Dalam Judaisme mereka memandang Sabbath adalah perintah besar, mereka menyambutnya pada Jumat malam bagaikan menyambut seorang "ratu" dan sangat teramat hati-hati agar tak merusaknya untuk tujuan yang baik, yaitu salah satu dasar yang dapat membuat mereka ada dalam pembuangan karena tak menjaganya. Mereka belajar dari pengalaman tersebut , dan tak ingin mengulangi pelanggaran yang pernah dilakukan.
Orang-orang Farisi mencari pelanggaran yang terdapat dalam pelayanan Yesus terutama Sabbath. Masalahnya mereka telah menambahinya dengan peraturan mereka sendiri kedalam hukum, menambahi hukum-hukum baru, terkait Sabbath terdapat hampir 10 kali lipat jumlah penambahan pada hukum terkait Sabbath dibandingkan dengan hukum lainnya. Penambahan hukum-hukum itu disebut sebagai tradisi para tua-tua yang diharapkan dipatuhi juga oleh Yesus dan menjadikannya bersalah karena melanggar (Matius 12:2 Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat."). Dan ketika orang-orang Farisi melihat hal itu, mereka berkata kepada Yesus, "Lihat, murid-muridmu melakukan apa yang tidak diperbolehkan pada hari Sabbath!" (Markus 2:24; Lukas 6:2). Yesus tak bersalah atas tuduhan yang dilemparkan tettapi ini adalah sebuah pokok penting yang harus dijawab para Sabbatarian--apa yang anda lakukan itulah yang tidak diperbolehkan.