan bagi setiap orang percaya. Adakah yang lebih baik selain
memandang kepada Tuhan, jika saya dan anda mengaku sebagai orang yang PERCAYA
kepada Tuhan. Percaya, berarti anda melepaskan diri anda kedalam apapun
kebijakan atau apapun langkah yang Tuhan putuskan dan lakukan atas dirimu.
Daud menghadapi masalah yang
sangat serius dan dia sangat paham akan kekuatan musuhnya yang demikian
mematikan:
Mazmur
11: 2 Sebab, lihat orang
fasik melentur busurnya, mereka memasang anak panahnya pada tali busur,
untuk memanah orang yang tulus hati di tempat gelap.
Ini lawan yang luar biasa mematikan
sebab anda tidak dapat mengetahui keberadaanya atau siapa sesungguhnya musuhmu,
selain anda hanya tahu ada orang yang jahat kepadamu. Lawanmu memiliki daya bunuh
dari tempat yang jauh dan memiliki posisi strategis untuk melancarkan
pembunuhan. Ini adalah situasi yang memusingkan dan membutuhkan ekstra kekuatan
dan ekstra intelijen dalam menangkal ancaman-ancaman yang sedang berada dekat
dengan dirinya namun memiliki jarak
ideal untuk melancarkan niat jahatnya tanpa anda ketahui.
Ini musuh hebat yang menggentarkan.
Tetapi apakah Daud menjadi terhancurkan dan teremukan jiwanya dalam menghadapi
tantangan maut yang tak bisa dia hadapi dengan tangan bersenjata sekalipun? Terhadap musuh atau masalah yang mengintai dari tempat
tersembunyi, Daud memiliki dasar yang lebih kokoh untuk mengusir
kemencekaman yang siap melahirkan
keraguan dan ketakpercayaan kepada Tuhan :
Mazmur
11:4 TUHAN ada di dalam bait-Nya yang
kudus; TUHAN, takhta-Nya di sorga; mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya
menguji anak-anak manusia.(5) TUHAN menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia
membenci orang yang mencintai kekerasan.(6) Ia menghujani orang-orang fasik
dengan arang berapi dan belerang; angin yang menghanguskan, itulah isi piala
mereka.
- Lihat! Bagi Daud, TUHAN yang ada di dalam bait-Nya yang kudus bukan tandingan yang dapat diimbangi sama sekali oleh musuhnya yang berada dalam tempat tersembunyi dan memiliki cara tembak untuk membunuhnya secara presesi tanpa perlu takut untuk diketahui.
- Lihat! Bagi Daud, TUHAN yang takhta-Nya di sorga dan yang mata-Nya mengamat-amati dengan sorot mata yang menyapu bersih kedalaman jiwa manusia bukanlah tandingan yang dapat diimbangi sama sekali oleh persembunyian musuh Daud. Daud tahu bahwa dia tidak mengetahui keberadaan lawannya, namun tidak bagi Tuhannya!
- Lihat! Bagi Daud, TUHAN tidak akan mendiamkan kejahatan bermukim dan melahirkan kejahatan tanpa Tuhan pada akhirnya melakukan perhitungan atas kejahatan tersebut.
Ingat, Daud adalah sosok
yang dibentuk untuk memiliki iman yang
kokoh dan tegar sebab dia akan selalu melihat marabahaya berjalan
beriring-iringan dengan penyertaan Tuhan atas dirinya. Kekokohan imannya dan
ketegaran imannya terletak pada pengenalannya akan Tuhan. Dan Daud mengatakan
bahwa PENGENALAN SEMACAM ITU hanya dapat
terjadi jika Tuhan saja yang menuntunya:
Mazmur
23:1-3 (1) TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.(2) Ia membaringkan aku di padang
yang berumput hijau, Ia membimbing
aku ke air yang tenang;(3) Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
Daud tahu sekali bahwa dia
tidak bisa menggembalai dirinya sendiri, hikmatnya dan kekuatannya bukan hal
yang patut untuk diperhitungkan sama sekali; Daud tahu sekali bahwa hanya Tuhan
yang dapat membaringkan dirinya di
padang yang berumput hijau dimana dirinya menjadi permai dan dikenyangkan oleh
kesegaran dari Tuhan; Daud tahu sekali bahwa hanya Tuhan yang dapat membimbing
dirinya untuk dapat melenyapkan kedahagaan jiwanya kala dunia ini menguras
jiwanya menjadi kering; Daud tahu sekali bahwa dia tidak bisa dia tidak dapat
menuntun dirinya sendiri ke jalan yang benar dan dia pun tidak tahu sama sekali
mana jalan yang harus dia tempuh.
Jika Daud demikian maka pun
dengan setiap manusia pada sejatinya.
Yesus adalah
Gembala Yang Baik
Yesus anak Daud, pewaris
takhta Daud dan sang Mesias itu adalah
Gembala Yang Baik itu. Gembala
yang dapat diandalkan dan tidak main-main
untuk melindungi setiap dirimu yang adalah gembalaan-Nya:
Yohanes
10:11 Akulah
gembala yang baik.
Gembala yang baik memberikan nyawanya
bagi domba-dombanya;
Yohanes
10:14-15 (14) Akulah
gembala yang
baik dan Aku mengenal
domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku (15) sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal
Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.
1
Petrus 2:25 Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali
kepada gembala dan pemelihara jiwamu.
1
Petrus 5:4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang
tidak dapat layu.
Wahyu
7:17 Sebab Anak Domba
yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan
akan menuntun
mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata
dari mata mereka."
Harus dicamkan dalam setiap
diri orang yang mengaku bahwa dirinya adalah pengikut Yesus Kristus. Dirimu tidak akan disterilkan dari segala
kemungkinan untuk berhadap-hadapan dengan hal-hal yang dapat membuat air matamu
menetes. Namun ingatlah selalu, bahwa dalam hal ini, TUHAN ada menyertaimu.
Yesus sang Gembala Agung ada menyertaimu sekalipun saya dan anda sedang
berjalan dalam lembah kekelaman ini.
Realitas hidup ini tidak selalu senang dan tidak selalu menyedihkan dan
tidak selalu mencekam. Itu sebabnya air mata akan mewarnai tawamu dan air matamu akan dialiri oleh gelak tawa.
Sebagai
orang percaya atau mengaku sebagai pengikut Yesus Kristus maka camkanlah
bahwa TUHAN harus selalu nomor SATU.
Kalau anda tertawa maka TUHAN harus selalu nomor
1; kalau anda sedang bersedih maka TUHAN harus selalu nomor 1; bahkan kala bahaya
mencekam sudah menyentuh kulitmu maka TUHAN harus nomor 1. Dia haruslah menjadi PEMULA dalam
kehidupan anda dan saya, entah sedang tertawa atau sedang
bersedih atau bahaya sudah menyentuh kulitmu.
Bacalah
dan renungkanlah. Jadikanlah TUHAN sebagai 1 dan 1 dan 1 entah anda sedang
tertawa, sedang bersedih, bahkan kala maut menyentuh kulitmu. Jangan pernah jadikan Dia sebagai nomor 2. Jangan pernah!
Mazmur 103:1-5
Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah
nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan
janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu,
yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang
kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat, Dia yang memuaskan hasratmu
dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung
rajawali.
AMIN
Kredit Foto : Luke Burrage
No comments:
Post a Comment