escapedlds |
Terkait bangsa-bangsa non Yahudi yang memelihara Sabbath maka penjelasan para rasul dalam Kisah Para Rasul 15 dapat diterapkan. Adalah orang-orang Farisi yang bersikeras agar hukum Musa diterapkan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi :Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: "Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa."
Konsili Yerusalem tidak sedikitpun mereferensikan agar Sabbath dijalankan oleh bangsa-bangsa bukan Yahudi yang masuk kedalam gereja dimana bangsa Yahudi jemaat mayoritas. Jika sejak dulu Sabbath menjadi bagian yang pokok dalam relasi jemaat Perjanjian Baru dengan Tuhan, mengapa disebutkan adalah tidak lazim bagi bangsa non Yahudi untuk melakukan Sabbath. Bahkan perihal memelihara Sabbath tidak dibicarakan pada konsili Yerusalem kala itu sebab Sabbath tidak dipersyaratkan bagi jemaat Perjanjian Baru; rasul Paulus menjelaskan "Memang ada desakan dari saudara-saudara palsu yang menyusup masuk, yaitu mereka yang menyelundup ke dalam untuk menghadang kebebasan kita yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, supaya dengan jalan itu mereka dapat memperhambakan kita" (Galatia 2:4). Itu sebabnya para rasul memutuskan :"Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini" (Kisah Para Rasul 15:28), dan Sabbath tidak disebutkan sebagai yang penting. Faktanya tak ada lagi referensi-referensi untuk melakukan Sabbath di tempat-tempat ibadah atau sinagog setelah Kisah Para Rasul 18:4-7 sebab moyoritas gereja adalah bangsa-bangsa non Yahudi.
Sebelumya : Bagian 2