Oleh: Pdt.Budi Asali,M.Div
PRINSIP-PRINSIP
HERMENEUTICS(6)
Bacalah lebih dulu bagian 5
VI) Bagian yang bersifat eksplisit dan implisit
Kata
eksplisit berarti ‘tersurat’, sedangkan kata implisit berarti ‘tersirat’.
Bagian yang bersifat eksplisit adalah bagian yang memberikan pernyataan / ajaran langsung, sedangkan bagian yang bersifat implisit adalah bagian yang memberikan pernyataan / ajaran tidak langsung.
Bagian yang bersifat eksplisit adalah bagian yang memberikan pernyataan / ajaran langsung, sedangkan bagian yang bersifat implisit adalah bagian yang memberikan pernyataan / ajaran tidak langsung.
Contoh:
1) Dalam pembicaraan sehari-hari:
Kalau si A berkata kepada si B: ‘Saya lapar’, maka si B dengan yakin bisa tahu bahwa si A sedang lapar, karena itu dikatakannya secara eksplisit. Tetapi si B juga bisa menduga-duga / menyimpulkan apa yang si A maksudkan secara implisit dengan kata-kata itu. Mungkin si A mengatakan dirinya lapar, dengan maksud supaya si B mengajaknya makan. Tetapi penafsiran implisit ini tentu tidak pasti benar, karena si B bisa saja salah dalam menarik kesimpulan seperti itu.
2) Dalam penafsiran Kitab Suci:
Yoh
3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Yoh 3:16 secara eksplisit mengajarkan bahwa:
a) Allah mencintai dunia.
b)
Allah telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal.
c)
Yang percaya kepada Anak Allah tidak akan binasa tetapi akan mendapat hidup
kekal.
Sedangkan secara implisit Yoh 3:16 mengajarkan bahwa: Yang tidak percaya kepada Anak Allah / Yesus akan binasa / masuk neraka.
Jelas
bahwa penafsiran yang eksplisit lebih
kuat dari pada penafsiran implisit, dan karenanya, kalau
sesuatu yang implisit bertentangan dengan sesuatu yang eksplisit, maka yang implisitlah
yang harus dibuang.
Tetapi
bagaimanapun juga,
mengambil pengajaran / arti secara implisit dari suatu ayat adalah penting dan
sah. Tuhan
Yesus sendiri menggunakan bagian yang implisit dari suatu ayat untuk mengajar.
Dalam Mat 22:23-33, Ia menggunakan bagian yang implisit dari Kel 3:6 untuk
membuktikan adanya kebangkitan / kehidupan setelah kematian.
- Mat 22:23 Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya:
- Mat 22:24 "Guru, Musa mengatakan, bahwa jika seorang mati dengan tiada meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu.
- Mat 22:25 Tetapi di antara kami ada tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin, tetapi kemudian mati. Dan karena ia tidak mempunyai keturunan, ia meninggalkan isterinya itu bagi saudaranya.
- Mat 22:26 Demikian juga yang kedua dan yang ketiga sampai dengan yang ketujuh.
- Mat 22:27 Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itupun mati.
- Mat 22:28 Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? Sebab mereka semua telah beristerikan dia."
- Mat 22:29 Yesus menjawab mereka: "Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!
- Mat 22:30 Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.
- Mat 22:31 Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia bersabda:
- Mat 22:32 Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup."
- Mat 22:33 Orang banyak yang mendengar itu takjub akan pengajaran-Nya.
- Kel 3:6 Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.
Dan
pada waktu mengucapkan Mat 4:10 Yesus mengutip Ul 6:13, tetapi kalau dalam Ul
6:13 secara eksplisit tidak ada kata ‘hanya’ (tetapi jelas ada secara implisit),
maka waktu mengucapkan Mat 4:10 Yesus memberi kata ‘hanya’ secara eksplisit.
Mat 4:10 Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan HANYA kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Ul 6:13 Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah.
Catatan:
dalam NIV dan NASB, Ul 6:13 menggunakan kata ‘only’ ( = hanya), tetapi ini
sebetulnya tidak ada. Dan NASB mencetaknya dengan huruf miring untuk
menunjukkan bahwa kata itu tidak ada dalam bahasa aslinya.
Bolehnya
menarik ajaran implisit ini menyebabkan adanya tindakan-tindakan yang bisa
dinyatakan sebagai salah, sekalipun tidak ada dasar secara eksplisit. Contoh
yang jelas adalah tentang merokok, menjadi morfinist,
menggunakan ekstasi dsb. Sekalipun secara eksplisit tidak ada ayat yang
melarang hal-hal itu, tetapi secara implisit ada, seperti:
1. Mat 22:39 selain menyuruh kita mengasihi sesama, juga menyuruh kita mengasihi diri sendiri. Merokok, menjadi morfinist, menggunakan ekstasi, dsb jelas merusak tubuh / kesehatan kita sendiri, dan karenanya jelas bertentangan dengan ayat ini. Bahkan merokok juga merusak kesehatan orang-orang di sekitar si perokok dengan memaksa mereka menjadi perokok pasif. Jadi tindakan merokok ini juga tidak mengasihi sesama.
2. 1Kor 10:23 yang berbunyi: “‘Segala sesuatu diperbolehkan,’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. ‘Segala sesuatu diperbolehkan,’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun”.
Berdasarkan 1Kor 10:23 ini, maka merokok itu jelas tidak boleh dilakukan, karena merokok itu bukan saja tidak berguna dan tidak membangun, tetapi bahkan merusak / merugikan kesehatan si perokok maupun orang-orang yang di sekitarnya, dan juga merupakan penghamburan uang secara tidak perlu / tidak ada gunanya!
3. 1Kor 6:12 yang berbunyi: “Segala sesuatu halal bagiku,
tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi
aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun”.
Ayat ini mempunyai kemiripan dengan 1Kor 10:23 di atas, tetapi ada tambahannya yang berbunyi ‘aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun’. Ini lebih-lebih lagi menentang tindakan merokok, menjadi morfinist dsb, karena hal-hal itu jelas memperbudak orangnya.
Sekalipun
mengambil pengajaran secara implisit adalah suatu tindakan yang sah, tetapi ada juga bahayanya, yaitu kalau
mengambilnya salah.
Contoh:
a. Mat 22:23-33 digunakan oleh banyak orang untuk mengajar bahwa nanti di surga kita tidak punya jenis kelamin. Tetapi bagian itu hanya mengatakan ‘tidak kawin dan tidak dikawinkan’, bukannya ‘tidak punya jenis kelamin’. Bandingkan dengan Luk 16:19-31, dimana Abraham disebut ‘Bapa’ (laki-laki).
a. Mat 22:23-33 digunakan oleh banyak orang untuk mengajar bahwa nanti di surga kita tidak punya jenis kelamin. Tetapi bagian itu hanya mengatakan ‘tidak kawin dan tidak dikawinkan’, bukannya ‘tidak punya jenis kelamin’. Bandingkan dengan Luk 16:19-31, dimana Abraham disebut ‘Bapa’ (laki-laki).
b. 1Tim 3:2,12 secara eksplisit mengajar bahwa penilik jemaat / diaken tidak boleh beristri lebih dari satu. Lalu ada orang yang menafsirkan secara implisit bahwa jemaat biasa boleh mempunyai istri lebih dari satu. Bandingkan ini dengan Ro 7:2-3 yang secara eksplisit melarang polygamy / polyandry.
c. Yoh 12:6 secara eksplisit mengatakan bahwa rombongan Tuhan Yesus mempunyai bendahara. Lalu para penganut Theologia Kemakmuran menafsirkan secara implisit dengan mengatakan bahwa Yesus itu kaya sehingga membutuhkan bendahara. Bandingkan ini dengan Luk 9:58 yang jelas menunjukkan kemiskinan Yesus.
d. Ul 18:22 mengatakan bahwa kalau seorang nabi menubuatkan suatu tanda, dan lalu tanda itu tidak terjadi, maka itu menunjukkan bahwa ia adalah seorang nabi palsu. Itu dinyatakan secara eksplisit, dan karenanya itu pasti benar. Tetapi kalau kita mengambil arti secara implisit, yaitu: kalau nubuat dari nabi itu terjadi, berarti ia pasti adalah nabi asli, maka ini bertentangan dengan Ul 13:1-5 dan juga Mat 7:22-23.
Karena itu arti implisit
itu tidak boleh diambil!
Pulpit Commentary tentang Ul 18:20: “The failure of the word of a prophet was decisive proof that he had not spoken by Divine inspiration. Had his word not failed, it would not have followed that he was a true prophet, but it showed conclusively that he was a false one when his word did fail” [= Kegagalan perkataan seorang nabi merupakan bukti yang meyakinkan bahwa ia tidak berbicara oleh ilham Ilahi. Jika perkataannya tidak gagal, tidak berarti bahwa ia adalah seorang nabi yang sejati, tetapi itu menunjukkan secara meyakinkan bahwa ia adalah seorang nabi palsu pada saat perkataannya gagal] - hal 315.
Supaya terhindar dari penafsiran implisit
yang salah, maka sesuatu
yang implisit harus dicheck dengan bagian-bagian
lain dari Kitab Suci, kalau bisa yang bersifat eksplisit.
Contoh:
1) Dalam Yoh 3:16, kata-kata ‘... setiap orang yang percaya kepadaNya’ ditafsirkan secara implisit untuk mengajar bahwa setiap orang mampu datang kepada Kristus. Tetapi Yoh 6:44,65 menyatakan secara eksplisit bahwa manusia tidak mempunyai kemampuan untuk datang kepada Kristus (bdk. 1Kor 12:3).
1) Dalam Yoh 3:16, kata-kata ‘... setiap orang yang percaya kepadaNya’ ditafsirkan secara implisit untuk mengajar bahwa setiap orang mampu datang kepada Kristus. Tetapi Yoh 6:44,65 menyatakan secara eksplisit bahwa manusia tidak mempunyai kemampuan untuk datang kepada Kristus (bdk. 1Kor 12:3).
Joh 6:44 Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.
Joh 6:65 Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."
1Co 12:3 Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.
Manusia
hanya bisa datang kepada Kristus, kalau Allah menarik dia / mengaruniakan
kepadanya. Jadi, di dalam hal ini, penafsiran secara
implisit dari Yoh 3:16 tadi harus dibuang!
2) Fil 2:12 dan Wah 2:10 ditafsirkan secara implisit untuk mengajarkan bahwa keselamatan bisa hilang.
Fil 2:12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,
Rev 2:10 Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.
Tetapi Yoh 10:27-29 secara eksplisit menyatakan
bahwa kita tidak mungkin kehilangan keselamatan.
Joh 10:27 Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,
Joh 10:28 dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.
Joh 10:29 Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.
Jadi, di sini penafsiran
implisit dari Fil 2:12 dan Wah 2:10 itu harus dibuang!
3) Ro 7:18-19 ditafsirkan secara implisit untuk mengajarkan bahwa manusia bisa mempunyai kemauan yang baik, tetapi tetap tidak mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kemauan yang baik itu.
Rom 7:18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.
Rom 7:19 Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.
Tetapi bandingkan dengan Fil 2:13 - “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam
kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya”. Ini terjemahannya
kurang jelas. Perhatikan terjemahan-terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:
KJV: “For it is God which worketh in you both to will and to do of his good pleasure” ( = Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan dari kesenanganNya yang baik).
RSV: “for God is at work in you, both to will and to work for his good pleasure” ( = karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenanganNya yang baik).
NASB: “for it is God who is at work in you, both to will and to work for His good pleasure” ( = karena Allahlah yang bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenanganNya yang baik).
NIV: “for it is God who works in you to will and to act according to his good purpose” ( = karena Allahlah yang bekerja dalam kamu untuk menghendaki dan untuk berbuat menurut rencanaNya yang baik).
Jadi Fil 2:13 secara eksplisit mengatakan bahwa bukan hanya kekuatan, tetapi juga kemauan, untuk melakukan yang baik, harus diberikan oleh Allah.
Gambar: www.welt.de
***
No comments:
Post a Comment