davidjosephhorn |
Penghormatan hari Sabbath dianggap sebagai hukum diatas segala hukum bagi semua penghormat ketat hari Sabbath. Yohanes 1:17 sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus."Hukum apa? 10 Perintah merupakan sebagian kecil dari seluruh hukum-hukum Tuhan yang telah diberikan kepada bangsa Israel. Musa turun dari gunung Sinai membawa 613 hukum yang diperuntukan bagi bangsa Irael untuk dipatuhi.
Musa memiliki 10 hukum tertulis pada loh-loh batu untuk mulai memerintah bangsa tersebut, sementara hukum-hukum lainnya secara bertahap dituliskan untuk juga dipatuhi seperti halnya 10 perintah.
Hukum-hukum tersebut secara khusus diwahyukan hanya bagi bangsa Israel. Mazmur 147:19-20 Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan-ketetapan-Nya dan hukum-hukum-Nya kepada Israel.Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal. Haleluya!
Sabbath telah diberikan sebagai tanda khusus dari Tuhan bagi Israel. Jika Sabbath telah diselenggarakan oleh umat manusia semenjak penciptaan, maka Sabbath tidak diberikan sebagai sebuah tanda khusus bagi Israel. Itu sebabnya bangsa Yahudi dan Alkitab merujuk kepada perintah-perintah yang ada dalam Hukum Musa, bukan pada hukum Adam atau Nuh? Setelah penghukuman air bah, Tuhan memberikan perintah-perintah kepada Nuh dan anak-anaknya (Kejadian 9), tetapi mengenai Sabbath tidak disebutkan. Tidak ada catatan dari siapapun mengenai Sabbath hingga masa Musa.
Keluaran 31:17 Antara Aku dan orang Israel maka inilah suatu peringatan untuk selama-lamanya, sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, dan pada hari yang ketujuh Ia berhenti bekerja untuk beristirahat." Bukan manusia yang beristirahat tetapi Tuhan. Karena anak-anak Israel adalah turunan Abraham, maka tak satupun dari mereka yang menyelenggarakan Sabbath hingga sampai masa Musa.
Perjanjian Baru mengidentifikasikan bangsa Israel sebagai penerima perjanjian, yang disebut Hukum MUsa. Dalam Roma 9, Paul mengekspresikan bebannya terhadap rekan sebangsanya, bangsa Israel. Dalam penjelasan mengenai bangsanya, ia berkata,"Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji" (Roma 9:4). Hukum tersebut secara eksklusif adalah milik bangsa Israel.
Mal 4:4 Ingatlah kepada Taurat yang telah Kuperintahkan kepada Musa, hamba-Ku, di gunung Horeb untuk disampaikan kepada seluruh Israel, yakni ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum.
Perhatikan, hukum itu diperuntukan bagi bangsa Israel, dan demikian juga dengan Sabbath yang terkadung didalam hukum tersebut. Faktanya jika anda membaca secara cermat, maka akan ditemukan bahwa Sabbath selalu dikualifikasikan sebagai peruntukan bagi sebuah bangsa, tidak untuk seluruh bangsa tetapi hanya satu-Israel. Sifatnya eksklusif dan itu sebabnya mengapa hanya bangsa ini yang dihukum karena tidak memeliharanya.
Sabbath - hukum moral atau seremonial
Ada banyak hukum moral yang diajarkan baik didalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Baru, sembilan dari sepuluh hukum itu disebutkan kembali (hanya Sabbath yang tidak dilanjutkan dalam Perjanjian Baru).
Paulus berbicara mengenai perintah-perintah ini, dalam Roma 13:9 :"Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!"
Setiap kali 10 perintah Tuhan disebutkan kembali oleh para rasul dalam Perjanjian Baru (Matius 19:18-19 ; Roma 13:9, dan lain-lain), perintah Sabbath TIDAK PERNAH tercakup dalam daftar, sebab Sabbath bukan hukum moral.
Menjadi klaim yang dipegang kelompok sabbatarian bahwa ada 2 jenis hukum, satu, yang diberikan oleh Tuhan, hukum moral, dekalog; dan hukum satunya lagi yang diberikan oleh Musa, hukum-hukum ceremonial yang dituliskan dalam sebuah
buku. Namun Yesus menyebut Hukum- adalah semua hukum Musa. Seseorang harus menyangkal cara firman Tuhan mengajarkan hal ini agar dapat disimpulkan sebagai yang lain.
Sabbath dan hukum-hukum lainya, misal yang terkait dengan makanan (hukum-hukum terkait makanan) halal bukanlah hukum moral. Bagaimana kita tahu akan hal ini? Berbagai hal yang dilarang pada hari-hari tertentu, namun diperbolehkan disepanjang hari lainnya membuktikan bahwa itu bukan hukum moral. Hukum moral akan menyatakan salah disepanjang hari bukan hanya satu hari atau satu minggu. Jika kita memperhatikan dengan lebih teliti, kita akan mendapatkan Sabbath bukanlah hukum moral tetapi hukum seremonial. Itu sebabnya Sabbath tidak dapat sejalan dengan hukum Perjanjian Baru.
Berbagai hal yang dilarang pada hari-hari tertentu namun dibolehkan disepanjang minggu lainnya membuktikan bahwa itu bukan sebuah hukum moral.
Perintah-perintah terkait Sabbath dibolehkan pada hari-hari lain dalam minggu. Tetapi perintah-perintah moral Tuhan tidak berubah pada hari-hari dalam minggu, membunuh atau perzinahan pada hari apapun dalam minggu tetap selalu salah. Jika pada satu hari tertentu merupakan larangan moral maka pada hari-hari lainnya pun akan selalu larangan moral. Sebuah hukum moral harus dipatuhi 365 hari sepanjang tahun (sepanjang waktu). Kita diinstruksikan untuk tidak bersaksi palsu, ini termasuk dalam pengajaran Hari Sabbath sebagai hukum moral. Tuhan mempersyaratkan berbagai hal pada hari-hari tertentu, menjadikannya sebagai hukum seremonial, bukan sebuah hukum mengenai apa yang moral disepanjang waktu.
Para Sabbatarian (pemelihara hari Sabbath) perlu memahami bahwa mereka menjauhkan pengertian Sabbath yang sebenarnya seperti dimaksud dalam Alkitab. Oleh karena itu mereka bukanlah pemelihara Sabbath yang Biblikal.
Mereka telah berlaku persis seperti yang dilakukan kaum Farisi.
Matius 23:23-24 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan. Orang-orang Farisilah yang membawa masalah Sabbath kepada Yesus-- mereka memelihara hari Sabbath sebagai yang terbaik, namun demikian Yesus berkata kepada mereka keadilan dan belas kasihan dan iman" adalah hukum yang lebih penting.
Yesus tak pernah mengelompokan Sabbath sebagai hukum moral, atau lainnya dalam 10 perintah. Dia selalu memperbandingkannya dengan hukum seremonial. Yesus memperlakukan Sabbath sebagai sebuh hukum yang lebih 'rendah'.
Ketika murid-murid Yesus dikritik karena para murid memetik bulir gandum, ia membandingkan hari Sabbath terhadap hukum-hukum seremonial dengan menggunakan contoh Daud memakan roti sajian dalam Rumah Tuhan (Matius 12:1-4). Yesus menyatakan bila Daud dapat memakan roti sajian, maka murid-murid Yesus dapat memetik bulir-bulir gandum untuk dimakan, memperlihatkan bahwa Sabbath tidak lebih penting daripada roti sajian atau juga tidak lebih penting daripada kelangsungan hidup.
Rasul Paulus menyatakan kepada kita bangsa-bangsa non Yahudi, bahkan tanpa hukum yang diberikan kepada bangsa Israel, memiliki hukum didalam hati mereka (Roma 2:14-15). Hukum apakah itu? Hukum moral, manusia dibuat dalam citra dan keserupaan dengan Tuhan. Kita secara naluriah tahu lebih daripada hewan, ketika kita melakukan apa yang salah, apa yang melawan natur kita sebagai manusia dan hukum Tuhan. Hal ini bekerja didalam semua orang (bahkan pada mereka yang atheis dan yang beragama lainnya). Sehingga mengapa hukum-hukum yang diberikan kepada Musa beserta dengan perintah-perintah spesifik bagi Israel terwujud dalam 611 hukum. Untuk membuat dosa semakin nyata dan kuat sehingga kita semua semakin sadar bahwa kita semua adalah manusia berdosa.
Bersambung : Bagian 2
Martin Simamora | Let Us Reason
No comments:
Post a Comment