Oleh: Pastor Dr.Kim Riddlebarger
Sang Alfa dan Omega (1)
Teks
Wahyu 1:4-20; Daniel 7:13-14
Di
sepanjang pelayanan mesianiknya, kita melihat Yesus dalam keberadaan
perendahannya. Dalam empat injil, Yesus disingkapkan sebagai Anak Allah yang
memiliki kebenaran dan kemuliaan kekal yang disembunyikan oleh sebuah selubung
tubuh daging manusia. Dalam injil-injil Yesus lapar. Dia haus. Dia menderita.
Dan dia mengucurkan darah. Ketika Yesus wafat di kayu salib, kita memandang dia
dalam keberadaannya yang paling rendah,
bermahkota duri dan mengucurkan darah, menanggung murka Tuhan atas dosa-dosa
kita di dalam tubuh daging manusianya sendiri. Tetapi injil-injil tidak berakhir dengan salib dan perendahan
Yesus. Injil-injil berakhir dengan kisah kebangkitan dan kubur yang kosong;
peninggian kemuliaan yang dimiliki Kristus. Kristus yang kita jumpai dalam
Kitab Wahyu bukanlah anak seorang tukang kayu. Juga bukan dia Yesus dari
Nazareth yang direndahkan dan menderita.
Yesus yang kita jumpai di dalam Kitab Wahyu adalah Kristus yang dimuliakan, Dia
yang telah bangkit dan Dia yang ditinggikan, yang adalah Tuhan atas gerejanya,
Raja atas Raja-Raja dan Tuan atas
Tuan-Tuan!
Ketika
kita melanjutkan seri-seri kita pada Kitab Wahyu, kita bergerak meninggalkan
perihal-perihal pengantar menuju material di dalam bab pertama penglihatan
Yohanes. Seperti telah saya katakan ketika kita telah menyelidiki cara bagaimana kitab ini telah
diinterpretasikan, memang menyedihkan begitu banyak orang Kristen menghindari
kitab satu ini karena kesukarannya dan naturnya yang misterius. Bahkan lebih
menyedihkan, berangkali, bahwa begitu banyak yang menggunakan kitab ini sebagai
sebuah papan lompat untuk spekulasi terhadap hubungan atau relasi Alkitab dengan peristiwa-peristiwa masa kini.
Kitab ini mengisahkan Kristus yang telah
bangkit dan telah ditinggikan.
Kitab
Wahyu bukan sebuah panduan untuk menginterpretasikan berita-berita malam di
televisi dan media masa lainnya.
Sebaliknya, Kitab Wahyu menggambarkan kemenangan Kristus atas semua
musuh-musuhnya sebagai bab-bab akhir sejarah penebusan yang sedang
mendekati penutupnya. Karena itu, kita
tidak semestinya menjadi takut akan apa
yang menjadi isi kitab ini. Juga tidak semestinya kita mempelajari material
Wahyu secara tak bertanggungjawab dengan berupaya menghubungkannya dengan
tajuk-tajuk utama pemberitaan terkini di berbagai media masa, seolah-olah
Yohanes (dalam Wahyu) telah
memprediksikan setiap perang, setiap gempa bumi, dan setiap krisis global yang mungkin dapat terjadi
menimpa umat manusia. Yohanes tidak melakukan hal demikian.
Apa
yang Yohanes lakukan adalah menggambarkan pertarungan yang sedang berlangsung
antara Kristus dan Setan hingga Tuhan kita datang kembali untuk menghakimi
dunia, membangkitkan yang mati, dan membuat segala sesuatunya baru. Sementara
memang Yohanes tidak memprediksikan peristiwa-peristiwa spesifik masa depan
dalam detail yang rinci, dia memang
menyediakan bagi kita sebuah penjelasan bersifat teologia atas semua perang dan
kabar perang, gempa-gempa bumi dan kelaparan-kelaparan besar, dan tanda-tanda
kedatanganNya yang mana Yesus
disebut melahirkan dalam persalinan yang menyakitkan pada akhir zaman (bandingkan dengan Matius
24:8).
Pada
seluruh kitab Wahyu, Yohanes mengisahkan kisah kemuliaan kemenangan Tuhan atas
semua musuh-musuhnya. Yohanes
menggunakan simbol-simbol dan penglihatan-penglihatan tipikal literatur apokaliptik (berkaitan dengan kehancuran total
atau kesudahan dunia dan atau berkaitan dengan peristiwa-peristiwa buruk di
masa depan). Dalam tulisan-tulisan apokaliptik, penulis menggunakan
simbol-simbol yang tajam untuk melukiskan sebuah pertarungan kosmik antara yang
baik dan yang jahat. Dalam Kitab Wahyu, pertarungan spesifik sedang adalah
konflik yang masih berlangsung antara Kristus dan musuhNya si Setan yang telah
ditaklukan, selama periode antara waktu
adven pertama Kristus dan kedatanganNya yang kedua. Dengan kata lain, Yohanes
sedang menggambarkan sebuah pertarungan yang sedang berlangsung tepat pada hari
di saat ini, bahkan selagi kita sedang melakukan tugas-tugas rohani kita dan
panggilan kita di dunia ini.
Seperti
telah kita lihat sebelumnya, Daniel
menggambarkan era di mana kita hidup, hidup di dalam “penderitaan besar,”
sementara penulis Perjanjian Baru lainnya membicarakan era yang memulai kedatangan Yesus Kristus
sebagai “hari-hari terakhir.” Ini bermakna bahwa Yohanes menyajikan di dalam
Kitab Wahyu secara spesifik hal terkait gereja Kristus, dan karena itu, setiap
dari kita adalah anggota gereja melalui iman kepada Yesus.
Mari
kita perjelas sejak permulaan, bahwa
simbol-simbol dan citra-citra yang
ditemukan di dalam tulisan apokaliptik tidak boleh dipahami secara literal.
Sebaliknya, ini adalah tulisan-tulisan
yang menunjuk atau mengarahkan para pembaca kepada kisah dibalik kisah. Dalam
Kitab Wahyu simbol-simbol ini diambil langsung dari Perjanjian Lama dan diperhadapkan dengan latar belakang kerajaan
Roma pada abad pertama. Jika kita ingin tahu mengapa Yohanes menggunakan
angka-angka atau bilangan-bilangan tertentu, katakalah sebuah bilangan “seribu
tahun,” atau “tujuh,” kita mencari tahunya pada Perjanjian Lama. Jika kita
ingin memahami secara benar mengapa Yohanes membicara kaki-kaki dia, atau naga-naga, mengapa dia menyebutkan
kota-kota tertentu dan seterusnya, kita mencari tahu pada Perjanjian Lama.
Semua ini bermakna bahwa Kitab Wahyu adalah
komentar Tuhan terhadap tema-tema sejarah penebusan tersebut yang telah diperkenalkan sebelumnya di dalam
sejarah penebusan (Perjanjian Lama),
tetapi yang belum menghasilkan buah atau
penggenapan pada saat Yohanes diberikan penglihatan ini.
Karena
itu, Wahyu adalah sebuah buku dimana Tuhan merangkumkan semua akhir kisah
sejarah yang masih longgar. Kitab ini memberikan pada jemaat
Kristus sebuah perspektif sorga pada pertarungan-pertarungan kita saat ini di
dunia. Pada puncaknya, pertarungan kita bukan melawan darah dan daging. Pertarungan kita melawan
penguasa-penguasa dan kuasa-kuasa yang memanifestasikan dirinya sendiri dalam
daging dan darah (bandingkan dengan Efesus 6:12).
Yohanes
membuka kitab ini dengan menceriterakan
bahwa apa yang terjadi dalam penyingkapan Yesus Kristus, sebuah penyingkapan
atau pewahyuan yang berpusat pada
hal-hal yang harus segera berlangsung. Itu sebabnya mengapa kita tidak boleh
memahami tulisan Yohanes sebagai sebuah deskripsi akan hal-hal yang terbatas
pada era segera sebelum Kristus datang kembali sebagaimana diajarkan oleh kaum
Dispensasionalis. Sebaliknya, Yohanes sedang memberikan kepada kita sebuah
deskripsi tajam akan seluruh era atau abad gereja. Sementara setiap dari
penglihatan-penglihatan mengisahkan dasar kisah yang sama,
penglihatan-penglihatan itu mengisahkannya dari sebuah titik-titik pandang yang
berbeda, membidik pada periode-periode waktu peristiwa berbeda di dalam priode
antarwaktu adven tersebut. Lebih lanjut, apa yang disingkapkan Yohanes, datang dari Tuhan melalui
seorang utusan malaikat. Kandungan
visi ini terkait Yesus Kristus,
yang adalah sentral dan keseluruhan
sejarah penebusan. Apa yang terjadi kemudian, merupakan kesaksian Yohanes terkait Yesus Kristus. Itu adalah,
karena itu, Firman Tuhan. Faktanya ujar Yohanes, ada sebuah berkat besar di
sini— yang pertama dari 7 perkataan berkat semacam ini—bagi semua yang
mendengarkan perkataan-perkataan ini
dan menyimpannya di dalam hati mereka.
Sehingga selagi kita melanjutkannya, mari kita sepenuh hati berdoa dan sepenuh
hati melaksanakan apa yang diinstruksi
Yohanes bagi kita. Mari kita mendengarkan dan mendengar. Apa yang akan kita
dengarkan berikut ini adalah testimoni Yesus Kristus mengenai dirinya sendiri.
Dan testimoni ini, ujar Yohanes, adalah pasti dan benar.
Ketika
kita membuka bagian pertama kita pada teks Wahyu 1:4-5:
(4) Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya,(5) dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya.
kita
melihat di hadapan kita pelataran yang bersejarah, yang ada di dalam testimoni Kristus yang disingkapkan pada
Yohanes. Surat Yohanes ditujukan pada 7 jemaat spesifik yang tersebar di
sepanjang Asia Kecil (Turki). Ini bermakna bahwa Wahyu tidak berkaitan dengan
pokok-pokok abstrak, atau kebenaran-kebenaran tanpa batasan-batasan waktu.
Kitab ini dituliskan kepada 7 jemaat Kristen yang aktual atau sungguh-sungguh
ada, setiap jemaat sedang bertarung dengan
kejahatan yang nyata dan
penganiayaan di tangan-tangan kerajaan pagan, bidat dan pengajaran palsu yang muncul di dalam jemaat. Pertarungan yang
dihadapi oleh jemaat-jemaat atau gereja-gereja spesifik tersebut merupakan
hal-hal yang berhubungan dengan apa yang akan terjadi pada pertarungan-pertarungan yang akan dihadapai
oleh gereja Kristus di seluruh abad ini
hingga pengantin laki-laki datang bagi pengantin perempuannya pada akhir zaman.
Dari
kata-kata pembuka di dalam ayat 4, jelas bahwa penulis memang mengenal baik para pembacanya.
Penglihatannya datang kepada mereka dalam bentuk sebuah surat edaran. “Dari
Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil.” Tujuh jemaat akan
didaftarkan bagi kita sebentar lagi. Memberikan fakta bahwa penulis tidak membutuhkan bagian untuk memperkenalkan
siapa dirinya, sangat kuat kemungkinan bahwa dia si penulis adalah rasul
Yohanes. Menurut tradisi Kristen, Yohanes tinggal bertahun-tahun di Efesus,
gereja pertama yang disebutkan di dalam daftar gereja-gereja yang menjadi
alamat penerima bagi pengiriman surat
penglihatan tersebut. Dipercaya bahwa
Yohanes adalah satu-satunya dari 12 rasul yang tidak meninggal sebagai
yang mengalami kematian martir, walau Yohanes telah diasingkan untuk sebuah
kurun waktu di Patmos, dimana tradisi Kristen mengatakan dia telah menerima dan
mencatat penglihatan ini yang kita ketahui sebagai Kitab Wahyu [1].
Sebagaimana
khas tulisan atau ucapan salam dalam surat-surat yang dikirimkan para rasul (epistel) di
seluruh Perjanjian Baru, salam “Kasih
karunia dan damai bagimu” disampaikan di dalam nama Allah Tritunggal “dari Dia,
yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada
di hadapan takhta-Nya, dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama
bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini.” Berangkali secara tak langsung
menautkannya pada nama ilahi yang untuk
pertama kali disingkapkan dalam Keluaran 3:14 ketika AKU ADALAH berbicara kepada Musa melalui semak belukar
yang berapi, Yohanes mengatakan kepada kita bahwa Tuhan adalah tanpa permulaan
atau akhir. Dia adalah Tuan atas masa lalu, masa kini, dan masa datang.[2].
Teologi
Trinitarian pada Wahyu juga menjadi sangat terlihat ketika Yohanes merujuk
tidak hanya pada Allah yang kekal, tetapi juga pada tujuh roh di hadapan
takhtanya, yang sangat pasti merupakan sebuah rujukan bagi Roh Kudus[3]
Bilangan
7 selalu menandakan keselesaian dan kesempurnaan dalam kitab ini, dan karena 7
roh dikatakan berpartisipasi dalam menyampaikan
kasih karunia dan damai kepada
orang-orang percaya, maka 7 roh tidak
dapat menjadi sebuah rujukan untuk sebuah mahluk atau mahluk malaikat. Kunci
terkait hal ini adalah Perjanjian Lama. Dalam bab 4 ayat 2 dan 7 Kitab Zakaria, kita membaca: "Aku melihat: tampak sebuah kandil, dari emas
seluruhnya, dan tempat minyaknya di bagian atasnya; kandil itu ada tujuh
pelitanya dan ada tujuh corot pada masing-masing pelita yang ada di bagian
atasnya itu...” "Inilah firman
TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan
kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.” Roh Tuhan
digambarkan oleh Zakaria dalam 7 macam kepenuhan atau kesempurnaan. Bahasa yang
sama ini kembali muncul dalam Wahyu 4:5 “Dan
dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor
menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.” Dalam bab-bab pembuka Wahyu, 7 roh dikaitkan dengan
7 kaki dian-menyimbolkan kehadiran Tuhan di dalam 7 jemaat yang telah
disebutkan di bawah. Ini menjelaskan mengapa jemaat-jemaat ini merupakan
saksi-saksi yang efektif bagi dunia dan mengapa kesaksian itu lenyap jika kaki dian itu
diambil. Ini dapat menjelaskan mengapa Roh Kudus disebutkan oleh Yohanes
sebelum Kristus dalam kata-kata sambutan
Yohanes[4].
Tetapi
peran sentral Yesus Kristus dibuat gamblang dalam kata-kata selanjutnya. Ini
adalah Yesus yang memiliki kesaksian yang diberikan di dalam penglihatan ini
dan kesaksiannya adalah benar karena Yesus Kristus..... adalah saksi yang
setia, yang sulung dari yang mati, pemerintah raja-raja di bumi. Yesus sendiri
adalah dia yang telah menaklukan kematian. Dia adalah dia yang membawa
kesaksian di dalam penglihatan ini. Ini bernilai penting bagi pembaca Yohanes
karena fakta bahwa ketika Yesus meninggal di Kalvari, kesaksian mesianiknya
mengenai kedatangan kerajaan Tuhan terlihat menjadi usang atau rongsokan. Seorang Mesias yang mati bukan
Mesias. Namun, Yesus yang sama yang telah mati di Kalvari, juga telah bangkit
kembali dari kematian dan sekarang sudah ditinggikan di tempat tinggi di mana
dia telah mengambil tempatnya di sebelah kanan Allah sebagai penguasa semua
raja-raja di bumi.[5] Karena Kristus yang telah ditinggikan
memerintah atas semua raja-raja, pemerintahannya menjangkau hingga kerajaan
Roma kini waktu itu, bahkan Caesar menolak untuk mengakuinya! Pengetahuan akan
hal ini akan sangat mendamaikan bagi
orang-orang Kristen yang telah hidup di bawah penindasan kerajaan atau penguasa yang tak mengenal
TUHAN yang telah menimpakan kematian
atas ribuan orang-orang percaya. Karena pada suatu hari bahkan Caesar akan, berlutut dengan lutut cidera, mengaku bahwa Yesus adalah
Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa.
Dengan
pemikiran-pemikirannya sekarang beralih ke Allah Tritunggal dan kepada
testimoni Yesus Kristus sang Saksi yang
setia, Yohanes segenap jiwa melesakan
sebuah untaian tertata pujian kepada Tuhan-sebuah doxology ayat 5b-8:
"Pujilah Allah kita, hai kamu semua hamba-Nya, kamu yang takut akan Dia, baik kecil maupun besar!" Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.)
Amin
The
Alpha and The Omega | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
Catatan
kaki
1Beale,
The Book of Revelation, 34-36.
2Poythress,
Returning King, 72.
3 Beale,
The Book of Revelation, 189
4
Beale, The Book of Revelation, 189.
5 Poythress,
Returning King, 73.
No comments:
Post a Comment